Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PERKEMBANGAN HEWAN 2

DISUSUN OLEH :

NAMA : TANYA NOVRINCE LAY GEDA

NIM : (1806050108)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
1. SIKLUS ESTRUS PADA HEWAN
Pada hewan betina sekali pubertas telah tercapai dan musim reproduksi telah dimulai,
estrus akan terjadi pada hewan betina yang tidak bunting menurut suatu siklus yang teratur dan
khas. Estrus atau birahi adalah periode atau waktu hewan betina siap menerima pejantan untuk
melakukan perkawinan.
Siklus birahi merupakan interval antara timbulnya satu periode birahi ke permulaan
periode birahi berikutnya. Saluran reproduksi hewan betina akan mengalami perubahan-
perubahan pada interval-interval tersebut. Siklus estrus dikontrol secara langsung oleh hormon-
hormon ovarium dan secara tidak langsung oleh hormon-hormon adenohipofise.
Berdasarkan frekuensi terjadinya siklus estrus, hewan dibedakan menjadi tiga golongan.
 Golongan pertama,hewan monoestrus yaitu hewan yang hanya satu kali mengalami periode
estrus per tahun, contohnya beruang, srigala, dan kebanyakan hewan liar.
 Golongan kedua, hewan poliestrus yaitu hewan-hewan yang memperlihatkan estrus secara
periodik sepanjang tahun, contohnya sapi, kambing, babi, kerbau dan lain-lain.
 Golongan ketiga, hewan poliestrus bermusim yaitu hewan-hewan yang menampakkan
siklus estrus periodik hanya selama musim tertentu dalam satu tahun, contohnya domba
yang hidup di negara dengan empat musim.

Periode Siklus Estrus


Menurut perubahan-perubahan yang terlihat maupun tidak terlihat selama siklus estrus,
maka siklus estrus dibedakan menjadi 4 periode yaitu :
a) Proestrus
Merupakan periode sebelum hewan mengalami estrus yaitu periode pada saat folikel
de Graff sedang tubuh akibat pengaruh FSH dan menghasilkan estradiol dengan jumlah
yang semakin bertambah. Sistem reproduksi melakukan persiapan-persiapan untuk
melepaskan ovum dari ovarium. Folikel-folikel (tergantung spesiesnya) mengalami
pertumbuhan yang cepat selama 2 atau 3 hari, kemudian membesar akibat meningkatnya
cairan folikuler yang berisi hormon estrogenik.
Estrogen yang diserap oleh pembuluh darah dari folikel akan merangsang saluran
reproduksi untuk mengalami perubahan-perubahan. Sel-sel dan lapisan bersilia pada tuba
falopii pertumbuhannya meningkat, mukosa uteri mengalami vaskularisasi, epitel vagina
mengalami penebalan dan terjadi vaskularisasi, serta serviks mengalami elaksasi secara
gradual. Banyak terjadi sekresi mukus yang tebal dan berlendir dari sel-sel goblet seriks,
vagina bagian anterior, dan kelenjar-kelenjar uterus. Pada sapi dan kuda terjadi perubahan
dari mukus yang lengket dan kering menjadi mukus kental seperti susu, dan pada akhir
proestrus berubah lagi menjadi mukus yang terang, transparan, dan menggantung pada
vulva. Corpus luteum dari periode sebelumnya mengalami vakuolisasi, degenerasi, dan
pengecilan secara cepat. Pada anjing kenaikan vaskulariasi pada endometrium ditandai
dengan pendarahan. Cervix mengalami relaxasi gradual dan semakin banyak
mensekresikan mukus yang tebal.
Pada akhir periode proestrus hewan betina menunjukkan perhatiannya pada hewan
jantan. Pada periode ini, sekresi estrogen ke dalam urin meninggi dan mulai terjadi
penurunan konsentrasi progesteron dalam darah. Corpus luteum dari periode terdahulu
mengalami vakuolisasi degenerasi dan pengecilan secara cepat.
b) Estrus
Merupakan periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan pejantan
oleh hewan betina. Selama periode estrus, umumnya betina akan mencari dan menerima
pejantan untuk kopulasi. Folikel de Graff menjadi matang dan membesar, estradiol yang
dihasilkan folikel de Graff akan menyebabkan perubahan-perubahan pada saluran
reproduksi yang maksimal. Selama atau segera setelah periode ini terjadi ovulasi akibat
penurunan FSH dan meningkatka LH dalam darah. Pada periode ini, tuba falopii
mengalami perubahan yaitu menegang, berkontraksi, epitelnya matang, cilianya aktif, dan
sektesi cairan bertambah. Ujung oviduk yang berfimbria merapat ke folikel de Graff untuk
menangkap ovum matang. Uterus akan berereksi, tegang, dan pada beberapa spesies akan
mengalami oedematus. Suplai darah meningkat, mukosa tumbuh dengan cepat dan lendir
disekresikan. Serviks mengendor, agak oedematus, dan sekresi cairanya meningkat.
Mukosa vagina sangat menebal, sekerinya bertambah, epitel yang berkornifikasi
tanggal. Vulva mengendor dan oedematus pada semua spesies, pada babi sangat jelas. Pada
sapi terdapat leleran yang bening dan transparan seperti seutas tali menggantung pada
vulva. Pada akhir estrus terjadi peningkatan leukosit yang bermigrasi ke lumen uterus.
c) Metestrus
Merupakan periode segera setelah estrus, ditandai dengan pertumbuhan cepat korpus
luteum yang berasal dari sel-sel granulosa yang telah pecah di bawah pengaruh LH.
Metestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh hormon progesteron yang dihasilkan
korpus luteum. Kehadiran progesteron akan menghambat sekresi FSH sehingga tidak
terjadi pematangan folikel dan estrus tidak terjadi. Uterus akan mengadakan persiapan
seperlunya untuk menerima dan memberi makan pada embrio. Pada sapi, selama bagian
permulaan metestrus, epitelium pada karunkula uterus sangat hiperemis dan terjadi
hemorrhagia pada kapiler.
Hal ini disebut dengan pendarahan metestrus atau perdarahan proestrus yang tidak
sama dengan menstruasi pada primata yang terjadi selama menurunnya progesteron. Dan
disebabkan oleh tanggalnya lapisan superfisial pada endometrium. Sekresi mukus menurun
dan diikuti pertumbuhan yang cepat dari kelenjar-kelenjar endometrium. Menjelang
pertengahan sampai akhir matestrus uterus menjadi agak lunak dan karena pengendoran
otot uterus. Apabila kebuntingan tidak terjadi, uterus dan saluran reproduksi selebihnya
beregresi ke keadaan kurang aktif yang sama sebelum proestrus yang disebut diestrus.
d) Diestrus
Merupakan fase terakhir dan terlama dalam siklus estrus ternak-ternak mamalia.
Korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron menjadi dominan. Endometrium
menebal, kelenjar uterina membesar, dan otot uterus menunjukkan peningkatan
perkembangan. Perubahan ini ditunjukkan untuk mensuplai zat-zat makanan bagi embrio
bila terjadi kebuntingan. Kondisi ini akan terus berlangsung selama masa kebuntingan dan
korpus luteum akan dipertahankan sampai akhir masa kebuntingan. Serviks menutup rapat
untuk mencegah benda-benda asing memasuki lumen uterus, mukosa vagina menjadi
pucat, serta lendirnya mulai kabur dan lengket. Apbila tidak terjadi kebuntingan, maka
endometrium dan kelenjar-kelenjarnya beratrofi atau berregresi keukuan semula. Folikel-
folikel mulai berkembang dan akhirnya kembali ke fase proestrus.
e) Anestrus
Pada beberapa spesies yang tidak termasuk golongan poliestrus atau poliestrus
bermusim, setelah periode diestrus akan diikuti anestrus. Anestrus yang normal akan
diikuti oleh proestrus. Secara fisiologis, aneastrus ditandai oleh ovarium dan saluran
kelamin yang tenang dan tidak berfungsi.
Anestrus fisiologis dapat diobservasi pada negara-negara yang mempunyai 4 musim,
yaitu musim semi dan panas pada domba serta selama musim dingin pada kuda. Selama
anestrus, uterus kecil dan kendor, mukosa vagina pucat, lendirnya jarang dan lengket, serta
serviks tertutup rapat dengan mukosa yang pucat. Aktivitas folikuler dapat terjadi dan
ovum dapat berkembang tetapi tidak terjadi pematangan folikel dan ovulasi. Anestrus yang
fisiologik umumnya ditandai oleh ovarium dan saluran kelamin yang tenang dan tidak
berfungsi. Anestrus yang normal diikuti oleh proestrus. Ditandai oleh corpus luteum yang
matang, uterus kecil dan mengendor, dan lendir vagina jarang dan lengket (Toelihere,
1993).
2. SIKLUS MENSTURASI PADA MANUSIA
Menstruasi, haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang
terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Estrogen atau LH-
Progesteron. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi
setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Selain manusia, periode ini hanya terjadi
pada primata-primata besar, sementara binatang-binatang menyusui lainnya mengalami siklus
estrus.
Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku
umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, kadang-kadang siklus
terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang
menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari paling lama 15 hari. Jika darah keluar
lebih dari 15 hari maka itu termasuk darah penyakit. Umumnya darah yang hilang akibat
menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35mL per
harinya.
Siklus menstruasi dibagi atas empat fase :
a) Fase menstruasi
Yaitu, luruh dan dikeluarkannya dinding rahim dari tubuh. Hal ini disebabkan
berkurangnya kadar hormon seks. Hal ini secara bertahap terjadi pada hari ke-1 sampai 7.
b) Fase pra-ovulasi
Yaitu, masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang dipicu oleh
peningkatan kadar estrogen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara bertahap pada hari ke-7
sampai 13.
c) Fase ovulasi
Masa subur atau Ovulasi adalah suatu masa dalam siklus menstruasi wanita dimana sel
telur yang matang siap untuk dibuahi. menurut beberapa literatur, masa subur adalah 14
hari sebelum haid selanjutnya. Apabila wanita tersebut melakukan hubungan seksual
pada masa subur atau ovulasi maka kemungkinan terjadi kehamilan. Beberapa metode
dalam menentukan masa subur dapat dilihat dengan beberapa cara:
- Perubahan periode menstruasi
- Perubahan lendir servik
- Perubahan suhu basal tubuh
d) Fase pascaovulasi
Yaitu, masa kemunduran ovum bila tidak terjadi fertilisasi. Pada tahap ini, terjadi
kenaikan produksi progesteron sehingga endometrium menjadi lebih tebal dan siap
menerima embrio untuk berkembang. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka hormon seks
dalam tubuh akan berulang dan terjadi fase menstruasi kembali.

Anda mungkin juga menyukai