Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Dasar Teori
1.1 Siklus Menstruasi Wanita
Menstruasi adalah keluarnya darah, mucus, dan debris-debris seluler yang
berasal dari uterus secara periodik dengan siklus teratur. Pada wanita, siklus
menstruasi normal berlangsung selama 25-30 hari. Volume darah yang di keluarkan
dalam siklus menstruasi sebanyak 30 ml dan cairan serosa sebanyak 35 ml. Proses
menstruasi diatur oleh sistem endokrin dan perubahan hormonal yang terjadi melalui
mekanisme timbal balik (feedback mechanism) antara hipotalamus, pituitary, ovarium,
dan endometrium.
Dalam proses menstruasi, terdapat keterlibatan berbagai organ, system
endokrin, hormon-hormon reproduksi, dan enzim. Siklus menstruasi terjadi melalui
tiga fase, baik di ovarium maupun di uterus. Di ovarium, terjadi fase folikuler,
ovulasi, dan luteal. Sementara itu, di uterus terjadi fase proliferasi, sekretori, dan
menstruasi.

a. Siklus Ovarium
Proses bulanan dari pematangan, ovulasi dan degenerasi folikel ovarium tersier
dikenal sebagai siklus ovarium. Siklus ovarium dapat dibagi menjadi fase
folikuler (folliculogenesis) dan fase luteal (luteogenesis).

1) Fase Luteal
Setelah ovulasi, sel-sel di ovarium (korpus luteum), melepaskan progesteron
dan sejumlah kecil estrogen. Hal ini menyebabkan lapisan rahim menebal
sebagai persiapan kehamilan. Jika sel telur yang telah dibuahi tertanam di
lapisan rahim, korpus luteum terus memproduksi progesteron, yang
mempertahankan penebalan lapisan rahim. Jika kehamilan tidak terjadi,
korpus luteum akan mati, kadar progesteron turun, lapisan rahim terlepas dan
menstruasi dimulai kembali. Fase ini berlangsung sekitar hari ke-15 hingga
hari ke-28.
2) Fase Folikuler
Fase ini dimulai pada hari awal menstruasi dan berakhir saat ovulasi (tumpeng
tindih dengan fase menstruasi dan berakhir saat berovulasi). Pada masa ini,
kadar hormon estrogen meningkat, yang menyebabkan lapisan rahim
(endometrium) tumbuh dan menebal. Selain itu, hormon perangsang folikel
(FSH) menyebabkan folikel di ovarium tumbuh. Pada hari ke-10 hinga ke-14,
salah satu folikel yang sedang berkembang akan membentuk sel telur (ovum)
yang matang sepenuhnya.
b. Siklus Uterus
1) Fase Proliferasi
Dalam fase ini, endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase proliferasi
dapat dibagi dalam dua subfase yaitu :
a. Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-9. Fase ini
dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel,
terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit.
Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis. Nukleus sel stroma
relatif besar karena sitoplasma relatif sedikit.
b. Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari-14. Fase ini dapat dikenal
dari permukaan kelenjar yang tidak rata. Inti epitel kelenjar membentuk
pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat.
2) Fase Pramenstruum atau Stadium Sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28.
Pada fase ini, endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar
berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan mengeluarkan getah yang
makin lama makin nyata. Dalam endometrium, telah tertimbun glikogen dan
kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Fase
ini dibagi atas:
1. Fase sekresi dini
Dalam fase ini, endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya karena
kehilangan cairan, tebalnya ± 4-5 mm.
2. Fase sekresi lanjut
Endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm. Dalam fase ini, terdapat
peningkatan dari fase sekresi dini, dengan endometrium sangat banyak
mengandung pembuluh darah yang berkeluk-keluk dan kaya dengan glikogen.
Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum.
3) Fase Menstruasi
Pada masa ini, endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai dengan
perdarahan. Hanya lapisan tipis yang tinggal, yang disebut dengan stratum
basale. Stadium ini berlangsung 4 hari. Saat haid, keluar darah, potongan-
potongan endometrium, dan lendir dari serviks. Darah tidak membeku karena
adanya fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan-
potongan mukosa. Jika banyak darah keluar maka fermen tersebut tidak
mencukupi hingga timbul bekuan- bekuan darah dalam darah haid.
c. Fase Menstruasi
Fase menstruasi adalah periode pendarahan selama 4-5 hari. Fase menstruasi
terbagi menjadi 4 fase, yaitu :
1. Fase menstruasi : dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesterone
2. Fase praovulasi : dipengaruhi oleh hormon FSH
3. Fase ovulasi : dipengaruhi oleh hormon LSH

2
4. Fase pascaovulasi : dipengaruhi oleh hormon progesteron

1.2 Siklus Estrus Mencit


Estrus berasal dari Bahasa latin oestrus yang memiliki arti kegilaan atau gairah yang
merupakan satu-satunya waktu Dimana perubahan vagina memungkinkan untuk
terjadinya perkawinan. Estrus juga disebut sebagai heat (panas), sebab suhu tubuh
betina sedikit meningkat. Lama siklus estrus pada tikus adalah 4-5 hari. Spesies yang
mengalami siklus estrus tidak terjadi pendarahan vagina episodik, tetapi proses
endokrin sama seperti siklus menstruasi. Perbedaan antara siklus estrus dan siklus
menstruasi terdapat pada yang akan dialami oleh lapisan uterus Ketika kehamilan
tidak terjadi. Pada siklus estrus, endometrium diserap kembali oleh uterus. Sedangkan
pada siklus menstruasi, endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan
terjadi pendarahan. Adapun fase estrus terdiri dari 4 fase, yaitu :

1) Proestrus
Proesturs adalah fase persiapan. Fase ini biasanya pendek, gejala yang terlihat berupa
perubahan-perubahan tingkah laku dan perubahan alat kelamin bagian luar. Tingkah
laku betina agak lain dengan kebiasaannya, misalnya menjadi sedikit gelisah,
memperdengarkan suara yang tidak biasa terdengar atau malah diam saja. Alat
kelamin betina luar mulai memperlihatkan tanda-tanda bahwa terjadi peningkatan
peredaran darah di daerah itu. Meskipun telah ada perubahan yang menimbulkan
gairah sex, namun hewan betina ini masih menolak pejantan yang datang karena
tertarik oleh perubahan tingkah laku tersebut (Partodiharjo, 1982). Ciri-ciri fase
proestrus Ketika diamati di bawah mikroskop adalah jumlah sel epitel berinti yang
lebih banyak dibandingkan jumlah leukosit.

2) Estrus
Estrus adalah fase yang terpenting dalam siklus berahi, karena dalam fase ini hewan
betina memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap jenis hewan dan dalam fase
ini pula hewan betina mau menerima pejantan untuk kopulasi. Ciri khas dari estrus
adalah terjadinya kopulasi (Partodiharjo, 1982). Ciri-ciri fase estrus Ketika diamati di
bawah miskroskop adalah sel epitel bertanduk dalam jumlah besar dan tidak adanya
sel epitel berinti.

3) Metestrus
Metestrus adalah fase dalam siklus berahi yang terjadi segera setelah estrus selesai.
Gejala yang dapat dilihat dari luar tidak terlihat nyata, namun pada umumnya masih
didapatkan sisa-sisa gejala estrus. Bedanya dengan estrus ialah bahwa meskipun
gejala estrus masih dapat dilihat tetapi hewan betina telah menolak pejantan untuk
aktivitas kopulasi. Serviks telah menutup, kelenjar-kelenjar serviks merubah sifat
hasil sekresinya dari cair menjadi kental. Lendir kental ini berfungsi sebagai sumbat
lumen serviks (Partodiharjo,1982). Ciri-ciri fase metestrus Ketika diamati di bawah
mikroskop adalah jumlah sel epitel menurun dan jumlah leukosit meningkat.

4) Diestrus
Diestrus adalah fase dalam siklus berahi yang ditandai dengan tidak adanya
kebuntingan, tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi tenang. Dari periode
permulaan diestrus, endometrium masih mempelihatkan kegiatan, yaitu pertumbuhan
kelenjar-kelenjar endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok dan banyak

3
diantaranya yang berkelok hingga membentuk spiral. Tetapi pada pertengahan fase
diestrus, kegiatan-kegiatan endometrium ini berdegenerasi yang akhirnya hanya
tinggal kelenjar-kelenjar permukaan yang cetek. Dalam periode permulaan diestrus,
corpus hemorrhagicum mengkerut karena di bawah lapisan hemorhagik ini tumbuh
sel-sel kuning yang disebut luteum. Diestrus adalah fase yang terlama diantara fase-
fase yang terdapat dalam siklus berahi (Partodiharjo,19). Ciri-ciri fase diestrus Ketika
diamati di bawah mikroskop adalah jumlah leukosit yang banyak dengan beberapa sel
epitel.

Siklus estrus sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progestron yang
dihasilkan oleh ovarium, serta hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormon) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Hormon FSH berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium. Folikel yang sedang tumbuh
mensekresikan hormon estrogen. Ketika hormon estrogen meningkat, hipofisis
anterior meningkatkan sekresi hormon LH sehingga terjadi ovulasi. Setelah terjadinya
ovulasi, LH merangsang jaringan folikel yang tertinggal di ovarium untuk membentuk
korpus luteum yang akan mensekresikan hormon progesterone.

4
BAB II
HASIL PRAKTIKUM

1.3Data Hasil Pengamatan


Gamba Nama Sel Pembesaran Fase
r Gambar
A  Panah Biru: Sel 400x Metestrus
Epitel Bertanduk
 Panah Merah: Sel
Leukosit

A.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Siklus Estrus Mencit


Percobaan yang dilakukan kali ini menggunakan hewan coba, yaitu mencit
betina (Mus muculus). Untuk membuktikan adanya siklus estrus, dapat ditentukan
dengan analisis hormonal dan sitology vagina baik dengan teknik pemeriksaan
langsung (wet smear) atau dengan teknik pewarnaan (Papanicolau dan Metilen Biru).
Yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah teknik pemeriksaan langsung yang
dimana cara melakukannya adalah dengan menggunakan sekresi vagina yang didapat
dari pemasukan ujung pipet plastik yang berisi 1 ml larutan (Saline) ke dalam vagina
mencit, hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui fase apa yang dialami oleh
hewan coba.

Proestrus
Proestrus merupakan fase awal dimana apakah si betina mau menerima si
jantan atau tidak. Fase ini juga periode persiapan yang ditandai dengan pertumbuhan
dan perkembangan folikel di dalam ovarium oleh Follicle Stimulating Hormone
(FSH) serta oleh Luteinizing Hormone (LH). Ovarium kemudian meningkatkan
produksi estrogen melalui peningkatan cairan folikel dan terjadi perkembangan organ-
organ reproduksi yaitu tuba falopi, uterus, dan vagina. Pada hapusan vagina akan
terlihat sel-sel epitel yang berinti yang telah mulai kehilangan inti (bertanduk) dan
tidak ada lagi / hanya sedikit saja leukosit. Sel-sel bertanduk ini terbentuk akibat
adanya pembelahan sel epitel berinti secara mitosis dengan sangat cepat sehingga inti
pada sel yang baru belum terbentuk sempurna bahkan belum terbentuk inti. Proestrus
merupakan fase yang berlangsung sekitar 12 jam dan terjadi sebelum fase estrus.

Estrus

6
Estrus merupakan fase dimana estrogen memiliki kadar yang tinggi dan bisa
disebut sebagai periode birahi dan dapat dilihat dari adanya lendir yang keluar sampai
ke vulva. Pada tahap ini, si betina siap menerima si jantan sehingga memungkinkan
untuk terjadi kopulasi (hubungan intim). Hormon yang memiliki pengaruh paling
besar pada tahap ini adalah LH. Hal ini dapat dilihat pada masa sesudah estrus,
dimana LH membantu ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Dalam fase ini, pada
hapusan vagina mulai terlihat ada banyak sel-sel epitel yang mengalami komifikasi
(sel epitel bertanduk). Lama periode estrus pada mencit berlangsung sekitar 12 jam
dan terjadi sebelum fase Metestrus.

Metestrus
Metestrus merupakan tahap awal tumbuhnya korpus luteum setelah terjadi
ovulasi (fase luteal), dimana sekresi estrogen turun dan terjadi peningkatan dalam
pengeluaran hormon progesterone, yang menyebabkan uterus kembali tenang dan
mempersiapkan diri untuk kehamilan. Luteotropic Hormone (LTH) disekresikan
untuk mempertahankan korpus luteum dan terjadi pertumbuhan endometrium secara
cepat. Metestrus terjadi setelah fase estrus berakhir dan berlangsung selama 21 jam.

Diestrus
Diestrus merupakan tahap dimana hewan betina tidak hamil karena tidak
terjadi pembuahan (fertilisasi) dan berlangsung paling lama jika dibandingkan dengan
tahap lainnya, yaitu sekitar 57 jam. Pada tahap ini, terjadi pematangan pada korpus
luteum dan pengaruh progesteron memengaruhi organ reproduksi, yaitu serviks
menutup dan lendir vagina menjadi keruh dan lengket dan selaput mocusa vagina
menjadi pucat.

Ciri-ciri pada siklus estrus dapat digambarkan sebagai berikut


1. Proestrus : adanya jumlah sel epitel berinti yang lebih banyak dari jumlah
leukosit.
2. Estrus : adanya sel epitel bertanduk dalam jumlah besar dan tidak terdapat sel
epitel berinti, sel leukositnya sangat sedikit atau hampir tidak ada.
3. Metestrus : adanya jumlah sel epitel yang menurun dan sel leukosit yang
meningkat jumlahnya.
4. Diestrus : adanya sel leukosit yang lebih banyak dengan beberapa sel epitel.

7
Berikut bentuk fase-fase dari siklus estrus pada mencit dengan perbesaran 400x
pada praktikum kali ini:
Fase Metestrus

Pada percobaan yang kita lakukan, kelompok kita hanya bisa mendapatkan 1
dari 4 tahap siklus estrus, yaitu metestrus. Hambatan yang menyebabkan kelompok
kita tidak bisa mendapatkan keempat tahap tersebut adalah dari semua mencit yang
telah kita ambil sampel sel vagina, tidak terdapat sel yang menunjukkan fase
proestrus, estrus, dan diestrus. Karena, tahap-tahap yang dialami pada mencit tidak
bisa ditentukan oleh manusia.

8
BAB IV
KESIMPULAN

Dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan, kelompok kami dapat menyimpulkan


bahwa:
1. Siklus estrus pada mencit berlangsung selama 4-5 hari.
2. Siklus estrus berlangsung dalam 4 fase, yaitu fase proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus.
3. Pada fase proestrus, terdapat banyak sel epitel berinti dengan sedikit sel leukosit.
4. Pada fase estrus, terdapat banyak sel epitel bertanduk yang berasal dari komifikasi
sel epitel berinti dengan sedikit atau hampir tidak adanya sel leukosit.
5. Pada fase metestrus, jumlah sel epitel menurun dan jumlah sel leukosit meningkat.
6. Pada fase diestrus, terdapat banyak sel leukosit dengan sedikit sel epitel.

Perbandingan antara Siklus Estrus Mencit dan Siklus Menstrual Wanita


Siklus estrus mencit berlangsung selama 4-5 hari, sedangkan siklus menstrual
pada wanita rata-rata berlangsung selama 28 hari. Siklus mencit berlangsung selama
seumur hidup, sedangkan siklus menstruasi wanita dibatasi oleh menopause. Terdapat
4 fase dalam siklus estrus, yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Sedangkan
pada siklus menstrual wanita terdapat 3 fase yaitu proliferasi, sekretori dan
menstruasi.
Berdasarkan hormon yang dihasilkan, siklus estrus dapat disamakan dengan
siklus menstruasi pada wanita. Fase proestrus memiliki kesamaan dengan fase
proliferasi karena memiliki persamaan dengan pada tingginya kadar FSH yang
membantu pematangan folikel. Fase estrus juga memiliki kesamaan dengan fase
proliferasi yang dilihat dari tingginya kadar hormon estrogen yang memicu
diproduksinya hormon LH. Fase metestrus memiliki kesamaan dengan fase sekretori
karena di kedua fase ini, kadar hormon LH sangat tinggi sehingga terjadi ovulasi.
Fase diestrus memiliki kesamaan dengan fase menstruasi, pada fase diestrus hal ini
ditandai dengan corpus luteum dengan bantuan LH dan mensekresikan progesteron
dan estrogen kemudian setelah tinggi kadarnya, LH akan menurun yang berakibat
menurunnya hormon progesteron dan estrogen, sedangkan pada siklus menstruasi
wanita, hal tersebut juga terjadi, akan tetapi terbentuknya corpus luteum dan sekresi

9
hormon progesteron dan estrogen terjadi di fase sekretori. Kedua hormon tersebut
mempersiapkan dinding rahim wanita untuk terjadinya implantasi. Kemudian
tingginya kadar hormon progesteron dan estrogen memberi negative feedback 12
sehingga kadar LH menurun, progesteron dan estrogen ikut menurun, sehingga terjadi
peluruhan dinding endometrium rahim dan hal ini dikategorikan ke fase mentrual
menurut buku Martini edisi XI. Fase menstruasi pada wanita disertai pendarahan
akibat peluruhan dinding endometrium yang dapat terjadi selama 3-7 hari. Berbeda
pada mencit, endometrium yang mengalami peluruhan akan diserap kembali oleh
uterus mencit sehingga tidak terjadi pendarahan yang terlalu banyak

10
DAFTAR PUSTAKA

Desiyani Nani, S. Kep., Ns., M.Sc. (2018). Fisiologi Manusia: Siklus Reproduksi
Wanita. Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya Grup.
Imelda Fitri, SST., M.Keb. (2017). Lebih Dekat dengan Sistem Reproduksi
Wanita. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Nadayatul Khaira Huda, Ramadhan Sumarmin, Yuni Ahda. PENGARUH EKSTRAK
SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.) TERHADAP SIKLUS ESTRUS
MENCIT (Mus musculus L. Swiss Webster). Sumatera Barat : Universitas Andalas.

11

Anda mungkin juga menyukai