Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

SIKLUS MENSTRUASI

PEMBIMBING :

dr. Fredrico Patria, SpOG (K)

DISUSUN OLEH :

Primadilla Rahma Anggia Ayu

1102015178

KEPANITERAAN KLINIK OBTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO PERIODE
JANUARI 2020 – MARET 2020
BAB I

PENDAHULUAN

Pada wanita selama masa reproduksi terdapat siklus menstruasi. Siklus


ini berkaitan dengan pembentukan sel telur dan pembentukan endometrium.
Setiap siklus membutuhkan waktu kurang lebih sekitar satu bulan yang
mencakup proses oogenesis dan persiapan dari uterus untuk menerima ovum
yang sudah dibuahi. Keadaan ini sepenuhnya diatur oleh hormon-hormon yang
di sekresi oleh hipotalamus, hipofisis anterior, dan ovarium. Siklus ovarium adalah
serangkaian peristiwa yang terjadi di ovarium, yang muncul selama hingga
sesudah pematangan oosit hingga terjadinya ovulasi. Sedangkan siklus uterus
(menstruasi) merupakan suatu peristiwa terjadinya perubahan-perubahan pada
dinding endometrium pada uterus untuk mempersiapkan kedatangan dari ovum
yang sudah dibuahi yang nantinya akan terus berkembang hingga janin dapat
bertumbuh atau terjadi proses kehamilan. Namun apabila fertilisasi atau
pembuahan ovum oleh sperma tidak terjadi, maka terjadilah peluruhan dinding
1
endometrium yang ditandai dengan keluarnya darah dari alat kemaluan.

Siklus haid dapat dialami mulai dari menarke sampai menopause.


Menarke adalah haid pertama kali yang dialami seorang wanita sekaligus
pertanda berakhirnya masa pubertas, masa peralihan dari masa anak menuju
masa dewasa, pada umumnya terjadi pada usia sekitar 14 tahun. Sedangkan
menopause adalah haid terakhir yang dikenali bila setelah haid terakhir tersebut
minimal satu tahun tidak mengalami haid lagi.2

Siklus-siklusi ini berhubungan nantinya agar wanita dapat mencapai


kehamilan maupun perencanaan keluarga berencana (KB) bagi para dokter.
Sehingga penting untuk menguasai dan mengerti mengenai siklus-siklus
tersebut. Maka dari itu, pada referat ini, penulis ingin memberikan penjelasan
mengenai siklus ovarium hingga terjadinya siklus uterus (menstruasi).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Defenisi

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan endometrium, dimana apabila kurang lebih 14 hari paskaovulasi tidak
terjadi suatu pembuahan, maka dinding endometrium akan meluruh dan keluar
darah melalui vagina.2 Pada pengertian klinik, haid dinilai berdasarkan tiga hal.
Yakni siklus, lama, dan jumlah darah yang keluar selama satu kali haid. Siklus haid
yaitu jarak antara hari pertama haid dengan hari pertama haid berikutnya, dikatakan
normal apabila tidak kurang dari 24 hari dan tidak lebih dari 35 hari. Lama haid
yaitu jarak dari hari pertama haid sampai perdarahan haid berhenti, yakni 3-7 hari.
2
Sedangkan jumlah darah yakni tidak melebihi 80 mL, ganti pembalut 2-6 kali per hari.

1.2 Fisiologi Menstruasi


Menstruasi merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan baku dari
2
sumbu Hipotalamus – Hipofisis – Ovarium (sumbu HHO). Terdapat dua siklus
yang memegang peran penting dalam terjadinya haid atau menstruasi yakni siklus
ovarium dan siklus uterus (endometrial).

 Siklus ovarium

Durasi rata-rata pada siklus ini kurang lebih 28 hari (dari rentang 25-32
hari). Terjadinya suatu peristiwa hormonal menyebabkan ovulasi dan pada
akhirnya mengarah ke siklus menstruasi. Perubahan histologis pada
endometrium (siklus uterus) selalu berjalan bersamaan dan
berkesinambungan dengan siklus ovarium. Siklus ovarium dibagi menjadi 3
fase, yakni :2,3
1. Fase folikuler (fase preovulasi)

Panjang fase folikuler berkisar antara 10-14 hari. Selama fase ini
terdapat proses steroidogenesis, folikulogenesis, dan oogenesis/meiosis
yang saling terkait satu sama lain. Fase ini diawali dengan pertumbuhan dari
folikel antral, namun pada hari ke 5-7 hanya satu folikel dominan yang tetap
tumbuh akibat sekresi FSH yang menurun.

Folikulogenesis sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum seorang


wanita dilahirkan, diawali dari folikel primordial, kemudian folikel
preantral, folikel antral hingga menjadi folikel preovulasi.

Gambar 1. Perkembangan folikel. 5

2. Fase Ovulasi

Pada fase ovulasi, lonjakan LH sangat penting untuk proses


keluarnya oosit dan folikel. Lonjakan LH disebabkan oleh kadar
estrogen yang tinggi yang dihasilkan oleh folikel preovulasi. Ovulasi
diperkirakan terjadi 34-36 jam setelah lonjakan estrogen dan 10-12 jam
setelah paskapuncak LH, 34-36 jam paskaawal lonjakan LH. Lonjakan
LH memacu sekresi prostaglandin dan progesteron bersama lonjakan
FSH mengaktivasi enzim proteolitik menyebabkan dinding folikel
pecah. Pecahnya dinding tersebut menyebabkan oosit sekunder keluar
yang nantinya akan ditangkap oleh fimbriae tuba falopi. Lama kelamaan
seluruh sel granulosa yang melekat pada membran basalis pada seluruh
dinding folikel berubah menjadi sel luteal.

Gambar 2. Siklus ovulasi.5

3. Fase luteal ( paskaovulasi)

Menjelang dinding folikel pecah dan keluarnya oosit saat ovulasi, sel
granulosa menjadi membesar dan timbul vakuol beserta penumpukan
pigmen kuning, lutein proses luteinisasi yang kemudian dikenal sebagai
korpus luteum. 2 hari paskaovulasi, pembuluh-pembuluh darah dan kapiler-
kapiler menginvasi lapisan sel granulosa. Neovaskularisasi yang
berlangsung dengan cepat ini diakibatkan oleh produksi dari VEGF
(vascular endothelial growth factor) dan angipoetin sebagai respon
terhadap LH. Selama luteinisasi, sel-sel ini menjadi hipertrofi, dan
meningkatkan kapasitas mereka untuk menghasilkan hormon- hormon.
Korpus luteum mampu menghasilkan baik progesteron, estrogen maupun
androgen. Kemampuan menghasilkan steroid seks korpus luteum sangat
bergantung pada tonus kadar LH pada fase luteal. Kadar progesteron dan
estradiol mencapai puncaknya sekitar 8 hari paskalonjakan LH, dan
kemudian menurun perlahan jika tidak terjadi pembuahan, GnRH kembali
meningkat sehingga kembali lagi ke fase folikuler dan siklus ovarium yang
baru dimulai lagi. Korpus luteum akan mengalami regresi 9-11
paskaovulasi, diduga akibat luteolisis estrogen yang dihasilkan oleh korpus
luteum sendiri. Namun apabila terjadi pembuahan sekresi progesteron tidak
akan menurun karena diselamatkan oleh hCG (human chorionic
gonadotropin).

Gambar 3. Siklus ovarium & uterus.3


 Siklus uterus (endometrium)

Uterus merupakan organ target steroid seks ovarium, sehingga


perubahan histologik pada dinding endometrium selaras dengan
pertumbuhan folikel atau seks steroid yang dihasilkannya. Lapisan
endometrium yang berperan dalam proses menstruasi hanyalah stratum
fungsionalis, hal ini dikarenakan lapisan ini memberi respons terhadap
stimulus steroid seks. Pada akhir fase luteal ovarium, sekresi estrogen dan
progesteron menurun drastis sehingga mengakibatkan stratum fungsionalis
terlepas atau meluruh, dan menyisakan stratum basalis sedikit bagian dari
stratum fungsionalis. Selanjutnya endometrium yang tipis tersebut
memasuki siklus haid berikutnya. Selama satu siklus haid pertumbuhan
2,6
dinding endometrium melalui beberapa fase, yakni:

a. fase proliferasi (berlangsung 5-7 hari atau paling lama 21-30 hari)4

Pada siklus haid, fase akhir luteal, terdapat stratum basalis dan
sedikit sisa lapisan stratum fungsionalis dengan ketebalan yang
beragam. Pada fase folikuler, folikulogenesis menghasilkan steroid
seks. Steroid seks terutama estrogen ini akan memicu pertumbuhan
dinding endometrium untuk kembali menebal. Pertumbuhan
endometrium dinilai dari penampakan histologi dari kelenjar, stroma
dan pembuluh darah (arteria spiralis). Pada awalnya kelenjar lurus
pendek, ditutup oleh epitel silindris pendek. Kemudian epitel
kelenjar mengalami proliferasi dan pseudostratifikasi, melebar
kesamping sehingga mendekati dan bersentuhan dengan kelenjar
disebelahnya. Epitel penutup permukaan kavum uteri yang rusak
dan hilang saat haid sebelumnya terbentuk kembali. Stroma
endometrium awalnya padat akibat haid sebelumnya menjadi edema
dan longgar. Arteri spiralis lurus tidak bercabang, menembus
stroma, menuju permukaan kavum uteri sampai tepat dibawah
membran epitel penutup permukaan kavum uteri. Tepat dibawah
epitel permukaan kavum uteri, arteri spiralis membentuk anyaman
longgar pembuluh darah kapiler.

Ketiga komponen endometrium, kelenjar, stroma, dan endotel


pembuluh darah mengalami proliferasi dan mencapai puncaknya
pada hari ke 8-10 siklus, sesuai dengan puncak kadar estradiol
serum, dan kadar reseptor estrogen di endometrium. Proliferasi
endometrium tampak jelas pada stratum fungsionalis, di dua pertiga
atas korpus uteri, tempat sebagian besar implantasi blastosis terjadi.
Tebal endometrium pada awal fase proliferasi kurang lebih sekitar
0,5mm kemudian tumbuh menjadi 3,5-5 mm.

Pada fase ini, hormon yang sangat berperan adalah estrogen.


Estrogen adalah hormon yang memacu terbentuknya komponen
jaringan, ion, air, dan asam amino. Selain itu estrogen juga memiliki
peran dalam meningkatnya jumlah sel mikrovili yang memiliki
silia, sel bersilia tersebut nantinya agak bergerak sesuai pola dan
irama yang dapat membantu proses penyebaran dan distribui sekresi
endometrium selama fase sekresi. Stroma endometrium yang kempis
pada saat haid menjadi mengembang kembali dan merupakan
komponen pokok pertumbuhan penebalan kembali endometrium.
Limfosit dan makrofag banyak ditemukan didalam stroma
sepanjang siklus haid.

b. Fase sekresi (berlangsung selama kurang lebih 12-14 hari)4

Korpus luteum yang terbentuk selama fase luteal menghasilkan


estrogen dan progesteron ternyata juga ikut berperan dalam
pertumbuhan endometrium dari fase proliferasi menjadi fase sekresi.
Aktivitas sekresi didalam sel kelenjar yang disertai dengan
pergerakan vakuol dari intraseluler menuju intraluminal dapat
dilihat 7 hari paskaovulasi. Pada fase sekresi, tampak kelenjar
menjadi lebih berliku- liku dan menggembung, dimana epitel
tersusun rapih seperti gigi, dengan stroma menjadi edem serta arteri
spiralis menjadi terpilin. Kelenjar-kelenjar juga menjadi lebih aktif
mengeluarkan glikoprotein dan peptida kedalam kavum uteri (untuk
makanan awal embrio yang sedang berkembang sebelum
implementasinya, atau fase progestasional)6, selain itu didapati pula
transudasi plasma.

c. Fase Menstruasi atau Haid.

Normal fase Luteal berlangsung selama 14 hari yaitu, hari 23


siklus menjelang haid. Bila dalam 14 hari terjadi pembuahan, maka
kadar estrogen dan progesteron meningkat dan menyebabkan fase
implantasi. Namun, jika dalam 14 hari tidak terjadi kehamilan maka
usia korpus luteum akan berakhir diikuti kadar estrogen dan
progesteron yang semakin menurun.2,6 Kadar estrogen dan
progesteron yang rendah dapat menyebabkan beberapa keadaan yakni

- Tebal endometrium menurun. Hal ini menyebabkan aliran


darah ke pembuluh darah spiralis dan aliran vena menurun
dan terjadi vasodilatasi. Kemudian arteriol spiralis
mengalami vasokonstriksi dan relaksasi secara ritmik
dengan vasokonstriksi semakin dominan berlangsung
semakin lama dan endometrium menjadi pucat. Oleh
karena itu, 24 jam menjelang haid, endometrium
mengalami iskemia, dan terbendung stasis. Sel darah
putih keluar dari dinding pembuluh darah kapiler, dan
menyebar kedalam stroma. Sel darah merah juga
memasuki rongga interstitial, thrombin platelet plugs
muncul di pembuluh darah permukaan. Kadar PGF 2α dan
PGE 2 endometrium fase sekresi mencapai puncaknya.
Vasokonstriksi dan kontraksi miometrium terjadi.
- Apoptosis. Pada awal fase sekresi, asam fosfatase dan
enzim lisis yang kuat didapatkan didalam lisosom, dan
pelepasannya dihambat oleh progesteron. Sehingga pada
saat kadar estrogen dan progesteron menjadi rendah,
enzim tersebut menjadi lepas dan masuk kedalam
sitoplasma epitel, stroma, sel endotel, serta ruangan
interseluler dan menyebabkan hancurnya sel disekitarnya;
dilepaskannya prostaglandin; ekstravasasi sel darah
merah; nekrosis jaringan; dan trombosis pembuluh darah.
Proses ini dinamakan sebagai program kematian sel atau
apoptosis.

- Pelepasan endometrium. Kadar progesteron yang


menurun memicu sekresi enzim MMPs, yang kemudian
ekspresi MMPs meningkat di sel desidua pada akhir fase
sekresi. Hal ini mengakibatkan membran sel hancur, dan
matriks ekstraseluler rusak, sehingga jaringan
endometrium hancur dan terlepas hingga terjadilah haid.
Paska haid, ekspresi MMPs kembali menurun, karena
tertekan oleh kadar estrogen yang kembali meningkat.

Hal yang menyebabkan perdarahan pada siklus haid berhenti adalah


kolaps jaringan; vasokonstriksi arteri radialis dan spiralis pada stratum basalis;
stasis vaskuler yang merupakan hasil keseimbangan antara proses pembekuan
(oleh Tissue Factor yang dihasilkan oleh stroma dan PAI 1) dan fibrinolisis (oleh
Plasminogen yang berubah menjadi plasmin); estrogen pada siklus setelahnya
yang mulai meningkat memicu penyembuhan endometrium.2,3

1.3 Fungsi Hormon-Hormon Ovarium—Estradiol dan Progesteron.5


Kedua jenis hormon kelamin ovarium adalah estrogen dan progestin. Sejauh ini
yang paling penting dari estrogen adalah hormon estradiol dan yang paling penting
dari progestin adalah progesteron. Estrogen terutama meningkatkan proliferasi dan
pertumbuhan sel-sel khusus di dalam tubuh yang berperan dalam perkembangan
sebagian besar karakteristik kelamin sekunder wanita. Progestin berfungsi terutama
untuk persiapan uterus untuk menerima kehamilan dan persiapan payudara untuk
laktasi.
 Fungsi Estrogen—Efeknya pada Karakteristik Kelamin Primer dan Sekunder
Fungsi primer dari estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dan
pertumbuhan jaringan organ-organ kelamin dan jaringan lain yang berkaitan
dengan reproduksi.6
Efek Estrogen pada Uterus dan Organ Kelamin Luar Wanita. Selama
masa kanak-kanak, estrogen disekresi hanya dalam jumlah kecil, tetapi pada
saat pubertas, jumlah yang disekresi pada wanita di bawah pengaruh
hormon-hormon gonadotropin hipofisis meningkat sampai 20 kali lipat atau
lebih. Pada saat ini, organ-organ kelamin wanita akan berubah dari yang
dimiliki seorang anak menjadi yang dimiliki seorang wanita dewasa. Ova-
rium, tuba fallopii, uterus, dan vagina, semuanya bertambah besar. Selain
itu, genitalia eksterna membesar, dengan deposisi lemak pada mons pubis
dan labia mayora dan disertai pembesaran labia minora. Selain itu, estrogen
juga mengubah epitel vagina dari tipe kuboid menjadi bertingkat, yang
dianggap lebih tahan terhadap trauma dan infeksi daripada epitel sel kuboid
prapubertas. Infeksi vagina pada anak sering dapat disembuhkan dengan
pemberian estrogen hanya karena estrogen dapat meningkatkan ketahanan
epitel vagina.
Selama beberapa tahun pertama sesudah pubertas, ukuran uterus
meningkat menjadi dua sampai tiga kali lipat, tetapi yang lebih penting
daripada bertambahnya ukuran uterus adalah perubahan yang berlangsung
pada endometrium uterus di bawah pengaruh estrogen. Estrogen
menyebabkan terjadinya proliferasi yang nyata stroma endometrium dan
sangat meningkatkan perkembangan kelenjar endometrium, yang nantinya
akan membantu memberi nutrisi pada ovum yang berimplantasi. Efek ini
akan dibicarakan nanti di bab yang berkaitan dengan siklus endometrium.
Efek Estrogen pada Tuba Fallopii. Estrogen berpengaruh pada mukosa yang
membatasi tuba fallopii, sama seperti efek estrogen terhadap endometrium
uterus. Estrogen menyebabkan jaringan kelenjar lapisan tersebut
berproliferasi, dan yang penting, estrogen menyebabkan jumlah sel-sel
epitel bersilia yang membatasi tuba fallopii bertambah banyak. Aktivitas
silia juga meningkat. Silia tersebut selalu bergerak ke arah uterus, yang
membantu mendorong ovum yang telah dibuahi ke arah uterus.
 Fungsi-Fungsi Progesteron
Efek Progesteron pada Uterus. Sejauh ini fungsi progesteron yang
paling penting adalah untuk meningkatkan perubahan sekretorik pada
endometrium uterus selama separuh terakhir siklus seksual bulanan wanita,
sehingga mempersiapkan uterus untuk menerima ovum yang sudah dibuahi.
Selain dari efek terhadap endometrium, progesteron juga mengurangi
frekuensi dan intensitas kontraksi uterus, sehingga membantu mencegah
terlepasnya ovum yang sudah berimplantasi. Efek Progesteron pada Tuba
Fallopii. Progesteron juga meningkatkan sekresi pada mukosa yang
membatasi tuba fallopii. Sekresi ini dibutuhkan untuk nutrisi ovum yang
telah dibuahi, dan sedang membelah, sewaktu ovum bergerak dalam tuba
fallopii sebelum berimplantasi.

Gambar 4. Sekresi dan efek hormon pada siklus reproduksi wanita.5


1.4 Faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi.5
Mekanisme haid belum diketahui seluruhnya, akan tetapi sudah dikenal beberapa
faktor yang, kecuali faktor hormonal, memegang peranan dalam hal ini. Yang
penting adalah:5
 Faktor-faktor enzim :
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-
enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan
glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut
serta dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan
stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis
mukopolisakarida terhenti, dengan akibat mempertinggi permeabilitas
pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase
proliferasi. Dengan demikian, lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke
stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum, apabila
terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya
kadar progesteron, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan dan merusakkan
bagian sel-sel yang berperan dalam sintesis protein. Karena itu, timbul
gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi
endometrium dan perdarahan.
 Faktor-faktor vaskular :
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi
dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium
ikut tumbuh pula arteria-arteria, vena-vena dan hubungan antaranya, seperti
digambarkan di atas.Dengan regresi endometrium timbul stasis dalam vena-
vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri dan
akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom,
baik dari arteri maupun dari vena.
 Faktor prostaglandin :
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan
desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan
berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi
perdarahan pada haid.

1.5 Tanda dan Gejala Menstruasi.2

Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada saat
masa menstruasi :2

a) Kram perut
Disebabkan karena terjadinya vasospasmus, dimana diproduksinya
prostaglandin (PG) yang meningkatkan kontraksi uterus.
b) Nyeri payudara
Kelenjar mama sangat sensitif terhadap pengaruh hormon estrogen dan
progesteron. Pembesaran mama disebabkan oleh perubahan vaskular,
bukan karena kelenjar, dan terjadi pada fase luteal sebagai respons dari
kenaikan progesteron. Sedangkan pembesaran mama pada pubertas,
merupakan respons dari peningkatan estrogen.
c) Perubahan suasana hati
Adanya peningkatan labilitas emosi ( perubahan mood) disebabkan karena
penurunan progesteron. Namun, perubahan mood tidak sinkron dengan
fluktuasi hormon.
BAB III

KESIMPULAN

Haid atau menstruasi merupakan ciri khas kematangan biologis seorang


perempuan. Setiap perempuan normal akan mengalami haid setiap bulannya, yang
dipengaruhi oleh faktor hormon, enzim , vascular, dan prostaglandin. Pada umunya
wanita mengalami siklus menstruasi yang berbeda-beda sesuai dengan aktifitas
hormonal yang bekerja pada tubuh setiap individu. Siklus menstruasi dapat
dijadikan sebagai dasar untuk kesehatan reproduksi wanita dewasa dan
mempersiapkan kehamilan. Siklus menstruasi tidak selamanya akan berjalan akan
ada fase dimana tidak akan terjadi menstruasi yang sering di sebut dengan
menopause. Hal ini disebabkan karena sudah tidak mampunya ovarium
menghasilkan hormon estrogen sehingga menyebabkan ketidakseimbangan
hormon.
DAFTAR PUSAKA

1. Tortora, Gerrad J., Derrickson, Bryan. 2012. Principles of Anatomy

and Physiology Maintanence and Continuity of the Human Body,

13th ed. New Jersey: John Wiley and Sons,Inc.

2. Prawihardjo S. 2014. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina

Pustaka Sarwono Prawihardjo.

3. Cunningham FG, Gant NF, Laveno JK, Gauth JC, Gilstrap LC,

Wenstron KD. 2010. Maternal Physiology. Williams Obstetrics.

23rd ed. New York: McGrawHill Medical Publishing Division.

4. Rajkovic A, Stephanie AP, Martin MM. 2006. Follicular

Development : Mouse, Sheep and Human Model. In. Neill Jimmy D.

Knobil and Neill’s Physiology of Reproduction. 3rd ed. London:

Elsevier.

5. Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.

Jakarta. EGC.

6. Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia Ed. 8. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai