MENSTRUASI
BAB. I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menstruasi, haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh
wanita yang terjadi secara berkala, menstruasi bisa diartikan sebagai suatu
proses yang dialami oleh remaja yang biasanya terjadi pada usia 10 sampai 16
tahun, ditandai dengan adanya perdarahan dari rahim, biasanya terjadi setiap
bulan selama 3-7 hari, periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia
hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. dan
tergantung pada berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan wanita,
status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. banyak perempuan
yang mengalami masalah selama menstruasi seperti sindrom menstruasi dan
menstruasi yang tidak teratur.
B. Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk menjelaskan dan mengajarkan lebih
jauh lagi kepada masyarakat khususnya perempuan mengenai menstruasi dan
problem problem apa saja yang biasa dihadapi wanita pada saat menstruasi
serta pencegahan problem tersebut.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul paper di atas, rumusan masalah yang menjadi focus dalam
penulisan ini adalah: mengetahui fisiologis menstruasi dan gangguan menstruasi
serta pencegahannya.
BAB. II : PEMBAHASAN
A. Fisiologis Menstruasi
Menstruasi merupakan hasil kerja sama yang sangat rapid an baku dari sumbu
hipotalamus-hipofisis-ovarium (HHO). Terdapat 2 siklus yang memegang peran
penting dalam menstruasi yakni siklus ovarium dan siklus uterus (endometrial)
1. Siklus ovarim
Durasi rata rata pada siklus ini kurang lebih 28 hari. Terjadinya suatu
peristiwa hormonal menyebabkan ovulasi dan pada akhirnya mengarah ke
siklus menstruasi. Perubahan histologis pada endometrium (siklus uterus)
selalu berjalan bersamaan dan berkesinambungan dengan siklus ovarium.
Siklus ovarium dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
a. Fase fosikuler (fase preovulasi)
Panjang fase folikuler berkisar antara 10-14 hari. Selama fase ini terdapat
proses steroidogenesis, folikulogenesis, dan oogenesis/meiosis yang
saling terkait satu sama lain. Fase ini diawali dengan pertumbuhan dari
folikel antral namun pada hari ke 5-7 hanya 1 folikel dominan yang tetap
tumbuh akibat sekresi FSH yang menurun.
b. Fase ovulasi
Pada fase ovulasi, lonjakan LH sangat penting untuk proses keluarnya
oosit dan folikel. Lonjakan LH disebabkan oleh kadar estrogen yang tinggi
yang dihasilkan oleh folikel preovulasi. Ovulasi diperkiran terjadi 34-36
jam setelah lonjakan estrogen dan 10-12 jam setelah pasca puncak LH,
34-36 jam paskaawal lonjakan LH. Lonjakan LH memacu sekresi
prostaglandin dan progesterone bersama lonjakan FSH mengaktivasi
enzim proteolitik menyebabkan dinding folikel pecah. Pecahnya dinding
tersebut menyebabkan oosit sekunder keluar yang nantinya akan
ditangkap oleh fimbriae tuba fallopi. Lama kelamaan seluruh sel granulosa
yang meekat pada membrane basalis pada seluruh dinding folikel
berubah menjadi sel luteal.
c. Fase luteal (fase pascaovulasi)
Menjelang dinding folikel pecah dan kelaurnya oosit saat ovulasi, sel
granulosa menjadi membesar dan timbul vakuol beserta penumpukan
pigmen kuning, lutein proses luteinisasi yang kemudian dikenal sebagai
korpus luteum. 2 hari pasca ovulasi, pembuluh pembuluh darah dan
kapiler kapiler menginvasi lapisan sel granulosa. Neovaskularisasi yang
berlangsung dengan cepat ini diakibatkan oleh produksi dari vesculer
endothelial growth factor (VEGF) dan angipoetin sebagai respon terhadap
LH. Selama luteinisasi, sel sel ini menjadi hipertropi, dan meningkatkan
kapasitas mereka untuk menghasilkan hormone hormone. Korpus luteum
mampu menghasilkan baik progesterone, estrogen maupun androgen.
Kemampuan menghasilkan steroid seks korpus luteum sangat bergantung
pada tonus kadar LH pada fase luteal, kadar progesterone dan estradiol
mencapai pundaknya sekitar 8 hari pasca lonjakan LH dan kemudian
menurun perlahan jika tidak terjadi pembuahan. GnRH kembali meningkat
sehingga kembali lagi ke fase volikuler dan siklus ovarium yang baru
dimulai lagi. Korpus luteum akan mengalami regresi 9-11 pascaovulasi,
diduga akibat luteolisis estrogen yang dihasilkan oleh korpus luteum
sendiri. Namun apabila terjadi pembuahan sekresi progesterone tidak
akan menurun karena diselamatkan oleh hCG (human chorioric
gonadotropin)
2. Siklus uterus
Uterus merupakan organ target steroid seks ovarium sehingga perubahan
histologic pada dinding endometrium selaras dengan pertumbuhan folikel
atau seks steroid yang dihasilkannya. Lapisan endometrium yang berperan
dalam proses menstruasi hanyalah stratum fungsionalis, hal ini dikarenakan
lapisan ini memberi respon terhadap stimulus steroid seks. Pada akhir fase
luteal ovarium, sekresi ekstrogen dan progesterone menurun drastic
sehingga mengakibatkan stratum fungsionalis terlepas atau meluruh, dan
menyisakan stratum basalis sedikit bagian dari stratum fungsionalis.
Selanjutnya endometrium yang tipis tersebut memasuki siklus haid
berikutnya, selama satu siklus haid pertumbuhan dinding endometrium
melalui beberapa fase, yaitu:
a. Fase poliferasi (berlangsung selama 5-7 hari, atau cukup lama 21-30
hari).
Fase ini dikaitkan dengan fase folikuler. Pada siklus haid, fase akhir luteal
terdapat stratum basalis dan sedikit sisa lapisan stratum fungsionalis
dengan ketebalan yang beragam. Pada fase folikuler, folikulogenesis
menghasilkan steroid seks, steroid seks terutama estrogen ini akan
memicu pertumbuhan dinding endometrium untuk kembali menebal.
Pertumbuhan endometrium dinilai dari penampakan histologi dari kelenjar,
stroma dan pembuluh darah (arteria spiralis). Pada awalnya kelenjar lurus
pendek ditutup oleh epitel silindris pendek, kemudian epitel kelenjar
mengalami poliferasi dan pseudostratifikasi, melebar ke samping
sehingga mendekati dan bersentuhan dengan kelenjar di sebelahnya.
Epitel penutup permukaan kavum uteri yang rusak dan hilang saat haid
sebelumnya terbentuk kembali. Stroma endometrium awalnya padat
akibat haid sebelumnya menjadi edema dan longgar. Arteri spiralis lurus
tidak bercabang menembus stroma menuju permukaan kavum uteri
sampai tepat di bawah membrane epitel penutup permukaan kavum uteri,
arteri spiralis membentuk anyaman longgar pembuluh darah kapiler.
Ketiga komponen endometrium, kelenjar, stroma, dan endotel pembuluh
darah mengalami poliferasi dan mencapai puncaknya pada hari ke 8-10
siklus sesuai dengan puncak kadar stradiol serum, dan kadar reseptor
estrogen di endometrium. Poliferasi endometrium tampak jelas pada
stratum fungsionalis, di 2/3 atas korpus uteri, tempat sebagian besar
implantasi blastosis terjadi. Tebal endometrium pada awal fase poliferasi
kurang lebih sekitar 0,5mm kemudian tumbuh menjadi 3,5-5mm. pada
fase ini hormone yang sangat berperan adalah estrogen, estrogen adalah
hormone yang memacu terbentuknya komponen jaringan, ion, air, dan
asam amino.
b. Fase sekresi (berlangsung selama kurang lebih 12-14 hari)
Korpus luteum yang terbentuk selama fase luteal menghasilkan estrogen
dan progesterone ternyata juga ikut berperan dalam pertumbuhan
endometrium dari fase poliferasi menjadi fase sekresi. Aktivitas sekresi di
dalam sel kelenjar yang disertai dengan pergerakan vakuol dari
intraseluler menuju intraluminal dapat dilihat 7 hari pascaovulasi. Pada
fase sekresi tampak kelenjar menjadi lebih berliku liku dan menggembung
dimana epitel tersusun rapi seperti gigi, dengan stroma menjadi edem
serta arteri spiralis menjadi terpilin. Kelenjar kelenjar juga menjadi lebih
aktif mengeluarkan glikoprotein dan peptide ke dalam kavum uteri, selain
itu didapati pula transfudasi plasma.
c. Fase implantasi
Pada 7 hari pascaovulasi atau hari ke 21-22 (siklus 28 hari) yakni
pertengahan fase luteal, saat puncak kadar estrogen dan progesterone
yang bertepatan dengan fase implantasi, stroma mengalami edema hebat.
Kadar estrogen dan progesterone yang meningkat hebat pada hari ke 7
pascaovulasi menyebabkan beberapa hal:
1) Memicu sintesis prostaglandin sehingga menyebabkan permeabilitas
pembuluh darah kapiler meningkat dan terjadilah edema stroma.
2) Terjadinya poliferasi arteri spiralis.
d. Fase deskuamasi
Pada hari ke 23 siklus menjelang hadi, predesidual membentuk lapisan
kompaktum pada bagian atas lapisan fungsionalis endometrium. Bila tidak
terjadi kehamilan maka usia korpus luteum akan berakhir diikuti kadar
estrogen dan progesterone yang semakin menurun, kadar estrogen dan
progesterone yang rendah dapat menyebabkan beebrapa keadaan seperti
tebal endometrium menurun, apoptosis, dan pelepasan endometrium. Hal
yang menyebabkan perdarahan pada siklus haid berhenti dalah kolaps
jaringan; vasokontriksi arteri radialis dan spiralis pada stratum basalis,
statis vaskuler yang merupakan hasil kesembangan antara proses
pembekuan dan fibrinolysis; estrogen pada siklus setelahnya yang mulai
meningkat memicu penyembuhan endometrium.
BAB.III : PENUTUP
Kesimpulan
Pada fisiologis menstruasi terdapat 2 siklus yang memegang peran penting dalam
menstruasi yakni siklus ovarium dan siklus uterus (endometrial). Siklus ovarium terdiri
atas fase fosikuler, ovulasi dan luteal sedangkan siklus uterus terdiri atas fase
poliferasi, fase sekresi, fase implantasi dan fase deskuamasi. Adapun gangguan
menstruasi seperti amenore, PMS, dismenore, menoragia, PMDD, dan oligomenore
serta pencegahan beberapa gangguan tersebut yakni dengan mengatur pola makan,
istirahat dan tidur, hidup sehat dengan olahraga dan memperhatikan kebersihan
menstruasi.