Anda di halaman 1dari 13

A.

TINJAUAN FISIOLOGIS
Siklus menstruasi adalah proses komplek yang mencakup system reproduksi dan
endokrin. Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan
progesterone.
Estrogen dihasilkan oleh folikel ovarium yang mengandung ovum yang sedang
berkembang dan oleh sel – sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang
berpengaruh adalah : Estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap
perkembangan dan pemeliharaan organ – organ reproduksi wanita dewasa.
Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan perubahan
siklus haid / bulanan dalam uterus.
Progesteron berperan dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus
selama siklus menstruasi. Hormon di sekresi oleh korpus luteum. Progesterone
mempunyai peranan penting dalam menyiapkan endometrium untuk implantasi ovum
setelah di buahi. Jika terjadi pembuahan, sekresi progesteron berperan penting
terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Selain itu
progesteron bekerja dengan estrogen menyiapkan payudara untuk menghasilkan dan
mensekresi ASI.
Andogen juga di hasilkan ovarium tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon ini
terlibat dalam perkembangan dini folikel dan mempengaruhi libido wanita.

B. MANIFESTASI KLINIK HAID


Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan
( deskuamasi ) endometrium.
Panjang siklus haid adalah jarak tanggal mulainya haid yang lalu dan mulai haid
berikutnya.
Hari pertama mulainya perdarahan di sebut hari pertama siklus, panjang siklus
haid normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik adalah 28 hari. Lama haid
biasanya antara 3 – 5 hari, Usia pertama kali mendapat haid ( menarche ) bervariasi
antara 10 – 16 tahun.
Statistik menunjukkan bahwa usia menarche di pengaruhi oleh faktor : keturunan,
keadaan gizi, dan keadaan umum.

C. ASPEK ENDOKRIN DALAM SIKLUS HAID


Pemegang peranan penting dalam proses ovulasi adalah hubungan
“Hipotalamus, Hipofisis, dan Ovarium” ( hypotalamic – pituitary – ovarian axis ).
Hipotalamus menghasilkan Gonadotropin Releasing Hormon ( Gn - RH ) karena
dapat merangsang pelepasan Lutenizing Hormone (LH) dan Folikel Stimulating
Hormon (FSH) dan hipofisis.
Perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid di sebabkan oleh mekanisme
umpan balik ( feedback ) antara hormon steroid dan hormon gonadotropin. Estrogen
menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH jika kadarnya rendah. Selain itu
estrogen juga mneyebabkan umpan balik negatif terhadap LH jika kadarnya tinggi.
Tempat umpan balik hormon gonadotropin terjadi di hipotalamus.
Tidak lama setelah haid dimulai, pada fase folikuler dini, beberapa folikel
berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH di sebabkan
oleh regresi korpus luteum sehingga hormon steroid berkurang. Dengan
perkembangan folikel, produksi estrogen meningkat dan menekan produksi FSH.
Folikel yang berevolusi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia, sedangkan folikel
– folikel yang lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH meningkat dan membantu
dalam pembuatan estrogen dalam folikel.
Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma
meninggi. Estrogen pada mulanya meninggi secara berangsur – angsur kemudian
dengan cepat mencapai puncaknya. Hal ini memberikan umpan balik positif terhadap
pusat siklik dan lonjakan LH ( LH - surge ), pada pertengahan siklus yang
mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang tinggi ini akan menetap kira – kira
24 jam dan menurun pada fase luteal. Mekanisme turunya LH belum jelas, dalam
beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun mungkin inilah yang
menyebabkan LH menurun. Menurunya estrogen mungkin di sebabkan oleh
perubahan morfologik pada folikel. Selain itu mungkin di sebabkan oleh umpan balik
yang negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. Lonjakan LH saja tidak
menjamin terjadinya ovulasi tetapi juga di pengaruhi oleh perubahan – perubahan
degeneratif kolagen pada dinding folikel sehingga menjadi tipis.
Fase luteal : sel –sel granulosa membesar membentuk vakuola dan bertumpuk
pigmen kuning ( lutein ) → folikel menjadi korpus luteum.vaskularisasi dalam lapisan
granulose juga bertambah dan mencapai pincaknya pada 8 -9 hari setelah ovulasi.
Lutenizing granulose cell dan luteinized theca cell dalam korpus luteum membuat
progesteron sehingga kedua hormon ini meningkat pada fase luteal. Mulai 10 – 12
hari setelah ovulasi korpus luteum mengalami regresi berangsur – angsur
disertai berkurangnya kapiler dan diikuti oleh menurunya sekresi estrogen
dan progesterone. 14 hari sesudah ovulasi terjadi haid. Variasi panjangnya
siklus haid disebabkan oleh variasi dalam fase folikuler.
Pada kehamilan hidupnya korpus luteum di perpanjang oleh adanya rangsangan
dari Hormon Chorionic Gonadotropin ( HCG ), yang dibuat oleh
sinsiotrifoblast. Rangsangan di mulai pada puncak perkembangan korpus
luteum ( 8 hari pasca ovulasi ). Waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya
regresi luteal. HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9
– 10 minggu kehamilan kemudian fungsinya diambil aleh plasenta.

D. PERUBAHAN HISTOLOGIK PADA OVARIUM DALAM SIKLUS HAID


Ovarium mengalami perubahan – perubahan dalam : besar, bentuk, dan posisinya
sejak bayi dilahirkan hingga seorang wanita tua.
Perubahan – perubahan yang terjadi pada siklus haid adalah sebagai berikut :
Di bawah pengaruh FSH beberapa folikel mulai berkembang, tetapi ada satu yang
tumbuh terus menerus dan menjadi matang. Folikel ini mula –mula sel – sel di
sekeliling ovum berlipat ganda dan diantara sel – sel itu timbul suatu rongga yang
berisi cairan yang di sebut : Likuor folikuli. Dengan tumbuhnya jaringan folikel,
jaringan ovarium sekitar folikel tersebut terdesak keluar dan membentuk dua lapisan,
yaitu: teka interna ( banyak mengandung pembuluh darah ), dan teka eksterna (
terdiri dari jaringan ikat yang padat ). Dengan bertambahnya folikel, akhirnya
menjadi matang, menyebabkan cairan semakin banyak sehingga folikel terdesak
keluar dan nenonjol. Sel – sel pada permukaan ovarium menjadi tipis dan keluarlah
cairan tadi bersama ovum yang di kelilingi oleh sel –sel kumulus oofurus , peristiwa
ini di sebut : Ovulasi
Sel – sel membrana granulose dan teka interna yang tinggal pada ovarium
membentuk korpus rubrum , yang berwarna merah karena perdarahan waktu
ovulasi, kemudian menjadi korpus luteum. Korpus luteum berwarna kuning di
sebabkan karena mengandung zat kuning yang di sebut : lutein. Korpus luteum
mengeluarkan hormon estrogen dan progesterone. Jika tidak terjadi konsepsi setelah
8 hari korpus luteum mulai berdegenerasi dan setelah 14 hari mengalami atrofi,
menjadi korpus albikan ( jaringan parut ), korpus luteum tersebut disebut : korpus
menstruasi. Jika terjadi konsepsi korpus luteum di pelihara oleh HCG dan di namakan
korpus luteum graviditatis dan berlangsung hingga 9 – 10 minggu.
E. PERUBAHAN HISTOLOGIK PADA ENDOMETRIUM DALAM SIKLUS HAID
4 fase endometrium dalam siklus haid :
1. Fase menstruasi / deskuamasi
Endometrium di lepaskan dari dinding uterus di sertai perdarahan. Hanya
stratum basale yang utuh, darah haid mengandung darah vena dan arteri dengan
sel – sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel –sel epitel dan stroma
yang mengalami desintegrasi dan otolisis, sekret dari uterus, servik, dan kelenjar
– kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 – 4 hari,, banyaknya darah selama haid
normal kurang lebih : 50 cc
2. Fase pasca haid / regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan, sebagian besar
berangsur –angsur sembuh dan tertutup kembali oleh selaput lendir yang baru
yang tumbuh dari sel – sel epitel endometrium. Tebal endometrium kira –kira 0,5
mm dan di mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung kira – kira 4 hari.
3. Fase intermenstruum / proliferasi
Endometrium tumbuh setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke –
5 sampai hari ke – 14 dari siklus haid.
Fase ini di bagi menjadi 3 sub fase :
a. Fase proliferasi dini
Berlangsung antara hari ke - 4 sampai hari ke – 7, tebal endometrium 2 mm,
kelenjar – kelenjar lurus, epitel kubis rendah dan intinya terdapat di basal,
stroma padat, sel –sel berbentuk bintang dan tonjolan – tonjolan anastomosis.
b. Fase proliferasi madya
Berlangsung antara hari ke – 8 sampai hari ke – 10. merupakan bentuk
transisi dan permukaan epitel berbentuk torak dan tinggi. Kelenjar berkelok –
kelok dan bervariasi, sejumlah stroma mengalami edema. Tampak banyak
mitosis dengan inti yang berbentuk telanjang ( nake nukleus )
c. Fase proliferasi akhir
Berlangsung hari ke – 11 sampai hari ke -14. permukaan kelenjar tidak rata
dan banyak mitosis, inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma
tumbuh aktif dan padat.

4. Fase pra – haid / sekresi


Di mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke - 14 sampai sampai hari ke
- 28.
Tebal endometrium tetap, tetapi kelenjar – kelenjarnya bertambah panjang,
berlekuk – lekuk dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Dalam
endometrium tertimbun kolagen dan kapur dan kelak di perlukan sebagai
makanan untuk telur yang di buahi.
a. Fase sekresi dini
Lebih tipis dari fase sebelumnya, di sebabkan oleh karena kehilangan cairan,
tebalnya 4 – 5mm
b. Fase sekresi lanjut
Terdapat peningkatan dari sekresi dini, endometrium banyak mengandung
pembuluh darah berlekuk – lekuk dan kaya akan glikogen, tebal endometrium
5 – 6 mm, fase ini ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum. Sitoplasma sel
–sel stroma bertambah dan sel menjadi desidua jika terjadi kehamilan.

F. MEKANISME HAID
Faktor yang mempengaruhi mekanisme haid selain faktor hormonal :
a. Faktor enzim
Pada fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpanya enzim – enzim
histolitik dalam endometrium serta merangsang pembentukan glikogen dan asam
– asam mukopolisakarida. Zat ini ikut serta dalam memperbaiki endometrium (
pembentukan stroma ) di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase lutealsintesis
mukopolisakarida terhenti, sehingga meningkatkan permeabilitas pembuluh
darah. Dengan demikian banyak zat – zat makanan mengalir ke stroma
endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum, apabila terjadi
kehamilan. Jika kehamilan terjadi maka dengan menurunya kadar progesteron ,
enzim – enzim proteolitik dilepaskan dan merusakkan bagian dari sel – sel yang
berperan dalam sintesis protein. Karena itu timbul gangguan dalam metabolisme
endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
b. Faktor vaskuler
Mulai proliferasi terjadi pembentukan system vaskularisasi dalam lapisan
fungsionalendometrium. Pada pertumbuhan endometrium tumbuh pula arteria –
arteria, vena – vana dan hubungan antaranya. Dengan regresi endometrium
timbul stasis dalam vena - vena serta saluran – saluran yang menghubungkan
dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis serta perdarahan dengan
pembentukan hematom, baik dari arteri maupun vena.
c. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2, dengan
deintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan
berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan
pada waktu haid.

G. OVULASI, ENDUKSI DAN PENCEGAHAN


Pemeriksaan untuk mengetahui / menentukan adanya ovulasi :
1. Pencatatan adanya suhu basal badan
Suhu badan diukur mulai berhentinya haid segera setelah bangun tidur ( Awaking
temperatur ) sebelum bergerak dari tempat tidur, makan atau minum setiap hari.
Pada siklus ovulatoar suhu badan bersifat bifasis, yaitu : pada fase proliferasi
suhu pada tingkat lebih rendah dan pada fase sekresi lebih tinggi. Suhu pada
tingkat rendah ialah pada saat lonjakan LH dan naik sesudah ovulasi disebabkan
sifat termonik hormon progesterone. Kenaikan suhu lebih dari 19 hari
menunjukkan kemungkinan terjadi konsepsi. Selisih suhu sebelum ovulasi dengan
sesudahnya paling sedikit 0,40
2. Pemeriksaan sitologi vaginal
Sel – sel epitel vagina terdiri atas sel – sel basal, parabasal, intermedial dan
superficial. Sel – sel epitel dapat terkupas dan terlepas sendiri ( Eksfoliasi ) dan
keluar bersama dengan getah kelenjar genital dan transudat. Sel – sel tersebut di
pengaruhi oleh hormon estrogen dan progesterone dan menunjukkan gambaran
yang berbeda selama siklus haid.
Jadi dari usap getah vagina yang diambil secara berturut – turut dapat di
tentukan apakah ovulasi telah terjadi → syaratnya : harus tidak ada infeksi dan
diambil dari dinding lateral vagina.
3. Penilaian getah servik
Spinnbarkeit : untuk melihat elastisitas getah servik yang maksimal pada waktu
ovulasi.
Jika getah servik dari kanalis diambil dengan pinset, getah tersebut tidak terputus
– putus sampai sepanjang 10 – 20 cm.
4. Biopsi endometrium
Biasanya dilakukan pada hari pertama haid untuk menghindari terganggunya
hamil muda. Jika ada ovulasi endometrium menunjukkan fase sekresi.
5. Pemeriksaan hormonal
Pemeriksaan ini dapat di lakukan dalam serum atau urin.
Pengukuran dalam urin di lakukan pada urin yang dikumpulkan selama 24 jam
setiap hari.
6. Pemeriksaan ultrasonografi ( USG )
Adanya ovulasi di temukan cairan bebas dalam rongga Douglas.
7. Induksi ovulasi
A. SEL TELUR ( OVUM )
1. Jumlah oogonium menurut umur wanita
BBL : 750.000
Umur 6 -15 tahun : 439.000
Umur 16 – 25 tahun : 159.000
Umur 26 – 35 tahun : 59.000
Menopause : semua hilang

2. Pertumbuhan ovum ( oogenesis )


Oogenia
Oosit pertama ( primary oocyte )
Primary ovarium follicle
Liquor folliculi
Pematangan pertama ovum
Pematangan kedua ovum pada saat terjadi pembuahan

B. SEL MANI ( SPERMATOZOON )


1. Bentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala, leher, dan ekor
2. Spermatogonium berasal dari sel – sel primitif tubulus testis
Setelah lahir jumlah spermatogonium tidak mengalami perubahan sampai akil
baliq. Saat pubertas sel –sel spermatogonium mulai aktif mengadakan mitosis
dan terjadi spermatogenesis ( pengaruh dari sel –sel interstisial leydig )
3. Pertumbuhan sperma ( spermatogenesis )
a. Spermatogonium membelah dua
b. Spermatosit pertama membelah dua
c. Spermatosit kedua membelah dua
d. Spermatid
e. Spermatozoon ( sperma )
C. PEMBUAHAN ( KONSEPSI / FERTILISASI )
Adalah proses penyatuan antara sel mani dengan sel telur di “tuba fallopii”
Hanya satu sperma yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk dalam vitelus
ovum, kemudian diikuti oleh penyatuan kedua pronuklei ( zigot ) yang
mengandung muatan genetik dari pria dan wanita, di mana zigot XX akan
menurunkan bayi perempuan, dan XY menurunkan bayi laki – laki
Beberapa jam setelah pembuahan terjadi zigot selama 3 hari s/d stadium morula
dan di gerakkan kearah rongga rahim oleh “gerakan rambut getar / silia dan
kontraksi tuba”
Hasil konsepsi tiba dalam kavum uteri pada tingkat “ Blastula”
D. NIDASI ( IMPLANTASI )

Adalah peristiwa tertanamnya hasil konsepsi dalam endometrium


Blastula di selubungi oleh simpai ( trofoblas ) yang mampu menghancurkan &
mencairkan jaringan. Blastula mencapai rongga rahim saat endometrium dalam
massa sekresi, mengandung banyak sel – sel desidua (sel – sel besar yang
mengandung glikogen dan mudah di hancurkan oleh trofoblas )
Bagian blastula yang berisi massa sel dalam ( inner cell mast ) akan mudah
masuk desidua & menyebabkan perlukaan akan sembuh & menutup lagi, sehingga
akan menyebabkan perdarahan akibat luka desidua ( tanda Hartman ).
Setelah nidasi, terjadi deferensiasi sel – sel blastula, sel – sel kecil membentuk
entoderm & yolk sac, sedang sel – sel besar menjadi ektoderm & ruang amnion
serta terbentuk lempeng embrional ( Embrional plate ) diantara amnion & yolk
sac.
Sel – sel trofoblas mesoderm yang tumbuh di sekitar embrio akan melapisi bagian
dalam trofoblas dan membentuk sekat korionik (chorionic membrane) yang akan
menjadi korion
Vili koriolis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh bercabang –
cabang ( korion frondosum ). Sedang yang berhubungan dengan desidua
kapsularis kurang mendapat makanan sehingga akhirnya menghilang (chorion
live)
Trofoblas antara lain menghasilkan Hormon Chorionic Gonadotropin ( HCG ) yang
akan meningkat kira – kira sampai kehamilan 60 hari, yang kemudian turun lagi.

E. PLASENTASI & MUKOSA RAHIM


Plasenta berbentuk bundar dan oval: ukuran diameter 15 – 20 cm,tebal 2 - 3 cm,
berat : 500 – 600 gram
Biasanya plasenta atau uri akan terbentuk lengkap pada kehamilan kira – kira 16
minggu, dimana ruang amnion telah mengisi seluruh rongga rahim
Fungsi plasenta / uri :
1. Nutrisasi : pemberi makanan pada janin
2. Respirasi : penyalur zat asam dan pembuang CO2
3. Ekskresi : pengeluaran sampah metabolisme
4. Produksi : yang menghasilkan hormon - hormon
5. Imunisasi : penyalur bermacam – macam antibodi ke janin
6. Pertahanan / Sawar : yang menyaring obat – obatan dan kuman yang melewati
plasenta
Hormon yang di hasilkan oleh plasenta, antara lain :
1. HCG ( Hormon Chorionic Gonadotropin )
2. Chorionic Somatomammotropin ( Placental Lactogen )
3. Estrogen
4. Progesterone
5. Tirotropinkorionik dan relaksin
Mukosa rahim pada wanita yang tidak hamil terdiri atas stratum kompakta dan
stratum spongiosum
Mukosa rahim pada kehamilan ( desidua ) terdiri dari :
1. Desidua basalis : terletak antara hasil konsepsi dan dinding rahim → disini
plasenta terbentuk
2. Disidua kapsularis : meliputi hasil konsepsi kearah rongga rahim, lama –
kelamaan bersatu dengan desidua vera karena obliterasi
3. desidua vera ( parietalis ) : meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya

F. PERTUMBUHAN MUDIGAH (EMBRIOGENESIS)


Pertumbuhan embrio bermula dari lempeng embrional yang kemudian
berdeferensiasi menjadi 3 lapisan sel : ektoderm, mesoderm dan entoderm.
Ruang amnion bertambah pesat dan mendesak exocoeloma sehingga ruang
amnion mendekati korion. Mesoblas diantara ruang amnion dan embrio menjadi
padat (body stalk) & merupakan jembatan antara embrio dengan dinding
trofoblas. “Body stalk merupakan bakal dari tali pusat”
Tali pusat terdapat : “jelly wharton” yang merupakan jaringan lembek untuk
melindungi pembuluh darah 2 Arteri & 1 Vena umbilikalis
Arteri dan vena umbilikalis menghubungkan system CV janin dengan plasenta
(system CV terbentuk kira – kira pada kehamilan minggu ke – 10).
G. AIR KETUBAN (LIQUOR AMNII )
Adalah ruang yang di lapisi oleh selaput janin ( amnion & korion ) berisi air
ketuban ( liquor amnii )
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira – kira 1000 – 1500cc, air
ketuban berwarna putih, keruh, berbau amis dan berasa manis ( agak alkalis /
netral )
Komposisi terdiri atas 98 % air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel –
sel epitel, rambut lanugo, vernik kaseosa, dan garam an organik, kadar protein
kira – kira 2,6 % g / liter
Fungsi :
1. Proteksi janin
2. Mencegah pelekatan janin dengan amnion
3. Janin dapat bergerak dengan bebas
4. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu
5. Menambah suplai cairan janin → di telan atau diminum, kemudian di keluarkan
melalui kencing janin
6. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban
pecah.
Asal air ketuban
1. Kencing janin ( fetal urine )
2. Transudasi dari darah ibu
3. Sekresi dari epitel amnion
4. Asal campuran ( mixed origin )

Anda mungkin juga menyukai