Anda di halaman 1dari 30

Nama : Muhammad Lingga Nur Alim

No/NIM : 26/19121105

Prodi : D3 Keperawatan

SOP ASUHAN ANTENATAL(ANC) / PEMERIKSAAN KEHAMILAN

A. Tujuan

Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan Ante Natal Care ( ANC ), sehingga dapat
menyelesaikannya dengan baik, melahirkan bayi yang sehat dan memperoleh kesehatan
yang optimal pada masa nifas serta dapat menyusui dengan baik dan benar.

B. Ruang lingkup

Pemeriksaan Ibu hamil di unit pelayanan KIA dan RB

C. Uraian Umum

1. ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil dan selama
kehamilannya.
2. Mempersiapkan ibu agar memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan selama hamil,
bersalin dan nifas.
3. Mendeteksi dini faktor resiko dan menangani masalah tersebut secara dini.

D. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Leanec
b. Doppler / spekulum corong
c. Meteran kain pengukur tinggi fundus uteri
d. Meteran pengukur LILA
e. Selimut
f. Reflex Hammer
g. Jarum suntik disposibel 2,5 ml
h. Air hangat
i. Timbangan Berat Badan dewasa
j. Tensimeter Air Raksa
k. Stetoscope
l. Bed Obstetric
m. Spekulum gynec
n. Lampu halogen / senter
o. Kalender kehamilan

2. Bahan

a. Sarung tangan
b. Kapas steril
c. Kassa steril
d. Alkohol 70 %
e. Jelly
f. Sabun antiseptik
g. Wastafel dengan air mengalir
h. Vaksin TT

E. Instruksi Kerja

1. PERSIAPAN.

a. Mempersiapkan alat dan bahan medis yang diperlukan.


b. Mempersiapkan Bumil mengosongkan kandung kemih.
c. Petugas mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan bilas dengan air mengalir dan
keringkan.

2. PELAKSANAAN:
1. Anamnesa:

a. Riwayat perkawinan.
b. Riwayat penyakit ibu dan keluarga.
c. Status wayat Haid, HPHT.
d. Riwayat imunisasi Ibu saat ini
e. Kebiasaan ibu.
f. Riwayat persalinan terdahulu

Dari anamnesa haid tersebut, tentukan Usia kehamilan dan buat taksiran persalinan.

2. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Umum.

1) Keadaan umum Bumil


2) Ukur TB, BB, Lila.
3) Tanda vital : tensi, Nadi, RR, HR
4) Pemeriksaan fisik menyeluruh ( dari kepala sampai ekstremitas).
5) Mata : conjungtiva, ikterus ; Gigi ,
6) Kaki :Oedema kaki , dst.

b. Pemeriksaan khusus.

a) UMUR KEHAMILAN  <20 mgg :

a) Inspeksi.

1. Tinggi fundus
2. Hyperpigmentasi (pada areola mammae, Linea nigra).
3. Striae.

b) Palpasi.

1. Tinggi fundus uteri


2. Keadaan perut

c) Auskultasi.

b) UMUR KEHAMILAN > 20 mgg:

a) Inspeksi.

1. Tinggi fundus uteri


2. Hypergigmentasi dan striae
3. Keadaan dinding perut

b) Palpasi.

1. Lakukan pemeriksaan Leopold dan intruksi kerjanya sbb :


2. Pemeriksa berada disisi kanan bumil, menghadap bagian lateral
kanan.

a) Leopold 1.

1. Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk
menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak
mendorong uterus kebawah (jika diperlukan, fiksasi uterus basah
dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan dibagian
lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi atas simfisis)
2. Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus
bawah) kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap
kebagian kepala ibu.
3. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri
dan rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan
jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri
dan kanan secara bergantian

b) Leopold 2.
1. Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan
telapak tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan
pada ketinggian yang sama.
2. Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan
telapak tangan kiri dan kanan kemudian geser kearah bawah dan
rasakan adanya bagian yang rata dan memenjang (punggung) atau
bagaian yang kecil (ekstremitas).

c) Leopold 3.

1. Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap kebagian


kaki ibu.
2. Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri
bawah, telapak tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah
perut ibu, tekan secara lembut bersamaan atau bergantian untuk
menentukan bagian bawah bayi (bagian keras, bulat dan hampir
homogen adalah kepala, sedangkan tonjolan yang lunak dan
kurang simetris adalah bokong).

d) Leopold 4.

1. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada dinding lateral
kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan
kanan berada pada tepi atas simfisis.
2. Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua
jari-jari tangan kanan yang meraba dinding bawah uterus.
3. Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan
(konvergen/divergen)
4. Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah
bayi (bila presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala
didekat leher dan bila presentasi bokong, upayakan untuk
memegang pinggang bayi)
5. Fiksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul, kemudian
letakkan jari0jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis
untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki
pintu atas panggul.

c) Auskultasi.

1. Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin.

d) Pemeriksaan Tambahan.

1. Laboratorium rutin : Hb, Albumin


2. USG

c. Akhir pemeriksaan :
1) Buat kesimpulan hasil pemeriksaan
2) Buat prognosa dan rencana penatalaksanaan.
3) Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan status pasien.
4) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada bumil yang meliputi : usia
kehamilan, letak janin, posisi janin, Tafsiran persalinan, Resiko yang
ditemukan atau adanya penyakit lain.
5) Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang.
6) Jelaskan rencanan asuhan ANC berkaitan dengan hasil pemeriksaan
7) Jelaskan pentingnya imunisasi
8) Jelaskan menjadi akseptor KB setelah melahirkan
9) Beri alasan bila pasien dirujuk ke Rumash Sakit

F. Indikator Kinerja

1. Kehamilan terutam  kesehatan ibu dan janin dapat dipantau

G. Catatan Mutu

1. Kartu status ibu hamil


2. Buku register kohort ibu hamil
3. Buku register ibu hamil
4. Buku KIA

ASUHAN PERSALINAN NORMAL (INC)

A. Pengertian

Rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini
dilalui dengan kontraksi yang ditandai dengan perubahan progresif pada serviks dan
diakhiri dengan pelepasan plasenta

B. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pelaksanaan pelayanan pertolongan
persalinan

C. Prosedur

1. Alat dan bahan

a. Bak instrumen partus set

1) Klem kocher 2 buah

2) Gunting tali pusat 1 buah

3) Gunting episiotomi 1 buah

4) Setengah kocher 1 buah

5) Kateter nelaton 1 buah

6) Benang tali pusat 2 buah

b. Bak instrumen heacting set

1) Nald powder 1 buah

2) Nald heacting 2 buah

3) Gunting lurus 1 buah

4) Pinset cirugi 1 buah

5) Pinset anatomi 1 buah

6) Arteri klem 2 buah

7) Catgut cromhic ukuran 0,3

c. 3.Bengkok 1 buah

d. 4.Waskom besar tempat larutan DTT 2 buah

e. 5.Bahan dan obat

1) Kassa steril 4 lembar


2) Kapas DTT 3 buah

3) Larutan klorin 0,5% dalam waskom

4) Handscoon 2 pasang

5) Obat uterotunika

6) Lidokain 1%

7) Dissposible 3cc 1 buah

8) Dissposible 5cc 1 buah

f. Perlengkapan

1) Bengkok

2) Waskom

3) Duk segi empat

4) Handuk besar 1 buah dan kecil 1 buah

5) Clemek/baju plastik

6) Pelindung (tuutp kepala, kaca mata masker dan sepatu boot)

7) Pakaian ibu(kain,pembalut,dan celana dalam)

8) Selimut bayi

9) Tempat sampah 4 buah (sampah basah,kering,pakaian kotor dan sampah tajam)

2. Asuhan Kala II

a. Mengenali gejala tanda kala II (Doran teknus Perjol Vulka)

b. Menyiapkan pertolongan persalinan (kelengkapan alat, bahan, obat-obatan,


resusitasi bayi)

c. Memakai APD

d. Melepas semua perhiasan dan mencuci tangan


e. Memakai sarung tangan DTT

f. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik (teknik one hand)

g. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT

h. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, bila selaput


belum pecah lakukan amniotomi

i. Melakukan dekontaminasi sarung tangan dalam larutan klorin lalu cuci tangan
dengan sabun

j. Melakukan pemeriksaan DJJ setelah kontraksi dan dokumentasikan dalam partograf

k. Memberitahu keluarga pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin serta


menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu rposes bimbingan meneran

l. Meminta keluarga menyiapkan posisi ibu untuk meneran pada saat kontraksi

m. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran

n. Menganjurkan ibu berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi nyaman jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

o. Meletakkan handuk bersih di perut ibu untuk mengeringkan bayi, jika kepala bayi
membuka 5-6cm

p. Meletakkan kain bersih dilipat 1/3 di bawah bokong ibu

q. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

r. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

s. Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi : saat kepala bayi membuka vulva 5-6
cm, tahan perineum dengan dilapisi kain bersih dan kering

t. Memeriksa adanya lilitan

u. Menunggu bayi putar paksi luar secara spontan


v. Setelah melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara biparietal dan
menganjurkan ibu meneran sedikit sedikit saat ada kontraksi dengan menarik ke
bawah hinga bahu depan lahir dan arahkan keatas sampai bahu belakang lahir

w. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untk
menyanggah kepala, lengan, dan siku. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.

x. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin serta selipkan jari diantara kedua lutut janin

y. Melakukan penilaian sepintas apakah bayi bernafas spontan, warna kulit


kemerahan, dan gerak aktif

z. Mengeringkan tubuh bayi

aa. Melakukan pemeriksaan kembali pada uterus untuk memastikan tidak ada janin
kedua

bb. Memberitahu ibu untuk disuntikkan oksitosin agar uterus berkontaksi dengan baik.

cc. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM

dd. Menjepit tali pusat di du atempat yaitu 3cm dari pusat bayi dan 2 cm dari klem
pertama

ee. Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan pemotongan
diantara 2 klem tersebut serta ikat dengan benang dan lepaskan klem paa bayi

ff. Lakukan IMD minimal 1 jam

3. Asuhan Kebidanan Kala III

gg. Memindahkan klem pada tali pusat 5-10cm dari vulva

hh. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis untuk
mendeteksi. Tangan lainnya meneganggkan tali pusat

ii. Setelah uterus berkontraksi lakukan dorongan kearah dorso kranial secara hati-hati
jj. Melakukan penegangan dorso kranial hingga 15 menit, jika belum terlepas beri
dosis ulang oksitosin 10 IU dan penatalaksanaan manual plasenta

kk. Membantu kelahiran plasenta searah jarum jam

ll. Melakukan masase uterus 15 kali dalam 15 detik

mm. Menilai perdarahan, kelengkapan plasenta

nn. Mengevaluasi kemungkinan laserasi dan lakukan penjahitan jika laserasi


menyebabkan perdarahan

4. Asuhan Kebidanan Kala IV

oo. Celupkan tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin lalu bilas
dengan air DTT dan keringkan

pp. Memastikan uterus berkontraksi dengn baik dan tidak terjadi perdarahan

qq. Pastikan kandung kemih kosong

rr. Ajarkan ibu cara melakukan masase dan menilai kontraksi

ss. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

tt. Memeriksa nadi dan memastikan keadaan umum baik

uu. Pantau keadaan bayi

vv. Memasukkan alat bekas pakai kedalam larutan klorin

ww.Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

xx. Memberihkan ibu menggunakan air DTT

yy. Pastikan ibu nyaman dan mebantu ibu memberikan ASI serta menganjurkan ibu
untuk makan dan minum

zz. Melakukan dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin

aaa. Celupkan sarung tangan kedalam larutan klorin

bbb.Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta keringkan


ccc. Pakai sarung tangan DTT untuk pemeriksaan fisik bayi

ddd.Dalam 1 jam pertama beri salep mata dan injeksi vit K dipaha kiri

eee. Setelah 1 jam pemberian vit k berika imunisasi hep.B

fff. Celupkan sarung tangan kedalam larutan klorin

ggg.Cuci tangan dan keringkan

hhh.Lengkapi partograf dan asuhan kala IV persalinana

Pemeriksaan Ibu Post Natal Care (PNC)

A. Pengertian

Masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung 6 minggu (42 hari)

B. Tujuan
1. Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak

2. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis

C. Prosedur

a. Menyapa pasien dengan ramah serta mempersilahkan duduk

b. Melakukan anamnesa : menanyakan identitas, keluhan pasien, riwayat persalinan dan


keadaan bayi baru lahir

c. Melakukan pemerksaan :

1) Berat badan

2) Vital sign

3) Payudara : bengkak atau tidak, produksi ASI

4) TFU : penurunan TFU, kontraksi uterus

5) Genetalia : pengeluaran lochea, jahitan perineum bila ada, kondisi vulva vagina

d. Menentukan dan menegakkan diagnose

e. Memberikan KIE tentang perawatan payudara, gizi seimbang, personal hygiene,


pemberian ASI eksklusif, penggunaan alat kontrasepsi

f. Melakukan rujukan bila ada indikasi

g. Melakukan pendokumentasian

PEMERIKSAAN BARIUM ENEMA (COLON IN LOOP)

A. Definisi Barium Enema


Pemeriksaan Barium Enema disebut juga pemeriksaan radiografi saluran cerna bagian
bawah. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan sinar X dengan menggunakan media kontras
yaitu suspensi barium sulfat (BaSO4), yang dimasukkan ke dalam usus besar maka disebut
barium enema. Barium dimasukkan dengan menggunakan sebuah selang enema. Pemeriksaan
barium enema dilakukan pada penderita yang mempunyai riwayat adanya perubahan kebiasaan
buang air besar, nyeri pada perut bawah, atau adanya darah, lendir atau nanah pada feses1.
Barium adalah suatu garam berwarna putih, berat (karena barium mempunyai berat atom
besar). Garam tersebut diaduk dengan air dalam perbandingan tertentu sehingga terjadi suspensi.
Sinar Rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga menimbulkan bayangan
dalam foto Rontgen2. Barium dimasukkan dengan sebuah selang enema atau irigator kecil
dengan balon dan pompa udara terpasang (attachtable cufflator) ke dalam usus besar melalui
rektum, cara ini disebut juga dengan enema.
Barium dapat melapisi seluruh permukaan usus besar dan rektum sehingga dapat
memperjelas penampakan dari usus besar dan rektum saat pemeriksaan sinar x. Pemeriksaan
barium enema merupakan pemeriksaan diagnostik untuk mengevaluasi kolon asenden, kolon
transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan rektum. Terkadang apendiks dan usus kecil
bagian distal dapat diikutsertakan.
B. Teknik
Teknik pemeriksaan dengan kontras, terdiri atas pemeriksaan dengan kontras tunggal dan
pemeriksaan dengan kontras ganda. Kontras yang digunakan terdiri atas kontras positif dan
kontras negatif
C. Kontras positif
Kontras positif yang biasa digunakan dalam pemeriksaan radiologik alat cerna adalah
Barium Sulfat (BaSO4). Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih, berat (karena empunyai
berat atom besar) dan tidak larut dalam air. Garam tersebut diaduk dalam air dalam perbandingan
tertentu sehingga terjadi suspensi (bukan larutan).
Sinar roentgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga menimbulkan
bayangan dalam foto roentgen. Misalnya bila pasien minum suspensi tersebut kemudian dipotret
esofagusnya, maka tergambarlah esophagus oleh suspensi itu pada foto roentgen.
Kontras positif lainnya yang lazim dipakai juga ialah zat yang mengandung unsur jodium
untuk pemeriksaan ginjal, kandung empedu, pembuluh-pembuluh darah, limfe, dan sum-sum
tulang belakang. Beberapa pemeriksaan saluran cerna kadang-kadang tidak dipilih barium sulfat
sebagai kontras misalnya penyakit Hirschprung dan atresia esophagus. Dalam hal-hal ini yang
dipakai adalah zat-zat yang mengandung jodium.
D. Kontras Negatif
Yang pertama kali harus disebut sebagai kontras negatif ialah udara, karena paling murah
dan paling bagus, alamiah dan dapat diperoleh dimana-mana namun sayang tidak selalu dapat
diterapkan. Sebagai kontras pengganti dalam hal demikian yakni CO2.
E. Kontras Tunggal
Kontras tunggal hanya menggunakan media kontras barium sulfat. Teknik ini biasanya
disediakan untuk indikasi berikut : tidak kooperatif, pasien tak bergerak, obstruksi mekanik akut,
pengurangan intussusepsi, pengecualian dari patologi kotor, dan evaluasi konfigurasi anatomis
dari usus besar. Densitas rendah (0,1 0,2 g / ml) suspensi barium digunakan untuk "melihat-
melalui" efek. Suspensi dijalankan dalam perlahan-lahan di bawah bimbingan fluoroscopic, dan
film spot yang diambil dalam pandangan beberapa radiografi, sering dikombinasikan dengan
kompresi manual usus besar.
F. Kontras Ganda
Pada kontras ganda pemeriksaan barium enema dikombinasikan dengan insuflasi udara
(atau alternatif karbon dioksida) untuk lebih baik "tembus" efek daripada teknik kontras tunggal.
Suspensi barium harus hanya lapisan mukosa di dalam lapisan tipis. Teknik dengan kontras
ganda merupakan teknik yang terbaik untuk mendeteksi tumor yang kecil (khususnya polip),
penyakit keradangan dini, dan pendarahan kecil yang disebabkan oleh tukak1. Untuk
mengaktifkan visualisasi detail anatomi halus en wajah, ini membutuhkan kerapatan yang lebih
tinggi dari suspensi (biasanya 0,6-1,1 g / ml). Sebuah relaksasi otot polos (20 mg butylbromide
hyoscine, Buscopan atau 0,5 1,0 mg glukagon) sering disuntikkan intravena pada awal prosedur
untuk meringankan kejang kolon mungkin. Sebuah kateter balon dapat digunakan untuk
mencegah kebocoran dari rektum. Suspensi barium biasanya dijalankan dengan pasien pada
posisi lateral kanan atau kiri. Infus dihentikan bila kolom barium mencapai kolon transversal.
Udara kemudian diinsuflasi, rektum dikeringkan, dan sisa dari usus besar diisi dengan barium
dan udara dengan insuflasi udara dikombinasikan dengan perubahan posisi dari pasien untuk
mempromosikan mengisi oleh gravitasi. Pemeriksaan ini mencakup beberapa pandangan
radiografi standar.
G. Persiapan
Persiapan perlengkapan:
a. Larutan barium sulfat dengan kepekatan 1 : 8 dan temperature 37 derajat Celsius,
sebanyak 2 liter
b. Rektal kateter
c. Irigator set. Dewasa ini sering digunakan disposible barium enema kits yang terdiri dari :
1. Enema bag, biasanya dari bahan translusen dengan kapasitas 3 liter.
2. Dekat bagian atas kantong enema, terdapat lubang untuk menambah larutan
barium.
3. Kateter yang panjangnya 1,5 meter serta clip, untuk mengatur laju bahan kontras
saat dilakukan pemeriksaan dalam berbagai posisi.
4. Rektal kateter.

d. Glycerin
e. Kayu pengaduk barium (bila menggunakan irrigator set)
f. Receiver (ember)
g. Kain laken (penutup meja pemeriksaan)

Kelebihan kontras ganda atas kontras tunggal juga berakibat pada persiapan penderita
yang jauh lebih ketat. Syarat utama pada radiologik kontras ganda ialah bahwa kolon harus
bersih sama sekali dari kotoran. Oleh karena itu, terdapat prinsip dasar persiapan penderita
seperti :
1. Dua hari sebelum pemeriksaan:
a. Beritahu pemeriksa apabila pasien mempunyai alergi lateks atau barium dan siapkan
pasien secara fisik dan mental untuk melakukan pemeriksaan ini
b. Pasien diberitahukan bahwa persiapan ini dibutuhkan kerjasama dari pasien agar
kolon yang akan diperiksa dapat benar-benar bersih.
c. Mengubah pola makan pasien. Pasien hendaknya memakan makanan dengan
konsistensi lunak dan tidak mengandung lemak selama 1-2 hari sebelum
pemeriksaan, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
bongkahan-bongkahan tinja yang keras.
d. Minum sebanyak-banyaknya selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan sebanyak 2 liter
atau lebih untuk mencegah dehidrasi akibat persiapan. Hal ini disebabkan karena
penyerapan air di saluran cerna terbanyak di usus besar, sehingga pemberian
minuman ini dapat menjaga tinja agar tetap lembek. Untuk menjaga kebutuhan kalori
dan keseimbangan elektrolit dapat diberikan oral entering feeding berupa bubuk yang
dilarutkan di dalam air.
e. Pasien dengan hipomotilitas kolon lebih sulit untuk diperiksa karena kolon tidak
bersih sempurna. Biasanya terjadi pada orang yang tirah baring lama, diabetes,
skleroderma dan orang yang menggunakan opiat atau obat dengan efek samping
antikolinergik harus diperpanjang masa persiapannya menjadi dua hari atau lebih dan
beberapa regimen, lavage kolon dimungkinkan untuk membersihkan kolon.
2. Satu hari sebelum pemeriksaan:
a. Lanjutkan diet yang sama seperti pada hari sebelumnya dan tetap hindari makanan
berlemak
b. Pada pukul 4 sore, minum satu gelas air putih
c. Pada pukul 5 sore, minum magnesium citrate laxative dengan dosis pada dewasa 300
ml, usia 9-12 150 ml, usia 6-8 60 ml, usia 5 tahun kebawah tidak diberikan. Setelah
ini akan terjadi diare selama 3-8 jam.
d. Pada pukul 7 malam, orang dewasa harus mengkonsumsi 3 tablet bisacodyl dan tetap
mengonsumsi diet cair hingga malam hari.
e. Pemberian pencahar tidak wajib dilakukan apabila perubahan pola makan dan minum
dilakukan dengan benar. Pada beberapa keadaaan seperti orang tua, rawat baring yang
lama dan sembelit kronis, pemberian pencahar harus diberikan. Sebaiknya dipilih
pencahar yang mempunyai sifat-sifat yang dapat melembekkan tinja dan
meningkatkan peristaltik usus, mempunyai citra rasa yang enak serta mempunyai
kemasan yang baik.
3. Pada hari pemeriksaan:
a. Tidak boleh makan atau minum apapun hingga pemeriksaan selesai, kecuali
pemeriksaan dilakukan diatas jam 13.00 maka boleh minum air putih saja.
b. Pemberian glukagon intravena dapat digunakan untuk menghambat peristaltis usus
pada saat pemeriksaan dan juga untuk membedakan spasme kolon dengan lesi massa.
Glukagon secara perlahan disuntikkan dengan dosis 1 mg melalui intravena dalam 1
menit. Lama kerja dari glukagon sekitar 10-20 menit. Tujuan dari pemberian ini dapat
menurunkan rasa tidak nyaman saat menjalani pemeriksaan. glukagon tidak diberikan
pada pasien yang insulonoma, ferokromositoma.
Apabila pasien mengalami diabetes, harus dikonsultasikan lebih dahulu mengenai
penurunan pemakaian insulin saat puasa atau diet lunak.
4. Sesaat sebelum pemeriksaan :
1. Petugas radiologi akan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Penderita diminta untuk menggunakan pakaian khusus yang tidak terdapat besi dan
melepas segala perhiasaan.
3. Bagi pasien wanita, perlu ditanyakan apakah penderita sedang dalam keadaan hamil
atau ada kemungkinan sedang hamil.
H. Pasca Pemeriksaan
a. Pasien diberikan laksatif untuk mengeluarkan sisa-sisa barium dan efek samping
dari barium adalah konstipasi.
b. Pasien akan merasa kram perut ringan-sedang.
c. Pasien dianjurkan banyak minum karena barium dapat menyebabkan dehidrasi.
d. 2-3 hari setelah pemeriksaan, tinja pasien akan terlihat putih atau keabu-abuan
Karena masih terdapatnya sisa-sisa barium di kolon.
I. Gambaran Normal dan Patologis
a. Gambaran Normal
Pada radiografi akan terlihat bangunan haustrae sepanjang kolon. Mulai dari
distal kolon desenden sampai sigmoid, haustrae semakin tampak berkurang. Dalam
keadaan normal garis-garis haustrae haruslah dapat diikuti dengan jelas dan
berkesinambungan
Gambar. 1 Hasil Pemeriksaan Barium Enema Normal
Kaliber kolon berubah secara perlahan, muali dari sekum (± 8.5 cm) sampai
sigmoid (± 2.5 cm). Panjang kolon sangat bervariasi untuk tiap individu, berkisar antara
91-125 cm, bahkan lebih.
Mukosa kolon terlihat sebagai garis-garis tipis dan halus melingkar teratur dengan
tekstur yang dinamakan linea innominata.

Gambar. 2 Linea Innominata.


Usus kecil berakhir di ileum terminal dan memasuki kolon di daerah yang disebut
ileosekal. Terkadang terlihat penonjolan muaranya ke dalam sekum yang sering di duga
sebagai polip.
Sekum terletak dibawah region tersebut sepanjang ± 6.5 cm dan lebar ± 8.5 cm.
Normal sekum menunjukkan kontur yang rata dan licin. Apendiks merupakan saluran
mirip umbai cacing dengan panjang antara 2.5 – 22.5 cm. Kadang terlihat penonjolan
muaranya ke dalam lumen sekum.
Kolon ascenden dimulai proksimal region ileosekal sampai mencapai fleksura
hepatika. Kolon tranversum merupakan bagian yang bebas bergerak (mobil), melintasi
abdomen dan fleksura hepatika sampai fleksura lienalis.
Kolon descenden dimulai dari fleksura lienalis kea rah bawah sampai
persambungannya dengan sigmoid. Batas yang tegas antara kolon desenden dengan
sigmoid sukar ditentukan, namun Krista iliaka mungkin dapat dianggap sebagai
peralihan.
Sigmoid merupakan bagian kolon yang panjang dan berkelok-kelok, berbentuk
huruf S. Bentuknya yang demikian itu seringkali menyukarkan penilaian radiografik
proyeksi antero-posterior. Proyeksi oblik dan lateral merupakan cara terbaik untuk
mengatasinya.
Rektum dimulai setinggi S3, lumennya berbentuk fusiform, dan bagian tengahnya
disebut sebagai ampula. Dinding posteriornya mengikuti kelengkungan ssakrum.
b. Gambaran Patologis
1) Kolitis
Dengan istilah colitis dimaksudkan penyakit-penyakit inflamsi pada kolon.
Berbagai jenis penyakit inflamasi kolon menghasilkan perubahan beraneka ragam pada
mukosa dan dindingnya. Tidak ada satupun tanda radiologic yang khas dan laboratorium
sangat penting untuk menegakkan diagnosis.
Berbagai bentuk perubahan pada kolon dari yang ringan sampai berat dapat
disebutkan sebagai berikut :
1. Perubahan mukosa. Dapat beruba hilangnya struktur linea innominata, granuler,
atau timbulnya ulsera (halo sign, bulls eye, target lesion)
2. Perubahan dinding. Dapat berupa hilang/berkurangnya haustrae, kekakuan dan
kerancuan dinding, lumen menyempit, dan pemendekan kolon.
Yang terpenting adalah membedakan colitis ulseratif dengan kolitis Crohn karena
kedua penyakit ini dalam perjalanannya sangat berbeda baik dalam komplikasi ataupun
prognosisnya.
Kolitis ulseratif dimulai dari rectum kea rah proksimal. Mukosanya
memperlihatkan gambaran granuler dengan bintik-bintik halus barium di antaranya.
Perubahan mukosa ini bersifat merata dan simetris.
Kolitis Chron terbanyak dikolon sisi kanan dan ileum terminal. Ulkus aptosa
memperlihatkan perubahan khas pada mukosanya di samping kerancuan dinding kolon.
Perubahan pada Crohn bersifat terbatas dan asimetris.
Striktura, dysplasia, dan fecal impaction, merupakan komplikasi tersering pada
colitis ulseratif. Sedangkan fistulasi, abses, dan massa tumor, pada colitis Crohn.
2) Karsinoma
Karsinoma kolon dapat memberikan penampilan seperti penonjolan ke dalam
lumen (protruded lesion). Bentuk klasik tipe ini adalah polip, dimana polip dapat
bertangkai (pedunculated) atau tidak bertangkai (sessile). Dinding kolon seringkali masih
terlihat baik.
Keracunan dinding kolon (colonic wall deformity) dapat bersifat simetris (napkin
ring) atau asimetris (apple core). Lumen kolon sempit dan ireguler.
Kekakuan dinding kolon (rigidity colonic wall) bersifat segmental, terkadang
mukosa masih baik. Lumen kolon dapat atau tidak menyempit. Bentuk ini sukar
dibedakan dengan kolitis ulseratif.
3) Divertikel
Divertikel merupakan kantung-kantung yang menonjol pada dinding kolon, terdiri
atas lapisan mukosa dan muskularis mukosa.
4) Polip
Pada radiograf yang terpenting adalah bahwa sessile polip harus terlihat adanya
kubah (dome) dan dasarnya (base). Sedangkan pada pedunculated harus dapat terlihat
kepala (head) dan tangkainya (stalk).
Tergantung arah sinar dan objeknya, maka penampilan sessile polip dapat
bervariasi sebagai ring shadow, hat sign dan figure of eight. Pada pedunculated polip
dapat terlihat sebagai target sign dan off center target sign. Harus dicermati perubahan-
perubahan yang mengarah keganasan seperti nodularity (cauliflower), adanya ulkus
ditengahnya, indentasi basal dan ukurannya (>2 cm)
J. Kesimpulan
Pemeriksaan Barium Enema, disebut juga pemeriksaan radiografi saluran cerna
bagian bawah, merupakan pemeriksaan sinar X dengan menggunakan media kontras
yaitu suspensi barium sulfat (BaSO4), yang dimasukkan ke dalam usus besar. Tujuan
dilakukannya pemeriksaan barium enema adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi
dari usus besar/colon serta mendeteksi adanya kelainan. Barium akan mengisi colon
secara rata dan menunjukkan kontur, patency ( bebas terbuka ) dan posisi usus yang
normal. Hasil pemeriksaan ditentukan oleh gambaran dari X-ray dan gambaran
fluoroscopy.

Terdapat dua metode yang dapat digunakan dalam penggunaan kontras barium
yaitu kontras tunggal (single contrast) dan kontras ganda (double contrast). Dimana pada
kontras tunggal hanya menggunakan media barium sulfat dan kontras ganda
menggunakan media barium sulfat dengan udara. Indikasi pemeriksaan barium enema
apabila pasien memiliki tanda dan gejala seperti diare kronik, kram perut, perubahan
kebiasaan usus, darah pada feses, penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya,
suspek penyakit radang usus (inflammatory bowel disease), colitis iskemik, ileus
obstruktif, ileus paralitik, dan dicurigai adanya keganasan. Sedangkan kontraindikasinya
adalah jika penderita mengalami colitis ulseratif berat, megacolon toksik, atau diduga
terdapat perforasi usus.

Adapun persiapan yang harus dilakukan sebelum dilakukan pemeriksaan seperti


mengubah pola makanan penderita, minum sebanyak-banyaknya, pemberian pencahar
dan sebagainya. Pasca pemeriksaan pasien mungkin akan mengalami beberapa hal seperti
kram, konstipasi dan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi pasien disarankan untuk
minum sebanyak-banyaknya.

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah adanya kebocoran atau perforasi dari
usus yang menyebabkan barium masuk ke dalam peritoneum sehingga menimbulkan
peritonitis, sepsis dan respon inflamasi sistemik.
Dalam melakukan pemeriksaan ini dibutuhkan perhatian kepada pasien mengenai
keamanan, kenyamanan pasien, serta ketelitian saat dilakukan pemeriksaan.
Gambar

Gambar. 1 Procedur Pemeriksaan Barium Enema

Gambar. 3 Pemeriksaan Barium Enema


PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)

A. Pengertian

Ultrasonografi (USG) adalah suatu pemeriksaan diagnostik non invasif dengan


menggunakan gelombang frekuensi tinggi kedalam abdomen. gelombang ini dipantulkan
kembali dari permukaan struktur organ sehingga komputer dapat menginterpretasikan
jaringan berdasarkan gelombang tersebut
B. Tujuan

Sebagai acuan petugas dalam penerapan langkah - langkah melaksanan pemeriksaan


USG abdomen untuk mendeteksi adanya kelainan patologis pada abdomen
C. Kebijakan

Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 002 Tahun 2017 Tentang Jenis Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Banda Sakti
D. Prosedur

1. Persiapan Alat :
a. Rekam medik pasien yang berisi pemeriksaan sebelumnya dari poli terkait
b. Mesin USG
c. Jelly
2. Persiapan Pasien
a. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan.

E. Langkah-langkah

1. Pasien datang memberikan rekam medik kepada petugas


2. Sebelum pemeriksaan pasien dianjurkan untuk banyak minum dan diminta menahan
buang air kecil dan melapor bila kandung kemih sudah penuh
3. Petugas mencatat data pasien dibuku register
4. Pasien melapor saat kandung kemih penuh
5. Mencuci tangan.
6. Membawa pasien ketempat pemeriksaan bersama rekam medik
7. Menjelaskan kepada pasien prosedur yang akan dilakukan.
8. Menjamin kebutuhan privacy pasien.
9. Mengatur posisi pasien (berbaring pada tempat pemeriksaan dan mengolesi jelly /
lubricant pada area permukaan kulit yang akan diperiksa).
10. Melakukan pemriksaan USG
11. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada pasien
12. Merapihkan pasien, memberikan konseling sesuai dengan keluhan dan
13. menganjurkan pasien kembali ke poli yang merujuk.
14. Mencuci tangan

F. Hal-hal yang perlu diperhatika

Radiasi handphone akan mengganggu gelombang suara pada alat USG

G. Dokumentasi
SOP PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN DAN KEMIH COLOK DUBUR

Pengertian

Pemeriksaan colok dubur merupakan pelengkap pemeriksaan fisik abdomen dan


genitalia yang dilakukan dengan indikasi :

1. Pada pria:

Pemeriksaan rekto abdominal, pemeriksaan prostate dan vesika seminalis

2. Pada wanita :

Pemeriksaan rekto abdominal, pemeriksaan uterus dan adneksa serta pemeriksaan


genitalia pada nullipara

Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan pemeriksaan colok dubur

Prosedur / Langkah – langkah

Persiapan alat dan bahan:

1. Ranjang periksa

2. Sarung tangan

3. Pelumas

4. Sabun dan air bersih

5. Handuk bersih dan kering

6. Larutan antiseptik

7. Senter

Pada pemeriksaan ini, kita dapat memilih posisi pasien sbb:


a. Left lateral prone position

Letak miring memudahkan pemeriksaan inspeksi dan palpasi anal kanal dan rektum.
Tetapi posisi ini kurang sesuai untuk pemeriksaan peritoneum.

b. Litothomy position

Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang tidak memerlukan
pemeriksaan anus secara detail. Dianjurkan dalam pemeriksaan prostate dan
vesika seminalis karena memudahkan akses pada cavum peritoneal.

Pemeriksaan :

1. Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih.

2. Persilahkan pasien untuk berbaring dengan salah satu posisi diatas.

3. Minta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana), hingga regio analis
terlihat jelas.

4. Mencuci tangan.

5. Menggunakan sarung tangan

6. Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan.

7. Inspeksi regio analis, perhatikan apakah ada kelainan

8. Penderita diminta mengedan, letakkan ujung jari telunjuk kanan pada anal
orificium dan tekanlah dengan lembut sampai sfingter relaksasi. Kemudian
fleksikan ujung jari dan masukkan jari perlahan-lahan sampai sebagian besar jari
berada di dalam canalis analis.

9. Palpasi daerah canalis analis, nilailah adakah kelainan

10. Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik acuan.

Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai titik acuan.

11. Menilai tonus sfingter ani.

12. Menilai struktur dalam rektum yang lebih dalam.


13. Menilai ampula rekti kolaps atau tidak

14. Pemeriksaan khusus

- Prostat : Nilailah ketiga lobus prostate, fisura mediana, permukaan prostate


(halus atau bernodul), konsistensi (elastis, keras, lembut, fluktuan), bentuk
(bulat, datar), ukuran (normal, hyperplasia, atropi), sensitivitas dan mobilitas.

- Vesikula seminalis : Normalnya tidak teraba, apabila terdapat kelainan akan


teraba pada superior prostate di sekitar garis tengah. Nilailah distensi,
sensitivitas, ukuran, konsistensi, indurasi dan nodul.

- Uterus dan adneksa : Periksa dan nilai kavum Douglas pada forniks posterior
vagina.

15. Setelah selesai, keluarkan jari telunjuk dari rectum, perhatikan apakah pada
sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.

16. Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir

17. Buka sarung tangan dan tempatkan pada wadah yang disediakan

18. Bersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio analis.

19. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan pasien
untuk duduk di tempat yang sudah disediakan.

20. Dokumentasi hasil pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai