No/NIM : 26/19121105
Prodi : D3 Keperawatan
A. Tujuan
Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan Ante Natal Care ( ANC ), sehingga dapat
menyelesaikannya dengan baik, melahirkan bayi yang sehat dan memperoleh kesehatan
yang optimal pada masa nifas serta dapat menyusui dengan baik dan benar.
B. Ruang lingkup
C. Uraian Umum
1. ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil dan selama
kehamilannya.
2. Mempersiapkan ibu agar memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan selama hamil,
bersalin dan nifas.
3. Mendeteksi dini faktor resiko dan menangani masalah tersebut secara dini.
1. Alat
a. Leanec
b. Doppler / spekulum corong
c. Meteran kain pengukur tinggi fundus uteri
d. Meteran pengukur LILA
e. Selimut
f. Reflex Hammer
g. Jarum suntik disposibel 2,5 ml
h. Air hangat
i. Timbangan Berat Badan dewasa
j. Tensimeter Air Raksa
k. Stetoscope
l. Bed Obstetric
m. Spekulum gynec
n. Lampu halogen / senter
o. Kalender kehamilan
2. Bahan
a. Sarung tangan
b. Kapas steril
c. Kassa steril
d. Alkohol 70 %
e. Jelly
f. Sabun antiseptik
g. Wastafel dengan air mengalir
h. Vaksin TT
E. Instruksi Kerja
1. PERSIAPAN.
2. PELAKSANAAN:
1. Anamnesa:
a. Riwayat perkawinan.
b. Riwayat penyakit ibu dan keluarga.
c. Status wayat Haid, HPHT.
d. Riwayat imunisasi Ibu saat ini
e. Kebiasaan ibu.
f. Riwayat persalinan terdahulu
Dari anamnesa haid tersebut, tentukan Usia kehamilan dan buat taksiran persalinan.
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum.
b. Pemeriksaan khusus.
a) Inspeksi.
1. Tinggi fundus
2. Hyperpigmentasi (pada areola mammae, Linea nigra).
3. Striae.
b) Palpasi.
c) Auskultasi.
a) Inspeksi.
b) Palpasi.
a) Leopold 1.
1. Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk
menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak
mendorong uterus kebawah (jika diperlukan, fiksasi uterus basah
dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan dibagian
lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi atas simfisis)
2. Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus
bawah) kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap
kebagian kepala ibu.
3. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri
dan rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan
jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri
dan kanan secara bergantian
b) Leopold 2.
1. Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan
telapak tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan
pada ketinggian yang sama.
2. Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan
telapak tangan kiri dan kanan kemudian geser kearah bawah dan
rasakan adanya bagian yang rata dan memenjang (punggung) atau
bagaian yang kecil (ekstremitas).
c) Leopold 3.
d) Leopold 4.
1. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada dinding lateral
kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan
kanan berada pada tepi atas simfisis.
2. Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua
jari-jari tangan kanan yang meraba dinding bawah uterus.
3. Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan
(konvergen/divergen)
4. Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah
bayi (bila presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala
didekat leher dan bila presentasi bokong, upayakan untuk
memegang pinggang bayi)
5. Fiksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul, kemudian
letakkan jari0jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis
untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki
pintu atas panggul.
c) Auskultasi.
d) Pemeriksaan Tambahan.
c. Akhir pemeriksaan :
1) Buat kesimpulan hasil pemeriksaan
2) Buat prognosa dan rencana penatalaksanaan.
3) Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan status pasien.
4) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada bumil yang meliputi : usia
kehamilan, letak janin, posisi janin, Tafsiran persalinan, Resiko yang
ditemukan atau adanya penyakit lain.
5) Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang.
6) Jelaskan rencanan asuhan ANC berkaitan dengan hasil pemeriksaan
7) Jelaskan pentingnya imunisasi
8) Jelaskan menjadi akseptor KB setelah melahirkan
9) Beri alasan bila pasien dirujuk ke Rumash Sakit
F. Indikator Kinerja
G. Catatan Mutu
A. Pengertian
Rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini
dilalui dengan kontraksi yang ditandai dengan perubahan progresif pada serviks dan
diakhiri dengan pelepasan plasenta
B. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pelaksanaan pelayanan pertolongan
persalinan
C. Prosedur
c. 3.Bengkok 1 buah
4) Handscoon 2 pasang
5) Obat uterotunika
6) Lidokain 1%
f. Perlengkapan
1) Bengkok
2) Waskom
5) Clemek/baju plastik
8) Selimut bayi
2. Asuhan Kala II
c. Memakai APD
i. Melakukan dekontaminasi sarung tangan dalam larutan klorin lalu cuci tangan
dengan sabun
l. Meminta keluarga menyiapkan posisi ibu untuk meneran pada saat kontraksi
m. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
n. Menganjurkan ibu berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi nyaman jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
o. Meletakkan handuk bersih di perut ibu untuk mengeringkan bayi, jika kepala bayi
membuka 5-6cm
q. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
s. Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi : saat kepala bayi membuka vulva 5-6
cm, tahan perineum dengan dilapisi kain bersih dan kering
w. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untk
menyanggah kepala, lengan, dan siku. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.
x. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin serta selipkan jari diantara kedua lutut janin
aa. Melakukan pemeriksaan kembali pada uterus untuk memastikan tidak ada janin
kedua
bb. Memberitahu ibu untuk disuntikkan oksitosin agar uterus berkontaksi dengan baik.
dd. Menjepit tali pusat di du atempat yaitu 3cm dari pusat bayi dan 2 cm dari klem
pertama
ee. Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan pemotongan
diantara 2 klem tersebut serta ikat dengan benang dan lepaskan klem paa bayi
hh. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis untuk
mendeteksi. Tangan lainnya meneganggkan tali pusat
ii. Setelah uterus berkontraksi lakukan dorongan kearah dorso kranial secara hati-hati
jj. Melakukan penegangan dorso kranial hingga 15 menit, jika belum terlepas beri
dosis ulang oksitosin 10 IU dan penatalaksanaan manual plasenta
oo. Celupkan tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin lalu bilas
dengan air DTT dan keringkan
pp. Memastikan uterus berkontraksi dengn baik dan tidak terjadi perdarahan
yy. Pastikan ibu nyaman dan mebantu ibu memberikan ASI serta menganjurkan ibu
untuk makan dan minum
ddd.Dalam 1 jam pertama beri salep mata dan injeksi vit K dipaha kiri
A. Pengertian
Masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung 6 minggu (42 hari)
B. Tujuan
1. Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak
C. Prosedur
c. Melakukan pemerksaan :
1) Berat badan
2) Vital sign
5) Genetalia : pengeluaran lochea, jahitan perineum bila ada, kondisi vulva vagina
g. Melakukan pendokumentasian
d. Glycerin
e. Kayu pengaduk barium (bila menggunakan irrigator set)
f. Receiver (ember)
g. Kain laken (penutup meja pemeriksaan)
Kelebihan kontras ganda atas kontras tunggal juga berakibat pada persiapan penderita
yang jauh lebih ketat. Syarat utama pada radiologik kontras ganda ialah bahwa kolon harus
bersih sama sekali dari kotoran. Oleh karena itu, terdapat prinsip dasar persiapan penderita
seperti :
1. Dua hari sebelum pemeriksaan:
a. Beritahu pemeriksa apabila pasien mempunyai alergi lateks atau barium dan siapkan
pasien secara fisik dan mental untuk melakukan pemeriksaan ini
b. Pasien diberitahukan bahwa persiapan ini dibutuhkan kerjasama dari pasien agar
kolon yang akan diperiksa dapat benar-benar bersih.
c. Mengubah pola makan pasien. Pasien hendaknya memakan makanan dengan
konsistensi lunak dan tidak mengandung lemak selama 1-2 hari sebelum
pemeriksaan, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
bongkahan-bongkahan tinja yang keras.
d. Minum sebanyak-banyaknya selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan sebanyak 2 liter
atau lebih untuk mencegah dehidrasi akibat persiapan. Hal ini disebabkan karena
penyerapan air di saluran cerna terbanyak di usus besar, sehingga pemberian
minuman ini dapat menjaga tinja agar tetap lembek. Untuk menjaga kebutuhan kalori
dan keseimbangan elektrolit dapat diberikan oral entering feeding berupa bubuk yang
dilarutkan di dalam air.
e. Pasien dengan hipomotilitas kolon lebih sulit untuk diperiksa karena kolon tidak
bersih sempurna. Biasanya terjadi pada orang yang tirah baring lama, diabetes,
skleroderma dan orang yang menggunakan opiat atau obat dengan efek samping
antikolinergik harus diperpanjang masa persiapannya menjadi dua hari atau lebih dan
beberapa regimen, lavage kolon dimungkinkan untuk membersihkan kolon.
2. Satu hari sebelum pemeriksaan:
a. Lanjutkan diet yang sama seperti pada hari sebelumnya dan tetap hindari makanan
berlemak
b. Pada pukul 4 sore, minum satu gelas air putih
c. Pada pukul 5 sore, minum magnesium citrate laxative dengan dosis pada dewasa 300
ml, usia 9-12 150 ml, usia 6-8 60 ml, usia 5 tahun kebawah tidak diberikan. Setelah
ini akan terjadi diare selama 3-8 jam.
d. Pada pukul 7 malam, orang dewasa harus mengkonsumsi 3 tablet bisacodyl dan tetap
mengonsumsi diet cair hingga malam hari.
e. Pemberian pencahar tidak wajib dilakukan apabila perubahan pola makan dan minum
dilakukan dengan benar. Pada beberapa keadaaan seperti orang tua, rawat baring yang
lama dan sembelit kronis, pemberian pencahar harus diberikan. Sebaiknya dipilih
pencahar yang mempunyai sifat-sifat yang dapat melembekkan tinja dan
meningkatkan peristaltik usus, mempunyai citra rasa yang enak serta mempunyai
kemasan yang baik.
3. Pada hari pemeriksaan:
a. Tidak boleh makan atau minum apapun hingga pemeriksaan selesai, kecuali
pemeriksaan dilakukan diatas jam 13.00 maka boleh minum air putih saja.
b. Pemberian glukagon intravena dapat digunakan untuk menghambat peristaltis usus
pada saat pemeriksaan dan juga untuk membedakan spasme kolon dengan lesi massa.
Glukagon secara perlahan disuntikkan dengan dosis 1 mg melalui intravena dalam 1
menit. Lama kerja dari glukagon sekitar 10-20 menit. Tujuan dari pemberian ini dapat
menurunkan rasa tidak nyaman saat menjalani pemeriksaan. glukagon tidak diberikan
pada pasien yang insulonoma, ferokromositoma.
Apabila pasien mengalami diabetes, harus dikonsultasikan lebih dahulu mengenai
penurunan pemakaian insulin saat puasa atau diet lunak.
4. Sesaat sebelum pemeriksaan :
1. Petugas radiologi akan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Penderita diminta untuk menggunakan pakaian khusus yang tidak terdapat besi dan
melepas segala perhiasaan.
3. Bagi pasien wanita, perlu ditanyakan apakah penderita sedang dalam keadaan hamil
atau ada kemungkinan sedang hamil.
H. Pasca Pemeriksaan
a. Pasien diberikan laksatif untuk mengeluarkan sisa-sisa barium dan efek samping
dari barium adalah konstipasi.
b. Pasien akan merasa kram perut ringan-sedang.
c. Pasien dianjurkan banyak minum karena barium dapat menyebabkan dehidrasi.
d. 2-3 hari setelah pemeriksaan, tinja pasien akan terlihat putih atau keabu-abuan
Karena masih terdapatnya sisa-sisa barium di kolon.
I. Gambaran Normal dan Patologis
a. Gambaran Normal
Pada radiografi akan terlihat bangunan haustrae sepanjang kolon. Mulai dari
distal kolon desenden sampai sigmoid, haustrae semakin tampak berkurang. Dalam
keadaan normal garis-garis haustrae haruslah dapat diikuti dengan jelas dan
berkesinambungan
Gambar. 1 Hasil Pemeriksaan Barium Enema Normal
Kaliber kolon berubah secara perlahan, muali dari sekum (± 8.5 cm) sampai
sigmoid (± 2.5 cm). Panjang kolon sangat bervariasi untuk tiap individu, berkisar antara
91-125 cm, bahkan lebih.
Mukosa kolon terlihat sebagai garis-garis tipis dan halus melingkar teratur dengan
tekstur yang dinamakan linea innominata.
Terdapat dua metode yang dapat digunakan dalam penggunaan kontras barium
yaitu kontras tunggal (single contrast) dan kontras ganda (double contrast). Dimana pada
kontras tunggal hanya menggunakan media barium sulfat dan kontras ganda
menggunakan media barium sulfat dengan udara. Indikasi pemeriksaan barium enema
apabila pasien memiliki tanda dan gejala seperti diare kronik, kram perut, perubahan
kebiasaan usus, darah pada feses, penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya,
suspek penyakit radang usus (inflammatory bowel disease), colitis iskemik, ileus
obstruktif, ileus paralitik, dan dicurigai adanya keganasan. Sedangkan kontraindikasinya
adalah jika penderita mengalami colitis ulseratif berat, megacolon toksik, atau diduga
terdapat perforasi usus.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah adanya kebocoran atau perforasi dari
usus yang menyebabkan barium masuk ke dalam peritoneum sehingga menimbulkan
peritonitis, sepsis dan respon inflamasi sistemik.
Dalam melakukan pemeriksaan ini dibutuhkan perhatian kepada pasien mengenai
keamanan, kenyamanan pasien, serta ketelitian saat dilakukan pemeriksaan.
Gambar
A. Pengertian
Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 002 Tahun 2017 Tentang Jenis Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Banda Sakti
D. Prosedur
1. Persiapan Alat :
a. Rekam medik pasien yang berisi pemeriksaan sebelumnya dari poli terkait
b. Mesin USG
c. Jelly
2. Persiapan Pasien
a. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan.
E. Langkah-langkah
G. Dokumentasi
SOP PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN DAN KEMIH COLOK DUBUR
Pengertian
1. Pada pria:
2. Pada wanita :
Tujuan
1. Ranjang periksa
2. Sarung tangan
3. Pelumas
6. Larutan antiseptik
7. Senter
Letak miring memudahkan pemeriksaan inspeksi dan palpasi anal kanal dan rektum.
Tetapi posisi ini kurang sesuai untuk pemeriksaan peritoneum.
b. Litothomy position
Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang tidak memerlukan
pemeriksaan anus secara detail. Dianjurkan dalam pemeriksaan prostate dan
vesika seminalis karena memudahkan akses pada cavum peritoneal.
Pemeriksaan :
3. Minta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana), hingga regio analis
terlihat jelas.
4. Mencuci tangan.
8. Penderita diminta mengedan, letakkan ujung jari telunjuk kanan pada anal
orificium dan tekanlah dengan lembut sampai sfingter relaksasi. Kemudian
fleksikan ujung jari dan masukkan jari perlahan-lahan sampai sebagian besar jari
berada di dalam canalis analis.
10. Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik acuan.
Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai titik acuan.
- Uterus dan adneksa : Periksa dan nilai kavum Douglas pada forniks posterior
vagina.
15. Setelah selesai, keluarkan jari telunjuk dari rectum, perhatikan apakah pada
sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.
16. Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir
17. Buka sarung tangan dan tempatkan pada wadah yang disediakan
19. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan pasien
untuk duduk di tempat yang sudah disediakan.