Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN KONTROL


BEROBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI RS CEPAT SEHAT TAHUN 2021

METODOLOGI PENELITIAN

Dosen pengampu : Suratiningsih, S.SiT.,M.Kes

Disusun Oleh :

1. Dika Sabetta (19121089)


2. Dwi Jayanti (19121090)

POLTEKKES BHAKTI MULIA SUKOHARJO

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Hipertensi masih menjadi permasalahan dunia dan negara berkembang. Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor satu secara global. Permasalahan tersebut akan
terus muncul apabila pasien tidak melakukan kontrol berobat secara teratur. *Kurangnya
kepatuhan kontrol berobat merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit lain, seperti
penyakit jantung coroner, thrombosis serebral, stroke, dan gagal ginjal kronis. Kepatuhan
dalam pengobatan adalah hal yang sangat penting dalam perawatan pasien karena dapat
mengurangi kekambuhan hipertensi berulang dan sangat diperlukan untuk mencapai
tekanan darah yang terkontrol.
Keluarga merupakan support system utama bagi pasien hipertensi dalam
mempertahankan kesehatannya, keluarga memegang peranan penting dalam perawatan
maupun pencegahan (Ridwan, 2012). Dukungan keluarga atau Family support dibutuhkan
pasien untuk mengontrol penyakit. **Survey yang dilakukan pada masyarakat selama ini
didapatkan hasil, prevalensi hipertensi berkisar 6-15% dari seluruh penduduk di Indonesia
(Santosa & Fredy, 2008). Data hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa keluarga
memiliki pengaruh positif dalam mengontrol penyakit, kesulitan dalam hubungan
keluarga, perhatian keluarga terhadap keturunannya, dan keterlibatan kecil dalam
perawatan pasien mempengaruhi kesembuhan pasien (Effendi, 2017).
*** Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah Riskesdas tahun 2013, prevalensi
hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar
31,7%. Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9%
(dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti
alat pengukur tensi yang berbeda dengan masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya
penyakit hipertensi. Meskipun terjadi penurunan pada tahun 2013, tapi prevalensi
hipertensi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan di Malaysia. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan, 6% masyarakat Indonesia yang berumur lebih dari
18 tahun mengalami gangguan mental emosional berupa stres, kecemasan, dan depresi.
Stres disebabkan karena adanya tekanan ekonomi, beban pekerjaan, tata kota yang buruk,
hingga penyakit kronis yang diderita membuat masyarakat stres. Padahal, stres bisa
memengaruhi produktivitas, meningkatkan keparahan penyakit, hingga memunculkan
gangguan sosial (Kompas,2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2013) didapatkan hasil bahwa
persentase tertinggi dari tingkat stres pada penderita hipertensi hampir setengahnya yaitu
kategori ringan (45,5 %), sedang (33,8%), berat (9,1 %) dan 11,7 % kategori normal. hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saleh (2014), rata-rata tingkat stres pada
penderita hipertensi adalah skor 20,69, skor tingkat stres minimum. Bagi penderita
hipertensi, kepatuhan terhadap pengobatan merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan pengobatan. Pasien yang memiliki dukungan dari keluarga mereka
menunjukkan perbaikan perawatan dari pada yang tidak mendapat dukungan dari
keluarga. Dukungan keluarga dapat berupa perhatian mengenai penyakit mereka atau
mengingatkan untuk minum obat.
Keterangan :
 Seriousness of problem
** Community consern
*** Political concern

2. Rumusan Masalah :
Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat pada pasien
hipertensi ?

3. Tujuan :
a. Tujuan Umum :
Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat penderita
hipertensi di di RS Cepat Sehat.
b. Tujuan Khusus :
1) Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat
penderita hipertensi selama sakit di Rs Cepat Sehat
2) Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat
penderita hipertensi selama pemulihan di Rs Cepat Sehat

4. Manfaat
1. Untuk ilmu (Teoritis)
a. Bagi ilmu keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya
yang berkaitan dengan hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol
berobat penderita hipertensi
Bagi Peneliti Selanjutnya
2. Untuk Consumer (Praktis)
a. Bagi Peneliti
Peneliti bisa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta ketrampilan
lapangan dalam penelitian khususnya yang berhubungan antara kepatuhan kontrol
berobat penderita hipertensi.
b. Bagi peneliti selanjutnya
1) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data awal penelitian
berikutnya mengenai variable lain yang bisa mendukung hubungan dukungan
keluarga dan kepatuhan berobat penderita hipertensi.
2) Penelitian bermanfaat sebagai referensi dalam pelayanan kesehatan bagi yang
tertarik untuk melanjutkan atau meneliti lebih lanjut terkait dengan penelitian
ini
c. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan kajian
keilmuan dalam bidang kesehatan khususnya tentang hubungan dukungan
keluarga terhadap pasien yang memiliki penyakit hipertensi
d. Bagi masyarakat
Diharapkan keluarga untuk terus menerus memberikan dukungan terhadap anggota
keluarga yang menderita hipertensi agar menjadi sebuah motivasi untuk patuh
kontrol berobat, dan dapat menekan kemungkinan adanya komplikasi penyakit.
e. Bagi Instansi pemerintah
Dari hasil penelitian ini diharapkan pemerintah dapat membantu pemerintah dalam
menganalisis hubungan akses layanan kesehatan dengan kepatuhan kontrol berobat
pada penderita hipertensi dan dapat meningkatkan pelayanan supaya dapat
meningkatkan motivasi penderita hipertensi untuk patuh kontrol.
f. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi Rumah Sakit
mengenai kepatuhan berobat penderita hipertensi. Penelitian ini bermanfaat untuk
memperluas wawasan tenaga kesehatan dalam meningkatkan asuhan keperawatan
mengenai dukungan keluarga terhadap pasien yang memiliki penyakit hipertensi.
5. Keaslian Penelitian

No Nama Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

Peneliti Penelitian

1 Arianti Hubungan antara Metode penelitian 1. Hasil dari penelitian


Kusumaward dukungan social dan yang digunakan dijelaskan bahwa
hani kualitas hidup pada adalah Metode terdapat hubungan
lansia penderita kuantitatif dengan yang signifikan
hipertensi 2012 design antara dukungan
korelasional social dengan
kualitas hidup pada
lansia penderita
hipertensi
2. Tingkat korelasi
sedang (0,525)
yakni 27,5%
kontribusi dukungan
social yang tinggi
terhadap kualitas
hidup yang tinggi

2 Dwi Hubungan dukungan 1. Data primer 1. Berdasarkan hasil


Handayani keluarga dengan dan data penelitian mengenai
dan Wahyuni kepatuhan lansia sekunder dukungan keluarga
dalam mengikuti 2. Memberikan terbanyak yaitu
posyandu lansia 2012 data atau dukungan rendah
informasi sebanyak 60 orang
kepada (60%)
pengumpul data 2. Hasil penelitian
3. Analisa data mengenai tingkat
(Univariat, kepatuhan
bivariat, menunjukkan
instrument) tingkat pengaruh
lansia dalam
mengikuti posyandu
lansia mayoritas
adalah tidak patuh
22 patuh sebanyak
71 orang (71%)
3. Dukungan keluarga
di desa Krajan
Kecamatan Weru
Kabupaten
Sukoharjo rekativ
rendah

3 Hendra Dukungan Keluarga 1. Aspek 1. Dukungan keluarga


Efendi dalam manajemen haronitas terhadap pasien
penyakit hipertensi 2. Aspek 2. Manajemen perawat
tahun 2016 keseimbangan tentang manajemen
financial penyakit hipertensi
3. Kontroling Keterlibatan
Kesehatan keluarga dalam
Welbeing mengobati pasien

3 Dika Sabetta Hubungan dukungan Jenis -


Utami dan keluarga dengan penelitiannya
Dwi Jayanti kepatuhan control dengan
berobat pada pasien pendekatan
Hipertensi di RS Cepat observasional
Sehat tahun 2021

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Landasan teori
1. Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing, dan
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Andarmoyo, 2012)
Keluarga adalah Perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki
atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya
sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Muklisin, 2012).
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik,
kakak dan nenek (Jhonson & Lenny, 2010).
2. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah upaya yang diberikan kepada anggota keluarga baik
moril maupun materiil berupa motivasi, saran, informasi dan bantuan yang nyata.
Dukungan keluarga dapat diperoleh dari anggota keluarga (suami, istri, anak, dan
kerabat), teman dekat atau relasi. (Karunia, 2016)
Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, dukungan yang diberikan pada setiap siklus perkembangan kehidupan.
Dengan adanya dukungan yang diberikan oleh keluarga membuat anggota keluarga
mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga dapat meningkatkan
kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).
Dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan
keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai
strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan
kehidupan sehari-hari. Menurut Ambarwari (2010) dalam (Rizkiyanti, 2014)
3. Kepatuhan
Kepatuhan adalah sebagai perilaku untuk menaati saran-saran dokter atau
prosedur dari dokter tentang penggunaan obat, yang sebelumnya didahului oleh proses
konsultasi antara pasien (dan keluarga pasien sebagai orang kunci dalam kehidupan
pasien dengan dokter sebagai penyedia jasa medis. Fatmah (2012)
4. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih
tinggi, dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih tinggi. Hipertensi dilaporkan
menjadi penyebab utama penyakit kardiovaskular di seluruh dunia. Selain itu, tekanan
darah yang tidak terkontrol meningkatkan resiko penyakit jantung iskemik empat kali
lipat dan beresiko pada keseluruhan kardiovaskular dua hingga tiga kali lipat (Yassine
et al., 2016)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
(Kemenkes, 2014).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu
periode. Hal ini terjadi bila arteriole konstriksi. konstriksi arteriole membuat darah
sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. hipertensi juga
menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut akan menimbulkan
kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, Wajan Juni, 2010).
5. Faktor penyebab Hipertensi
Menurut Udjianti, Wajan Juni (2011) menjelaskan tentang penyebab dari hipertensi
yaitu:
a. Untuk hipertensi primer/essenssial, disebabkan oleh:
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, berisiko tinggi
untuk mendapatkan penyakit ini.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause berisiko tinggi
untuk mengalami hipertensi.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
4) Berat badan
Obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi.
5) Gaya hidup
Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, bila gaya
hidup menetap. Nikotin dalam rokok merangsangpelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial, peningkatan
denyut jantung, dan menyebabkan vasokonstriksi, yang pada akhirnya
meningkatkan tekanan darah.
b. Untuk hipertensi sekunder, disebabkan oleh:
1) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Kontrasepsi oral yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui
mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume expansion. Dengan
penghentian kontrasepsi oral, tekanan darah normal kembali setelah beberapa
bulan.
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular
berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara
langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien
dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous displasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait
dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal.
3) Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi
sekunder. Adrenal-mediated hypertension disebabkan kelebihan primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan
aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokalemia. Aldosteronisme primer
biasanya timbul dari benign adenoma korteks adrenal. Pheochromocytomas
pada medula adrenal yang paling umum dan meningkatkan sekresi
katekolamin yang berlebihan.
4) Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang memungkinkan terjadi
beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan
menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.
5) Neurogenik: tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.
6) Kehamilan
7) Peningkatan volume intravaskular.
6. Dampak yang diakibatkan oleh Hipertensi
Tekanan darah yang tidak terkontrol dan tidak segera diatasi dalam jangka panjang
akan mengganggu pembuluh darah arteri dalam mensuplai darah ke organ-organ
diantaranya jantung, otak, ginjal dan mata. Hipertensi yang tidak terkontrol berakibat:
a. Komplikasi pada jantung meliputi infark jantung dan pembesaran ventrikel kiri
dengan atau tanpa payah jantung
b. Hematuria (urine yang disertai
darah)
c. Oliguria (kencing sedikit) merupakan komplikasi hipertensi pada ginjal.
d. Retinopati hipertensi.
e. Stroke
f. Euchephalitis merupakan penyakit yang terjadi pada organ otak sebagai
akibat hipertensi yang tidak ditangani dalam waktu lama (Wijaya & Putri, 2013).
7. Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan Kontrol berobat pada pasien
hipertensi
Hipertensi merupakan suatu kondisi tekanan darah yang meningkat pada
sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Hipertensi dapat
dibedakan menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Faktor yang
berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial/primer antara lain faktor genetik,
stres dan psikologi, serta faktor lingkungan dan diit, sedangkan hipertensi sekunder
dapat disebabkan oleh kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, dan
sebagainya (Andra & Yessie, 2013).
Komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi antara lain dapat berdampak
pada organ ginjal, otak, mata dan juga jantung. Agar tidak terjadi komplikasi
hipertensi, maka penderita hipertensi harus patuh dalam melakukan kontrol hipertensi
yang mencakup konsumsi obat anti hipertensi dan pemerikasaan tekanan darah.
Perilaku kontrol tekanan darah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan penderita hipertensi untuk memeriksakan tekanan darahnya secara terjadwal
di pelayanan kesehatan sesuai dengan rekomendasi yang telah diberikan oleh pemberi
pelayanan kesehatan. Perilaku ketaatan pada individu sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dan ciri-ciri individual atau karakteristik yang
meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Yossi Fitrina (2014) tentang hubungan
karakteristik dan motivasi klien hipertensi dengan kepatuhan berobat menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, dan pekerjaan
dengan kepatuhan berobat dimana responden yang berusia muda awal lebih patuh
dalam menjalani pengobatan dibanding responden yang berusia dewasa akhir dan
klien yang berjenis kelamin pria lebih banyak mengalami hipertensi dan lebih patuh
dalam menjalani pengobatan dibandingkan klien yang berjenis kelamin wanita.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mubin, dkk (2010) tentang hubungan
antara karakteristik dan pengetahuan pasien dengan motivasi melakukan kontrol
tekanan darah didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan
motivasi kontrol tekanan darah secara rutin.

B. Kerangka Teori

Penyebab:
a. Hipertensi primer / essensial Hipertensi

1) Genetik
2) Jenis kelamin dan usia
3) Diet Dampak / Akibat :
4) Berat badan  Komplikasi jantung
5) Gaya hidup
 Hematuria
b. Hipertensi sekunder
 Oliguria
1) Penggunaan kontrasepsi
 Retinopati hipertensi
hormonal (estrogen)
 Stroke
2) Penyakit parenkim dan vascular
 Euchephalitis
ginjal
3) Gangguan endokrin
4) Coarctation aorta
5) Neurogenic: tumor otak, Kematian
encephalitis, dan gangguan
psikiatrik
6) Kehamilan
7) Peningkatan volume
intravaskular

Gambar 1 : Kerangka teori modifikasi menurut Wijaya & Putri (2013) dan Udjianti,
Wajan (2013)

C. Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen

Hubungan pemberian
Hipertensi
dukungan keluarga

 Genetik
 Jenis kelamin dan usia
 Diet
 Berat badan
 Gaya hidup
 Penggunaan kontrasepsi
hormonal (estrogen)
 Penyakit parenkim dan
vascular ginjal
 Gangguan endokrin
 Coarctation aorta
 Neurogenic: tumor otak,
encephalitis, dan gangguan
psikiatrik
 Kehamilan
 Peningkatan volume
intravaskular
Variabel pengganggu

Keterangan:
: diteliti
-------- : tidak diteliti

D. Hipotesis
Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat pada pasien
hipertensi di RS Cepat Sehat
Ho : Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat pada
pasien hipertensi di RS Cepat Sehat

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis / Desain Penelitian
Nursalam (2021) mengemukakan desain/rancangan penelitian adalah sesuatu
yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil. Desain penelitian
merupakan strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum
perencanaan akhir pengumpulan data dan mendefinisikan struktur penelitian yang
akan dilaksanakan. Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan metode
observasional melalui pendekatan cross sectional yaitu mengkaji apakah ada hubungan
antara dukungan keluarga (independen) dengan kepatuhan kontrol berobat, pada
pasien hipertensi (dependen).

Desain:
Populasi (Sampel)

BB > 75 kg BB < 75 kg

Hipertensi + Hipertensi - Hipertensi + Hipertensi -

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling


a. Populasi
Nursalam (2017) berpendapat bahwa populasi penelitian adalah subjek
(manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang di tetapkan. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien dengan penyakit hipertensi di RS Cepat Sehat.
berjumlah 403 orang.
b. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2017). Syarat yang harus
dipenuhi saat menetapkan sampel adalah representative (mewakili) dan sampel
harus cukup banyak (Nursalam, 2021). Sampel yang akan diambil untuk penelitian
ini adalah penderita hipertensi di poliklinik dan ruangan rawat inap RS Cepat
Sehat yaitu berjumlah 200 orang. Salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan besar sampel adalah menggunakan rumus Slovin (Nursalam, 2021):

N
n=
1+ α 2
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
α = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)

N
n=
1+ α 2
403
n=
1+ 403 ¿ ¿
403
n=
2 , 0075
n=200,74
n=201 orang

c. Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2021). Teknik sampling atau cara
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan non-
probability sampling jenis purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian) sehingga sampel tersebut mewakili
karakteristik populasi yang ada.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan interval (jarak) 2
antara sampel yang pertama ke sampel berikutnya. Misalnya pengambilan sampel
dari pasien ke 2, 4, 6, 8, 10, dan seterusnya sampai memenuhi besar sampel yang
di inginkan.

Dalam penelitian ini digunakan kriteria sampel, yaitu inklusi dan ekslusi
yaitu:
1) Kriteria Inklusi
a) Pasien hipertensi yang menjalani pengobatan di poliklinik dan ruangan
rawat inap di RS Cepat Sehat.
b) Pasien hipertensi yang tinggal serumah dengan keluarganya.
c) Pasien hipertensi yang berumur > 35 tahun.
2) Kriteria eksklusi
a) Pasien hipertensi berulang yang dalam keadaan tidak sadar/koma.

Anda mungkin juga menyukai