Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN HYDROCHEPALUS


Dosen Pengampu : Tutik Rahayuningsih, S.Kep.,Ns Mph

Kelompok 10
Anggota Kelompok :
1. Ferian Eksanto (19121095)
2. Rafida Luffi Ananda (19121110)

POLTEKKES BHAKTI MULIA


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................i

BAB I ASUHAN KEPRAWATAN HYDROCEPHALUS......................................................1

A. Definisi............................................................................................................................1

B. Klasifikasi.......................................................................................................................1

C. Etiologi............................................................................................................................2

D. Tanda Dan Gejala...........................................................................................................3

E. Patofisiologi....................................................................................................................3

F. Pathway...........................................................................................................................4

G. Komplikasi......................................................................................................................4

H. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................5

I. Penatalaksaan Medis.......................................................................................................5

J. Fokus Pengkajian............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................9

i
BAB I
ASUHAN KEPRAWATAN HYDROCEPHALUS

A. Definisi
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral, ruang
subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya
cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal
(Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif
pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral
selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili
arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor
(Mualim, 2010)
B. Klasifikasi
Jenis Hydrocephalus dapat di klasifikasikan menurut :
1. Waktu pembentukan
a. Hydrocephalus Congenital, yaitu hydrocephalus yang dialami sejak dalam
kandungan dan berlanjut setelah dilahirkan.
b. Hydrocephalus Akuisita, yaitu hydrocephalus yang terjadi setelah bayi
dilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono, 2006).
2. Proses Terbentuknya Hydrocephalus
a. Hydrocephalus Akut, yaitu hydrocephalus yang tejadi secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal).
b. Hydrocephalus Kronik, yaitu hydrocephalus yang terjadi setelah cairan CSS
mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007).
3. Sirkulasi  Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi hydrocephalus dimana CSS masih bias keluar dari
ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis hydrocephalus dimana sumbatan aliran CSS
yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yang menghubungkan ventrikel-
ventrikel otak (Anonim, 2003).

1
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu hydrocephalus yang disebabkan oleh infeksi yang mengenai otak
dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkus otak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cedera traumatis
yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atau athrophy (Anonim,
2003).
C. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat
antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan
aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi
intrauterine meliputi
a. Stenosis aquaductus sylvi
b. Spina bifida dan kranium bifida
c. Syndrom Dandy-Walker
d. Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah

2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan


a. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat
penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.
penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
b. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV /
akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
c. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang
terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

D. Tanda Dan Gejala


1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun

2
a. Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
b. Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
c. Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran
vena-vena kulit kepala.
d. Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni
bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
e. Perubahan pada mata.
1) bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang
supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti
matahari yang akan terbenam
2) strabismus divergens
3) nystagmus
4) refleks pupil lambat
5) atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
6) papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang m asih terbuka.
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
a. Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial
oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

E. Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek
garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi
pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan.
Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif
tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan massa cranial.
Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang
pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks)
menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini
menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara
dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae

3
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan
wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi
masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel
cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada
hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8
jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian. Pada pelebaran ventrikular
menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan
kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih
lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
F. Pathway

Produksi CSS Absrobsi


1. Post infeksi : Meningitis
2. Tumor space occupying
Penumpukan cairan (CSS) dalam ventrikel otak secara aktif (hidrosefalus)

Penatalaksanaan Obstruksi aliran pada shunt diventrikel otak

Pemasangan VP Shunt Peningkatan Volume CSS

Immobilisasi Resiko Infeksi TIK

Gangguan Integritas Kulit

G. Komplikasi

1. Peningkatan tekanan intrakranial


2. Kerusakan otak
3. Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
4
5. Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
6. Kematian

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik:
a. Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat
pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
b. Transiluminasi
1) Pemeriksaan darah :
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
2) Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau
meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan
ada infeksi sisa
c. Pemeriksaan radiologi:

1) X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
2) USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
3) CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus
mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

I. Penatalaksaan Medis
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat.
Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari
trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada
menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.

2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak
memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg
BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat
diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide
5
juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ±
40 – 50 % kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.
Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat
mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a. Ventrikulo Peritorial Shunt
b. Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga
mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-
obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel
otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pintasan ventrikuloatrial atau
ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi
radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya.
Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a. Mengurangi produksi CSS
b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
c. Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus
melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya
meningkatkan resorbsinya.
2. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi
radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu
malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar
ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.
3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas
drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum.
6
baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada
hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal
yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit
terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt
yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual,
lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.

J. Fokus Pengkajian
Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Hydrochepalus
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan meningkatnya tekanan intrakranial
Data Indikasi : Adanya keluhan nyeri kepala, meringis atau menangis, gelisah, kepala
membesar.
Tujuan : Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Intervensi :
a. Jelaskan penyebab nyeri
b. Atur posisi klien
c. Ajarkan teknik relaksasi
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgetik
2. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
intake yang tidak adekuat
Data Indikasi : Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisi
Intervensi :
a. Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein
b. Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup
untuk menelan
c. Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau-bauan yang
tidak enak
d. Monitor terapi secara intravena
e. Timbang berat badan bila mungkin
f. Jagalah kebersihan mulut (Oral hygieneI)
g. Berikan makanan ringan diantara waktu malam
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltarsi bakteri melalui shunt
Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi

7
Intervensi :
a. Monitor terhadap tanda-tanda infeks
b. Pertahankan teknik kesterilan dalam prosedur perawatan
c. Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh
d. Pertahankan prinsip aseptik pada drainase dan ekspirasi shunt
4. Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi
Tujuan : Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur

Intervensi :
a. Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam
b. Observasi terhadap tanda-tanda kerusakan integritas kulit
c. Jagalah kebersihan dan kerapian tempat tidur
d. Berikan latihan secara pasif dan perlahan
5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan : Pasien tidak mengalami peningkatan tekanan intrakranial
Intervensi :
a. Observasi dengan cermat adanya tanda-tanda peningkatan intrakranial
b. Hindari pemasangan infus intavena di vena kulit kepala bila pembedahan akan
dilakukan
c. Posisikan anak sesuai ketentuan
d. Tempatkan pada sisi yang tidak dioperasi untuk mencegah tekanan katup pirau
e. Tinggikan kepala tempat tidur, bila diinstruksika
f. Jaga agar anak tetap berbaring datar, bila diinstruksikan
g. Jangan pernah memompa pirau untuk mengkaji fungsi
h. Ajari keluarga tentang tanda-tanda peningkatan TIK dan kapan harus memberi
tahu praktisi kesehatan

8
DAFTAR PUSTAKA

Mc Closky & Bulechek. (2005). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.
Meidian, JM. (2006). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of
America:Mosby.
Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-
hydrocephalus.html. Diakses pada tanggal 27 Februari 2020
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.
Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi; Konsep klinis proses-proses penyakit,
Jakarta;EGC.
Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Saharso. 2008. Hydrocephalus. http://www.pediatrik.com /isi03.php?page= html&hkategori=
pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-sykj201.htm. Diakses pada tanggal
27 Februari 2020
Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J. Neurol, 2005 ;
247 : 5-14.

Anda mungkin juga menyukai