Anda di halaman 1dari 5

MASALAH KALIMAT; KESALAHAN STRUKTUR, DIKSI, DAN EJAAN

Sebagai alat komunikasi, Indonesia (terutama ragam bahasa lisan) telah memenuhi fungsinya;
hampir-hampir tidak pernah terjadi gangguan komunikasi karena bahasa. Namun, sebagai
bahasa ilmu (terutama ragam bahasa tulis) masih banyak masalah yang belum tergarap.
Sebagaimana dikemukan pada cirri-cirinya, ragam bahasa tulis harus memiliki unsur yang
lengkap (S,P,O,Pel,K) sesuai dengan tipe verba predikat sehingga setiap kalimat yang
dituliskan dapat dibaca dengan jelas dan mudah dipahami, tidak timbul ketaksaan
(kerancuan). Setiap kalimat yang dituliskan hanya memiliki satu makna. Dalam
kenyataannya, berdasarkan pengamatan terhadap penggunaan bahasa Indonesia, masih
banyak ditemukan kesalahan dalam berbahasa. Sering kesalahan ini tidak disadari.
Berikut dikemukakan (a) kesalahan kalimat sebagai akibat ketaksaan dan (b) kesalahan
kalimat sebagai akibat kesalahan diksi serta (c) kesalahan kalimat sebagai kesalahan ejaan.
I.KETAKSAAN PIKIRAN
Tidak sedikit ditemukan kalimat yang tidak gramatikal yang disebaban oleh ketaksaan
pikiran penutur bahasa. Dua konsep dipadukan menjadi satu sehingga melahirkan struktur
kalimat yang tidak tegas dan bermakna ganda. Berikut dikemukakan beberapa ketaksaan.
A.Aktif dan Pasif
Orang sering tidak menyadari bahwa kalimat-kalimat yang digunakan sebenarnya berada di
garis batas diantara bentuk aktif dan pasif. Sebuah pernyataan dikatakan kalimat aktif, tetapi
tidak memenuhi syarat-syarat sebagai kalimat aktif; dan dikatakan kalimat pasif, tetapi tidak
memenuhi syarat kalimat pasif. Berikut contoh kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai
kalimat yang benar walaupun sering kita temukan dalam pemakaian bahasa.
Saya sudah katakan bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak mudah.
Kalimat di atas menimbulkan ketaksaan; unsur manakah yang menjadi subjek kalimat
tersebut. Apakah saya atau bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak
mudah. Jika saya sebagai subjek, verba pengisi predikat kalimat di atas itu tidak benar. Verba
itu seharusnya berbentuk aktif, yang ditandai oleh awalan meng-, karena subjek kalimat
berperan sebagai pelaku. Jadi, kalimat di atas`itu dapat diperbaiki menjadi kalimat aktif
dengan menambahkan awalan meng- pada verba katakan, seperti di bawah ini.
Saya // sudah mengatakan // bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak
mudah.
Kalimat tersebut dapat bersubjek bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak
mudah. Jika unsur itu merupakan subjek, bentuk predikat kalimat pertama itu tidak benar.
Karena subjek merupakan sasaran (bukan pelaku), predikat kalimat pertama itu
seharusnyaberbentuk pasif. Predikat pasif yang berpelaku pronominal (saya) ditandai oleh
bentuk verba tanpa awalan di- yang didahului pronominal. Di antara verba dan ponomina itu
tidak disisipkan unsure lain. Jadi, dengan memindahkan kata sudah ke depan pronomina,
kalimat pertama itu menjadi kalimat pasif yang benar.
Sudah saya katakana // bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak mudah.
Atau, urutan kalimat di atas itu dapat diubah sehingga subjek terletak di depan dan predikat
mengiringinya, seperti terlihat di bawah ini.
Bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak mudah // sudah saya katakan.
B.Subjek dan Keterangan
Jika sedang asyik menulis, orang sering lupa memeriksa apakah kalimat-kalimat yang
dihasilkan memenuhi syarat atau tidak. Sebuah pernyataan cukup mudah dipahami informasi

yang disampaikan, tetapi setelah diperiksa, pernyataan itu tidak bersubjek. Dengan demikian,
pernyataan itu tidak memenuhi syarat sebagai kalimat. Hal itu sering terjadi jika orang
memulai pernyataannya dengan unsur keterangan yang kadang-kadang cukup panjang.
Dengan penempatan unsur keterangan di depan, seolah-olah unsur itu menjadi seperti subjek.
Pada umumnya kalimat-kalimatyang tergolong ini adalah kalimat-kalimat yang dimulai
dengan kata seperti dalam, dari, di, kepada, pada, dan dengan. Berikut contoh kalimatnya.
Dalam konfrensi tingkat tinggi negara-negara noblok tidak memutuskan tempat
penyelenggaraan konfrensi berikutnya.
Kalimat di atas menimbulkan ketaksaan ; apakah unsur dalam konfrensi tingka tinggi negaranegara nonblok itu sebagai subjek ? Jika unsur itu sebagaisubjek, kata dalam yang mengawali
kalimat itu ditiadakan, seperti di bawah ini.
Konfrensi tingkat tinggi negara-negara nonblok tidak memutuskan tempat penyelenggaraan
konfrensi berikutnya.
Dengan demikian, unsur konfrensi tingkat tinggi negara-negara nonblok menjadi subjek
kalimat. Perbaikannya itu dilakukan jika subjek kalimat pertamaitu konfrensi. Jika unsur itu
sebagai keterangan benarlah pemakaian kata dalam di awal unsur itu. Dengan berfungsinya
unsur dalan konfensi tingkat tinggi negara-negara nonblok sebagai keterangan, kalimat
pertama itu tidak bersubjek, siapa yang tidak memutuskan tempat penyelenggaraan konfrensi
berikutnya ? dari kalimat pertama itu tidak ditemukan informasi yang dapat menjawab
pertanyaan itu. Jika pelaku tidak ditemukan, kalimat itu diubah menjadi bentuk pasif karena
dalam kalimat pasif pelaku tidak wajib ada. Pengubahan itu dapat dilakukan dengan
mengubah verba predikat benrawalan meng- itu menjadi berawalan di-.
C.Pengantar Kalimat dan Predikat
Ungkapan pengantar kalimat (menurut, seperti, sebagaimana) yang disertai nomina pelaku
sering menimbulkan ketaksaan antara ungkapan pengantar kalimat dan predikat kalimat.
Misalnya, ungkapan menurut ahli geologi itu sering disertai kata menyatakan, seperti tampak
pada contoh ini.
Menurut ahli geologi itu menyatakan bahwa perembesan air laut telah sampai di wilayah
Jakarta pusat.
Kalimat di atas itu terjadi dari dua bentuk kalimat yang disatukan saja, yaitu sebagai berikut
Ahli geologi itu // menyatakan // bahwa perembesan air laut telah sampai di wilayah Jakarta
pusat.
Menurut ahli goelogi itu, perembesan air laut // telah sampai // di wilayah Jakarta pusat.
Jika ahli geologi itu sebagai subjek di kalimat kedua penggunaan kata menurut itu tidak tepat
karena subjek tidak didahului preposisi seperti itu. Jika memang pernyataan menurut ahli
geologi itu sebagai keterangan, yang berupa ungkapan pengantar kalimat, perkataan
menyatakan bahwa tidak tepat. Perkataan itu ditiadakan dan predikat kalimat itu adalah telah
sampai dan subjeknya perembesan air laut seperti pada kalimat ketiga di atas.
D.Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk Bertingkat
Sering ditemukan kesalahan kalimat yang sebabkan oleh penggunaan konjungsi yang seolaholah merupakan konjungsi korelatif. Pemakaina konjungsi itu memnyebabkan ketaksaan
gagasan yang dituangkan dalam kalimat majemuk setara atau kalimat majemuk bertingkat.
Yang di maksud ialah pemakain pasangan kata, seperti meskipun, tetapi, walaupun, namun,
dan biarpun, akan tetapi, betapapun, tapi, sungguhpun. Namun sebagaimana tampak pada
contoh berikut
Meskipun kita tidak menghadapi musuh, tetapi kita harus selalu waspada.
Dua informasi yang mempunyai pertalian perlawanan pada kalimat di atas itu apakah
sederajat atau yang satu merupakan informasi pokok dan yang lainnya sebagai informasi
penjelas. Dengan kata lain apakah kalimat di atas itu merupakan kalimat majemuk setara atau
kalimat majemuk bertingkat. Sebagai kalimat majemuk setara kalimat di atas itu harus

menggunakan konjungsi tetapi saja sehingga kedua unsur kalimat itu mempunyai pertalian
yang sederajat. Perbaikan kalimat di atas
Kita tidak menghadapi musuh, tetapi kita harus selalu waspada.
Atau subjek kalimat setara kedua ditiadakan.
E.Induk kalimat dan Anak Kalimat
Di dalam kenyataan penggunaan bahasa, terdapat sejumlah kalimat yang cukup berhasil
dalam penyampaian informasi, tetapi di lihat dari segi kaidah, kalmat-kalimat tersebut tidak
memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar. Kalimat-kalimat ituialah kalimat majemuk
bertingkat yang tidak jelas unsur-unsurnya.
Bagian mana yang menjadi induk kalimat dan bagian mana yang menjadi anak kalimat.
Sebagaimana dibicarakan sebelumnya bahwa anak kalimat didahului oleh konjungsi dan
induk kalimat tidak didahului oleh konjungsi. Konjungsi itu ialah pasangan kata, antara lain
karena, maka, berhubung, maka, karena, sehingga, jika, maka, dengan, maka dalam contohcontoh berikut kedua unsur kalimat majemuk bertingkat didahului konjungsi sehingga tidak
diketahui unsur mana sebagai induk kalimat.
Karena nilai yang didapatkan lebih besar daripada batas penolakan, maka hipotesis nihil
ditolak.Kalimat contoh di atas itu terdiri atas dua unsur, yaitu (a) karena nilai yang
didapatkan lebih besar dari batas penolakan dan (b) maka hipotesis nihil ditolak. Unsur
pertama diawali kata karena yang menyatakan pertalian sebab dan unsur kedua diawali kata
maka yang menyatakan pertalian akibat. Dengan demikian, kedua unsur itu merupakan anak
kalimat. Jadi, kalimat contoh di atas itu tidak mempunyai induk kalimat. Padahal, di dalam
sebuah kalimat majemuk bertingkat harus ada induk kalimat. Kalau begitu, satu konjungsi
harus ditiadakan supaya satu dari dua unsur itu menjadi induk kalimat. Jika unsur pertama
merupakan informasi pokok,kata karena ditiadakan sehingga unsur pertama itu menjadi induk
kalimat. Perbaikan kalimat di atas .
Nilai yang di dapatkan lebih besar dari batas penolakan // maka hipotesis nihil ditolak.Jika
unsur pertama merupakan keterangan, kata maka ditiadakan sehingga unsur kedua menjadi
induk kalimat.
II.KESALAHAN DIKSI
Kesalahan diksi ini meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan pemakaian
kata. Berikut dikemukakan beberapa diksi yang belum dibicarakan pada bab sebelumnya.
A.Penggunaan Kata tidak Tepat
Ada beberapa kata yang digunakan secara tidak tepat. Kata dari atau daripada sering
digunakan secara tidak tepat, seperti yang terdapat dalam contoh berikut.
Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk memperluas Bidang Usaha.
Kalimat diatas itu seharusnya tanpa kata daripada karena kata daripada digunakan untuk
membandingkan dua hal. Misalnya, tulisan itu lebih baik daripada tulisan saya. Di dalam
kalimat berikut juga terdapat pemakaian kata secara tidak benar.
B.Pengunaan Kata Berpasangan
Ada sejumlah kata yang pemakaiannya berpasangan (disebut juga konjungsi korelatifa),
seperti, baik maupun , bukan melainkan , tidak tetapi , antara dan . Di
dalam contoh-contoh berikut dikemukakan pemakaian kata berpasangan secara tidak tepat.
Pemakaian kata berpasangan tidak tepat.
Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi
transaksi jual beli.
Perbaikan.Baik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga
tidak terjadi transaksi jual beli.
C.Penggunaan Dua Kata

Di dalam kenyataan terdapat pemakaian dua kata yang makna dan fungsi kurang lebih sama.
Kata-kata yang sering dipakai secara serentak itu, bahkan pada posisi yang sama, antara lain
ialah adalah merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti misalnya, atau daftar nama-nama,
seperti pada contoh berikut.
Pemakaian dua kata yang tidak benar
Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita semua.
Perbaikan peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah tugas kita bersama.
D.Penghubung Antar Kalimat dan Kata Maka
Kata maka sering menyertai ungkapan penghubung antar kalimat, seperti sehubungan dengan
itu maka, oleh karena itu maka, dengan demikian maka, setelah itu maka, jika demikian
maka, sebagai mana terlihat padai contoh-contoh berikut
Sehubungan dengan itu maka suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya
terandalkan.
Oleh karena itu maka perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi
lapangan.Dengan demikian maka rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
Jika demikian maka peneliti tidak akan menemukan hambatan.
Setelah itu maka peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
Contoh kalimat-kalimat itu banyak terdapat dalam ragam bahasa lisan. Kata maka kalimatkalimat itu ditiadakan dan digunakan tanda koma karena kata maka tidak menyandang fungsi,
atau unsur penghubung antar kalimat itu ditiadakan sehingga kata maka menjadi penghubung
antar kalimat; dan susunan kalimat menjadi gramatikal.
Perbaikan kalimat di atas
Sehubungan dengan itu, suatu suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya
terandalkan.Oleh karena itu, perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi
lapangan.Dengan demikian, rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.Jika
demikian, peneliti tidak akan menemukan hambatan.
Setelah itu, peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
E.Perniadaan Preposisi
Di dalam kenyataan penggunaan bahasa orang sering tidak menyatakan unsur preposisi yang
menyertai verba. Verba yang disertai preposisi itu kebanyakan berupa verba intransitif.
Berikut dikemukakan contoh verba tanpa preposisi
Mereka pergi luar kota beberapa hari yang lalu.
Mahasiswa di kelas ini terdiri 20 pria dan 25 wanita
Verba pengisi predikat kalimat-kalimat tersebut perlu dilengkapi dengan preposisi sehingga
menjadi lebih jelas pertalian maknanya dan kalimat itu menjadi gramatikal.
Perbaikan kalimat di atas
Mereka pergi ke luar kota beberapa hari yang lalu.
Mahasiswa di kelas ini terdiri atas 20 pria dan 25 wanita.
III.KESALAHAN EJAAN
A.Tanda Koma di antara Subjek dan Predikat
Ada kecenderungan penulis menggunakan tanda koma di antara subjek dan predikat kalimat
jika nomina subjek mempunyai keterangan yang panjang. Pemakaian tanda koma itu tidak
benar karena subjek tidak dipisahkan oleh tanda koma dari predikat kecuali pasangan tanda
koma yang mengapit keterangan tambahan atau aposisi.
Contoh:
Mahasiswa yang akan mengikuti ujian negara, diharap mendaftarkan diri di sekretariat.
Tanah bekas hak guna usaha yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, akan
ditetapkan kemudian pengaturannya.

B.Tanda Koma di antara Keterangan dan Subjek


Selain subjek, keterangan kalimat yang panjang dan yang menempati posisi awal juga sering
dipisahkan oleh tanda koma dari subjek kalimat. Padahal, meskipun panjang, keterangan itu
bukan anak kalimat. Oleh karena itu pemakaian tanda koma seperti itu juga tidak benar,
seperti terlihat dalam contoh berikut.
Dalam suatu pernyataan singkat di kantornya, pengusaha itu membantah bekerjasama dengan
penyelundup.
Untuk keperluan belanja sehari-hari, mereka masih bergantung pada orang tuanya.
C.Anda Koma di antara Predikat dan Objek
Objek yang berupa anak kalimat juga sering dipisahkan dengan tanda koma dari predikat.
Pemakain tanda koma seperti itu juga tidak benar karena objek tidak dipisahkan dengan tanda
koma dari predikat. Amatilah contoh berikut.
Tokoh pendidikan yang telah pensiun itu mengatakan bahwa kegiatan anak remaja harus
diarahkan pada pertumbuhan kreativitas.
Ibu tidak menceritakan, bagaimana si kancil keluar dari sumur jebakan itu.
Unsur kalimat yang mengiringi tanda koma itu, yang didahului oleh konjungsi bahwa dan
kata tanya, bagaimana, apakah serta kapan adalah objek. Oleh karena itu tanda koma dalam
kedua kalimat tanya itu dihilangkan, sebagaimana dikemukakan di atas diantara objek dan
predikat tidak digunakan tanda koma, kecuali tanda koma yang mengapit keterangan yang
berupa anak kalimat atau tanda koma yang memisahkan kutipan langsung dan predikat induk
kalimat
Pejabat itu menegaskan, ketika menjawab pertanyaan wartawan, bahwa kenaikan harga
sembilan bahan pokok akan ditekan serendah-rendahnya.
Seorang pedagang mengatakan, sambil melayani pelanggannya, bahwa naiknya harga
barang-barang sudah dari agennya.
Tanda koma dalam kedua contoh pertama mengapit keterangan yang menyisip diantara
predikat dan objek. Jadi, tanda koma dalam kedua kalimat itu bukan pemisah objek dan
predikat melainkan sebagai pengapit anak kalimat keterangan. Oleh karena itu pemakain
tanda koma itu benar. Di dalam kedua kalimat terakhir tanda koma digunakan untuk
memisahkan kutipan langsung dari induk kalimat. Penggunaan tanda koma itu tidak benar.
Penggunaan tanda koma tidak dibenarkan jika objek kalimat itu bukan kalimat langsung,
seperti pada contoh kalimat berikut.
Tokoh tiga zaman itu menegaskan, perkembangan teknologi melaju begitu cepat dalam dua
dasawarsa terakhir ini.
Dokter itu mengatakan, perkawinan usia muda membawa akibat pada keturunan.
Ada orang yang beranggapan bahwa tanda koma itu sebagai pengganti konjungsi bahwa yang
mengawali anak kalimat objek. Namun, hal itu menimbulkan pertanyaan apakah anak kalimat
itu merupakan kutipan langsung. Jika kutipan langsung, tentunya anak kalimat ditulis dengan
tanda petik dan di bawah jika bukan kutipan langsung, anak kalimat itu perlu diawali
konjungsi bahwa dan tanda koma dihilangkan. Jadi, penggunaan tanda koma, sebagai
pengganti konjungsi bahwa dalam kedua contoh itu tidak benar, yang benar adalah yang
berikut.
Tohok tiga zaman itu menegaskan, perkembangan teknologi melaju begitu cepat dalam dua
dasawarsa terakhir ini.
Dokter itu mengatakan, perkawinan usia muda membawa akibat pada keturunan
Demikianlah contoh-contoh pemakain bahasa yang tidak benar, baik dilihat darisegi struktur
(kaidah tata bahasa) dari segi pilihan kata maupun dari segi ejaan.
Diposkan oleh bahasa dan gaya hidup remaja sekarang di 22:13

Anda mungkin juga menyukai