PENANGGULANGANNYA
1.
Susunlah sebuah artikel telaah filsafaati (ontologi, epistemologi
dan aksiologi) terhadap fenomena isu pencemaran (terhadap salah satu
dari media lingkungan hidup) sebagai bagian dari ilmu lingkungan !
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan
untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia.
Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan
terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan,
pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam
melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun
tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor
yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan
dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat
dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria,
demam berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain.
Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya
untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang
sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil
tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai
jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa
pestisida adalah sebagai dewa penyelamat yang sangat vital. Sebab dengan
bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat
serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit
maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida
dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat.
Di Indonesia, disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling banyak
menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman
pangan dan petani tanaman hortikultura buah-buahan. Khusus petani sayuran,
kelihatannya sulit melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan pestisida.
Bertanam sayuran tanpa pestisida dianggap tidak aman, dan sering kali
pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan berproduksi.
tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang
mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita
keracunan kronis, ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah berbulan
atau bertahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena
efek racun dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada
tubuh), mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang),
danteratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan).
Pestisida dalam bentuk gas merupakan pestisida yang paling berbahaya bagi
pernafasan, sedangkan yang berbentuk cairan sangat berbahaya bagi kulit,
karena dapat masuk ke dalam jaringan tubuh melalui ruang pori kulit.
Selain keracunan langsung, dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi
kesehatan orang awam yang bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak
berhubungan dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadi akibat sisa racun
(residu) pestisida yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang
dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi
produk tersebut, tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan
makanan yang dikonsumsi setiap hari. Apabila jenis pestisida mempunyai residu
terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak
yang mengkonsumsi tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya
bagi konsumen.
Dewasa ini, residu pestisida di dalam makanan dan lingkungan semakin
menakutkan manusia. Masalah residu ini, terutama terdapat pada tanaman
sayur-sayuran seperti kubis, tomat, petsai, bawang, cabai, anggur dan lainlainnya. Sebab jenis-jenis tersebut umumnya disemprot secara rutin dengan
frekuensi penyemprotan yang tinggi, bisa sepuluh sampai lima belas kali dalam
semusim. Bahkan beberapa hari menjelang panenpun, masih dilakukan aplikasi
pestisida. Publikasi ilmiah pernah melaporkan dalam jaringan tubuh bayi yang
dilahirkan seorang Ibu yang secara rutin mengkonsumsi sayuran yang disemprot
pestisida, terdapat kelainan genetik yang berpotensi menyebabkan bayi tersebut
cacat tubuh sekaligus cacat mental.
Belakangan ini, masalah residu pestisida pada produk pertanian dijadikan
pertimbangan untuk diterima atau ditolak negara importir. Negara maju
umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan makanan yang
masuk ke negaranya. Belakangan ini produk pertanian Indonesia sering ditolak di
luar negeri karena residu pestisida yang berlebihan. Media massa pernah
memberitakan, ekspor cabai Indonesia ke Singapura tidak dapat diterima dan
akhirnya dimusnahkan karena residu pestisida yang melebihi ambang batas...
Pada tahun 1996, pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama
Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian sebenarnya telah membuat keputusan
tentang penetapan ambang batas maksimum residu pestisida pada hasil
pertanian. Namun pada kenyatannya, belum banyak pengusaha pertanian atau
petani yang perduli. Dan baru menyadari setelah ekspor produk pertanian kita
ditolak oleh negara importir, akibat residu pestisida yang tinggi. Diramalkan, jika
masih mengandalkan pestisida sintesis sebagai alat pengendali hama,
banyak individu, ada satu atau beberapa individu yang mampu bertahan hidup.
Tidak terbunuhnya individu yang bertahan tersebut, mungkin disebabkan
terhindar dari efek racun pestisida, atau sebahagian karena sifat genetik yang
dimilikinya. Ketahanan secara genetik ini, mungkin disebabkan kemampuan
memproduksi enzim detoksifikasi yang mampu menetralkan daya racun
pestisida. Keturunan individu tahan ini, akan menghasilkan populasi yang juga
tahan secara genetis. Oleh karena itu, pada generasi berikutnya anggota
populasi akan terdiri dari lebih banyak individu yang tahan terhadap pestisida.
Sehingga muncul populasi hama yang benar-benar resisten.
Dari penelaahan sifat-sifat hama, hampir setiap individu memiliki potensi untuk
menjadi tahan terhadap pestisida. Hanya saja, waktu dan besarnya ketahanan
tersebut bervariasi, dipengaruhi oleh jenis hama, jenis pestisida yang diberikan,
intensitas pemberian pestisida dan faktor-faktor lingkungan lainnya. Oleh karena
sifat resistensi dikendalikan oleh faktor genetis, maka fenomena resistensi
adalah permanent, dan tidak dapat kembali lagi. Bila sesuatu jenis serangga
telah menunjukkan sifat ketahanan dalam waktu yang cukup lama, serangga
tersebut tidak akan pernah berubah kembali lagi menjadi serangga yang peka
terhadap pestisida.
Di Indonesia, beberapa jenis-jenis hama yang diketahui resisten terhadap
pestisida antara lain hama Kubis Plutella xylostella, hama Kubis Crocidolomia
pavonana, hama penggerek umbi Kentang Phthorimaea operculella, dan Ulat
Grayak Spodoptera litura.Demikian juga hama hama-hama tanaman padi seperti
wereng coklat (Nilaparvata lugens),hama walang sangit (Nephotettix
inticeps) dan ulat penggerek batang (Chilo suppressalis).dilaporkan mengalami
peningkatan ketahanan terhadap pestisida. Dengan semakin tahannya hama
terhadap pestisida, petani terdorong untuk semakin sering melakukan
penyemprotan dan sekaligus melipat gandakan tinggkat dosis. Penggunaan
pestisida yang berlebihan ini dapat menstimulasi peningkatan populasi hama.
Ketahanan terhadap pestisida tidak hanya berkembang pada serangga atau
binatang arthropoda lainnya, tetapi juga saat ini telah banyak kasus timbulnya
ketahanan pada pathogen/penyakit tanaman terhadap fungisida, ketahanan
gulma terhadap herbisida dan ketahanan nematode terhadap nematisida.
2.
Resurgensi Hama
berada pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Sumber makanan tersedia
dalam jumlah cukup dan pengendali alami sebagai pembatas pertumbuhan
populasi menjadi tidak berfungsi. Akibatnya populasi hama meningkat tajam
segera setelah penyemprotan.
Resurgensi hama, selain disebabkan karena terbunuhnya musuh alami, ternyata
dari penelitian lima tahun terakhir dibuktikan bahwa ada jenis-jenis pestisida
tertentu yang memacu peningkatan telur serangga hama . Hasil ini telah
dibuktikan International Rice Research Institute terhadap hama Wereng Coklat
(Nilaparvata lugens).
3. Ledakan Populasi Hama Sekunder
Dalam ekosistem pertanian, diketahui terdapat beberapa hama utama dan
banyak hama-hama kedua atau hama sekunder. Umumnya tujuan penggunaan
pestisida adalah untuk mengendalikan hama utama yang paling merusak.
Peristiwa ledakan hama sekunder terjadi, apabila setelah perlakuan pestisida
menghasilkan penurunan populasi hama utama, tetapi kemudian terjadi
peningkatan populasi pada spesies yang sebelumnya bukan hama utama,
sampai tingkat yang merusak. Ledakan ini seringkali disebabkan oleh
terbunuhnya musuh alami, akibat penggunaan pestisida yang berspektrum luas.
Pestisida tersebut tidak hanya membunuh hama utama yang menjadi sasaran,
tetapi juga membunuh serangga berguna, yang dalam keadaan normal secara
alamiah efektif mengendalikan populasi hama sekunder.
Peristiwa terjadinya ledakan populasi hama sekunder di Indonesia, dilaporkan
pernah terjadi ledakan hama ganjur di hamparan persawahan Jalur Pantura Jawa
Barat, setelah daerah tersebut disemprot intensif pestisida Dimecron dari udara
untuk memberantas hama utama penggerek padi kuning Scirpophaga
incertulas. Penelitian dirumah kaca membuktikan, dengan
menyemprotkan Dimecron pada tanaman padi muda, hama ganjur dapat
berkembang dengan baik, karena parasitoidnya terbunuh. Munculnya hama
wereng coklat Nilaparvata lugens setelah tahun 1973 mengganti kedudukan
hama penggerek batang padi sebagai hama utama di Indonesia, mungkin
disebabkan penggunaan pestisida golongan khlor secara intensif untuk
mengendalikan hama sundep dan welu
UPAYA PENANGGULANGAN PENCEMARAN PESTISIDA
Pencemaran dari residu pestisida sangat membahayakan bagi
lingkungan dan kesehatan, sehingga pelu adanya pengendalian dan pembatasan
dari penggunaan pestisida tersebut serta mengurangi pencemaran yang
diakibatkan oleh residu pestisida.
2.
Bagaimanakah eksistensi supernaturalisme dan naturalisme
dikaitkan dengan upaya pelestarian lingkungan air/sungai, danau,
lautan, DAS, hutan, rawa, sawah, tegalan, gunung, pesisir dan
sebagainya ?
Jawab :
a)
Supernaturalisme :
Tafsiran yang pertama muncul oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa
terdapat wujud yang bersifat gaib (supernatural) dan wujud ini bersifat lebih
tinggi atau lebih lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Dimana
sebagai contoh dalam upaya melestarikan Danau kelimutu, Masyarakat Lio
(Flores) biasanya membuat upacara Adat Pati kadua bapu ata mata di lokasi
tersebut yakni memberi makan kepada leluhur karena menurut kepercayaan
Masyarakat Lio ke tiga Danau tersebut tempat bersemayangnya para arwah.
b)
Naturalisme
3.
Metode ilmiah sering dikenal sebagai proses logico-hypotheticoverivikatif atau kesinambungan dan keterulangan alur pikir antara
deduktif dan induktif. Uraikanlah mekanisme proses tersebut dalam
contoh kasus sesuai minat kajian masing-maing !
Jawab :
Logico (Logika) merupakan dasar dari ilmu filsafat sebab untuk berfilsafat yang
baik harus dilandasi oleh suatu logika, sedangkan sebagai sarana ilmu karena
semua ilmu harus didukung oleh penalaran logik dan sistematis yang merupakan
salah satu syarat sifat ilmiah. Terdapat dua jenis logika, diantarantanya :
Logika Deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip
penyimpulan yang sah berdasarkan bentuk serta kesimpulan yang dihasilkan
sebagai kemestian yang diturunkan dari pangkal pikirnya (premisnya). Dalam
logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerja akal, jika telah runtut
dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada
kesimpulan lain, maka proses penyimpulan itu adalah tepat dan sah. Oleh karena
itu logika deduktif ini sering disebut pula logika formal sebagaimana logika
simbolik, karena yang dibicarakan hanya bentuknya saja terlepas dari apa yang
dibicarakan. Sebagai sarana kesimpulan yang lebih terperinci dan mendalam
logika deduktif berpaling pada matematika.
Dalam suatu kasus, ketiga mekanisme proses tersebut dalam disatukan dalam
suatu pemecahan permasalahan, sebagai contoh :
Jika saja semua manusia di dunia sadar akan pentingnya Lingkungan maka
perlu menjaga kelestarian. Contohnya Jangan ada ilegal Loging,perambahan
hutan ini akan membawa bencana alam (Longsor dan banjir),dan akan
4.
Penalaran dapat dipandang sebagai salah satu bentuk pemikiran
(hasil kerja otak) yang pada dasarnya terdiri atas tiga bentuk pemikiran
yakni : pengertian (konsep), pernyataan (proposisi) dan penalaran
(reasoning). Jelaskan bagaimana keterkaitan ketiga bentuk pemikiran
diatas serta berikanlah sebuah contoh kasus !
Jawab :
Pengertian (konsep)
Pernyataan (proposisi)
Proposisi adalah suatu pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti
penuh dan utuh. Proposisi juga dapat dikatakan sebagai kalimat, sehingga
proposisi terdapat dalam tiga unsur yaitu subyek, predikat, dan kata
penghubung. Dimana predikat merupakan pengertian yang menerangkan,
subyek adalah pengertian yang diterangkan, dan kata penghubung (kopula)
mengakui atau memungkiri hubungan antara subyek dan predikat. Proposisi
dibagi menjadi dua yaitu :
Penalaran (proposisi)
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Secara sederhana penalaran dapat didefinisikan sebagai proses pengambilang
kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya. Contoh:
Dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa penalaran ialah gerak pikiran dari
proposisi1 dan seterusnya, hingga proposisi terakhir yang merupakan sebuah
kesimpulan. Jadi, penalaran merupakan proses pikiran. Sebuah penalaran terdiri
dari premis (antesedens) dan hasil kesimpulan disebut dengan konklusi
(consequence).
Premis adalah apa yg dianggap benar sebagai landasan kesimpulan kemudian,
dasar pemikiran, alasan, asumsi, kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar
penarikan kesimpulan didalam logika yang berisi term yang menjadi predikat
kesimpulan. Premis dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Dimana
premis minor adalah premis yang berisi term yg menjadi predikat kesimpulan,
sedangkan premis minor adalah premis yang berisi term yang akan menjadi
subjek sebuah kesimpulan. Sehingga akan menjadi sebuah silogisme dua premis
(mayor dan minor) yang mewujudkan anteseden.
5.
Uraikan bagaimana peran silogisme dalam metode penelitian
ilmiah !
Jawab :
Dalam metode penelitian ilmiah, silogisme memiliki peranan penting karena
suatu silogisme memiliki tiga pernyataan yang mendasar. Tiga pernyataan
tersebut adalah (1) premis mayor sebagai pernyataan pertama yang
mengemukakan hal umum yang telah diketahui kebenarannya, (2) premis minor
sebagai pernyatan kedua yang berifat khusus dan lebih kecil lingkupnya dari
premis mayor dan (3) kesimpulan yang ditarik berdasarkan kedua premis
tersebut. Dengan demikian dalam suatu metode ilmiah silogisme merupakan
suatu bentuk jalan pemikiran yang bersifat deduktif yang kebenarannya bersifat
pasti dan sebagai sarana berpikir yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Sebagai contoh :