KELAS A
PERHITUNGAN DATA RINEX
Dibuat oleh :
Ghozy Shalahuddin K(03311840000088)
Dosen :
Dr. Eko Yuli Handoko, ST, MT
Akbar Kurniawan, ST, MT
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
LAMPIRAN............................................................................................................................................... 21
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.Proses penempatan sateiit pada orbit finalnya dinamakan Hoffmann Transfer ........................... 3
Gambar 9.Gambar Komponen yang DIhitung dalam Perhitungan Posisi Satelit ........................................ 18
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I PENDAHULUAN
Di era globalisasi seperti sekarang ini, penggunaan teknologi bagi kehidupan seharihari memang
sudah tidak asing lagi. Teknologi tersebut di buat untuk menunjang dan mepermudah aktivitas manusia,
sebagai contoh adalah GPS. GPS atau Global Positioning System adalah salah satu sistem yang akan
membantu kita untuk mengetahui posisi kita berada saat ini. GPS bekerja dengan menstransmisikan sinyal
dari satelit ke perangkat GPS (handphone atau Blackberry yang dilengkapi teknologi GPS misalnya). Data-
data hasil pengamatan menggunakan GPS biasanya berformat RINEX.
RINEX (Receiver Independent Exchange) adalah format data hasil pengamatan receiver GNSS
dengan format yang standard. RINEX dikembangan oleh University of Berne untuk mempermudah
mengolah data hasil pengamatan receiver GNSS yang berbeda-beda. Setelah data pengamatan data GNSS
disimpan dalam format RINEX maka sebagai seorang surveyor harus mampu membaca dan
menginterpretasi data-data yang ada pada RINEX tersebut.
Dalam penentuan posisi dengan menggunakan GPS langkah pertama yang harus dilakukan yaitu
menghitung posisi satelit selama pengamatan. Ketelitian suatu titik dalam sebuah survei GPS sangat
dipengaruhi oleh ketelitian dari posisi satelit yang terekam pada saat pengamatan, semakin banyak satelit
yang direkam maka semakin teliti posisi yang di dapat. Dalam survei menggunakan GPS, receiver GPS akan
menerima informasi-informasi terkait satelit yang di amati itu sendiri. Informasi tersebut diberikan dalam
berbentuk navigation message, isi dari navigation message itu biasanya terkait komponen orbit satelit
(elemen kepler), dan komponen koreksi jam satelit. Karena pada data navigation message satelit GPS kita
hanya memperoleh nilai-nilai elemen kepler dari satelit GPS tersebut, sedangkan untuk menentukan
posisi secara absolut harus mengetahui koordinat satelit tersebut dalam koordinat geosentrik, untuk itu
perlu dibuat program perhitungan posisi satelit agar didapatkan koordinat satelit yang akurat.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penentuan posisi dengan menggunakan GPS langkah pertama yang harus dilakukan
yaitu menghitung posisi satelit selama pengamatan. Ketelitian suatu titik dalam sebuah survei GPS
sangat dipengaruhi oleh ketelitian dari posisi satelit yang terekam pada saat pengamatan, semakin
banyak satelit yang direkam maka semakin teliti posisi yang di dapat. Dalam survei menggunakan
GPS, receiver GPS akan menerima informasi-informasi terkait satelit yang di amati itu sendiri.
Informasi tersebut diberikan dalam berbentuk navigation message, isi dari navigation message itu
biasanya terkait komponen orbit satelit (elemen kepler), dan komponen koreksi jam satelit.
Untuk mendapatkan data navigation message dalam format baku kita dapat melakukan
konversi data hasil pengukuran GPS ke dalam format RINEX versi 2.11. Dari format tersebut kita
memperoleh data referensi waktu saat epoch dan koreksi waktu (Epoch, a0, a1, a2, dan Toe), data
pertubasi satelit (Idot, Delta_N (∆n), Ωdot (Ω), CRS, CRC, CUS, CUC, CIC, dan CIS), dan data
elemen kepler (Eccentricity (e), i0, Ω0, M0, ω, Sqrt_a (√a)), kemudian dibuat program penentuan
posisi satelit GPS menggunakan Bahasa visual basic. Hasilnya berupa program ekstraksi dan
perhitungan posisi satelit.
2
Terlihat bahwa titik terdekat antara satelit dengan permukaan Bumi dinamakan titlk
perigee, dan yang terjauh dinamakar apogee. Garis yang menghubungkan kedua titik ini dan juga
melalui pusat Bumi dinamakan line of apsides.
Gambar 2.Proses penempatan sateiit pada orbit finalnya dinamakan Hoffmann Transfer
Ada beberapa implikasi praktis dari Hukum Kepler I dalam kasus satelit buatan yang
mengelilingi Bumi, yaitu:
Lintang dari tempat peluncuran satelit sama dengan lnklinasi (sudut antara bidang orbit
dengan bidang ekuator Bumi) minimum dari bidang orbit satelit.
Untuk mendapatkan satelit orbit yang inklinasinya lebih rendah dari lintang tempat
peluncuran diperlukan orbit parkir (Gambar 2) dengan tahap peluncuran kedua dilakukan
di angkasa pada saat melintasi ekuator yang notabene prosesnya kompleks dan mahal.
3
Gambar 3.Ilustrasi Hukum Kepler II
Ada beberapa implikasi praktis dari Hukum Kepler II dalam kasus satelit buatan yang mengelilingi
Bumi, yaitu :
Kecepatan satelit dalam orbitnya tidak konstan, dimana kecepatan minimumnya adalah di
apogee dan maksimumnya di perigee.
Karena kecepatan di perigee adalah maksimum dan juga densitas atmosfernya relatif yang
terbesar, karena terdekat dengan permukaan bumi, maka tinggi awal perigee akan
menentukan umur satelit. Dalam hal ini semakin tinggi perigee, secara teoretis akan
semakin panjang umur satelit, dan sebaliknya.
Karena kecepatan di perigee adalah maksimum, maka orbit satelit pemantau (penyelidik)
dengan perigee akan berada di atas daerah target. Namun, jika kecepatan di apogee adalah
minimum, maka orbit satelit telekomunikasi dengan apogee akan berada di atas daerah
target.
Dimana :
4
M = Massa bumi
Ada beberapa implikasi praktis dari Hukum Kepler III dalam kasus satelit buatan yang
mengelilingi Bumi, yaitu :
Dua satelit dengan sumbu-sumbu panjang orbitnya sama panjang, akan mempunyai
periode orbit yang sama, tidak bergantung pada eksentrisitas orbitnya. (Gambar 4)
Dua satelit dengan sumbu-sumbu panjang orbitnya tidak sama panjang, akan irempunyai
periode orbit yang tidak sama' tidak bergantung pada parameter orbit lainnya. (Gambar 5)
Hukum Newton juga sangat bermanfaat dalam memahami pergerakan satelit dalam orbitnya.
Hukum I Newton
5
Tiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam atau gerak lurus teratur, kecuali
bila dipaksa mengubah keadaan itu1eh gaya-gaya luar yang bekerja padanya
(Hukum Inersia).
Hukum II Newton
Laju perubahan momentum dari suatu obyek adalah sebanding dengan gaya yang
diberikan dan dalam arah yang sama dengan gaya tersebut, atau dapat dituliskan
dengan persamaan : 𝐹 = 𝑚 × 𝑎 (2)
Dimana F adalah vektor gaya yang bekerja pada benda, a adalah vektor percepatan
yang dialami benda, dan m adalah massa benda yang bersangkutan.
Setiap partikel massa di alam semesta akan menarik partikel massa lainnya dengan
gaya yang sebanding dengan perkalian massa partikel-partikel tersebut (m1 dan
m2), dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya (r) atau dapat
ditulis :
6
Gambar 6.Tarik Menarik antara Bumi dan Satelit
Berdasarkan persamaan (2), dan (3) di atas, maka vektor percepatan satelit (a) akibat adanya gaya
tarik Bumi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana M adalah massa Bumi, R adalah vektor posisi geosentrik satelit, dan GM adalah
koefisien gravitasi yang mempunyai nilai:
Ω = asensio rekta dari titik nodal (ascending node) atau sudut geosentrik pada bidang
ekuator antara arah ke titik semi dan arah ke titik nodal.
i = Inklinasi Orbit
𝜔 = argument of perigee atau sudut geosentrik padabidang orbit antara arah ke titik nodal
dan arah ke perigee.
𝑎 = Sumbu Panjang dari Orbit Satelit
𝑒 = Eksentrisitas dari Orbit Satelit
7
𝑓 = anomali sejati atau sudut geosentrik pada bidang orbit antara arah ke perigee dan arah
ke satelit.
8
BAB III METODOLOGI
Adapun sumber data penelitian yang digunakan yaitu data navigation file GPS yang
diperoleh dari pengukuran titik menggunakan GPS geodetik yang kemudian dikonversi ke dalam
format RINEX versi 2.11.
Berikut merupakan peralatan yang digunakan dalam mengolah data RINEX hingga
terbentuknya tugas ini :
Laptop
Microsoft Word untuk mengolah tugas
MATLAB untuk mengolah data RINEX
Data broadcast ephemerides merupakan data hasil observasi yang kemudian dikonversi ke
dalam format RINEX atau yang kita sebut dengan navigation data file. Broadcast ephemeris
ditentukan dalam dua tahap, pertama ephemeris referensi ditentukan berdasarkan data pengamatan
GPS selama tujuh hari dari semua stasiun monitor (proses off-line), dengan menggunakan program
perhitungan satelit yang canggih. Tahap kedua, tahap ini merupakan proses on-line, perbedaan-
perbedaan antara hasil pengamatan dari stasiun monitor dengan ephemeris referensi diturunkan,
dan kemudian diproses dengan menggunakan metode Kalman Filtering.
Untuk menghitung posisi satelit menggunakan broadcast ephemerides, kita harus mengetahui
terlebih dahulu nilai dari konstanta gravitasi bumi dan kecepatan rotasi.
𝐺𝑀 = 3986001,5 × 108 𝑚3 𝑠 ⁄
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam perhitungan posisi satelit menggunakan data broadcast
ephemeride :
𝑚3 𝑟𝑎𝑑 𝑟𝑎𝑑
𝐺𝑀 = Ω= 𝜔𝑒 =
𝑠2 𝑠 𝑠
9
3. Menghitung selisih waktu antara waktu pengamatan terkoreksi yang diinginkan dengan
waktu referensi ephemeris
𝑡𝑘 = 𝑡 − 𝑡𝑜𝑒 = 𝑠 − 𝑠 = 𝑠
𝐺𝑀 𝑚3 𝑟𝑎𝑑
𝑛0 = √ = √ =
𝑎 3 2
𝑠 ∗𝑚 3 𝑠
𝑟𝑎𝑑
𝑀𝑘 = 𝑀0 + 𝑛 ∗ 𝑡𝑘 = 𝑟𝑎𝑑 + ∗ 𝑠 = 𝑟𝑎𝑑
𝑠
𝐸0 = 𝑀 = 𝑟𝑎𝑑
E0 = M
Ek = Mk + e sin Ek
Ek1 = Mk + e sin E0
Ek = Ekn
8. Menghitung anomaly terkoreksi
10
√1 + 𝑒 𝐸𝑘
𝑉𝑘 = 2 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 ( 𝑡𝑎𝑛 ) = 𝑟𝑎𝑑
√1 − 𝑒 2
𝛿𝑢𝑘 = 𝐶𝑢𝑐 𝑐𝑜𝑠 2∅𝑘 + 𝐶𝑢𝑠 𝑠𝑖𝑛 2∅𝑘 = 𝑟𝑎𝑑 + 𝑟𝑎𝑑 = 𝑟𝑎𝑑
𝛿𝑖𝑘 = 𝐶𝑖𝑐 cos 2∅𝑘 + 𝐶𝑖𝑠 sin 2∅𝑘 = 𝑟𝑎𝑑 + 𝑟𝑎𝑑 = 𝑟𝑎𝑑
𝑟𝑎𝑑
𝑖𝑘 = 𝑖0 + 𝑑𝑖 ∗ 𝑡𝑘 + 𝛿𝑖𝑘 = 𝑟𝑎𝑑 + ∗ 𝑠 + 𝑟𝑎𝑑 = 𝑟𝑎𝑑
𝑠
𝑋′𝑘 = 𝑟𝑘 cos 𝑢𝑘 = 𝑚
𝑌′𝑘 = 𝑟𝑘 sin 𝑢𝑘 = 𝑚
11
𝑌𝑘 = 𝑌′𝑘 sin Ω𝑘 + 𝑌′𝑘 cos Ω𝑘 cos 𝑖𝑘 = 𝑚 + 𝑚 = 𝑚
𝑍𝑘 = 𝑌′𝑘 sin 𝑖𝑘 = 𝑚
19. Untuk melakukan pemeriksaan kebenaran posisi koordinat geosentrik satelit tersebut,
dengan cara sebagai berikut:
√ Xk 2 + Yk 2 + Zk 2 = rk
12
BAB IV HASIL DAN ANALISA
Data yang diperlukan yaitu data navigation file GPS format RINEX vers. 2.10 pada tanggal 2
Januari 2009 jam 09:55:10 dan satelit yang dihitung yaitu satelit nomor 9 pada jam 16:00:00
tanggal 31 desember 2008. Berikut merupakan cuplikan data satelit nomor 9:
Data Rinex
13
Berikut Adalah Langkah-Langkah Perhitungan Koordinat Geosentrik Terikat Bumi Dari
Data Rinex
𝑚3 𝑟𝑎𝑑 𝑟𝑎𝑑
𝐺𝑀 = Ω= 𝜔𝑒 =
𝑠2 𝑠 𝑠
𝑚3
GM = 3.986001,5 x 108 𝑠2
𝑟𝑎𝑑
Ω = 7,292115147 x 10-5 𝑠
𝑡 = 1275261699.99997s
3. Menghitung selisih waktu antara waktu pengamatan terkoreksi yang diinginkan dengan
waktu referensi ephemeris
𝑡𝑘 = 𝑡 − 𝑡𝑜𝑒 = 𝑠 − 𝑠 = 𝑠
𝑡𝑘 = 4.03268355817622e+16s
4. Menghitung sumbu panjang ellipsoid
2 2
𝑎 = √𝑎 = √𝑚 = 𝑚
𝑎 = 2.6560e+07
5. Menghitung mean motion terkoreksi
𝐺𝑀 𝑚3 𝑟𝑎𝑑
𝑛0 = √ = √ =
𝑎3 𝑠 2 ∗ 𝑚3 𝑠
𝑛 = 1.4586e-04rad/s
14
6. Menghitung mean anomaly terkoreksi
𝑟𝑎𝑑
𝑀𝑘 = 𝑀0 + 𝑛 ∗ 𝑡𝑘 = 𝑟𝑎𝑑 + ∗ 𝑠 = 𝑟𝑎𝑑
𝑠
𝑀𝑘 = 5.8821e+12rad
7. Menghitung eccentric anomaly terkoreksi
𝐸0 = 𝑀 = 𝑟𝑎𝑑
E0 = M
Ek = Mk + e sin Ek
Ek1 = Mk + e sin E0
15
8. Menghitung anomaly terkoreksi
√1 + 𝑒 𝐸𝑘
𝑉𝑘 = 2 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 ( 𝑡𝑎𝑛 ) = 𝑟𝑎𝑑
√1 − 𝑒 2
𝑉𝑘 = -2.3003 rad
9. Menghitung argument of latitude terkoreksi
∅𝑘 = -0.8449 rad
10. Menghitung koreksi argument of latitude
𝛿𝑢𝑘 = 𝐶𝑢𝑐 𝑐𝑜𝑠 2∅𝑘 + 𝐶𝑢𝑠 𝑠𝑖𝑛 2∅𝑘 = 𝑟𝑎𝑑 + 𝑟𝑎𝑑 = 𝑟𝑎𝑑
𝑢𝑘 = -0.8449 rad
12. Menghitung koreksi Radius
𝛿𝑟𝑘 = -35.0399 m
13. Menghitung radius terkoreksi
𝑟𝑘 = 2.6910e+07 m
14. Menghitung koreksi inklinasi
𝛿𝑖𝑘 = 𝐶𝑖𝑐 cos 2∅𝑘 + 𝐶𝑖𝑠 sin 2∅𝑘 = 𝑟𝑎𝑑 + 𝑟𝑎𝑑 = 𝑟𝑎𝑑
16
15. Menghitung inklinasi terkoreksi
𝑟𝑎𝑑
𝑖𝑘 = 𝑖0 + 𝑑𝑖 ∗ 𝑡𝑘 + 𝛿𝑖𝑘 = 𝑟𝑎𝑑 + ∗ 𝑠 + 𝑟𝑎𝑑 = 𝑟𝑎𝑑
𝑠
𝑖𝑘 = -1.0802e+06 rad
16. Menghitung posisi pada bidang orbit
𝑋′𝑘 = 𝑟𝑘 cos 𝑢𝑘 = 𝑚
𝑋′𝑘 = 1.7863e+07 m
𝑌′𝑘 = 𝑟𝑘 sin 𝑢𝑘 = 𝑚
𝑌′𝑘 = -2.0126e+07 m
17. Menghitung bujur ascending node terkoreksi
Ω𝑘 = -3.1947e+12 rad
18. Menghitung koordinat geosentrik satelit terikat bumi.
𝑋𝑘 = -6.4414e+06 m
𝑌𝑘 = 𝑌′𝑘 sin Ω𝑘 + 𝑌′𝑘 cos Ω𝑘 cos 𝑖𝑘 = 𝑚 + 𝑚 = 𝑚
𝑌𝑘 = -26040484.8167095
𝑍𝑘 = 𝑌′𝑘 sin 𝑖𝑘 = 𝑚
𝑍𝑘 = 2.1380e+06 m
20. Untuk melakukan pemeriksaan kebenaran posisi koordinat geosentrik satelit tersebut,
dengan cara sebagai berikut:
√ Xk 2 + Yk 2 + Zk 2 = rk
2.6910e+07 m = 2.6910e+07 m
Jika hasilnya sama dengan rk (13), maka koordinat geosentrik diatas dapat dikatakan benar
17
Berikut ini merupakan gambaran komponen-komponen yang dihitung dalam penentuan posisi
satelit dari data RINEX yang dipilih
18
BAB V KESIMPULAN
Dari perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui posisi dari Satelit :
𝑋𝑘 = -6.4414e+06 m
𝑌𝑘 = -26040484.8167095
𝑍𝑘 = 2.1380e+06 m
19
DAFTAR PUSTAKA
Seeber, G. (2003). Satellite Geodesy 2nd completely revised and extended edition. Berlin:
Walter de gruyter.
Kaula, W. M. (2013). Theory of satellite geodesy: applications of satellites to geodesy.
Courier Corporation.
Abidin, D. H. (2001). Geodesi Satelit. Jakarta: Pradnya Paramita.
https://gage.upc.edu/sites/default/files/gLAB/HTML/GPS_Navigation_Rinex_v2.11.html
20
LAMPIRAN
21