Disusun oleh :
Ardha Pratama Timur H02170xx
Fauzia Diah Rahayu H02170xx
Sarah Astita H02170xx
Sonhaji Pratito H0217061
Kelompok 5
Co-Assisten : Indra Fajar Triawan
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan praktikum Ilmu Ukur Tanah ini disusun guna melengkapi tugas
mata kuliah Ilmu Ukur Tanah yang telah diketahui dan disahkan oleh Co-Asisten
dan Dosen Ilmu Ukur Tanah :
Hari :
Tanggal :
Disusun oleh :
Kelompok 5
Ardha Pratama Timur H0217009
Fauzia Diah Rahayu H0217025
Sarah Astita H0217058
Sonhaji Pratito H0217061
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk
menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di
atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan
dan penentuan posisi relatif suatu daerah. Tujuan pengukuran antara lain
menghasilkan ukuran-ukuran dan kontur permukaan tanah, misalnya untuk
persiapan gambar-rencana (plan) atau peta, menarik garis batas tanah,
mengukur luasan dan volume tanah, dan memilih tempat yang cocok
untuk suatu proyek rekayasa. Baik gambar-rencana maupun peta
merupakan representasi grafis dari bidang horisontal.
Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah theodolit.
Theodolit digital biasanya terdiri dari teleskop kecil yang terhubung ke
dua mekanisme pengukur sudut, satu untuk mengukur sudut horizontal dan
satu untuk mengukur sudut vertikal. Alat tersebut duduk di atas dasar yang
dapat diputar dengan mekanisme leveling pada tripod. Setelah theodolite
diatur, teleskop diarahkan untuk menemukan titik yang diinginkan dan
kemudian sudut dari titik dimana theodolite ditempatkan ke titik yang
terlihat di teleskopnya dapat dibaca melalui lensa mata dari ruang lingkup.
Kegiatan praktikum ini selain mengenalkan mahasiswa mengenai
alat dan metode pengukuran tanah juga memberikan sedikit wawasan dan
pengetahuan terkait proses pemetaan. Peta saat ini memegang peranan
penting tidak hanya kaitannya dalam hal transportasi tetapi juga
pembangunan. Program – program pembangunan pemerintah tidak lepas
dari penggunaan peta sebagai salah satu aspek fundamental dalam
perencanaan pembangunan ke depan.
1
2
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami cara mengukur dan menghitung jarak, ketinggian serta
kemiringan tanah dalam suatu lahan.
2. Menguasai penggunaan alat yang digunakan untuk pengukuran tanah
dalam suatu lahan.
3. Menguasi penggunaan aplikasi (Software) yang digunakan untuk
pengukuran tanah dalam suatu lahan.
C. Manfaat Praktikum
A. Theodolite
3
4
yaitu Matahari atau Bulan, theodolit dapat menunjukkan sudut hingga satuan
detik busur (Rahmi, 2019).
B. Pemetaan
Metode delineasi satuan peta tanah dalam pemetaan tanah detail sampai
semi detail umumnya dilakukan atas dasar perbedaan hasil klasifikasi setiap
pengamatan atau kelompok hasil pengamatan. Garis batas antar satuan peta
dibuat diantara dua titik pengamatan yang mempunyai klasifikasi berbeda.
Dalam pemetaan tanah detail, delineasi satuan peta tanah yang benar
dilakukan di lapangan berdasarkan sifat-sifat tanah pada tingkat klasifikasi
yang digunakan, dan juga faktor lingkungannya. Garis batas antar satuan peta
tanah ditarik dengan memperhatikan berbagai faktor yang terlihat di lapangan
yang diperkirakan berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah selain
sifat-sifat tanahnya itu sendiri, misalnya perubahan kelerengan, penggunaan
lahan, atau vegetasi. Garis batas yang ditarik di antara dua titik pengamatan
yang berbeda klasifikasinya tidak mesti harus ditengah-tengah. Sedangkan
dalam pemetaan semi detail delineasi dilakukan dari peta topografi atau potret
udara yang didukung oleh peta geologi atau peta litologi dan peta iklim
(Sukarman dan Ritung, 2013).
Penggunaan data penginderaan jauh dari satelit baik berupa sensor optik
maupun radar telah banyak digunakan untuk pemetaan tanah dan pemetaan
bentang lahan untuk skala regional dan skala kecil. Penginderaan jauh lebih
bermanfaat dalam hal meningkatkan kemampuan cakupan spasial. Sifat-sifat
tanah telah dapat diidentifikasi dan disimpulkan dari data optik menggunakan
metode fisik berbasis empiris. Penginderaan jauh optik maupun radar juga
dapat mendukung interpolasi spasial data tanah pada wilayah yang masih
jarang datanya (Mulder et al., 2011).
C. Kontur
UTM, sedangkan untuk wilayah Indonesia terletak pada zona 46 hingga zona
54. Luas dihitung dengan terlebih dahulu memproyeksikan peta digital
menjadi sistem UTM zone 50, pemilihan zone 50 dikarenakan zona tersebut
berada di tengah Indonesia, sehingga diharapkan distorsi jarak yang terjadi
menjadi minimum. Karakteristik sistem proyeksi UTM adalah membagi
daerah di atas muka bumi menjadi zona-zona selebar 6o meridian, meridian
tengah zona disebut meridian sentral, sistem proyeksi konform dengan faktor
perbesaran standard : mo = 0,9996, faktor perbesaran standard hanya terjadi
pada titik potong meridian sentral dengan equator, pusat koordinat semula
(sejati) adalah perpotongan meridian sentral dengan equator, pusat koordinat
semu diletakkan di barat daya sebesar 500.000 m di barat 10.000.000 m
selatan (Ramdhan dan Taslim, 2013).
DENGAN-95 adalah datum geodesi yang geosentris dan diberlakukan
untuk keperluan survei dan pemetaan di seluruh wilayah NKRI. Menurut data
yang diambil oleh Purba (2013), spesifikasi Datum Geodesi Nasional Tahun
1995 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.5.1 Spesifikasi Datum Geodesi Nasional 1995
Datum Geosentris
Koordinat Geodesi Datum Geodesi Nasional 1995 (DENGAN-95)
Koordinat Grid/Peta Universal Transverse Mercator (UTM)
Kerangka Referensi International Terestrial Reference Time (ITRF)
Ellipsoid World Geodentic System 1984 (WGS-84)
Sumbu Panjang (a) 6.378.137,0 meter
Faktor Penggepengan (l/f) 298,2572223563
9
10
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Rekapan Pengukuran Titik melalui Theodolite
Batas Batas Batas
Jarak
No. Shift Atas Tengah Bawah
(Ca-Cb)
(Ca) (Ct) (Cb)
1. Shift Kamis, 237 229 221,5 15,5
tanggal 2019 235,25 226 217 18,25
WIB Kloter 220 211 202,5 17,5
ke-1 276 267 258,5 17,5
261 254 247 14
269 262 256 13
228,5 222 216 12,5
178,5 175,5 173 5,5
173 171 168,5 4,5
200 196 192 8
191 187,5 184 7
141 136 130 11
Sumber: Rekapan Data
2. Pembahasan
Kegiatan praktikum dilakukan di bukit Argobudoyo Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penyiapan alat menjadi hal pertama yang harus
dilakukan, dalam hal ini adalah persiapan Theodolite hingga
perakitan/pemasangan alat. Alat/Theodolite dipasang diatas tripod atau
kaki tiga yang sudah disiapkan sebelumnya. Tujuan penggunaan tripod
pada tempat pengamatan yakni menjaga kemantapan atau kestabilan alat
terhadap tanah atau landasan saat pengamatan. Theodolite dipasang diatas
11
12
waktu dan biaya yang dibutuhkan menjadi lebih efisien dan ekonomis
(Parseno dan Yulaikhah, 2010).
Data yang didapat dari pengamatan lapang pada praktikum
kemudian dikumpulkan dengan data dari kelompok lain berupa data jarak
masing – masing titik ukur. Data dari kelompok 1 berupa jarak titik 1
dengan titik pusat pengukuran sebesar 15,5 meter dan jarak titik 2 dengan
titik pusat sejauh 18,25 meter. Data dari kelompok 2 berupa jarak titik 1
dengan titik pusat pengukuran sebesar 17,5 meter dan jarak titik 2 dengan
titik pusat sejauh 7,25 meter. Data dari kelompok 3 berupa jarak titik 1
dengan titik pusat pengukuran sebesar 14 meter dan jarak titik 2 dengan
titik pusat sejauh 13 meter. Data dari kelompok 4 berupa jarak titik 1
dengan titik pusat pengukuran sebesar 12 meter dan jarak titik 2 dengan
titik pusat sejauh 5,5 meter. Data dari kelompok 5 berupa jarak titik 1
dengan titik pusat pengukuran sebesar 4,5 meter dan jarak titik 2 dengan
titik pusat sejauh 8 meter. Data dari kelompok 6 berupa jarak titik 1
dengan titik pusat pengukuran sebesar 7 meter dan jarak titik 2 dengan
titik pusat sejauh 11 meter. Alat theodolite memiliki akurasi yang sangat
tinggi, namun ini juga bergantung kepada kompetensi atau kemampuan
teknisi dalam menggunakan guna menghasilkan data yang berkualitas.
Titik di permukaan bumi yang disebut dengan titik koordinat
dihubungkan dalam serangkaian garis lurus. Melalui pengukuran poligon
koordinat dari sudut yang diukur dan posisi horizontal banyak titik dapat
ditentukan. Sudut azimuth, titik tinggi ikat, dll merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran poligon. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi kesalahan pada saat pengolahan data sehingga didapat luas
wilayah pengukuran yang tepat (Tribhuwana, 2018).
14
1,71 10,62
= = 0,000475 = = 0,00295
3600 3600
0,000475 0,00295
= 𝑥 10 = 79,16. . .7 = 𝑥 10 = 327,7. . .8
6 90
Jarak
= 79,167 + 327,778
= 337,20 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
2) B-C
UTM Bujur UTM Lintang
B = 101o42’37,00” BT B = 0o1’36,35” LU
C = 101o42’34,89” BT C = 0o1’30,04” LU
Selisih 2,11” BT 6,31” LU
2,11 6,31
= = 0,0005861 = = 0,0017527
3600 3600
0,0005861 0,0017527
= 𝑥 10 = 97,6852 = 𝑥 10
6 90
= 194,753
Jarak
= 97,6852 + 194,753
= 217,878 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
3) C-D
UTM Bujur UTM Lintang
C = 101o42’34,89” BT C = 0o1’30,04” LU
D = 101o42’36,60” BT D = 0o1’04,96” LU
Selisih 1,71” BT 25,08” LU
1,71 25,08
= = 0,000475 = = 0,006967
3600 3600
0,000475 0,006979
= 𝑥 10 = 79,1667 = 𝑥 10
6 90
= 774,0741
Jarak
= 79,1667 + 774,0741
16
= 778,1118 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
4) D-E
UTM Bujur UTM Lintang
D = 101o42’36,60” BT D = 0o1’04,96” LU
E = 101o42’37,72” BT E = 0o0’37,36” LU
Selisih 1,12” BT 27,6” LU
1,12 27,6
= = 0,000311 = = 0,007667
3600 3600
0,000311 0,007667
= 𝑥 10 = 51,85185 = 𝑥 10
6 90
= 851,8519
Jarak
= 51,85185 + 851,8519
= 853,4285 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
5) E-F
UTM Bujur UTM Lintang
E = 101o42’37,72” BT E = 0o0’37,36” LU
F = 101o42’41,54” BT F = 0o0’28,58” LU
Selisih 3,82” BT 8,78” LU
3,82 8,78
= = 0,001061 = = 0,002439
3600 3600
0,001061 0,002439
= 𝑥 10 = 176,8519 = 𝑥 10
6 90
= 270,9877
Jarak
= 176,8519 + 270,9877
= 323,5906 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Acara 2 Praktikum Ilmu Ukur Tanah yakni melakukan
pengukuran jarak secara manual berdasarkan digitasi dasar dan
melakukan perhitungan jarak dengan menggunakan Google Earth yang
selanjutnya akan dilakukan perbandingan atau disebut kalibrasi.
17
2. Digitasi Dasar
a. Hasil Pengamatan
b. Pembahasan
Praktikum acara 2 kemudian dilanjutkan dengan
melakukan digitasi peta sesuai daerah tempat tinggal masing –
masing. Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses
konversi data analog ke dalam format digital, dimana didalam GIS
digitasi adalah proses dimana objek – objek tertentu seperti jalan,
rumah, sawah, sungai, dan lain – lain. Proses digitasi secara umum
21
sungai, dan garis hitam putus – putus untuk batas desa. Area
pemukiman ditandai dengan poligon berwarna oranye, sawah
irigasi ditandai dengan poligon bermotif persegi panjang berwarna
biru muda, hutan rakyat ditandai dengan poligon berwarna hijau
muda yang terdapat bintik/titik – titik berwarna hijau tua. Lahan
kosong ditandai dengan poligon berwarna kuning gading atau
kuning muda. Luas penggunaan lahan yang dominan adalah
pemukiman dan sawah dengan proporsi yang relatif sama.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan praktikum Ilmu Ukur tanah yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengukuran menggunakan Theodolith didapatkan data pada kelompok 5
jarak titik 1 dengan titik pusat sebesar 4,5 meter, sedangkan titik 2 dengan
titik pusat sebesar 8 meter.
2. Metode perhitungan jarak dengan menggunakan metode manual dengan
perhitungan melalui rumus diperoleh hasil jarak antar titik sebesar 337,20
meter (A-B); 217,87 meter (B-C); 778,111 meter (C-D); 853,4285 meter
(D-E); dan 323,59 meter (E-F). Hasil perhitungan melalui software
Google Earth didapatkan jarak A-B sejauh 363,65 meter; jarak B-C sejauh
206,16 meter; jarak C-D sejauh 769,76 meter; jarak D-E sejauh 843,85
meter; dan jarak E-F sejauh 293,64 meter. Perbedaan yang terlihat antara
perhitungan manual dengan perhitungan Google Earth tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan setelah melalui uji T dengan tingkat
kepercayaan 95 %.
3. Penggunaan lahan yang mendominasi di wilayah Kecamatan Kedawung
yang dideliniasi adalah persawahan, pemukiman di wilayah Kecamatan
Banyuresmi, persawahan di wilayah Temanggung, dan di wilayah
Kecamatan Plemahan penggunaan lahan untuk sawah dan pemukiman
relatif sama luasnya.
B. Saran
Kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan berjalan relatif lancar,
namun baiknya penyampaian informasi kepada praktikan selama kegiatan
praktikum dapat disampaikan secara sistematis dan teratur. Co asisten dan
mahasiswa selaku praktikan juga diharapkan dapat menjaga komunikasi
selama kegiatan berlangsung. Mahasiswa dalam hal ini sebagai praktikan juga
hendaknya memperhatikan dengan seksama setiap penjelasan co asisten
selama kegiatan praktikum berlangsung.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Safru, Urly. 2010. Pengukuran Tanah Menggunakan Theodolite. Undergraduate
Thesis Universitas Islam Oki Kayuagung.
Sukarman dan Ritung. 2013. Perkembangan dan Strategi Percepatan Pemetaan
Sumberdaya Tanah di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol. 7(1).
Syaifullah, Arief. 2014. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: STPN Press.
Tribhuwana, Awliya. 2018. Perbandingan Pengukuran Luas Area Antara
Theodolit dan Global Positioning System (GPS). Logika. Vol. 22(3) : 58 –
64.
26
LAMPIRAN