Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH

Disusun oleh :
Ardha Pratama Timur H02170xx
Fauzia Diah Rahayu H02170xx
Sarah Astita H02170xx
Sonhaji Pratito H0217061
Kelompok 5
Co-Assisten : Indra Fajar Triawan

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Ilmu Ukur Tanah ini disusun guna melengkapi tugas
mata kuliah Ilmu Ukur Tanah yang telah diketahui dan disahkan oleh Co-Asisten
dan Dosen Ilmu Ukur Tanah :
Hari :
Tanggal :

Disusun oleh :
Kelompok 5
Ardha Pratama Timur H0217009
Fauzia Diah Rahayu H0217025
Sarah Astita H0217058
Sonhaji Pratito H0217061

Mengetahui,

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Co Assisten
Ilmu Ukur Tanah

Dr. Mujiyo, S.P., M.P. Indra Fajar Triawan


NIP. 197308102003121002 H0216027

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini. Berkat bantuan dan
bimbingan dari semua pihak, laporan ini dapat terselesaikan, maka dengan
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Tim Dosen Pengampu mata kuliah Ilmu Ukur Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Co Asisten Ilmu Ukur Tanah yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam praktikum serta penulisan laporan
4. Orang tua yang memberi do’a dan dukungan serta teman – teman yang telah
membantu dan melaksanakan praktikum dengan lancar
Penulis berharap bahwa laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis menyadari dalam penulisan
laporan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan karena keterbatasan penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk kemajuan penulisan laporan ini.

Surakarta, Juli 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan Praktikum .............................................................................. 2
C. Manfaat Praktikum ............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3
A. Theodolite ......................................................................................... 3
B. Pemetaan........................................................................................... 4
C. Kontur ............................................................................................... 4
D. Digitasi ............................................................................................. 5
E. Koordinat UTM................................................................................. 6
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM .................................................. 9
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................ 9
B. Alat dan Bahan .................................................................................. 9
C. Cara Kerja ......................................................................................... 9
1. Pengukuran Tanah menggunakan Theodolite ............................... 9
2. Kalibrasi Pengukuran Jarak menggunakan Perhitungan Software
dan Perhitungan Manual beserta Digitasi Dasar ........................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 11
A. Pengukuran Tanah menggunakan Theodolite..................................... 11
1. Hasil Pengamatan ........................................................................ 11
2. Pembahasan................................................................................. 11
B. Kalibrasi Pengukuran Jarak menggunakan Perhitungan Software dan
Perhitungan Manual beserta Digitasi Dasar ....................................... 13
1. Kalibrasi Perhitungan Jarak menggunakan Perhitungan Software
dan Perhitungan Manual .............................................................. 13
a. Hasil Pengamatan .................................................................. 13
b. Pembahasan ........................................................................... 13
2. Digitasi Dasar .............................................................................. 18
a. Hasil Pengamatan .................................................................. 18
b. Pembahasan ........................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 22
A. Kesimpulan ....................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.5.1 Spesifikasi Datum Geodesi Nasional 1995................................ 7


Tabel 4.1 Rekapan Pengukuran Titik melalui Theodolite ......................... 11
Tabel 4.2 Perbandingan Jarak Kalibrasi Perhitungan Google Earth dan
Perhitungan Manual ................................................................. 13

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.2.1 Peta Administrasi Kelurahan Pengkok Kecamatan


Kedawung Kabupaten Sragen ............................................ 18
Gambar 4.2.2 Peta Administrasi Desa Sukasenang Kecamatan
Banyuresmi Kabupaten Garut ............................................ 18
Gambar 4.2.3 Peta Administrasi Kecamatan Temanggung ....................... 19
Gambar 4.2.4 Peta Administrasi Kecamatan Plemahan ............................ 19

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk
menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di
atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan
dan penentuan posisi relatif suatu daerah. Tujuan pengukuran antara lain
menghasilkan ukuran-ukuran dan kontur permukaan tanah, misalnya untuk
persiapan gambar-rencana (plan) atau peta, menarik garis batas tanah,
mengukur luasan dan volume tanah, dan memilih tempat yang cocok
untuk suatu proyek rekayasa. Baik gambar-rencana maupun peta
merupakan representasi grafis dari bidang horisontal.
Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah theodolit.
Theodolit digital biasanya terdiri dari teleskop kecil yang terhubung ke
dua mekanisme pengukur sudut, satu untuk mengukur sudut horizontal dan
satu untuk mengukur sudut vertikal. Alat tersebut duduk di atas dasar yang
dapat diputar dengan mekanisme leveling pada tripod. Setelah theodolite
diatur, teleskop diarahkan untuk menemukan titik yang diinginkan dan
kemudian sudut dari titik dimana theodolite ditempatkan ke titik yang
terlihat di teleskopnya dapat dibaca melalui lensa mata dari ruang lingkup.
Kegiatan praktikum ini selain mengenalkan mahasiswa mengenai
alat dan metode pengukuran tanah juga memberikan sedikit wawasan dan
pengetahuan terkait proses pemetaan. Peta saat ini memegang peranan
penting tidak hanya kaitannya dalam hal transportasi tetapi juga
pembangunan. Program – program pembangunan pemerintah tidak lepas
dari penggunaan peta sebagai salah satu aspek fundamental dalam
perencanaan pembangunan ke depan.

1
2

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami cara mengukur dan menghitung jarak, ketinggian serta
kemiringan tanah dalam suatu lahan.
2. Menguasai penggunaan alat yang digunakan untuk pengukuran tanah
dalam suatu lahan.
3. Menguasi penggunaan aplikasi (Software) yang digunakan untuk
pengukuran tanah dalam suatu lahan.
C. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum Ilmu Ukur Tanah adalah:


1. Mahasiswa dapat menggunakan alat ukur tanah theodolit dengan baik.
2. Mahasiswa dapat menghitung jarak menggunakan perhitungan google
earth dan perhitungan manual.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Theodolite

Theodolite ditemukan oleh Roemer, seorang Astronom Denmark pada


1690. Sekitar seabad kemudian, instrumen astronomi itu digunakan untuk
keperluan surveying. Tahun 1893, diadakan penambahan-penambahan pada
bagian-bagian instrumen prototipe itu sehingga dimungkinkan dipakai
pengukuran-pengukuran lainnya dalam kaitannya dengan pengukuran sudut-
sudut vertikal dan horisontal. Karena sekarang ini Theodolite banyak
digunakan untuk berbagai keperluan; e.g mengukur sudut horisontal dan
vertikal, membuat garis lurus, mengukur bearing, mengukur jarak horisontal
dan vertikal, menentukan arah utara; teodolit sering disebut instrumen
universal (Syaifullah, 2014).
Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda
dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam
theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat
diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut
horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua
dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga
memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat
dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Safru, 2010).
Theodolit merupakan instrumen optik yang mempunyai fungsi
altazimuth sehingga dapat digunakan untuk mengukur sudut dan arah
(horizontal angel dan vertical angel). Sampai saat ini theodolit dianggap
sebagai alat yang paling akurat diantara metode-metode yang sudah ada
dalam penentuan arah kiblat. Dengan bantuan pergerakan benda-benda langit

3
4

yaitu Matahari atau Bulan, theodolit dapat menunjukkan sudut hingga satuan
detik busur (Rahmi, 2019).
B. Pemetaan

Metode delineasi satuan peta tanah dalam pemetaan tanah detail sampai
semi detail umumnya dilakukan atas dasar perbedaan hasil klasifikasi setiap
pengamatan atau kelompok hasil pengamatan. Garis batas antar satuan peta
dibuat diantara dua titik pengamatan yang mempunyai klasifikasi berbeda.
Dalam pemetaan tanah detail, delineasi satuan peta tanah yang benar
dilakukan di lapangan berdasarkan sifat-sifat tanah pada tingkat klasifikasi
yang digunakan, dan juga faktor lingkungannya. Garis batas antar satuan peta
tanah ditarik dengan memperhatikan berbagai faktor yang terlihat di lapangan
yang diperkirakan berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah selain
sifat-sifat tanahnya itu sendiri, misalnya perubahan kelerengan, penggunaan
lahan, atau vegetasi. Garis batas yang ditarik di antara dua titik pengamatan
yang berbeda klasifikasinya tidak mesti harus ditengah-tengah. Sedangkan
dalam pemetaan semi detail delineasi dilakukan dari peta topografi atau potret
udara yang didukung oleh peta geologi atau peta litologi dan peta iklim
(Sukarman dan Ritung, 2013).
Penggunaan data penginderaan jauh dari satelit baik berupa sensor optik
maupun radar telah banyak digunakan untuk pemetaan tanah dan pemetaan
bentang lahan untuk skala regional dan skala kecil. Penginderaan jauh lebih
bermanfaat dalam hal meningkatkan kemampuan cakupan spasial. Sifat-sifat
tanah telah dapat diidentifikasi dan disimpulkan dari data optik menggunakan
metode fisik berbasis empiris. Penginderaan jauh optik maupun radar juga
dapat mendukung interpolasi spasial data tanah pada wilayah yang masih
jarang datanya (Mulder et al., 2011).
C. Kontur

Garis kontur didefinisikan sebagai garis khayal yang menghubungkan


setiap titik pada ketinggian yang sama. Pengertian garis kontur di atas dapat
dijelaskan bahwa sifat dari salah satu garis kontur tersebut memiliki nilai
5

ketinggian yang tunggal. Representasi seluruh bentuk relief dalam bentuk


gambaran garis kontur dalam suatu peta perlu dilakukan penggambaran
beberapa garis kontur yang memiliki ketinggian yang berbeda dengan garis
kontur disebelahnya berdasarkan nilai tinggi yang berurutan. Adanya nilai
tinggi dari garis kontur yang berurutan dengan garis kontur lainnya berarti
terdapat suatu besaran yang membatasi antara dua kontur tersebut, yang
dinamakan interval kontur. Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis
kontur yang berdekatan atau jarak antara dua bidang mendatar yang
berdekatan. Garis kontur pada suatu peta merupakan proyeksi pada
serangkaian titik pada ketinggian yang sama secara tegak lurus (ortogonal)
pada bidang datar (peta) (Pertiwi, 2011).
Pembentukan garis kontur menggunakan data dari pemetaan terestris
memiliki akurasi yang tinggi tetapi pengukuran terestris memiliki beberapa
kelemahan diantaranya membutuhkan biaya, waktu dan tenaga yang besar
karena semakin luas area yang dipetakan semakin banyak pula titik yang
harus diukur. Semakin rapat titik yang diambil, maka semakin akurat pula
kontur yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya. Titik ketinggian (spotheight)
yang diambil dalam pengukuran terestris harus memiliki kerapatan dan
persebaran yang baik untuk mengurangi kesalahan pada interpolasi kontur
(Afani et al., 2019).
D. Digitasi

Digitasi adalah proses penentuan objek atau fenomena alam lainnya


dipermukaan bumi dengan cara interpretasi secara visual. Digitasi merupakan
proses pengubahan data analog (Peta RBI) menjadi digital yang berstruktur
vektor. Data vektor dapat disimpan dalam bentuk titik (point), garis (line) dan
bidang (Poligon). Proses digitasi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan
untuk mengkonversi data bentuk raster menjadi bentuk vektor. Proses ini
harus dilakukan secara teliti dan cermat. Salah satu cara pengambilan data
adalah dengan cara menelusuri peta yang telah ada dengan menggunakan
meja gambar yang disebut Digitizer Tablet atau mengikuti gambar hasil
scanner/penyiaman di layar monitor. Dengan digitasi maka obyek–obyek di
6

peta digambarkan ulang dalam bentuk digital menggunakan peralatan meja


digitasi atau bantuan mouse dan monitor (Maryanto et al., 2017).
Digitizing adalah proses menggambar ulang fitur geografi pada peta
analog menjadi format digital dengan digitizing tablet atau mouse yang
dihubungkan dengan komputer, hasil dari proses digitasi ini kemudian
disimpan dalam bentuk data spasial. Metode digitasi secara umum dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menggunakan digitizer yang
menggunakan meja digitasi dan yang langsung onscreen di layar monitor.
Digitasi onscreen paling sering digunakan karena lebih mudah dilakukan,
tidak memerlukan tambahan alat lainnya dan lebih mudah dikoreksi apabila
terjadi kesalahan. Ada 3 jenis bentuk pola digitasi yaitu bentuk point, line dan
polygon. Bentuk point mewakili lokasi yang berbentuk individual seperti
informasi letak sekolah, rumah sakit, jembatan, tiang listrik dan lain-lain.
Bentuk line digunakan untuk menggambarkan sungai, jalan raya, jalur rel
kereta api serta bentuk garis horisontal lainnya. Bentuk Polygon berfungsi
untuk membentuk suatu luasan seperti ladang, perkebunan, mangrove dan
sebagainya (Nugroho dan Yarianto, 2010).
E. Koordinat UTM

Koordinat adalah satuan yang digunakan utuk menentukan titik lokasi


suatu objek/keadaan dalam bumi. Terdapat tiga satuan utama koordinat yang
sering digunakan dalam peta, yaitu DD, DMS, dan UTM. Decimal Degree
(DD) merupakan satuan umum dalam peta. Degree Minute Second (DMS)
merupakan satuan koordinat yang digunakan untuk menempatkan daerah
menggunakan perbedaan waktu, bahkan digunakan untuk menentukan
perbedaan waktu dari suatu daerah dengan daerah lain. Universal Transverse
Mercator (UTM) merupakan satuan koordinat berdasarkan satuan jarak yang
berhubungan dengan proyeksi yang digunakan, yaitu konversi UTM (Adil,
2017).
Sistem koordinat yang umum dipakai dalam dunia pemetaan di
Indonesia adalah Universal Transverse Mercator (UTM). UTM membagi bola
bumi menjadi bidang datar selebar 6 derajat, sehingga total ada 60 zona
7

UTM, sedangkan untuk wilayah Indonesia terletak pada zona 46 hingga zona
54. Luas dihitung dengan terlebih dahulu memproyeksikan peta digital
menjadi sistem UTM zone 50, pemilihan zone 50 dikarenakan zona tersebut
berada di tengah Indonesia, sehingga diharapkan distorsi jarak yang terjadi
menjadi minimum. Karakteristik sistem proyeksi UTM adalah membagi
daerah di atas muka bumi menjadi zona-zona selebar 6o meridian, meridian
tengah zona disebut meridian sentral, sistem proyeksi konform dengan faktor
perbesaran standard : mo = 0,9996, faktor perbesaran standard hanya terjadi
pada titik potong meridian sentral dengan equator, pusat koordinat semula
(sejati) adalah perpotongan meridian sentral dengan equator, pusat koordinat
semu diletakkan di barat daya sebesar 500.000 m di barat 10.000.000 m
selatan (Ramdhan dan Taslim, 2013).
DENGAN-95 adalah datum geodesi yang geosentris dan diberlakukan
untuk keperluan survei dan pemetaan di seluruh wilayah NKRI. Menurut data
yang diambil oleh Purba (2013), spesifikasi Datum Geodesi Nasional Tahun
1995 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.5.1 Spesifikasi Datum Geodesi Nasional 1995
Datum Geosentris
Koordinat Geodesi Datum Geodesi Nasional 1995 (DENGAN-95)
Koordinat Grid/Peta Universal Transverse Mercator (UTM)
Kerangka Referensi International Terestrial Reference Time (ITRF)
Ellipsoid World Geodentic System 1984 (WGS-84)
Sumbu Panjang (a) 6.378.137,0 meter
Faktor Penggepengan (l/f) 298,2572223563

Sistem proyeksi UTM, didefinisikan sebagai posisi horisontal dua


dimensi (X,Y) UTM dengan menggunakan proyeksi silinder, transversal dan
conform yang memotong bumi pada dua merisian standard. Ciri dari proyeksi
UTM antara lain :
a. Proyeksi bekerja pada setiap bidang ellipsoid yang dibatai cakupan garis
meridian dengan lebar 6o yang disebut zone
8

b. Penomoran zone merupakan suatu kesepakatan yang dihitung dari Garis


Tanggal Internasional (IDT) pada Meridian 180o Geografi ke arah Barat -
Timur, zone 1 = (180o W sampai dengan 174o W). Wilayah Indonesia
dilingkup oleh zone 46 sampai dengan zone 54 dengan kata alin dari
Bujur 94o E sampai dengan 141o E
c. Proyeksi garis Meridian Pusat (MC) merupakan garis lurus vertikal pada
tengah bidang proyeksi
d. Proyeksi garis lingkar equator merupakan garis lurus horisontal di tengah
bidang proyeksi
e. Grid merupakan perpotongan garis-garis yang sejajar dengan dua garis
proyeksi pada butir (2) dan (3) dengan interval sama. Jadi, garis
pembentuk grid bukan hasil proyeksi dari garis bujur atau garis lintang
elipsoid (kecuali garis meridian pusat dan equator)
f. Faktor skala garis (scale factor) di pusat peta adalah 0,9996 artinya garis
horisontal di tanah pada ketinggian muka air laut, sepanjang 1 km akan
diproyeksikan sepanjang 999,6 m pada peta
g. Penyimpanan arah garis meridian terhadap garis utara grid di meridian
pusat = 0o, atau garis arah Meridian yang melalui titik di luar meridian
pusat tidak sama dengan garis arah Utara Grid Peta, simpangan ini disebut
Konfergensi Meridian (Rudianto, 2011).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu


Praktikum acara 1 Pengukuran Tanah Menggunakan Theodolite
dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta pada hari
Kamis, 23 Meei 2019 pukul 15.30 – 17.00 WIB. Praktikum acara 2 yakni
Kalibrasi Pengukuran Jarak menggunakan Perhitungan Google Earth dan
Perhitungan Manual dilakukan di Fakultas Pertanian pada hari Sabtu, 25 Mei
2019 pukul 09.00 – 11.00 WIB.
B. Alat dan Bahan
1. Pengukuran Tanah Menggunakan Theodolite
a. Theodolite
b. Bak ukur
c. Alat tulis
2. Kalibrasi Pengukuran Jarak menggunakan Perhitungan Google Earth dan
Perhitungan Manual beserta Digitasi Dasar
a. Kertas HVS
b. Alat tulis
c. Data hasil pengukuran jarak dengan menggunakan metode perhitungan
aplikasi komputer dan perhitungan manual
C. Cara Kerja
1. Pengukuran Tanah Menggunakan Theodolite
a. Menentukan lokasi lapangan yang akan diukur beda tinggi dan
jaraknya
b. Menyiapkan alat theodolite dengan cara :
1) Menyiapkan perangkat theodolite
2) Memasang bak ukur
3) Memasang tripot/kaki tiga
4) Memasang pesawat diatas kepala statif

9
10

5) Menyetel nivo kotak dengan cara memutar sekrup/screw AB secara


bersama hingga gelembung nivo ke arah garis sekrup/screw C
6) Memutar sekrup/screw C ke kanan/kiri hingga gelembung nivo
bergerak ke tengah
7) Menyetel nivo tabung dengan sekrup/screw penyetel nivo tabung
8) Memfokuskan bidikan pada bak ukur kemudian memutar
sekrup/screw penguncinya
c. Membaca benang atas (ca), benang tengah (ct), dan benang bawah (cb)
d. Mencatat hasil dari pembacaan benang atas, benang tengah, dan
benang bawah
e. Melakukan secara berulang prosedur kerja di semua titik yang telah
ditentukan
2. Kalibrasi Pengukuran Jarak menggunakan Perhitungan Google Earth dan
Perhitungan Manual beserta Digitasi Dasar
a. Menulis masing – masing hasil pengukuran jarak menggunakan
metode perhitungan aplikasi komputer dan perhitungan manual tiap
individu kelompok pada selembar kertas HVS
b. Membandingkan (kalibrasi) kedua data tersebut dengan menggunakan
distribusi t
c. Setelah selesai, maka diketahui pengukuran jarak dengan
menggunakan perhitungan metode aplikasi komputer dan perhitungan
manual memiliki perbedaan nyata atau tidak
d. Memberikan rekomendasi mengenai metode apa yang sebaiknya
dipakai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGUKURAN TANAH MENGGUNAKAN THEODOLITE

1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Rekapan Pengukuran Titik melalui Theodolite
Batas Batas Batas
Jarak
No. Shift Atas Tengah Bawah
(Ca-Cb)
(Ca) (Ct) (Cb)
1. Shift Kamis, 237 229 221,5 15,5
tanggal 2019 235,25 226 217 18,25
WIB Kloter 220 211 202,5 17,5
ke-1 276 267 258,5 17,5
261 254 247 14
269 262 256 13
228,5 222 216 12,5
178,5 175,5 173 5,5
173 171 168,5 4,5
200 196 192 8
191 187,5 184 7
141 136 130 11
Sumber: Rekapan Data
2. Pembahasan
Kegiatan praktikum dilakukan di bukit Argobudoyo Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penyiapan alat menjadi hal pertama yang harus
dilakukan, dalam hal ini adalah persiapan Theodolite hingga
perakitan/pemasangan alat. Alat/Theodolite dipasang diatas tripod atau
kaki tiga yang sudah disiapkan sebelumnya. Tujuan penggunaan tripod
pada tempat pengamatan yakni menjaga kemantapan atau kestabilan alat
terhadap tanah atau landasan saat pengamatan. Theodolite dipasang diatas

11
12

tripod dengan menggunakan skrup yang tersedia di tengah landasan


theodolite pada tripod.
Theodolite yang telah terpasang kemudian dicek kedataran alat
untuk pengamatan dengan menyesuaikan nivo alat melalui penyesuaian
tiga sisi theodolite. Nivo merupakan sebuah kotak yang berisi cairan
dengan gelembung, dimana apabila alat berada pada posisi datar maka
gelembung akan berada di tengah kotak nivo. Gelembung nivo akan
berada pada ujung kotak nivo, dimana posisi tertinggi alat saat posisi
miring atau tidak datar. Pendataran dilakukan dengan memutar skrup
penyetel yang terdapat pada landasan alat.
Pengamatan dapat dilakukan apabila posisi alat telah benar
kedatarannya. Langkah berikutnya adalah mencatat posisi penembakan
(meliputi tinggi tempat, letak menurut garis lintang dan bujur) dan
menentukan arah magnetis melalui kompas. Theodolite kemudian diputar
pada arah penembakan apabila telah diketahui arah utara magnetisnya, lalu
mencatat sudut horisontal dan vertikal yang tertera pada layar LCD
Theodolite saat alat dihidupkan dan alat telah menghadap arah
penembakan. Langkah berikutnya adalah penembakan dengan membaca
angka pada balok ukur yang bertepatan dengan benang tipis yang terlihat
atau nampak pada lensa teropong. Pembacaan meliputi benang atas,
benang tengah, dan benang bawah.
Pengukuran beda tinggi dapat diperoleh dengan dua pendekatan
yaitu dengan metode sipat datar menggunakan alat Waterpass (WP) dan
metode trigonometris menggunakan alat Total Station (TS) atau Theodolit.
Metode sipatdatar menghasilkan ketelitian lebih tinggi namun kurang
praktis dan kurang ekonomis digunakan pada area yang tidak datar,
dibandingkan dengan pengukuran beda tinggi secara trigonometris. Prinsip
trigonometris menghasilkan ketelitian yang lebih rendah namun memiliki
kelebihan karena alat TS sangat praktis digunakan di lapangan baik pada
kondisi daerah pengukuran yang datar maupun yang bervariasi sehingga
13

waktu dan biaya yang dibutuhkan menjadi lebih efisien dan ekonomis
(Parseno dan Yulaikhah, 2010).
Data yang didapat dari pengamatan lapang pada praktikum
kemudian dikumpulkan dengan data dari kelompok lain berupa data jarak
masing – masing titik ukur. Data dari kelompok 1 berupa jarak titik 1
dengan titik pusat pengukuran sebesar 15,5 meter dan jarak titik 2 dengan
titik pusat sejauh 18,25 meter. Data dari kelompok 2 berupa jarak titik 1
dengan titik pusat pengukuran sebesar 17,5 meter dan jarak titik 2 dengan
titik pusat sejauh 7,25 meter. Data dari kelompok 3 berupa jarak titik 1
dengan titik pusat pengukuran sebesar 14 meter dan jarak titik 2 dengan
titik pusat sejauh 13 meter. Data dari kelompok 4 berupa jarak titik 1
dengan titik pusat pengukuran sebesar 12 meter dan jarak titik 2 dengan
titik pusat sejauh 5,5 meter. Data dari kelompok 5 berupa jarak titik 1
dengan titik pusat pengukuran sebesar 4,5 meter dan jarak titik 2 dengan
titik pusat sejauh 8 meter. Data dari kelompok 6 berupa jarak titik 1
dengan titik pusat pengukuran sebesar 7 meter dan jarak titik 2 dengan
titik pusat sejauh 11 meter. Alat theodolite memiliki akurasi yang sangat
tinggi, namun ini juga bergantung kepada kompetensi atau kemampuan
teknisi dalam menggunakan guna menghasilkan data yang berkualitas.
Titik di permukaan bumi yang disebut dengan titik koordinat
dihubungkan dalam serangkaian garis lurus. Melalui pengukuran poligon
koordinat dari sudut yang diukur dan posisi horizontal banyak titik dapat
ditentukan. Sudut azimuth, titik tinggi ikat, dll merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran poligon. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi kesalahan pada saat pengolahan data sehingga didapat luas
wilayah pengukuran yang tepat (Tribhuwana, 2018).
14

B. KALIBRASI PENGUKURAN JARAK MENGGUNAKAN


PERHITUNGAN GOOGLE EARTH DAN PERHITUNGAN MANUAL
BESERTA DIGITASI DASAR

1. Kalibrasi Perhitungan Jarak Menggunakan Perhitungan Google Earth dan


Perhitungan Manual
a. Hasil Pengamatan
Tabel 4.2 Perbandingan Jarak Kalibrasi Perhitungan Google Earth dan
Perhitungan Manual
Hasil Perhitungan(m) Selisih
Titik Koordinat Jarak
Manual Aplikasi (m)
101o42’31,36” BT
A
0o1’46,97” LU AB 337,20 363,65 24,45
101o42’37,00” BT
B
0o1’36,35” LU BC 217,87 206,16 11,71
101o42’34,89” BT
C
0o1’30,04” LU CD 778,111 769,76 8,351
101o42’36,60” BT
D
0o1’4,96” LU DE 853,4285 843,85 9,5758
101o42’37,72” BT
E
0o0’37,36” LU EF 323,59 293,64 29,95
101o42’41,54” BT
F
0o0’28,58” LU
Total 2.510,1995 2.477,06 84,0368

Sumber: Laporan Sementara


b. Pembahasan
1) A-B
UTM Bujur UTM Lintang
A = 101o42’31,36” BT A = 0o1’46,97” LU
B = 101o42’37,00” BT B = 0o1’36,35” LU
Selisih 1,71” BT 10,62” LU
15

1,71 10,62
= = 0,000475 = = 0,00295
3600 3600
0,000475 0,00295
= 𝑥 10 = 79,16. . .7 = 𝑥 10 = 327,7. . .8
6 90
Jarak

= 79,167 + 327,778
= 337,20 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
2) B-C
UTM Bujur UTM Lintang
B = 101o42’37,00” BT B = 0o1’36,35” LU
C = 101o42’34,89” BT C = 0o1’30,04” LU
Selisih 2,11” BT 6,31” LU
2,11 6,31
= = 0,0005861 = = 0,0017527
3600 3600
0,0005861 0,0017527
= 𝑥 10 = 97,6852 = 𝑥 10
6 90
= 194,753
Jarak
= 97,6852 + 194,753
= 217,878 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
3) C-D
UTM Bujur UTM Lintang
C = 101o42’34,89” BT C = 0o1’30,04” LU
D = 101o42’36,60” BT D = 0o1’04,96” LU
Selisih 1,71” BT 25,08” LU
1,71 25,08
= = 0,000475 = = 0,006967
3600 3600
0,000475 0,006979
= 𝑥 10 = 79,1667 = 𝑥 10
6 90
= 774,0741
Jarak
= 79,1667 + 774,0741
16

= 778,1118 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

4) D-E
UTM Bujur UTM Lintang
D = 101o42’36,60” BT D = 0o1’04,96” LU
E = 101o42’37,72” BT E = 0o0’37,36” LU
Selisih 1,12” BT 27,6” LU
1,12 27,6
= = 0,000311 = = 0,007667
3600 3600
0,000311 0,007667
= 𝑥 10 = 51,85185 = 𝑥 10
6 90
= 851,8519
Jarak

= 51,85185 + 851,8519
= 853,4285 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
5) E-F
UTM Bujur UTM Lintang
E = 101o42’37,72” BT E = 0o0’37,36” LU
F = 101o42’41,54” BT F = 0o0’28,58” LU
Selisih 3,82” BT 8,78” LU
3,82 8,78
= = 0,001061 = = 0,002439
3600 3600
0,001061 0,002439
= 𝑥 10 = 176,8519 = 𝑥 10
6 90
= 270,9877
Jarak

= 176,8519 + 270,9877
= 323,5906 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Acara 2 Praktikum Ilmu Ukur Tanah yakni melakukan
pengukuran jarak secara manual berdasarkan digitasi dasar dan
melakukan perhitungan jarak dengan menggunakan Google Earth yang
selanjutnya akan dilakukan perbandingan atau disebut kalibrasi.
17

Menurut Marsudi (2010) Google Earth merupakan program yang dapat


menampilkan informasi citra (image) permukaan bumi, beserta
koordinatnya. Koordinat yang ditampilkan dapat dipilih sendiri,
misalnya koordinat bujur-lintang (degree-minute-second, decimal-
degree), dan koordinat utm. Koordinat bujur-lintang maupun utm
(universal transverse mercator) yang diinformasikan pada Google-
Earth (GE) dapat diketahui ketepatannya (accuracy) secara visualisasi
spasial jika dibandingkan dengan koordinat tersebut yang ada pada
peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000 yang diterbitkan oleh
pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Koordinasi Survai dan
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).
Praktikum kali ini diberikan 6 titik koordinat yang harus
dihitung dan dikalibrasi dengan hasil jarak yang diketahui melalui
Google Earth. Perhitungan manual dilakukan dengan harus
mengkonversikan titik koordinat menjadi satuan UTM (Universal
Transverse Mercator) pada koordinat lintang dan bujur. Koordinat
UTM atau Universal Transverse Mercator adalah tipe koordinat yang
sering digunakan dalam pemetaan dan juga dalam pengelolaan data
spasial menggunakan sistem informasi geografis dan juga dalam
penginderaan jauh. Sistem ini dirancang untuk merepresentasikan
permukaan bumi dalam bidang yang benar – benar datar (mendekati
kondisi nyata) dan juga menunjukkan jarak antara dua titik di
permukaan bumi dalam kondisi yang mendekati sebenarnya. Satuan
koordinat yang digunakan adalah meter.
Proyeksi UTM mencakup keseluruhan permukaan bumi (360o)
yang terbagi dalam 60 zona. Zona 1 dimulai dai anti medirian (180
derajat bujur barat/timur pada koordinat geografis), selanjutnya
mengarah ke timur setiap 6o, sampai zona 60 berakhir di tempat yang
sama. Zona lintang dibagi per 9o dimulai dari garis khatulistiwa ke
utara dan selatan. Hasil selisih koordinat yang dikonversi kemudian
dihitung dengan fungsi Phytagoras untuk dapat mengetahui jarak
18

antara 2 titik. Perhitungan dengan Google Earth dilakukan dengan


menarik garis pada titik pertama menuju titik selanjutnya dengan
menggunakan garis ukur yang disediakan oleh Google Earth. Jarak
akan tertera pada tampilan antarmuka pengguna yang ada.
Perhitungan jarak antar titik dengan menggunakan metode
manual (UTM) menghasilkan data sebagai berikut : titik A – B sejauh
337,20 meter, titik B – C sejauh 217,87 meter, titik C – D sejauh
778,111 meter, titik D – E sejauh 853,4285 meter, dan titik E – F
sejauh 323,59 meter. Jarak titik dengan metode perhitungan melalui
Google Earth menghasilkan data sebagai berikut : titik A – B sejauh
363,65 meter, titik B – C sejauh 206,16 meter, titik C – D sejauh
769,76 meter, titik D – E sejauh 843,85, dan titik E – F sejauh 293,64
meter.
19

2. Digitasi Dasar
a. Hasil Pengamatan

Gambar 4.2.1 Peta Administrasi Kelurahan Pengkok Kecamatan


Kedawung Kabupaten Sragen

Gambar 4.2.2 Peta Administrasi Desa Sukasenang Kecamatan


Banyuresmi Kabupaten Garut
20

Gambar 4.2.3 Peta Administrasi Kecamatan Temanggung

Gambar 4.2.4 Peta Administrasi Kecamatan Plemahan

b. Pembahasan
Praktikum acara 2 kemudian dilanjutkan dengan
melakukan digitasi peta sesuai daerah tempat tinggal masing –
masing. Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses
konversi data analog ke dalam format digital, dimana didalam GIS
digitasi adalah proses dimana objek – objek tertentu seperti jalan,
rumah, sawah, sungai, dan lain – lain. Proses digitasi secara umum
21

dibagi menjadi dua yakni digitasi menggunakan digitizer dan


digitasi onscreen di layar monitor. Proses digitasi onscreen dibagi
atas beberapa layer yang diperlukan, seperti layer jalan, layer batas
kecamatan, layer sungai dan lain – lain (Gustin, 2012).
Informasi yang diberikan pada peta antara lain penggunaan
lahan yang ada di sekitar tempat tinggal seperti lahan pertanian
(sawah, tegalan, dan sebagainya), permukiman, hutan, waduk,
ataupun lahan kosong. Peta dibuat dengan mengkonversi peta
digital di Google Earth menjadi peta tentative. Peta digital Google
Earth dideliniasi dan kemudian data deliniasi disimpan atau
dikonversikan menjadi data dengan format .kml yang selanjutnya
dikonversi kembali menjadi .3D Shapefile atau ESRI 3D format
file, dimana pada tahap akhir akan divisualisasikan melalui
software Arcview.
Data peta kelompok 5 terdiri dari 4 peta administrasi pada
wilayah Kecamatan Kedawung, Kecamatan Banyuresmi,
Kecamatan Temanggung, dan Kecamatan Plemahan. Peta dibuat
dengan nilai skala peta yang bervariasi, dari 1 : 5000 hingga 1 :
20.000. Peta administrasi Kecamatan Kedawung yang dibuat
menampilkan pemukiman, sawah irigasi, jalan, sungai, dan objek
vital berupa sekolah yakni sekolah dasar dan sekolah menengah
kejuruan. Pemukiman ditandai oleh area poligon berwarna abu-
abu, persawahan ditandai dengan poligon berwarna hijau terang,
jalan dan sungai ditandai dengan garis/line masing – masing
berwara merah dan biru. Objek vital berupa sekolah ditandai
dengan 3 warna berbeda yakni poligon berwarna kuning untuk
SDN Pengkok 3 dan 4, poligon berwarna coklat muda untuk SDN
Pengkok 1 dan 2, serta poligon berwarna biru tua untuk SMK IT
Kosgoro 3. Peta ini dibuat dengan skala 1 : 20.000. Penggunaan
lahan di wilayah tersebut didominasi oleh sawah yakni lebih dari
70 % dan sisanya untuk pemukiman.
22

Peta wilayah berikutnya adalah peta Kecamatan


Banyuresmi tepatnya Desa Sukasenang. Penggunaan lahan yang
nampak pada peta yakni pemukiman, sawah, kebun, empang, dan
jalan. Area persawahan ditandai dengan poligon berwarna hijau
terang, pemukiman ditandai dengan poligon berwarna coklat tua,
empang ditandai dengan poligon berwarna biru muda, kebun
ditandai dengan poligon berwarna hijau tua, dan jalan ditandai
dengan garis berwarna hitam. Proporsi luas penggunaan lahan tiap
jenis penggunaan lahan relatif tidak berbeda jauh. Perbandingan
luas penggunaan lahan antara pemukiman, kebun, sawah dan
empang berturut – turut sebesar 35 %, 25 %, 20 % dan 20 %.
Peta berikutnya yakni peta administrasi Kecamatan
Temanggung dengan skala 1 : 6.000. penggunaan lahan yang
nampak pada peta antara lain jalan, batas wilayah, lapangan,
pemukiman, sawah, dan kebun warga. Wilayah pemukiman
ditandai dengan poligon berwarna kuning cerah, area persawahan
ditandai dengan poligon berwarna hijau terang, kebun warga
ditandai dengan poligon berwarna hijau tua/gelap, lapangan
ditandai dengan poligon berwarna merah muda. Jalan dan batas
wilayah ditandai dengan garis/line masing – masing berwarna
hitam dan ungu. Area persawahan mendominasi penggunaan lahan
pada peta yakni 65 %, dilanjutkan pemukiman 20 %, kebun warga
10 % dan lapangan sebesar 5 %. Tidak dijumpai adanya sungai
pada peta tersebut.
Peta yang terakhir adalah peta administrasi Kecamatan
Plemahan dengan skala 1 : 5.000. Penggunaan lahan yang nampak
pada peta antara lain pemukiman, sawah irigasi, hutan rakyat, dan
lahan kosong. Objek vital yang ditandai pada peta antara lain
masjid/tempat ibadah, puskesmas, dan kantor Desa Puhjarak.
Jalan, sungai, dan batas desa ditandai dengan garis/line masing –
masing berwarna merah untuk jalan, berwarna biru tua untuk
23

sungai, dan garis hitam putus – putus untuk batas desa. Area
pemukiman ditandai dengan poligon berwarna oranye, sawah
irigasi ditandai dengan poligon bermotif persegi panjang berwarna
biru muda, hutan rakyat ditandai dengan poligon berwarna hijau
muda yang terdapat bintik/titik – titik berwarna hijau tua. Lahan
kosong ditandai dengan poligon berwarna kuning gading atau
kuning muda. Luas penggunaan lahan yang dominan adalah
pemukiman dan sawah dengan proporsi yang relatif sama.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan praktikum Ilmu Ukur tanah yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengukuran menggunakan Theodolith didapatkan data pada kelompok 5
jarak titik 1 dengan titik pusat sebesar 4,5 meter, sedangkan titik 2 dengan
titik pusat sebesar 8 meter.
2. Metode perhitungan jarak dengan menggunakan metode manual dengan
perhitungan melalui rumus diperoleh hasil jarak antar titik sebesar 337,20
meter (A-B); 217,87 meter (B-C); 778,111 meter (C-D); 853,4285 meter
(D-E); dan 323,59 meter (E-F). Hasil perhitungan melalui software
Google Earth didapatkan jarak A-B sejauh 363,65 meter; jarak B-C sejauh
206,16 meter; jarak C-D sejauh 769,76 meter; jarak D-E sejauh 843,85
meter; dan jarak E-F sejauh 293,64 meter. Perbedaan yang terlihat antara
perhitungan manual dengan perhitungan Google Earth tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan setelah melalui uji T dengan tingkat
kepercayaan 95 %.
3. Penggunaan lahan yang mendominasi di wilayah Kecamatan Kedawung
yang dideliniasi adalah persawahan, pemukiman di wilayah Kecamatan
Banyuresmi, persawahan di wilayah Temanggung, dan di wilayah
Kecamatan Plemahan penggunaan lahan untuk sawah dan pemukiman
relatif sama luasnya.
B. Saran
Kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan berjalan relatif lancar,
namun baiknya penyampaian informasi kepada praktikan selama kegiatan
praktikum dapat disampaikan secara sistematis dan teratur. Co asisten dan
mahasiswa selaku praktikan juga diharapkan dapat menjaga komunikasi
selama kegiatan berlangsung. Mahasiswa dalam hal ini sebagai praktikan juga
hendaknya memperhatikan dengan seksama setiap penjelasan co asisten
selama kegiatan praktikum berlangsung.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adil, Ahmat. 2017. Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta: Andi Offset


Afani, Iqbal Yukha N, Bambang Darmo Y, dan Nurhadi Bashit. 2019.
Optimalisasi Pembuatan Peta Kontur Skala Besar Menggunakan Kombinasi
Data Pengukura Terestris dan Foto Udara Format Kecil. Jurnal Geodesi
UNDIP. Vol. 8(1) : 180 – 190.
Gustin, Erlinda. 2012. Analisa Jalan Lokal Sekunder Kecamatan Nanggalo. Jurnal
Momentum. Vol. 13(2) : 6 – 11.
Marsudi, Ilham. 2010. Ketepatan Koordinat Bujur Lintang dan UTM pada Google
Earth Skala 1 : 1000. INERSIA. Vol. 6(2) : 183 – 192.
Maryanto, Thonas Indra, Wiwin Windupranata, dan Samsul Bachri. 2017. Studi
Perubahan Garis Pantai Berdasarkan Interpretasi Citra Satelit Landsat dan
Perhitungan Rasio Lahan di Wilayah Pesisir Indramayu Jawa Barat. Jurnal
Rekayasa Hijau. Vol I (1): 23-33
Mulder, V.L., S. De Bruin, M.E. Schaepman, dan T.R. Mayr. 2011. The Use of
Remote Sensing in Soil and Terrain Mapping A Review. Geoderma. Vol.
162 (2) : 1 – 19.
Nugroho, Ari, Yarianto SBS. 2010. Pembuatan Peta Digital Topografi Pulau
Panjang, Banten, Menggunakan ArcGIS 9.2 dan SURFER 8. Jurnal
Pengembangan Energi Nuklir. Vol XII (1): 38-46
Rahmi, Annisa. 2019. Akurasi arah kiblat Masjid di Wilayah Desa Cipadung
Kecamatan Cibiru Kota Bandung. Diploma Thesis UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
Ramdhan, Muhammad, Taslim Arifin. 2013. Aplikasi Sistem Informasi Geografis
Dalam Penilaian Proporsi Luas Laut Indonesia. Jurnal Ilmiah Geomatika.
Vol XIX (2): 141 – 146.
Rudianto, Bambang. 2011. Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point
terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi. Jurusan
Teknik Geodesi Institut Teknologi Nasional, Bandung.
Parseno dan Yulaikhah. 2010. Pengaruh Sudut Vertikal Terhadap Hasil Ukuran
Jarak dan Beda Tinggi Metode Trigonometris Menggunakan Total Station.
Forum Teknik. Vol. 33(3) : 149 – 156.
Pertiwi, Ayu. 2011. Metoda Interpolasi Inverse Distance Untuk Peta Ketinggian
(Kontur). Semantik (Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi
Terapan).
Purba, Edy Saputera, Bambang Darmo Yuwono, dan L.M. Sabri. 2013. Penentuan
Koordinat Definitif EPOCH 2013 Stasiun Cors Geodesi UNDIP dengan
Menggunakan Perangkat Lunak Gamit 10.04. Jurnal Geodesi Undip. Vol.
2(4) : 85 – 107.

25
Safru, Urly. 2010. Pengukuran Tanah Menggunakan Theodolite. Undergraduate
Thesis Universitas Islam Oki Kayuagung.
Sukarman dan Ritung. 2013. Perkembangan dan Strategi Percepatan Pemetaan
Sumberdaya Tanah di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol. 7(1).
Syaifullah, Arief. 2014. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: STPN Press.
Tribhuwana, Awliya. 2018. Perbandingan Pengukuran Luas Area Antara
Theodolit dan Global Positioning System (GPS). Logika. Vol. 22(3) : 58 –
64.

26
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai