Anda di halaman 1dari 41

PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL METODE SIPAT

DATAR FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM
Laporan

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah
yang diampu oleh Dr. Ir. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T.

Disusun oleh:
Winda Nurazizah 1802314
Yazid Taufiqussumayah 1804165
Dilivio Raymans Ramadhan 1804463
Salwa Saraswati 1806620
M. Ilham Abdur Rahman 1807337
Anderega

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas izin-Nya
penulis telah menyelesaikan penulisan laporan yang berjudul “Pengukuran
Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam”. Sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw. beserta keluarga, para sahabat,
dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Dalam penulisan laporan ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis berterimakasih kepada
1. Dr. Ir. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T.; selaku Dosen Praktik Ilmu
Ukur Tanah UPI.
2. Irma, S.Pd.; selaku Asisten Dosen Praktik Ilmu Ukur Tanah UPI.
3. Parmono, S.Pd., M.T.; selaku Asisten Dosen Praktik Ilmu Ukur Tanah UPI.
4. Rekan-rekan yang sudah memberikan segala masukannya terhadap
penyusunan laporan ini.
Tidaklah mustahil apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan, baik dari segi bahasa, tulisan, maupun materi laporan ini.
Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
memperbaiki penulisan laporan penulis di masa mendatang.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, atas segala kekurangannya
penulis mohon maaf. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya, dan khususnya bagi para adik tingkat untuk dijadikan sebagai acuan
dalam penulisan laporan serupa.

Bandung, 21 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dumpy level

Gambar 2.2 Reversible level

Gambar 2.3 Tilting level

Gambar 2.4 Automatic level

Gambar 3.1 Lokasi Pengukuran di Fakultas Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, UPI

Gambar 4.1 Waterpass

Gambar 4.2 Statif

Gambar 4.3 Rambu Ukur

Gambar 4.4 Payung

Gambar 4.5 Unting-unting

Gambar 4.6 Pylox

Gambar 4.7 Helm Pelindung

Gambar 4.8 Formulir dan Alat Tulis

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Waktu Kegiatan Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kesalahan Garis Bidik (KGB)

Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran FPMIPA UPI

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Survei dan Pemetaan adalah ilmu, seni dan teknologi untuk
menyajikan informasi bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur
buatan manusia pada bidang yang dianggap datar. Ilmu ukur tanah sering
disebut plan surveying. Ilmu ukur tanah bagian dari geodesi (geodetic
surveying). Ilmu geodesi mempunyai dua maksud:
1. Maksud ilmiah, yaitu yang mempelajari bentuk dan besar bulatan bumi.
2. Maksud praktis, yaitu ilmu yang mempelajari penggambaran permukaan
bumi yang dinamakan peta (gambar).
Salah satu bagian dari Ilmu Ukur Tanah adalah Pengukuran Kerangka
Dasar Vertikal, yakni teknik dan cara pengukuran kumpulan titik yang telah
diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap
bidang rujukan ketinggian tertentu. Pengukuran kerangka dasar vertikal ini
dapat dimanfaatkan bagi analisis vertikal bidang teknik sipil dan perencanaan.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan Latar Belakang diatas, penulis menentukan beberapa
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pemahaman mengenai Teori Kerangka Dasar Vertikal.
2. Kurangnya pemahaman mengenai Praktik Kerangka Dasar Vertikal
3. Kurangnya pemahaman mengenai Peralatan yang dibutuhkan untuk
pengukuran Kerangka Dasar Vertikal.
4. Kurangnya pemahaman mengenai pengolahan data hasil pengamatan
Kerangka Dasar Vertial Metode Sipat Datar yang benar.

1.3 Batasan Masalah


Dari identifikasi masalah di atas, penulis mengambil batasan-batasan
masalah pada laporan ini, di antaranya:
1. Membahas mengenai Teori Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar

1
2

2. Membahas mengenai Proses Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode


Sipat Datar.
3. Membahas mengenai Peralatan yang dibutuhkan untuk pengukuran
Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar.

1.4 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar?
2. Apa tujuan pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar?
3. Bagaimana metode pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat
Datar?
4. Apa saja instrumen dalam pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode
Sipat Datar?
5. Apa saja macam-macam alat untuk Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat
Datar?

1.5 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah dalam pembahasan dan ukuran lebih terperinci
maka laporan ini tersusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
BAB IV PELAKSANAAN PRAKTIKUM
BAB V PENGOLAHAN DATA
BAB VI PENUTUP
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengukuran Sipat Datar


Kerangka Dasar Vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran
kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya
berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang
rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka air laut rata-rata (Mean Sea
Level-MSL) atau ditentukan lokal.
Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua
titik. Bila tinggi h diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A
diketahui sama dengan Ha dan titik B letak lebih tinggi daripada titik A, maka
tinggi titik B, Hb = Ha + h. Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A
dan titik B adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B.
Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara
titik-titik A dan B kecil, maka kedua bidang nivo yang melalui titik-titik A dan
B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar

2.2 Tujuan Pengukuran Sipat Datar


Pengukuran sipat datar KDV adalah untuk memperoleh informasi
tinggi yang relatif akurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi
tinggi pada daerah yang tercakup layak untuk diolah sebagai informasi yang
lebih kompleks.

2.3 Metode Pengukuran Sipat Datar


Pengukuran Sipat Datar KDV adalah pembuatan serangkaian titik-titik
dilapangan yang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk
pengikatan ketinggian titik-titik lain yang lebih detail dan banyak.
Syarat-syarat alat sipat datar adalah:
1. Syarat utama: garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo,
2. Syarat kedua: garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu,

3
4

3. Syarat ketiga: garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu
kesatu.
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka
syarat-syarat diatas harus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat
ukur penyipat datar harus diatur terlebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut
dapat terpenuhi. Pengukuran dengan cara menyipat datar adalah dengan
memahami bahwa beda tinggi dua titik adalah jarak antara kedua bidang nivo
yang melalui titik–titik itu. Selanjutnya bidang nivo dianggap mendatar untuk
jarak–jarak yang kecil antara titik–titik itu. Apabila demikian, beda tinggi h
dapat ditentukan dengan menggunakan garis mendatar yang sembarang dan
dua rambu ukur yang dipasang di atas kedua titik A dan B.

2.4 Instrumen-Instrumen Sipat Datar


1. Sipat datar langsung
a. Sipat datar spirit
b. Sipat datar barometer
2. Sipat datar tak langsung
a. Sipat datar trigonometri
b. Sipat datar memotong sungai
c. Sipat datar triangulasi udara
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyetelan instrument sipat
datar adalah:
a. Penempatan nivo harus tegak lurus dengan sumbu garis vertikal.
b. Penempatan nivo harus sejajar dengan garis holimasi.
c. Penyetelan garis horizontal benang silang instrumen sipat datar.

2.5 Macam-Macam Alat Sipat Datar


Berdasarkan konstruksinya alat sipat datar atau waterpass dapat
dibedakan kedalam tipe-tipe berikut:
a. Tipe Kekar (Dumpy Level)
Pada tipe ini sumbu tegak menjadi satu dengan teropong. Semua
bagian pada alat sipat datar tipe kekar ini adalah tetap. Nivo tabung berada
5

di atas teropong, teropong hanya dapat digeser dengan sumbu kesatu


sebagai sumbu putar.
1. 7.
2. 8.
3. 9.
4. head)
diafragma 10.
5. 11.
6.

3
6

Gambar 2.1 Dumpy level


b. Tipe Reversi (Reversible Level)
Pada tipe ini teropongnya dapat diputar pada sumbu mekanis dan
disangga oleh bagian tengah yang mempunyai sumbu tegak. Di samping
itu teropong dapat diungkit dengan skrup (no. 13) sehingga garis bidik
dapat mengarah ke atas, ke bawah, maupun mendatar. Sumbu mekanis,
disamping sebagai sumbu putar teropong merupakan garis penolong untuk
membuat garis bidik sejajar dengan dua garis jurusan nivo reversi.

Gambar 2.2 Reversible level


1. Teropong 9. Kiap
2. Nivo reversi 10. Sumbu kesatu (sumbu tegak)
3. Pengatur nivo 11. Tombol Fokus
4. Pengatur diafragma 12. Pegas
5. Skrup pengunci horizontal 13. Skrup pengungkit teropong
6. Skrup kiap 14. Skrup pemutar teropong
7. Tribrach 15. Sumbu mekanis
8. Trivet
c. Tipe Jungkit (Tilting Level)
Pada tipe ini sumbu tegak dan teropong dihubungkan dengan
engsel dan skrup pengungkit atau dapat diungkit dengan skrup pengungkit.
1. Teropong 7. Tribrach
2. Nivo tabung 8. Trivet
3. Pengatur 9. Kiap
nivo 10. Sumbu ke-1
4. Pengatur 11. Tombol
diafragma fokus
5. Pengunci 12. Pegas
horizontal 13. Pengungkit
6. Skrup kiap teropong

3
Gambar 2.3 Tilting level
d. Tipe Otomatis (Automatic Level)
Tipe ini sama dengan tipe kekar hanya di dalam teropongnya
terdapat alat yang disebut komposator untuk membuat agar garis bidik
mendatar. Berbeda dengan 3 tipe sebelumnya, pada tipe otomatik ini tidak
terdapat nivo tabung untuk mendatarkan garis bidik sebagai penggantinya
di dalam teropong dipasang alat yang dinamakan kompensator. Tipe
otomatik mempunyai kekurangan yaitu mudah dipengaruhi getaran, karena
sebagai kompensatornya dipergunakan sistem pendulum.
Tipe otomatik terdriri dari:
SHAPE \* MERGEFORMAT

Gambar 2.4 Automatic level

3
1. Teropong
2. Kompensato
r
3. Pengatur
diafragma
4. Pengunci
horizontal
5. Skrup kiap
6. Tribrach
7. Trivet
8. Kiap
9. Tombol
Fokus

3
2.6 Kesalahan Pada Pengukuran Sipat Datar
Dalam pengukuran kerangka dasar vertikal metode sipat datar
mungkin saja terdapat kesalahan, antara lain:
1. Sistematis
 Dieliminasi dengan pengukuran KGB
 Jumlah slag harus berjumlah genap
 Jarak rambu belakang dan rambu muka dibuat hampir sama (db ≈ dm)
 Bacaan rambu harus 0,3 m < BA, BT, dan BB < 2,7 m
2. Blunder. Untuk meminimalisasi kesalahan ini, maka pengukuran harus
diulang
3. Acak. Untuk meminimalisasi kesalahan ini, maka eliminasi dengan cara
hitung perataan dan statistik.

25
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Lokasi Kegiatan


Pengukuran sipat datar dilakukan di Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
U

Gambar 3.1 Lokasi Pengukuran di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Pendidikan Indonesia

3.2 Waktu Kegiatan


Tabel 3.1 Jadwal Waktu Kegiatan Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
No. Hari Tanggal Kegiatan Waktu Lokasi
1. Selasa 11 Februari Mendapatkan 13.00 Lab. Survei
2020 Materi mengenai WIB – dan Pemetaan
pengukuran KDV Selesai FPTK UPI
Metode Sipat
Datar
2. Selasa 11 Februari Melakukan 14.30 Di sekitar
2020 pengukuran sipat WIB – Gedung
datar dan Selesai FPMIPA UPI
perhitungan
KGB di Gedung
FPMIPA UPI
3. Jumat 14 Februari Melakukan 10.00 Di sekitar
2020 pengukuran sipat WIB – Gedung
datar dan 11.30 FPMIPA UPI
perhitungan WIB
KGB di Gedung
FPMIPA UPI
4. Selasa 18 Februari Melakukan 14.30 Di sekitar
2020 pengukuran sipat WIB - Gedung
datar dan Selesai FPMIPA UPI
perhitungan
KGB di Gedung
FPMIPA UPI
5. Jumat 21 Februari Pengolahan data 13.00 FPTK UPI
2020 hasil pembacaan WIB -
Selesai

3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam tugas ini adalah Metode Purposive
Sampling, dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara
menentapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga
diharapkan akan dapat menjawab permasalahan pada makalah ini.

3.4 Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh


Populasi pada kegiatan ini adalah buku paket Teknik Survey dan
Pemetaan Jilid I. Penulis Dr. Ir. H Iskandar Muda Prwaamijaya . M.T.
Teknik Sampling pada laporan kegiatan ini adalah Teknik Purposif dan
Deskriptif. Teknik Purposif Sampling adalah salah satu teknik sampling non-
random sampling dimana peneliti atau penulis menetukan pengambilan
sample dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan
peneliti sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan.

3.5 Data Primer dan Data Sekunder


Data Primer yang digunakan bersumber dari buku Teknik Survey dan
Pemetaan pada BAB 3 yang berjudul Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal.
Sedangkan data sekunder yang digunakan untuk mendukung data primer
bersumber dari Jurnal dan Artikel di Internet.

3.6 Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam laporan ini adalah instrumen
dokumen resmi karena instrumen dokumen resmi adalah isntrumen yang
dikeluarkan oleh suatu lembaga secara resmi misalnya informasi penting, nilai
rapot, arsip sejarah, dan buku.

3.7 Teknik Analisis


Teknik analisis yang digunakan dalam makalah ini adalah teknik
analisis deskriptif karena dibaca dari sumber buku Teknik Survei dan
Pemetaan pada Bab 3 yang membahas Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal.

3.8 Kerangka Berpikir

3.9 Diagram Alir


BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

4.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran
alat sipat datar adalah sebagai berikut:
a. Waterpass

Gambar 4.1 Waterpass

b. Statif

Gambar 4.2 Statif


c. Rambu Ukur

Gambar 4.3 Rambu Ukur


d. Payung

Gambar 4.4 Payung


e. Unting – unting

Gambar 4.5 Unting-unting


f. Pylox

Gambar 4.6 Pylox


g. Helm pelindung

Gambar 4.7 Helm Pelindung


h. Formulir dan Alat Tulis

` Gambar 4.8 Formulir dan Alat Tulis

4.2 Prosedur Pengukuran


Adapun prosedur pengukuran dengan menggunakan alat sipat datar
atau waterpass adalah sebagai berikut:
a. Para surveyor harus mengenakan kostum untuk survei lapangan,
b. Ketua tim mencatat semua peralatan yang dibutuhkan pada formulir
peminjaman alat,
c. Para anggota tim mengisi kehadiran praktikum,
d. Ketua tim menyerahkan formulir peminjaman alat kepada laboran,
e. Ketua tim memeriksa kelengkapan alat dan mencatat nomor serinya,
f. Para anggota tim membawa peralatan ke lapangan,
g. Mempersiapkan pengukuran kesalahan garis bidik (cukup disekitar lab),
h. Dirikan statif pada posisi stand satu dan pasang alat di atas stand tersebut,
i. Mengetengahkan gelembung nivo dengan prinsip dua putaran sekrup kaki
kiap keluar atau kedalam saja dan satu sekrup ke kanan dan ke kiri,
j. Memasang unting-unting dan dua rambu ukur di arah belakang dan muka,
k. Menghimpitkan gelembung nivo tabung,
l. Membidik rambu ukur belakang dan visir,
m. Memperjelas benang diafragma sekrup pada teropong,
n. Memperjelas objek rambu ukur dengan memutar skrup fokus di atas
teropong,
o. Menggerak-gerakan skrup gerakan halus horizontal sehingga benang
vertikal diafragma berhimpit dengan bagian tengah rambu,
p. Lakukan pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT), dan benang
bawah (BB).
q. Periksa syarat bacaan rambu ukur |[(BA+BB)/2] - BT| ≤ 0,001 m, jika
sesuai teruskan dengan langkah-lamgkah berikutnya, jika tidak sesuai
ulangi pembacaan,
r. Hitung jarak optis dari alat ke rambu ( BA - BB ) x100 ,
s. Lakukan hal yang sama untuk rambu belakang,
t. Hitung kesalahan garis bidik (Kgb),
u. Bawa semua peralatan ke titik awal pengukuran pertama (patok pertama),
v. Berdasarkan batas pengukuran dari peta wilayah studi, tentukan lokasi
patok-patok pada jalur ukuran,
w. Anggota regu melakukan pematokan di jalur pengukuran dengan patok
yang telah tersedia (buat slagnya genap),
x. Dirikan alat pada slag pertama, lakukan pembacaan benang atas (BA),
benang bawah (BB), dan benang tengah (BT) ke rambu belakang dan
rambu muka,
y. Mengukur jarak belakang (db) dan jarak muka (dm) (jarak mendatar)
menggunakan pita ukur,
z. Memindahkan alat ke slag dua, lakukan hal yang sama seperti pada slag-
slag selanjutnya.

4.3 Prosedur Pengolahan Data


1. Adapun pengolahan data dalam pengukuran sipat datar KDV adalah
sebagai berikut: Menyiapkan tabel pengolahan data sipat datar kerangka
dasar vertikal
2. Masukan nilai Kesalahan Garis Bidik (KGB) pada tabel
3. Masukan nilai BA, BT, BB, Jarak Belakang dan Jarak Muka ke dalam
tabel
4. Hitung Benang Tengah Koreksi (BT-k) disetiap slag dengan rumus :
BTbk = BTb – (KGB x db)
BTmk = BTm – (KGB x dm)
5. Hitung beda tinggi disetiap slag dari bacaan benang tengah koreksi
belakang dan muka dengan rumus :
∆H = BTbk – BTmk
6. Hitung nilai kesalahan beda tinggi dengan menjumlahkan semua beda
tinggi disetiap slag.
∑∆H = ∆H1 + ∆H2 +…+∆Hn
7. Hitung jarak disetiap slag dengan menjumlahkan jarak belakang dan muka
d = db + dm
8. Hitung total jarak jalur pengukuran dengan menjumlahkan jarak semua
slag.
∑d = d1 + d2 + … + dn
9. Hitung Bobot koreksi disetiap slag dengan membagi jarak slag dengan
total jarak pengukuran
Bobot = ∑d
∑(∑d)
10. Mengkontrol hasil bobot. (∑ Bobot = 1)
11. Hitung beda tinggi koreksi dengan rumus :
∆Hk = ∆H – (∑∆H x Bobot)
12. Mengkontrol jumlah beda tinggi koreksi. (∑∆Hk = 0)
13. Hitung tinggi titik- titik pengukuran dengan cara menjumlahkan tinggi
titik sebelumya dengan beda tinggi koreksi
Ti = Tinggi Awal
T1 = Ti + ∆Hk1
14. Memastikan bahwa tinggi titik awal kembali ke tinggi titik akhir.
Ti = Ti’
15. Hitung kemiringan dengan rumus :
Kemiringan = (∆Hk/∑d) x 100%
4.4 Prosedur Penggambaran
4.4.1 Gambar Manual
1. Siapkan kertas millimeter block ukuran A3 (42 cm x 29,7 cm) dan
alat tulis seperti pulpen, pensil, penggaris, penghapus dan buat
margin dalam dan luar serta etiket (mencakup legenda).
2. Hitung jarak total dan selisih beda tinggi terbesar
3. Tentukan sumbu x dan y
4. Tentukan skala vertikal dan skala horizontal. Prinsip skala vertikal
berbeda dengan skala horizontal (skala horizontal kurang dari skala
vertikal).
5. Setelah skala dibentuk, tentukan tinggi titik awal yang terdapat
pada data pengukuran
6. Lalu, buatlah tinggi titik kedua dengan jarak yang telah ditentukan
7. Lakukan langkah ke 5 sampai slag terakhir. Kemudian buat
permukaan tanah dengan mengarsir arsiran ke kanan
8. Setelah gambar sudah membentuk seperti grafik, lengkapilah
gambar dengan menggambar rambu ukur, waterpass, dan
tambahkan keterangan jarak, tinggi titik dan kemiringan.

4.4.2 Gambar Digital


1. Siapkan komputer atau laptop, kemudian buka software Autodesk
Map.
2. Setelah Autodesk Map dibuka, aturlah satuan pada Autodesk Map
dengan perintah Units -> Enter. (Disarankan untuk menggunakan
satuan cm)
3. Buatlah garis pinggir dengan perintah REC -> Enter
4. Kemudian masukan ukuran kertas A3 ( 42 cm x 29,7 cm)
5. Setelah garis pinggir terbentuk, hitunglah jarak total dan selisih
beda tinggi terbesar.
6. Tentukan skala vertikal dan skala horizontal. Prinsip skala vertikal
berbeda dengan skala horizontal (Skala horizontal kurang dari
skala vertikal)
7. Tentukan sumbu x dan y
8. Tentukan tinggi titik awal yang terdapat pada data pengukuran
9. Lalu, buatlah tinggi titik kedua dengan jarak yang telah ditentukan.
10. Lakukan langkah ke 8 sampai slag terakhir. Kemudian tarik garis
sesuai dengan titik tersebut sampai akhir hingga membentuk
seperti grafik.
11. Untuk membuat permukaan tanah, command “Offset” pada garis
grafik tersebut, tentukan jaraknya, dan tarik ke bawah. Kemudian
command “Hatch” dan pilih simbol arsiran tanah.
12. Lengkapilah gambar dengan menggambar rambu ukur, waterpass,
statif, unting-unting dan tambahkan keterangan jarak, tinggi titik
dan kemiringan serta buat skala grafis.
13. Buat etiket (mencakup legenda).
14. Save, plot, dan print.

4.5 Pelaksanaan Praktikum


Setelah mendapat pengarahan dan pengenalan alat tentang sipat datar,
maka saya bersama rekan dari kelompok 4 melaksankan praktikum
pengukuran sipat datar di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UPI.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan:
a. Membaca panduan dan prosedur pelaksanaan praktikum.
b. Meminjam alat sipat datar dan alat-alat lain yang diperlukan dalam
kegiatan praktikum pengukuran sipat datar.
c. Setelah ke lapangan buat sketsa untuk memberikan tanda buat
penyimpanan rambu ataupun alat sipat datar.
d. Dalam membuat sketsa pertimbangan jumlah slag jarak slag sesuai dengan
kontur yang ada di lapangan.
e. Jumlah slag yang di buat 16 slag, kemudian diberi tanda dengan cat.
f. Setelah di bidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang
telah disediakan.
g. Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data secara manual
dan membandingkannya dengan pengolahan data di komputer dengan
program excel dan menampilkan gambar profil melintang dengan
Autodesk Map.

4.6 Data Hasil Pengukuran di Lapangan


Tempat : Sekitar gedung Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia
Tipe Alat : Waterpass
Jumlah Slag : 20 slag

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kesalahan Garis Bidik (KGB)

Bacaan Belakang Syarat


Titik d optis
db Bab BTb BBb rambu ukur
1 4,9 1,393 1,368 1,344 0,0005 4,9
2 7,5 1,385 1,348 1,310 - 0,0005 7,5
Bacaan Muka Syarat
Titik d optis
Dm Bam BTm BBm rambu ukur
1 9,9 1,409 1,360 1,310 - 0,0005 9,9
2 5,3 1,358 1,332 1,305 - 0,0005 5,3
KGB -0,00071

Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran FPMIPA UPI


N BA BT BB Syarat dm db
TITIK STAND RAMBU
O (meter) (meter) (meter) Bacaan (meter) (meter)
Muka 0.942 0.869 0.795 -0.0005
1 A-B 1 14.7 14.8
Belakang 1.354 1.280 1.206 0
Muka 1.467 1.394 1.320 -0.0005
2 B-C 2 14.7 14.7
Belakang 1.261 1.188 1.114 -0.0005
Muka 1.354 1.280 1.207 0.0005
3 C-D 3 14.7 14.7
Belakang 1.404 1.331 1.257 -0.0005
Muka 1.475 1.431 1.388 0.0005
4 D-E 4 8.7 8.5
Belakang 1.127 1.084 1.042 0.0005
Muka 0.776 0.732 0.689 0.0005
5 E-F 5 8.7 8.7
Belakang 2.070 2.027 1.983 -0.0005
Muka 0.531 0.466 0.401 0
6 F-G 6 13 13
Belakang 1.901 1.837 1.771 -0.001
Muka 0.669 0.599 0.528 -0.0005
7 G-H 7 14.1 14
Belakang 2.145 2.074 2.005 0.001
Muka 0.930 0.865 0.800 0
8 H-I 8 13 13
Belakang 1.590 1.524 1.460 0.001
Muka 1.315 1.286 1.258 0.0005
9 I-J 9 5.7 5.7
Belakang 1.347 1.318 1.290 0.0005
Muka 1.299 1.226 1.154 0.0005
10 J-K 10 14.5 14.9
Belakang 1.276 1.201 1.127 0.0005
Muka 1.328 1.253 1.178 0
11 K-L 11 15 15
Belakang 1.315 1.228 1.143 0.001
Muka 1.360 1.285 1.210 0
12 L-M 12 15 15
Belakang 1.330 1.255 1.180 0
Muka 1.409 1.374 1.339 0
13 M-N 13 7 7
Belakang 1.183 1.148 1.113 0
Muka 1.583 1.508 1.433 0
14 N-O 14 15 15
Belakang 1.072 0.998 0.922 -0.001
15 O-P 15 Muka 1.407 1.337 1.267 0 14 14
Belakang 1.084 1.014 0.944 0
Muka 1.489 1.477 1.466 0.0005
16 P-Q 16 5 5
Belakang 0.968 0.942 0.918 0.001
Muka 2.008 1.971 1.935 0.0005
17 Q-R 17 7.3 7.5
Belakang 0.597 0.559 0.522 0.0005
Muka 1.956 1.921 1.886 0
18 R-S 18 7 7
Belakang 0.617 0.582 0.547 0
Muka 1.554 1.541 1.529 0.0005
19 S-T 19 2.5 2.5
Belakang 1.119 1.107 1.094 -0.0005
Muka 1.550 1.536 1.523 0.0005
20 T-U 20 2.7 2.6
Belakang 1.123 1.11 1.097 0

4.7 Analisa Data Hasil Pengukuran


 Rumus Yang Digunakan
1. BTbk : BTb-(kgb.db) 6. ∆Hk : ∆H-(
2. BTmk : BTm-(kgb.dm)
7. Ti : T + ∆Hk
3. ∆H : BTbk-BTmk
4. ∑d : db + dm 8. Kemiringan : x 100%

5. Bobot :
: x 10

 Mencari BTmk dan BTbk


Rumus :
BTmk : BTm-(kgb.dm)
BTbk : BTb-(kgb.db) kgb = -0,00071
1. BTbk = 1.280 -( -0.00071 x 14.8 )= 1.290

2. BTbk = 1.188 -( -0.00071 x 14.7 )= 1.198

3. BTbk = 1.331 -( -0.00071 x 14.7 )= 1.341

4. BTbk = 1.084 -( -0.00071 x 8.5 )= 1.090

5. BTbk = 2.027 -( -0.00071 x 8.7 )= 2.033

6. BTbk = 1.837 -( -0.00071 x 13 )= 1.846

7. BTbk = 2.074 -( -0.00071 x 14 )= 2.084

8. BTbk = 1.524 -( -0.00071 x 13 )= 1.533

9. BTbk = 1.318 -( -0.00071 x 5.7 )= 1.322

10. BTbk = 1.201 -( -0.00071 x 14.9 )= 1.212

11. BTbk = 1.228 -( -0.00071 x 15 )= 1.239

12. BTbk = 1.255 -( -0.00071 x 15 )= 1.266

13. BTbk = 1.148 -( -0.00071 x 7 )= 1.153

14. BTbk = 0.998 -( -0.00071 x 15 )= 1.009

15. BTbk = 1.014 -( -0.00071 x 14 )= 1.024

16. BTbk = 0.942 -( -0.00071 x 5 )= 0.946

17. BTbk = 0.559 -( -0.00071 x 7.5 )= 0.564

18. BTbk = 0.582 -( -0.00071 x 7 )= 0.587

19. BTbk = 1.107 -( -0.00071 x 2.5 )= 1.109

20. BTbk = 1.110 -( -0.00071 x 2.6 )= 1.112

- )
1. BTmk = 0.869 -0.00071 x 14.7 0.879
( =
- )
2. BTmk = 1.394 -0.00071 x 14.7 1.404
( =
- )
3. BTmk = 1.280 -0.00071 x 14.7 1.290
( =
- )
4. BTmk = 1.431 -0.00071 x 8.7 1.437
( =
- )
5. BTmk = 0.732 -0.00071 x 8.7 0.738
( =
- )
6. BTmk = 0.466 -0.00071 x 13 0.475
( =
- )
7. BTmk = 0.599 -0.00071 x 14.1 0.609
( =
- )
8. BTmk = 0.865 -0.00071 x 13 0.874
( =
- )
9. BTmk = 1.286 -0.00071 x 5.7 1.290
( =
- )
10. BTmk = 1.226 -0.00071 x 14.5 1.236
( =
- )
11. BTmk = 1.253 -0.00071 x 15 1.264
( =
- )
12. BTmk = 1.285 -0.00071 x 15 1.296
( =
- )
13. BTmk = 1.374 -0.00071 x 7 1.379
( =
- )
14. BTmk = 1.508 -0.00071 x 15 1.519
( =
- )
15. BTmk = 1.337 -0.00071 x 14 1.347
( =
- )
16. BTmk = 1.477 -0.00071 x 5 1.481
( =
- )
17. BTmk = 1.971 -0.00071 x 7.3 1.976
( =
- )
18. BTmk = 1.921 -0.00071 x 7 1.926
( =
- )
19. BTmk = 1.541 -0.00071 x 2.5 1.543
( =
- )
20. BTmk = 1.536 -0.00071 x 2.7 1.538
( =

 Mencari ∆H dan ∑d
Rumus :
∆H : BTbk-BTmk
∑d : db + dm
1. ∆H = 1.290 - 0.879 = 0.411

2. ∆H = 1.198 - 1.404 = -0.206

3. ∆H = 1.341 - 1.290 = 0.051

4. ∆H = 1.090 - 1.437 = -0.347

5. ∆H = 2.033 - 0.738 = 1.295

6. ∆H = 1.846 - 0.475 = 1.371

7. ∆H = 2.084 - 0.609 = 1.475

8. ∆H = 1.533 - 0.874 = 0.659

9. ∆H = 1.322 - 1.290 = 0.032

10. ∆H = 1.212 - 1.236 = -0.025

11. ∆H = 1.239 - 1.264 = -0.025

12. ∆H = 1.266 - 1.296 = -0.030

13. ∆H = 1.153 - 1.379 = -0.226

14. ∆H = 1.009 - 1.519 = -0.510

15. ∆H = 1.024 - 1.347 = -0.323

16. ∆H = 0.946 - 1.481 = -0.535

17. ∆H = 0.564 - 1.976 = -1.412

18. ∆H = 0.587 - 1.926 = -1.339

19. ∆H = 1.109 - 1.543 = -0.434

20. ∆H = 1.112 - 1.538 = -0.426


+
∑∆H = -0.544

1. ∑d = 14.8 + 14.7 = 29.5

2. ∑d = 14.7 + 14.7 = 29.4


29.4
3. ∑d = 14.7 + 14.7 =
4. ∑d = 8.5 + 8.7 = 17.2

5. ∑d = 8.7 + 8.7 = 17.4

6. ∑d = 13 + 13 = 26.0

7. ∑d = 14 + 14.1 = 28.1

8. ∑d = 13 + 13 = 26.0

9. ∑d = 5.7 + 5.7 = 11.4

10. ∑d = 14.9 + 14.5 = 29.4

11. ∑d = 15 + 15 = 30.0

12. ∑d = 15 + 15 = 30.0

13. ∑d = 7 + 7 = 14.0

14. ∑d = 15 + 15 = 30.0

15. ∑d = 14 + 14 = 28.0

16. ∑d = 5 + 5 = 10.0

17. ∑d = 7.5 + 7.3 = 14.8

18. ∑d = 7 + 7 = 14.0

19. ∑d = 2.5 + 2.5 = 5.0

20. ∑d = 2.6 + 2.7 = 5.3


+
∑d = 424.9

 Mencari Bobot
Rumus :

Bobot = , dik ∑(∑d) = 331,84 m

1. Bobot = 29.5 / 424.9 = 0.069


29.4 0.069
2. Bobot = / 424.9 =
3. Bobot = 29.4 / 424.9 = 0.069

4. Bobot = 17.2 / 424.9 = 0.040

5. Bobot = 17.4 / 424.9 = 0.041

6. Bobot = 26.0 / 424.9 = 0.061

7. Bobot = 28.1 / 424.9 = 0.066

8. Bobot = 26.0 / 424.9 = 0.061

9. Bobot = 11.4 / 424.9 = 0.027

10. Bobot = 29.4 / 424.9 = 0.069

11. Bobot = 30.0 / 424.9 = 0.071

12. Bobot = 30.0 / 424.9 = 0.071

13. Bobot = 14.0 / 424.9 = 0.033

14. Bobot = 30.0 / 424.9 = 0.071

15. Bobot = 28.0 / 424.9 = 0.066

16. Bobot = 10.0 / 424.9 = 0.024

17. Bobot = 14.8 / 424.9 = 0.035

18. Bobot = 14.0 / 424.9 = 0.033

19. Bobot = 5.0 / 424.9 = 0.012

20. Bobot = 5.3 / 424.9 = 0.012


+
Titik Kontrol = ∑Bobot = 1.000

 Mencari ∆Hk
Rumus :
∆Hk : ∆H – (∑∆H.bobot)
1. ∆Hk 0.411 - -0.544 x 0.069 ) 0.4488
= ( =
∆Hk - )
2. -0.206 -0.544 x 0.069 -0.1684
= ( =
∆Hk - )
3. 0.051 -0.544 x 0.069 0.0886
= ( =
∆Hk - )
4. -0.347 -0.544 x 0.040 -0.3251
= ( =
∆Hk - )
5. 1.295 -0.544 x 0.041 1.3173
= ( =
∆Hk - )
6. 1.371 -0.544 x 0.061 1.4043
= ( =
∆Hk - )
7. 1.475 -0.544 x 0.066 1.5109
= ( =
∆Hk - )
8. 0.659 -0.544 x 0.061 0.6923
= ( =
∆Hk - )
9. 0.032 -0.544 x 0.027 0.0466
= ( =
∆Hk - )
10. -0.025 -0.544 x 0.069 0.0129
= ( =
∆Hk - )
11. -0.025 -0.544 x 0.071 0.0134
= ( =
∆Hk - )
12. -0.030 -0.544 x 0.071 0.0084
= ( =
∆Hk - )
13. -0.226 -0.544 x 0.033 -0.2081
= ( =
∆Hk - )
14. -0.510 -0.544 x 0.071 -0.4716
= ( =
∆Hk - )
15. -0.323 -0.544 x 0.066 -0.2872
= ( =
∆Hk - )
16. -0.535 -0.544 x 0.024 -0.5222
= ( =
∆Hk - )
17. -1.412 -0.544 x 0.035 -1.3929
= ( =
∆Hk - )
18. -1.339 -0.544 x 0.033 -1.3211
= ( =
∆Hk - )
19. -0.434 -0.544 x 0.012 -0.4276
= ( =
∆Hk - )
20. -0.426 -0.544 x 0.012 -0.4193
= ( = +
Titik Kontrol = ∑∆Hk = 0.000

 Mencari Ti
Rumus :
Ti = Tawal + ∆Hk
Dik: Tawal = 916,000 m
1. T1 = Tawal = 917.0000

2. T2 = 917.0000 + 0.4488 = 917.4488

3. T3 = 917.4488 + -0.1684 = 917.2805

4. T4 = 917.2805 + 0.0886 = 917.3691

5. T5 = 917.3691 + -0.3251 = 917.0439

6. T6 = 917.0439 + 1.3173 = 918.3612

7. T7 = 918.3612 + 1.4043 = 919.7655

8. T8 = 919.7655 + 1.5109 = 921.2764

9. T9 = 921.2764 + 0.6923 = 921.9687

10. T10 = 921.9687 + 0.0466 = 922.0152

11. T11 = 922.0152 + 0.0129 = 922.0282

12. T12 = 922.0282 + 0.0134 = 922.0416

13. T13 = 922.0416 + 0.0084 = 922.0499

14. T14 = 922.0499 + -0.2081 = 921.8419

15. T15 = 921.8419 + -0.4716 = 921.3703

16. T16 = 921.3703 + -0.2872 = 921.0831

17. T17 = 921.0831 + -0.5222 = 920.5609

18. T18 = 920.5609 + -1.3929 = 919.1680

19. T19 = 919.1680 + -1.3211 = 917.8469


=
20. T20 917.8469 + -0.4276 = 917.4193

T1' = 917.4193 + -0.4193 = 917.0000


 Mencari Kemiringan/Slope
Rumus :
Kemiringan = ( ∆HK / ∑d ) x 100 %

1. Kemiringan =( 0.449 / 29.5 ) x 100% = 0.015

2. Kemiringan =( -0.168 / 29.4 ) x 100% = -0.006

3. Kemiringan =( 0.089 / 29.4 ) x 100% = 0.003

4. Kemiringan =( -0.325 / 17.2 ) x 100% = -0.019

5. Kemiringan =( 1.317 / 17.4 ) x 100% = 0.076

6. Kemiringan =( 1.404 / 26.0 ) x 100% = 0.054

7. Kemiringan =( 1.511 / 28.1 ) x 100% = 0.054

8. Kemiringan =( 0.692 / 26.0 ) x 100% = 0.027

9. Kemiringan =( 0.047 / 11.4 ) x 100% = 0.004

10. Kemiringan =( 0.013 / 29.4 ) x 100% = 0.000

11. Kemiringan =( 0.013 / 30.0 ) x 100% = 0.000

12. Kemiringan =( 0.008 / 30.0 ) x 100% = 0.000

13. Kemiringan =( -0.208 / 14.0 ) x 100% = -0.015

14. Kemiringan =( -0.472 / 30.0 ) x 100% = -0.016

15. Kemiringan =( -0.287 / 28.0 ) x 100% = -0.010

16. Kemiringan =( -0.522 / 10.0 ) x 100% = -0.052

17. Kemiringan =( -1.393 / 14.8 ) x 100% = -0.094

18. Kemiringan =( -1.321 / 14.0 ) x 100% = -0.094

19. Kemiringan =( -0.428 / 5.0 ) x 100% = -0.086

20. Kemiringan =( -0.419 / 5.3 ) x 100% = -0.079


BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah
diketahui atau ditentukan posisis vertikalnya berupa ketinggian suatu bidang
ketinggian tertentu. Bidang ketinggian ini dapat berupa ketingian muka air
laut rata-rata atau ditentukan lokal. Umumnya, titik kerangka dasar vertical
dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar vertikal.
Berdasarkan hasil laporan di atas penulisa dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Penulis melakukan pengukuran di sekitar Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia dengan
menggunakan 20 slag
b. Diketahui tinggi titik awal adalah 917,000 m
c. Besar nilai KGB yang digunakan didapat dari pengukuran sebelumnya
adalah -0,00071
d. Total jarak pengukuraan adalah 424,9 m
e. Nilai kesalahan acak (∑∆H) yang didapat adalah -0,544

5.2 Implikasi
Hasil dari makalah ini digunakan sebagai bahan literasi bagi
mahasiswa yang belajar tentang pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)
dalam survey dan pemetaan. Dengan selesainya makalah ini diharapakan
dapat menambah pemahaman sekaligus pengetahuan tentang Kerangka Dasar
Vertikal (KDV).

5.3 Rekomendasi
Hasil laporan ini disususun pada kesimpulan laporan yang telah
dikemukakan sebelumnya. Penulis mengajukan saran yang sekiranya dapat
dipertimbangkan untuk dijadikan bahan masukan bagi pihak yang
bersangkutan, yaitu:
a. Saat mengambil alat sesuaikan kebutuhan alat dengan mencocokan kondisi
waterpass
b. Pastikan alat yang akan digunakan layak pakai
c. Ikuti peraturan dan langkahnya dengan benar
d. Lakukan pengukuran dengan teliti
DAFTAR PUSTAKA

Purwaamijaya, Iskandar Muda. (2019). Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah.


Bandung: Laboratorium Survei dan Pemetaan DPTS FPTK UPI.
Purwaamijaya, Iskandar Muda. (2008). Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1.
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK.
LAMPIRAN

Waterpass Pita Ukur Statif Rambu Ukur

Unting-Unting dan Benang Pylox Payung

Formulir dan Alat Ukur Helm Proyek

Pembacaan BA, BT, BB

Anda mungkin juga menyukai