diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah
yang diampu oleh Dr. Ir. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T.
Disusun oleh:
Winda Nurazizah 1802314
Yazid Taufiqussumayah 1804165
Dilivio Raymans Ramadhan 1804463
Salwa Saraswati 1806620
M. Ilham Abdur Rahman 1807337
Anderega
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas izin-Nya
penulis telah menyelesaikan penulisan laporan yang berjudul “Pengukuran
Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam”. Sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw. beserta keluarga, para sahabat,
dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Dalam penulisan laporan ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis berterimakasih kepada
1. Dr. Ir. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T.; selaku Dosen Praktik Ilmu
Ukur Tanah UPI.
2. Irma, S.Pd.; selaku Asisten Dosen Praktik Ilmu Ukur Tanah UPI.
3. Parmono, S.Pd., M.T.; selaku Asisten Dosen Praktik Ilmu Ukur Tanah UPI.
4. Rekan-rekan yang sudah memberikan segala masukannya terhadap
penyusunan laporan ini.
Tidaklah mustahil apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan, baik dari segi bahasa, tulisan, maupun materi laporan ini.
Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
memperbaiki penulisan laporan penulis di masa mendatang.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, atas segala kekurangannya
penulis mohon maaf. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya, dan khususnya bagi para adik tingkat untuk dijadikan sebagai acuan
dalam penulisan laporan serupa.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Survei dan Pemetaan adalah ilmu, seni dan teknologi untuk
menyajikan informasi bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur
buatan manusia pada bidang yang dianggap datar. Ilmu ukur tanah sering
disebut plan surveying. Ilmu ukur tanah bagian dari geodesi (geodetic
surveying). Ilmu geodesi mempunyai dua maksud:
1. Maksud ilmiah, yaitu yang mempelajari bentuk dan besar bulatan bumi.
2. Maksud praktis, yaitu ilmu yang mempelajari penggambaran permukaan
bumi yang dinamakan peta (gambar).
Salah satu bagian dari Ilmu Ukur Tanah adalah Pengukuran Kerangka
Dasar Vertikal, yakni teknik dan cara pengukuran kumpulan titik yang telah
diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap
bidang rujukan ketinggian tertentu. Pengukuran kerangka dasar vertikal ini
dapat dimanfaatkan bagi analisis vertikal bidang teknik sipil dan perencanaan.
1
2
3
4
3. Syarat ketiga: garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu
kesatu.
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka
syarat-syarat diatas harus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat
ukur penyipat datar harus diatur terlebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut
dapat terpenuhi. Pengukuran dengan cara menyipat datar adalah dengan
memahami bahwa beda tinggi dua titik adalah jarak antara kedua bidang nivo
yang melalui titik–titik itu. Selanjutnya bidang nivo dianggap mendatar untuk
jarak–jarak yang kecil antara titik–titik itu. Apabila demikian, beda tinggi h
dapat ditentukan dengan menggunakan garis mendatar yang sembarang dan
dua rambu ukur yang dipasang di atas kedua titik A dan B.
3
6
3
Gambar 2.3 Tilting level
d. Tipe Otomatis (Automatic Level)
Tipe ini sama dengan tipe kekar hanya di dalam teropongnya
terdapat alat yang disebut komposator untuk membuat agar garis bidik
mendatar. Berbeda dengan 3 tipe sebelumnya, pada tipe otomatik ini tidak
terdapat nivo tabung untuk mendatarkan garis bidik sebagai penggantinya
di dalam teropong dipasang alat yang dinamakan kompensator. Tipe
otomatik mempunyai kekurangan yaitu mudah dipengaruhi getaran, karena
sebagai kompensatornya dipergunakan sistem pendulum.
Tipe otomatik terdriri dari:
SHAPE \* MERGEFORMAT
3
1. Teropong
2. Kompensato
r
3. Pengatur
diafragma
4. Pengunci
horizontal
5. Skrup kiap
6. Tribrach
7. Trivet
8. Kiap
9. Tombol
Fokus
3
2.6 Kesalahan Pada Pengukuran Sipat Datar
Dalam pengukuran kerangka dasar vertikal metode sipat datar
mungkin saja terdapat kesalahan, antara lain:
1. Sistematis
Dieliminasi dengan pengukuran KGB
Jumlah slag harus berjumlah genap
Jarak rambu belakang dan rambu muka dibuat hampir sama (db ≈ dm)
Bacaan rambu harus 0,3 m < BA, BT, dan BB < 2,7 m
2. Blunder. Untuk meminimalisasi kesalahan ini, maka pengukuran harus
diulang
3. Acak. Untuk meminimalisasi kesalahan ini, maka eliminasi dengan cara
hitung perataan dan statistik.
25
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Gambar 3.1 Lokasi Pengukuran di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Pendidikan Indonesia
3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam tugas ini adalah Metode Purposive
Sampling, dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara
menentapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga
diharapkan akan dapat menjawab permasalahan pada makalah ini.
3.6 Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam laporan ini adalah instrumen
dokumen resmi karena instrumen dokumen resmi adalah isntrumen yang
dikeluarkan oleh suatu lembaga secara resmi misalnya informasi penting, nilai
rapot, arsip sejarah, dan buku.
b. Statif
5. Bobot :
: x 10
- )
1. BTmk = 0.869 -0.00071 x 14.7 0.879
( =
- )
2. BTmk = 1.394 -0.00071 x 14.7 1.404
( =
- )
3. BTmk = 1.280 -0.00071 x 14.7 1.290
( =
- )
4. BTmk = 1.431 -0.00071 x 8.7 1.437
( =
- )
5. BTmk = 0.732 -0.00071 x 8.7 0.738
( =
- )
6. BTmk = 0.466 -0.00071 x 13 0.475
( =
- )
7. BTmk = 0.599 -0.00071 x 14.1 0.609
( =
- )
8. BTmk = 0.865 -0.00071 x 13 0.874
( =
- )
9. BTmk = 1.286 -0.00071 x 5.7 1.290
( =
- )
10. BTmk = 1.226 -0.00071 x 14.5 1.236
( =
- )
11. BTmk = 1.253 -0.00071 x 15 1.264
( =
- )
12. BTmk = 1.285 -0.00071 x 15 1.296
( =
- )
13. BTmk = 1.374 -0.00071 x 7 1.379
( =
- )
14. BTmk = 1.508 -0.00071 x 15 1.519
( =
- )
15. BTmk = 1.337 -0.00071 x 14 1.347
( =
- )
16. BTmk = 1.477 -0.00071 x 5 1.481
( =
- )
17. BTmk = 1.971 -0.00071 x 7.3 1.976
( =
- )
18. BTmk = 1.921 -0.00071 x 7 1.926
( =
- )
19. BTmk = 1.541 -0.00071 x 2.5 1.543
( =
- )
20. BTmk = 1.536 -0.00071 x 2.7 1.538
( =
Mencari ∆H dan ∑d
Rumus :
∆H : BTbk-BTmk
∑d : db + dm
1. ∆H = 1.290 - 0.879 = 0.411
6. ∑d = 13 + 13 = 26.0
7. ∑d = 14 + 14.1 = 28.1
8. ∑d = 13 + 13 = 26.0
11. ∑d = 15 + 15 = 30.0
12. ∑d = 15 + 15 = 30.0
13. ∑d = 7 + 7 = 14.0
14. ∑d = 15 + 15 = 30.0
15. ∑d = 14 + 14 = 28.0
16. ∑d = 5 + 5 = 10.0
18. ∑d = 7 + 7 = 14.0
Mencari Bobot
Rumus :
Mencari ∆Hk
Rumus :
∆Hk : ∆H – (∑∆H.bobot)
1. ∆Hk 0.411 - -0.544 x 0.069 ) 0.4488
= ( =
∆Hk - )
2. -0.206 -0.544 x 0.069 -0.1684
= ( =
∆Hk - )
3. 0.051 -0.544 x 0.069 0.0886
= ( =
∆Hk - )
4. -0.347 -0.544 x 0.040 -0.3251
= ( =
∆Hk - )
5. 1.295 -0.544 x 0.041 1.3173
= ( =
∆Hk - )
6. 1.371 -0.544 x 0.061 1.4043
= ( =
∆Hk - )
7. 1.475 -0.544 x 0.066 1.5109
= ( =
∆Hk - )
8. 0.659 -0.544 x 0.061 0.6923
= ( =
∆Hk - )
9. 0.032 -0.544 x 0.027 0.0466
= ( =
∆Hk - )
10. -0.025 -0.544 x 0.069 0.0129
= ( =
∆Hk - )
11. -0.025 -0.544 x 0.071 0.0134
= ( =
∆Hk - )
12. -0.030 -0.544 x 0.071 0.0084
= ( =
∆Hk - )
13. -0.226 -0.544 x 0.033 -0.2081
= ( =
∆Hk - )
14. -0.510 -0.544 x 0.071 -0.4716
= ( =
∆Hk - )
15. -0.323 -0.544 x 0.066 -0.2872
= ( =
∆Hk - )
16. -0.535 -0.544 x 0.024 -0.5222
= ( =
∆Hk - )
17. -1.412 -0.544 x 0.035 -1.3929
= ( =
∆Hk - )
18. -1.339 -0.544 x 0.033 -1.3211
= ( =
∆Hk - )
19. -0.434 -0.544 x 0.012 -0.4276
= ( =
∆Hk - )
20. -0.426 -0.544 x 0.012 -0.4193
= ( = +
Titik Kontrol = ∑∆Hk = 0.000
Mencari Ti
Rumus :
Ti = Tawal + ∆Hk
Dik: Tawal = 916,000 m
1. T1 = Tawal = 917.0000
5.1 Simpulan
Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah
diketahui atau ditentukan posisis vertikalnya berupa ketinggian suatu bidang
ketinggian tertentu. Bidang ketinggian ini dapat berupa ketingian muka air
laut rata-rata atau ditentukan lokal. Umumnya, titik kerangka dasar vertical
dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar vertikal.
Berdasarkan hasil laporan di atas penulisa dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Penulis melakukan pengukuran di sekitar Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia dengan
menggunakan 20 slag
b. Diketahui tinggi titik awal adalah 917,000 m
c. Besar nilai KGB yang digunakan didapat dari pengukuran sebelumnya
adalah -0,00071
d. Total jarak pengukuraan adalah 424,9 m
e. Nilai kesalahan acak (∑∆H) yang didapat adalah -0,544
5.2 Implikasi
Hasil dari makalah ini digunakan sebagai bahan literasi bagi
mahasiswa yang belajar tentang pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)
dalam survey dan pemetaan. Dengan selesainya makalah ini diharapakan
dapat menambah pemahaman sekaligus pengetahuan tentang Kerangka Dasar
Vertikal (KDV).
5.3 Rekomendasi
Hasil laporan ini disususun pada kesimpulan laporan yang telah
dikemukakan sebelumnya. Penulis mengajukan saran yang sekiranya dapat
dipertimbangkan untuk dijadikan bahan masukan bagi pihak yang
bersangkutan, yaitu:
a. Saat mengambil alat sesuaikan kebutuhan alat dengan mencocokan kondisi
waterpass
b. Pastikan alat yang akan digunakan layak pakai
c. Ikuti peraturan dan langkahnya dengan benar
d. Lakukan pengukuran dengan teliti
DAFTAR PUSTAKA