Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum Geodesi dan Kartografi Medan, November 2021

PENGUKURAN BATAS DAN PEMETAAN DETAIL

Dosen Penanggungjawab:
Dr. Samsuri S.hut., M.Si.

Disusun Oleh :
Wahyuda Situmorang 201201070
Nabila Ismi Mumtahanah Daulay 201201078
Imanuel Tegar Silaen 201201081
Athalia Gracella Gultom 201201098
Alex Febrianto Pratama S 201201106
Purtri Wulandari 201201189
Kelompok 8
HUT 3D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan terhadap Tuhan yang Maha Esa, karena berkat-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Geodesi dan Kartografi yang
berjudul ”Pembuatan Belokan” ini dengan baik. Laporan Praktikum Geodesi dan
Kartografi yang berjudul “Pembuatan Belokan” ini dilakukan untuk memenuhi
tugas Praktikum Gepdesi dan Kartografi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Samsuri. S.hut., M.Si. selaku
dosen penanggungjawab Praktikum Geodesi dan Kartografi. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada asisten yang telah memberikan bimbingan dan
arahan selama kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan daram laporan ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki isi
laporan ini akan penulis terima. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan ......................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat ....................................................................................... 6
Alat dan Bahan ........................................................................................... 6
Prosedur Praktikum ..................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ............................................................................................................. 8
Pembahasan ................................................................................................. 8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................. 10
Saran ............................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Peta secara sederhana diterjemahkan sebagai gambar wilayah dimana
informasi diletakkan dalam bentuk simbol-simbol. Sebagai media informasi, peta
dimanfaatkan untuk membantu pengambilan keputusan. Peta yang akan dibuat
merupakan sarana untuk membantu proses diskusi pemahaman kondisi wilayah.
Dengan demikian, peta bukan sekedar merupakan hasil dari diskusi tetapi lebih dari
itu yaitu bagian dari proses diskusi. Peta merupakan gambaran permukaan bumi
yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam bentuk
dua dimensi. Melalui sebuah peta kita akan mudah dalam melakukan pengamatan
terhadap permukaan bumi yang luas, terutama dalam hal waktu dan biaya
(setyawan, 2018).
Produk survei pemetaan adalah peta, profil melintang, profil memanjang, galian
dan timbunan dalam format digital. Di dalam bidang kelautan pemetaan digunakan
untuk mengetahui potensi kelautan tanpa menimbulkan dampak serius bagi biota
laut. Pemetaan di Indonesia sudah banyak digunakan oleh para peneliti. Hal ini
dikarenakan memerlukan waktu yang singkat serta biayanya yang murah. Pemetaan
adalah ilmu yang mempelajari kenampakan muka bumi yang menggunakan suatu
alat dan menghasilkan informasi yang akurat. Dengan kata lain, pemetaan dan ilmu
geografi itu sama karena sama-sama membahas sesuatu yang berada di dalam atau
di atas bumi selama hal tersebut mempengaruhi permukaan bumi, karena pemetaan
adala kegiatan penggambaran permukan bumi (Ambarwati, 2016).
Orang yang ahli dalam bidang pemetaan disebut kartografer. Peta tematik
adalah suatu peta yang memperlihatkan (mempresentasikan) data atau informasi
kualitatif dan atau kuantitatif dari suatu tema, maksud, konsep tertentu, serta
berhubungan dengan unsur/detail topografi yang spesifik, yang sesuai dengan tema
yang bersangkutan. Atau, dalam pengertian yang lebih praktis, dapat dikatakan
bahwa peta tematik adalah suatu peta yang menampilkan jenis atau kelas informasi
berdasarkan tema tertentu, misalnya peta geologi, peta kependudukan, peta
aktivitas ekonomi, peta hutan, hidrologi, dan sebagainya (Nugraha, 2018).
Peta situasi adalah peta topografi skala besar yang merupakan penyajian
2

dari gambaran permukaan bumi baik detil alam maupun buatan manusia yang
digambar pada bidang datar (kertas) dengan sistem proyeksi dan skala tertentu. Peta
situasi dapat diperoleh dengan pemetaan teristris, yaitu proses pemetaan yang
pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan ukur
tertentu. Dalam pemetaan terestris, gambaran objek-objek yang berada di
permukaan bumi dipresentasikan dalam titik-titik detil. Detil adalah segala obyek
yang ada di lapangan, baik yang bersifat alamiah, maupun hasil budaya manusia
yang akan dijadikan isi dari peta yang akan dibuat. Penentuan posisi dari titik-titik
detil dengan cara diikatkan pada titik kerangka pemetaan yang telah diukur
sebelumnya. Pemilihan detil, distribusi dan teknik pengukurannya tergantung dari
skala dan tujuan peta itu dibuat. Penentuan posisi dari titik -titik detil diikatkan pada
titik-titik kerangka pemetaan terdekat yang telah diukur sebelumnya, atau dari garis
ukur yang merupakan sisi dari kerangka peta (Rassarandi, 2016).
Pengetahuan mengenai dasar-dasar perencanaan geometrik jalan
dibutuhkan pada penelitian untuk dapat mendefinisikan kriteria penilaian pada
informasi kondisi geometrik terutama tinjauan terhadap Alinyemen horizontal
jalan. Geometrik merupakan bagian dari perencanaan jalan. Alinyemen horizontal
adalah proyeksi horizontal dari sumbu jalan tegak lurus bidang peta situasi jalan.
Alinyemen ini berupa rangkaian garis lurus yang disebut garis singgung yang
disambung dengan garis lengkung.Jenis tikungan full Circle (fC)yaitu tikungan
yang berbentuk busur lingkaran secara penuh. Tikungan ini memiliki satu titik pusat
lingkaran dengan jari-jari yang seragam. Spiral-Circle-Spiral (SCS) yaitu tikungan
yang terdiri atas 1 lengkung circle dan 2 lengkung spiral. Spiral-Spiral (SS) yaitu
tikungan yang terdiri atas dua lengkung spiral. Proses pembuatan peta tematik akan
melibatkan aktifitas penyiapan peta dasar, pengumpulan data, disain simbol, disain
isi peta, disain tata letak peta, cara evaluasi peta (Bethary, 2016)
.

Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum geodesi dan kartografi yang berjudul
“pengukuran batas dan pemetaan detail” adalah agar mengetahui bagaimana cara
menggambar peta tematik.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Peta dengan skala besar sering dinamakan peta kadaster. Peta ini hanya
menunjukkan batas–batas suatu tempat yang berupa benda, misalnya pagar, dinding
pembatas, dan lain–lain. Batas yang digunakan yang berupa benda tidak selalu batas
yang sah. Dalam pengukuran di lapangan sering terdapat rintangan yang
menghalangi terlaksananya pengukuran. Hal ini menyebabkan kurang akuratnya
data hasil pengukuran yang diperoleh. Rintangan pada pengukuran di lapangan
adalah berupa bukit–bukit kecil, pohon, sungai, lintasan jalan kereta api, atau
bangunan. Benda–benda seperti ini diusahakan untuk dihindarkan agar diperoleh
hasil pengukuran yang akurat sesuai dengan keadaan lapangan. Peta harus memiliki
garis tepi yang relatif lebih tebal daripada semua garis lainnya. Ini akan sangat
menunjang penampilan dari peta tersebut.(Erwin, 2011).
Pada suatu garis pengukuran dengan titik–titik mula dan titik–titik akhir
sudah kita ketahui, kita mengukur semua titik yang ingin kita ketahui siku–siku
pada garis pengukuran (pengukuran orthogonal). Pengukuran dilakukan dari satu
posisi alat ukur (kedudukan alat ukur) sudut. Banyak titik yang dapat diukur dari
satu posisi titik alat ukur yang dalam pengukuran biasanya menggunakan theodolit,
baik digital maupun manual. Metode pengukuran banyak titik dari satu posisi alat
ukur dinamakan metode koordinat polar. Metode ini dapat dipakai di lapangan yang
cukup curam yang karena kecuramannya pengukuran dengan pita ukur tidak
mungkin dilakukan dan ketelitiannya kurang. Metode pengukuran dengan
koordinat polar ini dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan suatu tempat
yang memiliki keadaan alam yang bertopografi berbeda-beda. Pengukuran ini
dilakukan untuk memetakan suatu tempat secara detail dengan membuat garis–garis
jarak yang dihubungkan pada posisi stasiun (tempat alat). Dengan menghubungkan
titik–titik yang diukur dengan suatu posisi alat ukur dengan titik–titik yang diukur
dari posisi alat lainnya maka dapatlah digambarkan keadaan suatu tempat pada
peta.(Ummah, 2010).
Ilmu geodesi mempunyai dua maksud yaitu yang pertama secara ilmiah
adalah menentukan bentuk permukaan bumidan yang kedua secara praktis
adalah membuat peta dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan
4

bumi.Surveididefinisikan sebagai pengumpulan data yang berhubungan dengan


pengukuran permukaan bumi dan digambarkan melalui peta. Pekerjaan
mengukur tanah dan pemetaan (survei dan pemetaan) meliputi
pengambilan/pemindahan data dari lapangan ke peta atau sebaliknyaIlmu Geodesi
mempelajari mengenai pengukuran dipermukaan bumi, bentuk muka bumi
sebagai geoid maupun ellipsoid serta berbagai macam jenis hitungan
didalamnya.Sehingga mahasiswa ilmu Geodesi dituntut memiliki pemahaman
yang mendalam mengenai berbagai macam jenis hitungan dasar Geodesi
merupakan salah satu cabang ilmu matematika terapan, sehingga selalu
bersinggungan dengan berbagai macam jenis hitungan (Inayah et al.,2018)
Penggambaranpeta batasmerupakan rangkaian kegiatan pembuatan peta
dari peta dasardan/atau data citra dalam format digitalyang melaluiproseskompilasi
dan generalisasiyang sesuai dengan tema informasi yang disajikannya.Peta harus
dapat menyajikan informasi dengan benar sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu
setiap peta harus memenuhi aspek-aspek spesifikasi peta dasar antara lain aspek
kartografidan aspek geometriPenegasan batas daerah dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu: Kartometrik adalahpenelusuran/penarikan garis batas pada peta kerja
danpengukuran/penghitungan posisi titik, jarak sertaluas cakupan wilayah
dengan menggunakan peta dasar dan peta-peta lain sebagai pelengkap dan survei
lapanganadalah kegiatan penentuan titik-titik koordinat batas daerah
melaluipengecekan di lapangan berdasarkan peta dasar dan peta lain sebagai
pelengkap (Pamungkas et al.,2014)
Pada umumnya peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data
ilmiah yang terdapat di atas permukaan bumi dengan cara menggambarkan
berbagai tandatanda dan keteranganketerangan, sehingga mudah dibaca dan
dimengerti. Peta yang memberikan gambaran mengenai kondisi permukaan suatu
areal tertentu pada permukaan bumi yang dinyatakan dengan simbol-simbol, tanda-
tanda, serta keterangan dalam skala tertentu disebut peta Topografi. Skala adalah
besarnya reduksi yang diambil untuk peta yang dibuat terhadap areal permukaan
bumi yang sesungguhnya, yaitu perbandingan jarak antara dua buah titik pada peta
terhadap jarak antara kedua titik tersebut pada keadaan sebenarnya. Penentuan skala
peta didasarkan pada tingkat ketelitian dan banyaknya informasi yang dibutuhkan
5

mengenai keadaan daerah yang dipetakan pada ukuran gambar-gambar yang harus
dimasukkan dalam peta dan pada tujuan dari pemetaan tersebut. Dalam pembuatan
peta dasar, yang harus diperhatikan adalah efisiensi. Jadi metode yang dipilih
haruslah dengan mempertimbangkan faktor utama tersebut yaitu efisiensi yang
tentu saja disesuaikan dengan persyaratan untuk peta yang akan dibuat dan
memenuhi syarat (Sendow, 2012).
Dalam pemetaan, medan pengukuran sangat berpengaruh dan ditentukan
oleh kerangka serta jenis pengukuran. Bentuk kerangka yang didesain tidak harus
berbentuk poligon, tetapi dapat juga kombinasi dari kerangka yang ada. Jenis
pengukuran dalam ilmu ukur tanah adalah pengukuran horizontal, pengukuran beda
tinggi, dan pengukuran detail. Pengukuran detail dilakukan dengan sistem
koordinat. Permasalahan dalam pemetaan sangat luas, mencakup permukaan
daratan, dasar laut, lapisan tanah, sumber alam dan lain-lain serta aspek hukum
sosial dan budaya, dan lain-lain. Peta merupakan suatu representasi atau gambaran
unsur-unsur sebagian atau keseluruhan obyek permukaan bumi yang digambarkan
pada suatu bidang datar dengan menggunakan skala dan sistem proyeksi tertentu..
Tititk-titik detail situasi dapat dibedakan atas titik detail buatan. Dengan adanya
berbagai bentuk detail dari yang teratur hingga bentuk yang tidak beraturan serta
faktor kesulitan medan, menuntut kita untuk jeli dan tangkas agar dalam
melaksanakan pengukuran tersebut bisa efisien dan optimal sehingga tidak
menguras tenaga (Suhendra, 2011).
Pemetaan detail akan menghasilkan informasi posisi secara akurat.
Penentuan posisi tersebut dilakukan dengan menggunakan metode tertentu unruk
memecahkan parameter posisi (koordinat) berdasarkan pada suatu sistem referensi
dan koordinat. Dalam pemetaan detail diperlukan titik kerangka dasar pemetaan.
Representasi titik-titik kerangka dasar pemetaan tersebut terintigrasi baik secara
sistem nasional, bahkan di lingkup praktis global. Untuk mendapatkan koordinat
definitif yang benar pula. Apabila tidak, maka akan timbul permasalahan dalam hal
status geometrik titik-titik kerangka dasar dari pemetaan tersebut. Garis ketinggian
mempunyai karakteristik yaitu garis ketinggian selalu lebih rendah mengelilingi
garis ketinggian yang lebih tinggi, maka garis ketinggian akan menjauh, dan akan
lebih baik jika saling melengkapi (Jupri dkk., 2015)
6

METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Adapun praktikum geodesi dan kartografi ini yang mempunyai judul
“Pengukuran Batas dan Pemetaan Detail” ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal
03 Oktober 2019 pada pukul 11.40 WIB sampai dengan selesai. Praktikum ini
dilaksanakan di ruangan 302. Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan
dikolam Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum geodesi dan kartografi adalah
penggaris, busur, pita ukur, jalon, kompas, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan adalah buku tulis, buku panduan, buku data, dan
kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Metode Praktikum
1. Ditentukan titik pasti dan haruslah berupa sesuatu yang tidak hilang
dalam waktu dekat.
2. Ditentukan tempat alat dan ditandai dengan Jallon.
3. Penempatan alat harus bisa menjangkau titik pasti dan objek yang
diukur.
4. Pada objek ditentukan titik detail, semakin banyak titik detail yang
dibuat semakin teliti hasil yang didapat.
5. Pada alat satu diukur sudut azimuth, jarak lapang dua sudut vertical
ketitik pasti.
6. Dari alat I diukur T diukur hal yang sama ketitik-titik detail pada objek
yang bisa terlihat dari posisi alat II.
7. Setelah pengukuran ketitik detail selain diukur keposisi alat II.
8. Alat dipindahkan keposisi alat II.
9. Dan posisi alat dua, diukur posisi alat I, Selanjutnya ketitik-titik detail
yang dapat di jangkau dari posisi alat II.
10. Setelah semua titik detail selesai diukur keposisi alat III.
7

11. Dilakukan percobaan ini pada semua titik detail hingga selesai dan
diukur ke posisi alat III.
12. Demikian seterusnya.
13. Dibuat gambar pada millimeter A2 dan table data di polio.
8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari praktikum Geodesi dan Kartografi yang berjudul “Pengukuran


Batas dan Pemetaan Detail” adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Batas dan Pemetaan Detail
Tanda Posisi Alat Azimuth Lk (m) Keterangan
Batas Mi (⁰) Detail
(X⁰)
P
I 8,5⁰ 7,04 P-I
a 56⁰ 3,04 I-a
b 82⁰ 2,65 I-b
c 115⁰ 2,77 I-c
d 135⁰ 3,95 I-d
II 165⁰ 4,63 I-II
e 85⁰ 1.65 II-e
f 115⁰ 1,21 II-f
g 130⁰ 3,15 II-g
h 132⁰ 4,29 II-h
III 180⁰ 4,77 II-III
j 63⁰ 3,27 III-i
j 79⁰ 3,34 III-j
k 100⁰ 3,85 III-k
l 115⁰ 4,66 III-l
IV 139⁰ 5 III-IV
m 52⁰ 2,14 IV-m
n 90⁰ 2,45 IV-n
o 105⁰ 3,56 IV-o
p 115⁰ 4,46 IV-p
V 140⁰ 5,2 IV-V
q 44⁰ 2,07 V-q
r 65⁰ 2,4 V-r
s 80⁰ 3,6 V-s
t 88⁰ 4,6 V-t
VI 115⁰ 7,5 V-VI
u 340⁰ 3,35 VI-u
v 353⁰ 3,21 VI-v
w 19⁰ 3,29 VI-w
x 24⁰ 3.65 VI-x
y 35⁰ 4,34 VI-y
VII 91⁰ 7,67 VI-VII
z 311⁰ 6,5 VII-z
9

a' 325⁰ 6,15 VII-a'


b' 335⁰ 6,12 VII-b'
c' 344⁰ 5,70 VII-c'
d' 385⁰ 4,84 VII-d'
e' 350⁰ 4,42 VII-e'
f' 358⁰ 4,02 VII-f'
g' 20⁰ 3,83 VII-g'
h' 40⁰ 4,27 VII-h'
VIII 95⁰ 5,83 VII-VIII
i' 332⁰ 4,35 VIII-i'
j' 350⁰ 3,90 VIII-j'
k' 4⁰ 3,68 VIII-k'
l' 19⁰ 3,78 VIII-l'
m' 33⁰ 3,06 VIII-m'
n' 44⁰ 4,61 VIII-n'
o' 55⁰ 5,59 VIII-o'
IX 91⁰ 10,0 VIII-IX
p' 315⁰ 5,3 IX-p'
q' 331⁰ 4,5 IX-q'
r' 357⁰ 3,93 IX-r'
s' 13⁰ 4,13 IX-s'
t' 23⁰ 4,47 IX-t'
u' 32⁰ 5,22 IX-u'
X 80⁰ 11,5 IX-X
v' 295⁰ 8 X-v'
w' 300⁰ 7,68 X-w'
x' 305⁰ 7,25 X-x'
y' 315⁰ 7,48 X-y'
z' 323⁰ 8,06 X-z'
a" 326⁰ 9,04 X-a"
XI 30⁰ 8,96 X-XI
b" 275⁰ 9,58 XI-b"
c" 281⁰ 10,26 XI-c"
d" 285⁰ 14,34 XI-d"
e" 290⁰ 12,46 XI-e"
XII 304⁰ 12,03 XI-XII
f" 270⁰ 2,7 XII-f"
g" 255⁰ 2,75 XII-g"
h" 271⁰ 3,34 XII-h"
i" 280⁰ 4,2 XII-i"
j" 290⁰ 4,8 XII-j"
k" 302⁰ 5,5 XII-k"
l" 309⁰ 5,46 XII-l"
m" 317⁰ 5,4 XII-m"
XIII 45⁰ 9,6 XII-XIII
n" 225⁰ 10,0 XIII-n"
o" 261⁰ 9,3 XIII-o"
p" 265⁰ 8,6 XIII-p"
10

q" 271⁰ 7,9 XIII-q"


r" 280⁰ 7,2 XIII-r"
s" 289⁰ 6,93 XIII-s"
t" 297⁰ 6,9 XIII-t"
u" 303⁰ 7,06 XIII-u"
v" 309⁰ 7,60 XIII-v"
w" 315⁰ 8,3 XIII-w"
x" 320⁰ 9,1 XIII-x"
XIV 330⁰ 14,4 XIII-XIV
y" 190⁰ 5.7 XIV-y"
z" 194⁰ 5,1 XIV-z"
a"' 200⁰ 4,4 XIV-a"'
b"' 210⁰ 3,8 XIV-b"'
c"' 231⁰ 3,5 XIV-c"'
d"' 245⁰ 3,7 XIV-d"'
e"' 255⁰ 6,3 XIV-e"'
f"' 260⁰ 5,1 XIV-f"'
g"' 269⁰ 6,0 XIV-g"'
XV 351⁰ 11,5 XIV-XV
h"' 202⁰ 11,5 XV-h"'
i"' 207⁰ 11,0 XV-i"'
j"' 210⁰ 10,29 XV-j"'
k"' 215⁰ 9,8 XV-k"'
l"' 220⁰ 9,4 XV-l"'
m"' 228⁰ 9,37 XV-m"'
XVI 270⁰ 5,5 XV-XVI
n"' 205⁰ 5,5 XVI-n"'
o"' 215⁰ 5,0 XVI-o"'
p"' 230⁰ 4,8 XVI-p"'
q"' 275⁰ 4,9 XVI-q"'
XVII 308⁰ 8,5 XVI-XVII
r"' 170⁰ 4,9 XVII-r"'
s"' 191⁰ 4,3 XVII-s"'
t"' 215⁰ 4,8 XVII-t"'
u"' 230⁰ 5,6 XVII-u"'
XVIII 271⁰ 6,67 XVII-XVIII
v"' 165⁰ 3,84 XVIII-v"'
w"' 180⁰ 3,66 XVIII-w"'
x"' 200⁰ 3,93 XVIII-x"'
XIX 279⁰ 4,74 XVIII-XIX
y"' 155⁰ 21,9 XIX-y"'
z"' 170⁰ 4,7 XIX-z"'
a"" 182⁰ 4,9 XIX-z""
b"" 185⁰ 5,1 XIX-b""
XX 254⁰ 5,71 XIX-XX
c"" 135⁰ 4,8 XX-c""
d"" 145⁰ 4,5 XX-d""
e"" 150⁰ 4,69 XX-e""
11

XXI 222⁰ 4,95 XX-XXI


f"" 114⁰ 1,37 XXI-f""
g"" 125⁰ 4,1 XXI-g""
h"" 144⁰ 4,15 XX-h""
i"" 157⁰ 4,48 XX-i""
XXII 226⁰ 4,58 XX-XXII
j 110 4,6 XXII-j
k 123 4,5 XXII-k
l 145 4,8 XXII-l
XXIII 220⁰ 4,96 XXII-XXIII
m 111 5,26 XXIII-m
n 124 5,09 XXIII-n
o 139 5,16 XXIII-o
p 151 5,5 XXIII-p
XXIV 225⁰ 4,06 XXIII-XXIV
q 125 5,36 XXIV-q
r 140 5,74 XXIV—r
s 145 6,48 XXIV-s
t 155 7,4 XXIV-t
XXV 245⁰ 11,5 XXIV-XXV
u 79 7,1 XXV-u
v 110 6,9 XXV-v
w 130 7,8 XXV-w
I 165⁰ 11,3 XXV-I

Pembahasan

Pada praktikum Geodesi dan Kartografi yang berjudul “Pengukuran Batas


dan Pemetaan Detail” dapat dilihat pada data yang telah didapat bahwa terdapat 25
stasiun di lokasi yang menjadi tempat pelaksanaan praktikum dan beberapa sub
stasiun pada tiap-tiap stasiun. Pengukuran titik-titik tersebut dilakukan dengan
menentukan titik pasti yang merupakan sesuatuyang tidak mudah hilang dalam
waktu dekat. Hal ini sesusai dengan pernyataan Ningsih (2014) yang menyatakan
bahwa pengukuran titik detail dilakukan dengan mengambil data dari permukaan
fisis bumi yang dianggap pantas untuk dijadikan wakil gambaran tersebut diatas
peta. Dengan sendirinya gambaran ini harus tentu terhadap interfensi yang telah
ada, yaitu kerangka dasar diatas. Dengan demikian, titik ikat tersebut dapat
langsung menjadi acuan dari titik-titik detail yang berada disekitarnya. Pengukuran
geodetic ini umumnya dilakukan untuk ketelitian yang telah tinggi. Dengan tujuan
12

untuk menentukan letak atau kedudukan suatu objek diatas permukaan bumi dalam
suatu system koordinasi.
Dapat dilihat pada hasil data yang telah diperoleh bahwa pada proses
penggambaran peta, apabila setiap titik-titik detail digabungkan maka akan terlihat
bentuk dari kolam yang menjadi objek pemetaan detail ini. Semakin banyak titk
detail, maka hasil yang digunakan pada proses penggambaran akan menjadi
semakin akurat. Pengambilan data harus dilakukan dengan benar dan lengkap agar
tidak terjadi kesalahan dalam menggambar. Peta adalah pengupulan data,
perhitungan, kemudian menggambar. Hal ini sesuai dengan peryataan Syarifudin
(2012) yang menyatakan bahwa proses pemetaan harus dilakukan dengan urut dan
runtut, karena jika tidak akan diperoleh peta yang salah. Tahap pemetaan tersebut
yaitu tahap pencarian dan pengumpulan data, tahap pengelolaan data, tahap
penyajian data dan penggambaran data yang terakhir yaitu tahap penggunaan data.
Pada praktikum Geodesi dan Kartografi ini dilakukannya pengukuran batas
dan pemetaan detail dengan tujuan yaitu mengetahui cara pembuatan peta tematik.
Peta tematik yaitu peta khusus dengan tema tertentu yang menggambarkan
informasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rohsulina (2015) yang menyatakan
bahwa peta tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk
kepentingan tertentu. Umumnya peta tematik dibuat dari peta umum yang diambil
dari beberapa informasi yang berkaitan dengan penelitian yang kemudian dijadikan
peta dasar dalam pembuatan peta tematik.
Dengan dilakukan pengukuran batas dan pemetaan detail diperlukan sebuah
titik pasti itu berupa benda-benda yang tidak gampang berpindah seperti pohon atau
kayu besar. Menurut Nugroho (2014) menyatakan bahwa pengikatan bidang tanah
diperlukan agar bidang-bidang tanah tersebut dapat digambarkan pada peta dan
dapat sewaktu-waktu direkonstruksikan batasnya apabila diperlukan. Pengukuran
beda tinggi , pengukuran situasi ditentukan oleh dua jenis pengukuran ketinggian,
yaitu pengukuran pengukuran sifat datar utama dan sifat datar bercabang untuk
dapat dipetakan maka tanah perlu diikatkan pada titik dasar teknik yang ada
disekitar bidang sedangkan untuk keperluasan rekonstruksi batas disamping
diikatkan pada titik dasar teknik, perlu diikatkan pada titik tetap.
13

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Pemetaan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang
mencakup penyajian dalam dimensi horizontal dan vertikal secara
bersamaan dalam suatu gambar/peta
2. Semakin banyak titik detail maka hasil yang di dapat akan semakin akurat
3. Terdapat 35 stasiun dengan beberapa stasiun dengan beberapa sub stasiun
pada tiap-tiap stasiun
4. Sudut azimuth terendah yaitu 4° pada stasiun VIII
5. Sudut azimuth tertinggi yaitu 358° pada VII

Saran
Sebaiknya dalam melakukan pengambilan data dan pengukuran dilakukan
lebih teliti lagi agar tidak terjadi kesalahan dalam menggambar peta
14

DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati W, Johan Y. 2016. Sejarah Dan Perkembangan Ilmu Pemetaan.


Jurnal Enggano. 1(2) :80-82.

Erwin Hardika Putra., 2011. ArcView GIS Pengukuran dan Pemetan Areal Kerja
Skala Besar, Cetakan Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Nugraha D, Purwidayanta S. 2018. Sistem Informasi Geografis Berbasis Web


Dengan Studi Kasus Area Rawan Bencana Alam Di Kota Tasikmalaya.
Jurnal Manajemen Dan Teknik Informatika. 02(01) :151-160.

Rassarandi F D. 2016.Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa


Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Jurnal Integrasi
8(1):50-55.

Ummah, Muslihatul. 2010. Evaluasi Tentang Pengukuran dan Pemetaan Dalam


Program Reforma Agraria Dikaitkan Dengan Standarisasi Teknis, Teknik
Geomatika FTSP-ITS. Surabaya.

Utami w, Indardi I. 2019. Kartografi Program Diploma I Pengukuran Dan


Pemetaan.

Sasmito, Bandi, S.T, M.T. 2011. Materi Kuliah TS Prinsiple. Semarang: Teknik
Geodesi Universitas Diponegoro.

Setyawan D, Nugraha A L, Sudarsono B. 2018. ANALISIS POTENSI DESA


BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus: Kelurahan
Sumurboto, Kecamatan Banyumanik, Kabupaten Semarang). Jurnal
Geodesi Undip. 7 (4).

Wardana MNJ. 2013. Pembuatan peta situasi Lokasi 6 Di Dusun Purwosasono Desa
Beluk Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Jawa Tengah.
15
16

LAMPIRAN
17
18
19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai