Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM

PENCEMARAN UDARA
PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN DAN PEMBUATAN WINDROSE
DIAGRAM

DISUSUN OLEH :

NAMA : GUSNI AMALIA VIANTI

NIM : 205100901111005

KELOMPOK : O1

ASISTEN :

Aghits Al Arif Billah Muhammad Nur Rahman


Ananda Chandra S Nabiilah Izza M
Amira Nur Fadiyah Nurhayati
Angelina Bachtiar Ibnu Syina Sang Aji Arif
S Ghiffary Aulia Akbar W

LABORATORIUM REMEDIASI LINGKUNGAN DAN KUALITAS UDARA

DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI

PERTANIAN UNIVERSITAS

BRAWIJAYA MALANG

2022
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angin dapat diartikan sebagai udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke rendah atau
dari suhu udara yang rendah ke tinggi. Angin merupakan salah satu faktor dalam dinamika
cuaca yang berpengaruh terhadap iklim. Keberadaan angin baik secara langsung maupun
tidak langsung akan berpengaruh terhadap lingkungan. Angin akan berpengaruh terhadap
unsur cuaca seperti suhu, kelembaban udara, dan pergerakan awan. Angin yang membawa
kandungan air tinggi maka akan membentuk awan yang selanjutnya menyebabkan hujan.
Sementara angin dengan kandungan uap air tinggi akan meningkatkan kelembaban udara
serta dapat menurunkan suhu. Mengingat pengaruhnya terhadap lingkungan, maka angin
merupakan suatu hal yang penting untuk dikaji lebih lanjut.
Angin dinyatakan dalam dua parameter yaitu kecepatan angin dan arah angin. Kedua
parameter tersebut dapat diukur dengan menggunakan anemometer. Hasil yang diperoleh
dari pengukuran selanjutnya akan dinyatakan dalam diagram mawar angin atau windrose.
Metode pemetaan dengan bentuk windrose ini merupakan salah satu metode memetakan
kecepatan dan arah angin yang sederhana.

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa dapat membuat cakra angin (windrose) dengan data yang ada
b. Mahasiswa dapat mengoperasikan aplikasi WRPLOT View dalam membuat
windrose diagram
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Angin


Angin dapat diartikan sebagai udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke rendah atau
dari suhu udara yang rendah ke tinggi. Adanya angin disebabkan karena perbedaan tekanan
udara atau perbedaan suhu udara pada suatu wilayah. Hal ini berkaitan dengan energi
panas matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Wilayah yang menerima energi panas
matahari lebih besar akan memiliki suhu udara yang lebih tinggi serta tekanan udara yang
lebih rendah. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan suhu dan tekanan udara
antar wilayah sehingga terjadi aliran udara. Adapun angin memiliki energi kinetik yang
1 2
dinyatakan dengan suatu persamaan yaitu K= mv , dimana jika ditinjau suatu luasan
2
A(m2) yang dilalui angin dengan kecepatan v maka massa angin yang lewat pada luasan
tersebut per satuan waktu sama dengan A (Derek et al., 2016).
Pada dasarnya angin memiliki peranan yang besar bagi proses interaksi lautan dan
atmosfer. Adanya perubahan arah dan kekuatan angin yang bertiup di atas perairan
menyebabkan terjadinya perubahan dinamika pada perairan yang diantaranya adalah
upwelling dan downwelling. Hal tersebut berpengaruh terhadap suhu permukaan laut.
Adapun adanya angin muson yang kuat berpengaruh terhadap peningkatan Transpor
Ekman, pencampuran vertikal, dan tingginya panas yang hilang karena evaporasi sepanjang
musim panas sehingga terjadi pendinginan suhu permukaan laut (Syafik et al., 2013).

2.2 Pengertian Kecepatan Angin


Kecepatan angin dapat diartikan sebagai cepat lambatnya angin bertiup pada suatu
tempat. Angin dapat terjadi karena adanya beda tekanan horizontal. Angin permukaan
memiliki gaya gesek karena adanya kekasaran permukaan bumi. Gaya gesek tersebut akan
menyebabkan kecepatan angin melemah. Adapun sirkulasi umum atmosfer merupakan
gerak rata-rata angin di permukaan bumi. Pada daerah equator yang memiliki tekanan
rendah, angin akan memusat dan naik yang selanjutnya akan melemah. Gaya gradien
tekanan berarah dari tekanan tinggi subtropis menuju daerah konvergensi intertropis, angin
dibelokkan oleh rotasi bumi sehingga angin membuat sudut pada waktu mendekati equator
(Nurhayati dan Aminuddin, 2016).
Kecepatan angin merupakan salah satu parameter penting yang perlu diperhitungkan.
Terjadinya angin disebabkan karena adanya perbedaan tekanan udara sebagai akibat dari
perbedaan penerimaan panas sinar matahari pada beberapa daerah. Adapun pada setiap
daerah, kecepatan angin tersebut bervariasi. Kecepatan angin dibedakan menjadi skala
rendah, menengah, dan besar. Kecepatan angin dikategorikan sebagai skala rendah jika
nilai kecepatannya dibawah 4 m/s. Sementara skala menengah dikategorikan pada angin
yang memiliki kecepatan antara 4 m/s hingga 5 m/s. Angin dengan kecepatan lebih besar
dari 5 m/s termasuk dalam kategori skala besar (Latif et al., 2022).
Kecepatan angin dapat berpengaruh terhadap proses evapotranspirasi. Pergantian
udara jenuh dengan uap air dan udara yang lebih kering bergantung pada kecepatan angin.
Jika air menguap ke atmosfer maka laousan atas antara permukaan tanah dan udara akan
jenuh oleh penguapan air sehingga proses penguapan terhenti. Agar proses penguapan
tidak terhenti maka lapisan jenuh harus diganti dengan udara kering. Hal tersebut dapat
terjadi hanya karena adanya pengaruh angin yang menggeser uap air. Oleh karena itu,
evapotranspirasi sebanding dengan kecepatan angin yang dimana semakin tinggi kecepatan
angin maka uap air yang menguap akan semakin besar (Nurhayati dan Aminuddin, 2016).

2.3 Pengertian Arah Angin


Gerakan angin yang dinamis disebabkan karena tekanan udara yang berubah-ubah
karena perubahan siang dan malam serta perubahan posisi matahari pada perubahan
musim. Perubahan tersebut mengakibatkan tekanan udara yang berubah dimana arah angin
bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke rendah. Arah angin umumnya dinyatakan
dari arah mana angin berasal. Sebagai contoh, angin yang berasal dari darat disebut dengan
angin darat sementara angin yang berasal dari gunung disebut dengan angin gunung. Dari
perbedaan arah angin tersebut, maka angin dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang
diantaranya adalah angin lokal dan angin musim. Angin lokal terdiri dari 6 jenis yaitu angin
darat, angin laut, angin lembah, angin gunung, angin fohn, dan angin rebut. Karakteritik
angin lokal tersebut dipengaruhi oleh sifat daratan dan perairan, intensitas pemanasan sinar
matahari, dan ketinggian tempat. Sementara angin musim dibedakan menjadi 5 jenis yaitu
angin pasat, angin anti pasat, angin muson, angin musim barat, dan angin musim timur
(A’yun, 2019).
Arah angin adalah salah satu parameter penting yang digunakan dalam pengukuran
angin. Satuan yang digunakan dalam menyatakan besaran arah angin adalah derajat. Arah
angin Utara bernilai 1 derajat, angin arah dari Timur bernilai 90 derajat, angin dari arah
Selatan bernilai 180 derajat, dan angin dari arah Barat bernilai 270 derajat (Sujalu, 2020).

2.4 Pengertian Anemometer


Anemometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin dan
arah angin. Pada dasarnya, anemometer terdiri dari dua bagian yaitu Wind Vane dan Cup
Counter. Wind Vane adalah bagian anemometer yang berfungsi untuk menentukan arah dari
mana angin berhembus dalam satuan derajat atau mata angin. Apabila arah angin disebut
timur maka angin berhembus dari timur menuju ke barat. Adapun Cup Counter adalah
bagian anemometer yang berfungsi sebagai sensor untuk mengukur kecepatan angin.
Putaran cup counter yang semakin cepat akan menunjukkan nilai kecepatan angin yang
semakin tinggi. Adapun fungsi utama anemometer diantaranya adalah memperkirakan
cuaca, memperkirakan tinggi gelombang laut, memperkirakan kecepatan dan arah arus, dan
mengukur kecepatan angin (Sujalu, 2020).
Menurut Saputra et al. (2019), terdapat beberapa instrumen yang dapat digunakan
untuk pengukuran angin. Beberapa jenis anemometer diantaranya adalah
a. Anemometer Cup
Anemometer cup adalah salah satu jenis anemometer yang umum digunakan. Alat ini
menggunakan sistem rotasi yang bervariasi sehingga menghasilkan sinyal. Desain alatini
yaitu tiga buah cup yang dipasang pada poros kecil. Adapun dalam penggunaannya,
pengukuran tingkat rotasi cup diukur menggunakan perhitungan mekanik untuk mencatat
jumlah, kelistrikan, dan scalar fotoelektrik.

b. Anemometer Baling-baling
Anemometer baling-baling adalah jenis anemometer yang menggunakan angin untuk
menggerakkan poros yang terhubung ke generator AC dan DC. Alat ini menggunakan
aplikasi energi angin untuk mengubah data kecepatan angin. Pada kondisi horizontal, baling-
baling dipertahankan dalam posisi menghadap arah angin pada bagian ekor baling-baling.
Adapun keakuratan sistem ini sebesar 2%.
c. Anemometer Sonic
Anenometer sonic adalah jenis anemometer yang menggunakan gelombang ultrasonik untuk
mengukur kecepatan dan arah angin. Kecepatan angin diukur berdasarkan waktu terbang
pulsa sonik antara pasangan transduser. Aliran satu, dua, atau tiga dimensi dapat diukur
melalui pasangan sinyal transduser. Penentuan resolusi ruang didasarkan pada Panjang
jalur antara transduser.

2.5 Pengertian Windrose Diagram


Windrose atau diagram mawar angin adalah diagram yang menggambarkan kondisi
arah dan kecepatan angin pada sebuah lokasi dengan periode tertentu. Windrose terdiri dari
garis yang memancar dari pusat lingkaran dan menunjukkan arah dari mana angin bertiup.
Panjang setiap garisnya menyatakan frekuensi angin pada arah tersebut. Oleh karena angin
merupakan besaran vektor maka angin dinyatakan dalam distribusi frekuensi dua arah yaitu
arah dan kecepatan angin. Adapun metode ini juga digunakan sebagai petunjuk untuk
mengetahui delapan arah mata angin. Dalam penerapannya, penggunaan metode ini
dilakukan dengan aplikasi Wind Rose Plots for Meteorological Data (WRPLOTS) dalam
hitungan hari dengan spesifikasi 24 jam dalam rentang waktu 1 tahun. Aplikasi tersebut
dapat menunjukkan arah dan perbedaan kecepatan angin antara suatu kelas dengan kelas
lainnya sebagai penunjang analisis disertakan grafik windrose kecepatan angin yang terjadi.
Data arah dan kecepatan angin dioleh dengan mengklasifikasikannya menjadi delapan arah
mata angin yaitu 360o (Utara), 45O(Timur Laut), 90o(Timur), 135o(Tenggara), 180o(Selatan),
225o(Barat Daya), 270o(barat), dan 315o(Barat Laut) (Pramono et al., 2022).
Windrose merupakan metode yang digunakan untuk merepresentasikan kejadian
angin dengan kecepatan tertentu dari berbagai arah dalam periode waktu pencatatan.
Metode ini digunakan karena dapat menganalisa arah dan kecepatan suatu tempat tertentu
dan umumnya perbandingan dari pada angin-angin yang berhembus dari tiap-tiap arah
angin. Metode ini telah banyak digunakan, dimana salah satunya digunakan sebagai dasar
prediksi daya angin (Qothrunada et al., 2022).
BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Praktikum


Hari/Tanggal : 13 November 2022
Jam : 10.15 - 13.00
Tempat : Laboratorium Teknik Sumberdaya Alam dan Lingkungan (TSAL)

3.2 Gambar Alat dan Bahan Beserta Fungsinya (Tabel + Sertakan Gambar)
Tabel 3. 1 Gambar Alat dan Bahan beserta Fungsi
No. Alat dan Bahan Fungsi Gambar
1. Anemometer Untuk mengukur kecepatan angin

Gambar 3. 1 Anemometer
Sumber : Dokumen Pribadi

2. Kompas Untuk menentukan arah mata


angin

Gambar 3. 2 Kompas
Sumber : Dokumen Pribadi

3. GPS Untuk mencatat titik lokasi

Gambar 3. 3 GPS
Sumber : Dokumen Pribadi
4. Jam Untuk menentukan jam
pengukuran

Gambar 3. 4 Jam
Sumber : Dokumen Pribadi

5. Alat Tulis Untuk mencatat data hasil


praktikum

Gambar 3. 5 Alat Tulis


Sumber : Dokumen Pribadi

6. Kertas Untuk mencatat data hasil


praktikum

Gambar 3. 6 Kertas
Sumber : Dokumen Pribadi

7. Laptop Untuk memetakan arah angin dan


kecepatan angin dengan
menggunakan WRPLOT View

Gambar 3. 7 Laptop
Sumber : Dokumen Pribadi

Sumber : data diolah, 2022


3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pengukuran Kecepatan Angin

Gambar 3. 8 Diagram Alir Pengukuran Kecepatan Angin


Sumber : Data Diolah, 2022
3.3.2 Pembuatan Wind Rose Diagram

Gambar 3. 9 Diagram Alir Pembuatan Windrose


Sumber : Data Diolah, 2022
BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum


Nama : Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung
Stasiun : Priok
Lintang : -6.10781
Bujur : 106.88053
Elevasi : 3

Tabel 4. 1 Data Kecepatan dan Arah Agin


Tanggal ff_x ddd_x
01-10-2022 5 30
02-10-2022 4 350
03-10-2022 6 320
04-10-2022 4 50
05-10-2022 4 60
06-10-2022 7 50
07-10-2022 8 310
08-10-2022 5 280
09-10-2022 3 100
10-10-2022 4 120
11-10-2022 4 230
12-10-2022 5 40
13-10-2022 4 180
14-10-2022 4 30
15-10-2022 5 40
16-10-2022 3 140
17-10-2022 3 80
18-10-2022 4 20
19-10-2022 5 220
20-10-2022 4 20
21-10-2022 4 300
22-10-2022 4 350
23-10-2022 5 300
24-10-2022 8 360
25-10-2022 8 270
26-10-2022 6 360
27-10-2022 4 310
28-10-2022 8 260
29-10-2022 4 230
30-10-2022 4 180
31-10-2022 6 10
Sumber : BMKG, 2021

ff_x: Kecepatan angin maksimum (m/s)


ddd_x: Arah angin saat kecepatan maksimum (°)
Tabel 4. 2 Data Kecepatan dan Arah Angin di Jakarta Utara
Tahun Bulan Tanggal Jam Arah Kecepatan
2022 10 1 1 30 5
2022 10 2 2 350 4
2022 10 3 3 320 6
2022 10 4 4 50 4
2022 10 5 5 60 4
2022 10 6 6 50 7
2022 10 7 7 310 8
2022 10 8 8 280 5
2022 10 9 9 100 3
2022 10 10 10 120 4
2022 10 11 11 230 4
2022 10 12 12 40 5
2022 10 13 13 180 4
2022 10 14 14 30 4
2022 10 15 15 40 5
2022 10 16 16 140 3
2022 10 17 17 80 3
2022 10 18 18 20 4
2022 10 19 19 220 5
2022 10 20 20 20 4
2022 10 21 21 300 4
2022 10 22 22 350 4
2022 10 23 23 300 5
2022 10 24 24 360 8
2022 10 25 1 270 8
2022 10 26 2 360 6
2022 10 27 3 310 4
2022 10 28 4 260 8
2022 10 29 5 230 4
2022 10 30 6 180 4
2022 10 31 7 10 6
Sumber : Data Diolah, 2022
Gambar 4. 1 Windrose Diagram Jakarta Utara di Bulan Oktober
Sumber : Data Diolah, 2022

4.2 Analisa Prosedur


Angin merupakan salah satu faktor meteorologis yang sangat berpengaruh terhadap
penyebaran polutan di udara. Besaran angin yang perlu untuk diperhitungkan adalah
kecepatan dan arah angin. Pada praktikum materi satu ini dilakukan pengukuran kecepatan
dan arah angin serta pembuatan windrose Dalam pembuatan windrose, data yang
dibutuhkan adalah keecepatan dan arah angin. Kedua data tersebut didapatkan dari
pengukuran menggunakan anemometer. Langkah kerja yang dilakukan adalah pertama
menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Selanjutnya menggunakan GPS untuk mencatat
titik lokasi. Kemudian melakukan pengukuran kecepatan angin menggunakan anemometer
berdasarkan arah mata angin yaitu N, NE, SE, S, SW, W, dan NW. Pengoperasian
anemometer dilakukan dengan cara menghidupkan alat dengan menekan tombol mode lalu
memilih satuan dengan menekan tombol set. Setelah dipilih satuan yang dibutuhkan lalu
dapat diketahui kecepatan angin.
Dalam pembuatan windrose dibutuhkan data kecepatan dan arah angin selama satu
bulan sehingga pada praktikum digunakan data dari BMKG yang dimana kelompok O2
menggunakan data pada daerah DKI Jakarta di bulan Oktober. Data yang didapatkan
tersebut disortir terlebih dahulu ke dalam tahun, bulan, tanggal, jam, arah angin, dan
kecepatan angin lalu disimpan dengan tipe Excel 97-2003 Workbook. Selanjutnya membuka
aplikasi WRPLOT View dan memasukkan data yang telah disortir dengn menekan tombol
tools lalu pilih import from excel kemudian pilih specify file dan import data angin yang
diinginkan. Setelah itu mengatur surface data dan station information sesuai dengan data
yang ada di excel. Kemudian menekan tombol import untuk mendapatkan file.sam.
Selanjutnya menyimpan data tersebut dengan tipe text document. Setelah itu untuk
mendapatkan windrose membuka aplikasi WRPLOT view kembali lalu add file, pilih text
document yang telah dibuat dan klik windrose dan print dalam format pdf.

4.3 Analisa Data Hasil Praktikum


Praktikum yang dilakukan menghasilkan data berupa kecepatan dan arah angin yang
selanjutnya dipetakan dengan menggunakan windrose. Data kecepatan dan arah angin
menggunakan data dari BMKG karena untuk pembuatan windrose dibutuhkan data selama
satu bulan. Dalam hal ini, kelompok O1 menggunakan data kecepatan dan arah angin
daerah Jakarta Utara pada bulan Oktober 2022. Dari pembuatan windrose dapat diketahui
pada arah angin pada kecepatan tertentu. Berdasarkan windrose, angin pada bulan Oktober
memiliki kecenderungan ke arah utara dengan frekuensi sebesar 16% dan kecepatan
sebesar 11 – 17 knots. Pada bulan ini kecepatannya bervariasi yang diantaranya adalah 4 –
7 knots, 7 – 11 knots, dan 11 – 17 knots. Pada kecepatan 4 – 7 knots, angin mengarah ke
timur dengan frekuensi 6% dan ke tenggara dengan frekuensi 3%. Selanjutnya, pada
kecepatan 7 – 11 knots, angin mengarah ke beberapa arah yang diantaranya adalah ke
utara dengan frekuensi 6%, ke arah utara timur laut dengan frekuensi 13%, ke arah timur
laut dengan frekuensi 10%, ke arah timur timur laut dengan frekuensi 3%, ke arah timur
tenggara dengan frekuensi 3%, ke arah selatan dengan frekuensi 6%, ke arah barat daya
dengan frekuensi 10%, dan ke arah barat barat laut dengan frekuensi 6%. Pada kecepatan
11 – 17 knots angin mengarah ke beberapa arah mata angin yang diantaranya adalah ke
arah utara dengan frekuensi 16%, ke arah timur laut dengan frekuensi 13%, ke arah barat
dengan frekuensi 10%, dan ke arah barat laut dengan frekuensi 10%. Adapun untuk
kecepatan angin rata-rata pada bulan Oktober di Jakarta Utara sebesar 9,53 knots.

4.4 Hubungan Kecepatan dan Arah Angin dengan Cuaca pada Wilayah yang Dipilih
Berdasarkan windrose yang telah dibuat pada praktikum, angin pada bulan Oktober di
Jakarta Utara memiliki kecenderungan ke arah utara dengan frekuensi sebesar 16% dan
kecepatan sebesar 11 – 17 knots. Menurut Seto et al. (2013), secara umum pada musim
hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya, angin bertiup dari barat daya ke barat laut. Pada
wilayah ini juga terjadi perubahan arah angin yaitu angin timur laut ke tenggara. Hal tersebut
disebabkan karena adanya gangguan tropis berupa tekanan rendah di Samudera Hindia
sebelah Jawa bagian barat. Akan tetapi hasil pada praktikum sesuai dengan penelitian yang
dilakukan pada bulan Januari 2016 hingga Desember 2017. Menurut Gusnita dan
Cholianawati (2019), pada musim hujan tahun 2016, arah polutan menuju ke wilayah timur
dan laut utara Kota Jakarta. Hal tersebut menunjukkan polutan cenderung mengarah ke laut.
Arah angin pada musim hujan cenderung bertiup dari barat menyebabkan trayektori polutan
mengarah ke arah timur Laut Jakarta. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecepatan dan arah
angin dapat berbeda-beda pada tiap tahunnya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
perubahan iklim yang menyebabkan kecepatan dan arah angin menjadi berbeda dari tahun-
tahun sebelumnya sehingga sulit untuk diprediksi.

4.5 Pengaruh Kecepatan dan Arah Angin terhadap Polusi Udara


Pendispersian polutan pada udara sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan arah angin.
Dalam hal ini, kecepatan dan arah angin berpengaruh terhadap perpindahan polutan dari
sumber ke penerima. Parameter tersebut menunjukkan daerah yang paling tercemar oleh
polutan. Adapun perubahan parameter tersebut menunjukkan arah penyebaran dan fluktuasi
konsentrasi zat pencemar di atmosfer serta untuk menentukan kelas stabilitas atmosfer
(Handriyono, 2017). Arah angin akan mempengaruhi sejauh mana polutan akan terbawa
oleh angin (Riyanti et al., 2018).
Kecepatan angin berbanding lurus dengan pendispersian polutan yang dimana
semakin tinggi kecepatan angin maka pendispersian polutan akan semakin tinggi sehingga
konsentrasi pencemar akan semakin rendah. Pada penelitian ini diperoleh hasil nilai
koefisien korelasi yang didapatkan sebesar -0,7121 dengan tingkat hubungan kuat. Hal
tersebut menunjukkan bahwa dari pengujian yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan
kuat yang berbanding terbalik antara kecepatan angin dan konsentrasi CO. Kecepatan angin
yang semakin tinggi menyebabkan kadar CO yang terdapat pada titik sampling semakin
rendah. Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang menghasilkan hal
yang sama. Adapun pada kecepatan angin yang tinggi pada suatu lokasi menyebabkan
konsentrasi CO semakin rendah karena polutan CO tersebut telah terdispersi ke segala arah
(Wirosoedarmo et al., 2020).

4.6 Perubahan Kecepatan dan Arah Angin pada Perubahan Iklim


Dalam menganalisis perubahan iklim, terdapat sejumlah unsur cuaca yang perlu
diperhitungkan. Salah satu unsur cuaca tersebut adalah kecepatan dan arah angin. Pada
dasarnya, musim angin terjadi pada bulan Desember dan Januari. Akan tetapi berdasarkan
analisis kecepatan angin yang dilakukan pada Kabupaten Maluku Barat Daya menunjukkan
adanya perubahan musim angin. Puncak kecepatan tertinggi di tahun 2015 terjadi pada
bulan Agustus dengan kecepatan 9 knots, pada tahun 2016 kecepatan tertinggi terjadi di
bulan Desember dengan kecepatan 20 knots, pada tahun 2017 kecepatan tertinggi terjadidi
bulan Juni – Agustus dengan kecepatan 8 knots, serta pada tahun 2018 kecepatan tertinggi
terjadi di bulan Mei dan Juni dengan kecepatan 8 knot yang selanjutnya turun menjadi 7 knot
di bulan Juli. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan iklim menyebabkan kecepatan
angin menjadi fluktuatif (Pembuain et al., 2022).
Adanya perubahan iklim juga berpengaruh terhadap arah angin. Pada dasarnya angin
yang berhembus adalah angin musim timur pada bulan April – Agustus dan angin musim
barat pada September – Januari. Akan tetapi karena adanya perubahan iklim, maka pola
angin tersebut menjadi tidak menentu. Hal tersebut menyebabkan sulitnya Menyusun
kalender musim yang menggambarkan kondisi ekologis laut dan aktivitas perikanan pada
masa sekarang. Bulan-bulan yang telah dipahami sebagai musim berhembusnya angin timur
saat ini mengalami pergeseran yang dimana terkadang berhembus angin barat. Selain itu,
terkadang angin barat datang lebih awal dan memotong masa angin timur (Patriana dan
Satria, 2015).

4.7 Kecepatan dan Arah Angin saat Musim Muson di Indonesia


Pola arah dan kecepatan angin dipengaruhi oleh musim muson. Pada musim barat,
angin yang dominan bertiup adalah dari arah barat daya sehingga angin bergerak menuju
timur dan timur laut. Pergerakan tersebut disebabkan tekanan udara di sebelah barat lebih
tinggi dibandingkan dengan timur. Pada musim peralihan I, angin yang dominan berhembus
dari arah utara dan tenggara serta barat daya. Hal tersebut disebabkan pusat tekanan di
daerah timur yang lebih tinggi dibanding barat. Pada musim peralihan II, angin yang dominan
berhembus dari arah tenggara menandakan berakhirnya musim timur. Pada musim ini
terdapat sisa musim timur yang menyebabkan terdapat angin yang bergerak dari arah timur.
Hal tersebut menyebabkan angin bergerak menuju arah barat laut (Fadika et al., 2014).
Muson timur yang terjadi pada bulan April – September menyebabkan terjadinya
musim kemarau di Indonesia. Pada musim ini, rata-rata kecepatan angin selama 11 tahun
yaitu dari tahun 1999 – 2009 diketahui wilayah perairan Indonesia memiliki kecepatan angin
yang cukup besar khususnya di selatan khatulistiwa. Pada daerah tersebut kecepatan
minimumnya 6 m/s dan kecepatan maksimumnya 12 m/s. Beberapa wilayah yang memiliki
kecepatan angin terbesar berada pada Laut Hindia sampai Nusa Tenggara, laut Arafuru
sampai Laut Banda, dan pada Laut Jawa sampai Selat Karimata. Sementara pada bulan
Oktober – Maret yaitu di Muson Barat menyebabkan terjadinya musim hujan di Indonesia.
Pada musim ini wilayah perairan Indonesia memiliki kecepatan minimum diatas 5 m/s dan
kecepatan maksimum 10 m/s dengan rata-rata lokasi perairan Indonesia memiliki kecepatan
angin berkisar 8 – 10 m/s (Dida et al., 2016).

4.8 Penerapan Wind Rose dalam Bidang Teknik Lingkungan


Salah satu penerapan windrose adalah pada analisis pencemaran udara. Analisis
pencemaran udara perlu dilakukan karena hal tersebut berpengaruh terhadap kualitas
kesehatan masyarakat dan lingkungan sehingga dengan adanya analisis maka akan dapat
dilakukan upaya pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara. Secara
alami, faktor meteorologi berperan dalam pengaturan dan pengendalian pencemaran udara
sehinga memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengendalikan diri dari masuknya zat
pencemar. Beberapa faktor meteorologis yang berpengaruh diantaranya adalah kecepatan
dan arah angin, suhu, kelembaban, dan stabilitas atmosfer. Oleh karena arah dan kecepatan
angin merupakan salah satu parameter yang berpengaruh terhadap pencemaran udara,
maka parameter tersebut perlu diperhitungkan. Salah satu bentuk penyajian data kecepatan
dan arah angin adalah dengan windrose. Windrose menggambarkan persentase kejadian
arah dan kecepatan angin pada periode tertentu. Dari windrose akan dapat diketahui
kecenderungan arah angin pada suatu daerah serta dapat diperkirakan kemana arah
distribusi pencemar udara yang diemisikan dari sumber pencemar (Astuti dan
Kusumawardani, 2018). Windrose menunjukkan frekuensi angin dari arah tertentu selama
periode tertentu. Pada windrose terdapat lingkaran yang menunjukkan nilai frekuensi angin
yang dimana pada pusat lingkaran nilainya 0% dan terus meningkat pada lingkaran di
luanya. Adapun nilai hubungan antara angin dan persebaran polutan adalah berbanding
lurus dimana semakin cepat angin berhembus maka jarak persebaran polutan akan semakin
jauh (Setyo dan Handriyono, 2021).
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Praktikum materi satu bertujuan agar Mahasiswa dapat membuat cakra angin
(windrose) dengan data yang ada dan agar Mahasiswa dapat mengoperasikan aplikasi
WRPLOT View dalam membuat windrose diagram. Pembuatan windrose dilakukan dengan
menggunakan data wilayah Jakarta Utara pada bulan Oktober yang didapatkan dari BMKG.
Hal tersebut dikarenakan pembuatan windrose membutuhkan waktu selama satu bulan. Dari
windrose yang telah dibuat didapatkan beberapa variasi kecepatan yaitu 4 – 7 knots, 7 – 11
knots, dan 11 – 17 knots. Sementara variasi arah angin diantaranya adalah ke utara, utara
timur laut, timur laut, timur timur laut, timur, timur tenggara, tenggara, selatan, barat daya,
barat, barat barat laut, dan barat laut. Dari variasi kecepatan dan arah angin tersebut,
kecepatan dan arah angin yang dominan adalah ke arah utara dengan frekuensi 16% yang
memiliki kecepatan sebesar 11 – 17 knots. Adapun untuk kecepatan angin rata-rata pada
bulan Oktober di Jakarta Utara sebesar 9,53 knots. Adanya ketidaksesuaian dengan literatur
dapat disebabkan karena adanya perubahan iklim sehingga terjadi perubahan pola angin.

5.2 Saran
Praktikum telah dilakukan dengan kondusif dan sangat baik karena mampu memenuhi
tujuan dari praktikum. Penjelasan dan praktik yang dilakukan telah menunjang pemahaman
dan kemampuan mahasiswa dalam pembuatan windrose untuk memetakan arah dan
kecepatan angin. Harapannya, praktikum dapat berjalan dengan kondusif hingga materi
terakhir.
DAFTAR PUSTAKA

A’yun AQ. 2019. Angin dalam Perspektif Al-Qur’an. Skripsi. Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir, Fakultas Usuluddin, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.
Derek O, Allo EK, Tulung NM. 2016. Rancang Bangun Alat Monitoring Kecepatan Angin
dengan Koneksi Wireless Menggunakan Arduino Uno. Jurnal Teknik Elektro, 5(4) : 1
- 7.
Latif M, Alfarizi, Muharam M, Laksono HD, Yunus S, Rajab A, Fitrilina. 2022. Prototipe Turbin
Angin Savonius Empat Sudu pada Kecepatan Angin Rendah untuk Pengisian
Baterai. Jurnal Amplifier, 22 (1): 19 – 24.
Nurhayati dan Aminuddin J. 2016. Pengaruh Kecepatan Angin terhadap Evapotranspirasi
berdasarkan Metode Penman di Kebun Stroberi Purbalingga. Journal of Islamic
Science and Technology, 2(1) : 21 – 28.
Pramono A, Sutaryani A, Qothrunada DT, Satria H. 2022. Analisis Kondisi Angin Wilayah
Pesisir dengan Diagram Windrose di Kota Kendari Tahun 2021. Prosiding Seminar
Nasional Trend. Kendari, 25 Juni.
Qothrunada DT, Satria H, Putra YRW, Putra AMMB, Prakoso B, Anggara CM. 2022. Analisis
Diagram Windrose di Konawe Selatan. Jurnal Sains Riset, 12(1) : 22 – 26.
Saputra M, Darsan H, Munawir A. 2019. Kecepatan Angin: Menggunakan Mawar Angin
sebagai Prediktor. Jurnal Mekanova, 5(2) : 91 – 103.
Sujalu AP, Pulihasih AY, Biantary MP. 2020. Instrumentasi Klimatologi dan Meteorologi.
Zahir Publishing, Yogyakarta.
Syafik A, Kunarso, Hariadi. 2013. Pengaruh Sebaran dan Gesekan Angin terhadap Sebaran
Suhu Permukaan Laut di Samudera Hindia (Wilayah Pengelolaan Perikanan
Republik Indonesia 573). Jurnal Oseanografi, 2(3) : 318 – 328.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Astuti W, Kusumawardani Y. 2018. Analisis pencemaran udara dengan box model (daya
tampung beban pencemar udara) studi kasus di Kota Tangerang. Neo Teknika, 3(1):
21–28. https://doi.org/10.37760/neoteknika.v3i1.1048.
Dida HP, Suparman S, Widhiyanuriyawan D. 2016. Pemetaan potensi energi angin di
perairan Indonesia berdasarkan data satelit QuikScat dan WindSat. Jurnal Rekayasa
Mesin, 7(2): 95–101. https://doi.org/10.21776/ub.jrm.2016.007.02.7.
Fadika U, Rifai A, Baskoro R. 2014. 16. Ulha. Arah dan kecepatan angin musiman serta
kaitannya dengan sebaran suhu permukaan laut di selatan Pangandaran Jawa Barat.
Jurnal Oseanografi, 3(3): 429–437. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose.
Gusnita D, Cholianawati N. 2019. Pola konsentrasi dan trayektori polutan PM2.5 serta faktor
meteo di Kota Jakarta. JKPK (Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia), 4(3): 152-163.
https://doi.org/10.20961/jkpk.v4i3.35028.
Handriyono RE. 2017. Pembentukan fungsi pengaruh meteorologi pada persamaan gauss
menggunakaan software R. Jurnal IPTEK, 21(2): 1-8.
https://doi.org/10.31284/j.iptek.2017.v21i2.91.
Patriana R, Satria A. 2015. Pola adaptasi nelayan terhadap perubahan iklim: studi kasus
nelayan Dusun Ciawitali, Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis,
Jawa Barat. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 8(1): 11-23.
https://doi.org/10.15578/jsekp.v8i1.1191.
Pembuain M, Pattinama MJ, Leatemia ED. 2022. Strategi adaptasi petani terhadap
perubahan iklim untuk mempertahankan produksi jagung di Desa Manuweri Kabupaten
Maluku Barat Daya. Jurnal Agribisnis Kepulauan. 10(2): 143–157.
Riyanti A, Herawati P, Pajriani NH. 2018. Pengaruh konsentrasi NO2 udara ambien pada
daerah padat kendaraan terhadap konsentrasi NO 2 udara dalam ruang (studi kasus di
Kawasan Simpang Pulai Kota Jambi). Jurnal Daur Lingkungan, 1(2): 60-64.
https://doi.org/10.33087/daurling.v1i2.12.
Seto TH, Sutrisno, Tikno S, Widodo FH. 2013. Pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca
untuk redistribusi curah hujan dalam rangka tanggap darurat banjir di Provinsi DKI
Jakarta dan Sekitarnya. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 14(1), 1-11.
https://doi.org/10.29122/jstmc.v14i1.2676.
Setyo GA, Handriyono RE. 2021. Analisis penyebaran Gas Karbon Monoksida (CO) dari
sumber transportasi di Jalan Raya Kertajaya Indah Surabaya. Envitats, 1(1): 18-26.
Wirosoedarmo R, Suharto B, Proborini DE. 2020. Analisis pengaruh jumlah kendaraan
bermotor dan kecepatan angin terhadap Karbon Monoksida di Terminal Arjosari. Jurnal
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 7(2), 57–64.
https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2020.007.02.2.
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN
LAMPIRAN DHP

Anda mungkin juga menyukai