Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ILMU UKUR TANAH

PEMANFAATAN ILMU UKUR TANAH DAN PEMETAAN DALAM


DUNIA KEHUTANAN

Oleh :
PUTI ANUGRAH DESIANTI
191910301111

Dosen Pengampu :
RENDRA SUPROBO AJI, S.T., M.T., CAPM
NIP.760017109

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah yang berjudul “PEMANFAATAN ILMU UKUR TANAH DAN
PEMETAAN DALAM DUNIA KEHUTANAN” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pemikirannya. Khususnya
kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa merahmati dan memberi hidayah dan
pencerahan serta kemudahan dalam mengerjakan.
2. Bapak Rendra Suprobo Aji, S.T., M.T., CAPM. Selaku dosen pengampu yang telah
membimbing dalam mengerjakan tugas Ilmu Ukur Tanah ini.
3. Sumber-sumber dari buku, situs, maupun jurnal yang diambil dan tertera dalam daftar
pustaka
4. Dukungan kedua orang tua dan rekan-rekan S1 Teknik Sipil Universitas Jember

Dan penulis berharap semoga makalahini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
agar kedepannya makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi, karena penulis menyadari bahwa
dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan.

Jember, 5 Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I..............................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1


1.2 Tujuan...........................................................................................................1
1.3 Rumusan masalah.........................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................2

LANDASAN TEORI.....................................................................................................2

2.1 Ilmu Ukur Tanah...........................................................................................2

2.2 Peta dan Pemetaan.........................................................................................3

2.3 Manfaat Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan dalam Dunia Kehutanan.............4

BAB III..........................................................................................................................6

CASE STUDY...............................................................................................................6

3.1 Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan dalam Dunia Kehutanan...........................6

BAB IV.........................................................................................................................15

PENUTUP....................................................................................................................15

4.1 Kesimpulan.................................................................................................15
4.2 Saran...........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah dari dulu manusia mengenal ilmu ukur tanah, apabila manusia manusia sedang
berpergian biasanya mereka menghitung dengan berpatokan melalui matahari yaitu dari
terbitnya matahari dan tenggelamnya matahari. Perkembangan ilmu pengukuran tanah sendiri
berasal dari bangsa Romawi, yang ditandai dengan pekerjaan konstruksi diseluruh wilayah
kerajaan/kekaisaran. Selanjutnya ilmu ini dilestarikan dan dikembangkan oleh bangsa Arab
yang disebut dengan ilmu geometris praktis. Pada abad ke-13, Von Piso dalam karyanya yang
berjudul “Patricia Geometria”menguraikan cara-cara pengukuran tanah, yang kemudian
dilanjutkan oleh Liber Quadratorium mengenai pembagian kuadra. Dari segi peralatannya,
astrolab adalah instrumen atau petunjuk yang dipakai pada masa itu. Alat ini berbentuk
lingkaran logam dengan penunjuk  berputar dipusatnya, yang dipegang oleh cincin diatasnya
dan batang silang (crossstaff). Panjang batang silang menyebabkan jaraknya bisa diukur
dengan perbandingan sudut. Sejalan dengan perkembangan zaman dan perkembangan dunia,
maka ilmu ukur tanah mengalami perkembangan pula hingga ditemukannya alat yang disebut
waterpass dan theodolit, yang sangat membantu manusia sampai sekarang. Ilmu ukur tanah
bisa juga kita gunakan diberbagai bidang misalnya bidang pertanian, perikanan, kehutanan
dan pertambangan, cara pengambilan data dan pengolahannya sama dengan di bidang Teknik
Sipil.

1.2     Tujuan

 Untuk mengetahui  manfaat ilmu ukur tanah dan pemetaan dalam dunia kehutanan.
 Untuk mengetahui konsep ilmu ukur tanah dan pemetaan.
 Untuk memenuhi tugas ilmu ukur tanah dan pemetaan.

1.3    Rumusan masalah

 Apa itu ilmu ukur tanah?


 Apa itu peta dan pemetaan?
 Apa saja manfaat Ilmu Ukur Tanah dan pemetaan dalam dunia Kehutanan ?

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Ilmu Ukur Tanah

Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus mempelajari sebagian
kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuran-pengukuran guna
mendapatkan peta. Pengukuran yang di lakukan terhadap titik-titik detail alam maupun
buatan manusia meliputi posisi horizontal (x,y) maupun posisi vertikal nya (z) yang
diferensikan terhadap permukaan air laut rata-rata. Agar titik-titik di permukaan bumi yang
tidak teratur bentuknya dapat di pindahkan ke atas bidang datar maka di perlukan bidang
perantara antara lain : bidang Ellipsoid, bidang bultan dan bidang datar (untuk luas wilayah
55 km) Dalam pengertian yang lebih umum pengukuruan tanah dapat dianggap sebagai
disiplin yang meliputi semua metode untuk menghimpun dan melalukan proses informasi dan
data tentang bumi dan lingkungan fisis. Dengan perkembangan teknologi saat ini metode
terestris konvensional telah dilengkapi dengan metode pemetaan udara dan satelit yang
berkembang melalui program-program pertanahan dan ruang angkasa.

Alat-alat yang digunakan ada yang tergolong sederhana dan ada yang tergolong
modern. Sederhana atau modernnya alat ini dapat dilihat dari sederhana cara
menggunakannya dan sederhana komponen alatnya. Alat-alat ini ada yang tergolong alat-alat
pekerjaan kantor dan alat pekerjaan lapangan. Alat kantor umumya berkaitan dengan alat
tulis, gambar dan hitung, sementara alat lapangan berkaitan dengan alat-alat ukur. Alat
lapangan yang dapat digolongkan sederhana antara lain meteran, kompas, teropong pendatar
tangan, odometer, dan alat sifat datar sederhana tanpa teropong.

Pada zaman Mesir Kuno, sekitar 140 tahun sebelum masehi. Pekerjaan pemetaan
tanah dilakukan untuk keperluan perpajakan atau mungkin dalam istilah jaman sekarang
adalah kadaster. Setelah perang dunia I dan ke II, pengukuran tanah berkembang sejalan
dengan berkembangnya teknologi dan informasi kala itu. Peralatan konvensional digantikan
peralatan yang serba otomatis dan elektronik, begitu juga untuk pengolahan datanya
dilakukan dengan metode komputerisasi.

Pada zaman Yunani Kuno, sekitar 220 tahun sebelum masehi. Sejarah mencatat
bahwa Erastotenes adalah orang pertama yang mencoba menghitung dimensi bumi. Dia

4
menghitung sudut meredian Syene dan Alexandria di Mesir dengan mengukur bayangan pada
matahari. Dari hasil pengukurannya diperoleh keliling bumi 25000 mil (13,5 mil lebih
panjang dari pengukuran modern). Baru pada sekitar 120 tahun sebelum masehi berkembang
ilmu geometri metode pengukuran sebidang lapangan (Dioptra). Setelah abad ke 18 dan 19,
seni pengukuran maju sangat pesat oleh karena kebutuhan-kebutuhan peta semakin dirasakan
terutama di Inggris dan Prancis.

2.2 Peta dan Pemetaan

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu
melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai
dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer.
Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja.
Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi
pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu.Sebuah peta adalah
representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan
peta disebut kartografi. Banyak peta mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar
objek pada peta dalam keadaan yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.

Proses Pemetaan Pemetaan adalah suatu proses untuk menghasilkan suatu peta , yang
melalaui beberapa tahapan kerja .

Tahapan  pemetaan pada umumnya terdiri atas tahapan sebagai berikut.

a .Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dapat di lakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengumpulan secara langsung yakni di lakukan dengan caraobservasi atau pengukuran
langsung di lapang guna mendapatkan detail alam maupun buatan.

b .Pengolahan Data.

Pengolahan data terdiri dari prosese perhitungan dan analisis data lapang baik secara
manual maupun komputerisasi. Sampai saat ini cara manual masih banyak di pakai, terutama
untuk perhitungan yang sederhana dan tidak komplek. Dewasa ini pemakaian komputer

5
sudah merupakan bagian integral dalam pengolahan data, terutama untuk perhitungan dan
analisis yang komplek, cara manual sudah semakin di tinggalkan. Kelebihan lain dari
komputer adalah adanya Bank data (Data Base) yang mudah di panggil maupun untuk
keperluan up date (pembaharuan) jika suatu saat terdapat refisi.

c. Presentasi.

Data yang telah di kumpulkan di olah dan di analisis secara sistematik pada tahap
selanjutnya adalah presentasi dalam bentuk peta-peta yang dia maksud. Penggambaran
seperti halnya pengolahan data dapat secara manual maupun otomatis. Penggambaran secara
manual selain memerlukan waktu yang lama juga tidak mudah melakukan refisi. Penggunaan
plotter ataupun automatic drafting equitment kemampuan resolousinya sudah sangat tinggi,
sehingga tidak kalah hasilnya di bandingkan dengan cara-cara manual. Selain liebih cepa juga
kemampuannya untuk teknik overlay,menjadikan peta dapat berfungsi sebagai alat analisis
yang memadai.

2.3 Manfaat Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan dalam Bidang Kehutanan

Sumber daya hutan merupan pemasok devisa negara non migas yang dapat
memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi perekonomian negara. Hutan merupakan
peranan yang sangat kompleks terutama yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan bagi
masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Agar hutan dapat memenuhi fungsi tersebut, hutan
harus senantiasa dijaga keberadaannya dan dikelola secara rasional agar dapat memberikan
hasil yang maksimal.

Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi keseimbangan lingkungan.


Peranan hutan yaitu dapat menyerap karbondioksida yang dihasilkan oleh perkembangan
industri dan asap kendaraan bermotor, sehingga dengan adanya hutan akan dapat mengurangi
polusi udara. Selain hutan dapat menjaga keseimbangan udara, hutan juga dapat menahan air
hujan di dalam tanah sehingga air dapat meresap kedalam tanah, untuk itu hutan perlu dijaga
kelestariannya.

Oleh karena bidang kehutanan tidak jauh dari sebaran suatu ruang maka manfaat Ilmu
ukur tanah dan pemetaan tentulah sangat diperlukan, diantara manfaat ilmu tersebut dalam
bidang Kehutanan yaitu:

6
Manfaat ilmu ukur tanah dan pemetaan dalam dunia kehutanan yaitu: Terutama bagi
para surveyor dan peneliti, ilmu ini tentu sangat berguna sebagai alat bantu untuk mengetahui
gambaran kawasan yang akan disurvei atau diteliti serta membantu menentukan lokasi-lokasi
yang mungkin akan ditempatkan petak percobaan, lokasi penelitian, rute jalan, base camp dan
lain-lain. Membantu untuk menuju lokasi atau letak tempat-tempat  yang akan dituju. Sebagai
alat untuk memasukan data yang dijumpai di lapangan. Untuk data-data yang terkait dengan
keruangan, seperti lokasi temuan spesies, lokasi kawasan yang terganggu sangat membantu
apabila datanya langsung dimasukan kedalam peta. Sebagai alat untuk melaporkan hasil
penelitian atau survey,( Muksita,khairatul.2010 )

Untuk mengetahui ilmu dasar dari pengukuran tanah dan pemetaan maka manfaat
dalam bidang kehutanan khusus nya padasuatu pemetaan dalam bidang kehutanan dengan 
Peta tata guna lahan bertujuan memberi informasi penggunaan lahan, seperti lahan pertanian,
lahan perkebunan, lahan pemukiman, lahan hutan produksi lahan tambang dan lainnya.Peta
batas wilayah hutan menunjukkan batas – batas wilayah yang menjadi peruntukan hutan
tersebut, baik sebagai hutan produksi, hutan lindung. Peta ini juga untuk menunjukkan batas
– batas dari wilayah hutan dari perusahaan yang memiliki izin usaha pemanfaatan hasil hutan
kayu (IUPHHK). Peta penutupan lahan bertujuan untuk mengetahui penutupan lahan pada
suatu wilayah, yang selanjutnya digunakan untuk berbagai kebijakan, salah satunya untuk
menentukan wilayah yang harus direhabilitasi hutan dan lahan.Peta untuk tujuan konservasi
sangat berkaitan erat dengan peta tataguna lahan, terutama dalam pengaturan ruang dimana
suatau komunitas berada. Dengan peta dapat diajukan sebuah usulan perbaikan dalam
pengaturan, khususnya untuk menjaga keseimbangan alam dan keberlanjutan daya dukung
alam kelangsungan mahluk hidup sekitarnya

( Marjuradi,iman.2010.)

7
BAB III
CASE STUDY

3.1 Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan dalam Dunia Kehutanan


Ilmu ukur tanah dan pemetaan wilayah merupakan ilmu dasar yang harus dimiliki
oleh seorang ahli kehutanan atau rimbawan. Studi ini menjadi dasar bagi ilmun – ilmu
kehutanan lainnya, seperti iventarisasi sumber daya hutan, biometrika, geomatika,
manajemen jasa lingkungan, dan pembukaan wilayah hutan. Output yang harus dicapai ketika
sudah mempelajari studi ini adalah seorang rimbawan dapat membuat peta yang berkaitan
dengan kehutanan dan pastinya dapat menerjemahkan informasi – informasi yang terdapat
dalam peta, baik itu peta analog maupun peta digital.

Manfaat ilmu ukur tanah dan pemetaan dalam dunia kehutanan bagi para surveyor dan
peneliti, ilmu ini tentu sangat berguna sebagai alat bantu untuk mengetahui gambaran
kawasan yang akan disurvei atau diteliti serta membantu menentukan lokasi-lokasi yang
mungkin akan ditempatkan petak percobaan, lokasi penelitian, rute jalan, base camp dan lain-
lain. Membantu untuk menuju lokasi atau letak tempat-tempat  yang akan dituju. Sebagai alat
untuk memasukan data yang dijumpai di lapangan. Untuk data-data yang terkait dengan
keruangan, seperti lokasi temuan spesies, lokasi kawasan yang terganggu sangat membantu
apabila datanya langsung dimasukan kedalam peta. Sebagai alat untuk melaporkan hasil
penelitian atau survey. 

Pemetaan dalam hutan juga bertujuan untuk mengukur luasan tanah untuk dibatasi
sebagai batas hutan lindung, batas hutan produksi, juga untuk menentukan tempat yang di
rehabilitasi hutannya dan lain sebagainya . Fungsi peta itu sendiri yaitu untuk
menggambarkan medan yang terperkecil, baik secara detail maupun tidak.

Didalam GBHN menyatakan bahwa arah pembangunan kehutanan adalah


memberikan manfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga
kelestarian dan kelangsungan fungsi-fungsi hutan dan dapat mengutamakan pelestarian
sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup, memelihara tata air serta untuk memperluas
kesempatan usaha dan lapangan pekerjaan, meningkatkan sumber pendapatan negara dan
devisa serta memacu pembangunan daerah.

8
Hutan perlu dijaga kelestariannya untuk itu diperlukan peta. Peta merupakan
gambaran permukaan bumi yang digambar pada bidang datar atau media datar. Melalui peta
informasi dapat dipahami dan dimengerti keberadaannya dibandingkan dengan tabel-tabel,
uraian dan sebagainya. Penyajian peta secara lengkap melalui berbagai informasi tentang
permukaan bumi diwujudkan dalam bentuk peta rupa bumi, namun sebaliknya kita dapat
menyajikan peta informasi permukaan bumi dengan tema-tema tertentu yang dimaksud
dengan peta tematik.

Keberadaan peta tematik dari waktu ke waktu sangat diperlukan di kalangan


perencanaan wilayah khususnya pada dunia kehutanan, dikalangan ilmuwan, mahasiswa dan
masih banyak lagi. Peta tematik dapat juga digunakan sebagai alat belajar mendiri karena di
dalam peta mengandung unsur komunikasi antara pembuat peta dengan pengguna peta.

Di Indonesia metode pemetaan hutan dikenal dengan tata guna tanah kesepakatan. Hal
ini didasarkan pada undang-undang pokok kehutanan no.5tahun 1967 yang menetapkan
bahwa hutan diklasifikasikan menurut fungsi yaitu sebagai hutan lindung, hutan produksi,
hutan suaka dan hutan untuk keperluan rekreasi (siorus santun,1985).

Pemetaan itu sendiri digunakan untuk keperluan kepentingan laporan, analisis dan
pemahaman dalam interaksi dari obyek atau kenampakan secara keruangan. Peran peta ini
sangatlah penting bagi manusia untuk melakukan pengamatan lapangan, laporan penelitian,
atau dalam mempelajari fenomena yang terjadi. Data yang dimuat dalam peta adalah data-
data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dapat diwujudkan didalam bentuk
diagram atau simbol peta yang mencerminkan nilai atau jumlah. Sedangkan data kualitatif
merupakan suatu data mengenai fenomena-fenomena soial.

Pemetaan hutan dilakukan dengan menggunakan komputer yang berbasis SIG.


Pengertian SIG itu sendiri merupakan sistem informasi khusus yang mengelola data yang
memiliki informasi spesial (bereferensi keruangan) atau dalam artian yang lebih sempit
adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan,
mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis. Misalnya data yang
diidentifikasikan untuk lokasinya dalam sebuah database. Dengan cara pemetaan
menggunakan SIG ini dapat membantu memahami persoalan dengan baik, dengan
kemampuannya mengkombinasikan berbagai tipe informasi spesial. Selain itu pemetaan SIG
memungkinkan penyebaran data yang lebih mudah, karena peta-peta digital sangatlah mudah
untuk disebarkan secara online ke media, pemerintah dan masyarakat umum.

9
Ilmu Ukur Tanah (surveying) berperan sebagai alat bantu bagi para peneliti
atau surveyor di bidang Kehutanan untuk mengetahui gambaran kawasan yang akan diteliti
atau disurvei serta membantu menentukan lokasi-lokasi yang mungkin akan ditempatkan
petak percobaan, lokasi penelitian, rute jalan, base camp dan lain-lain. Membantu untuk
menuju lokasi atau letak tempat-tempat yang akan dituju. Sebagai alat untuk memasukan data
yang dijumpai di lapangan. Untuk data-data yang terkait keruangan, seperti lokasi temuan
spesies, lokasi kawasan yang terganggu, sangat membantu apabila datanya langsung
dimasukan ke dalam peta dan juga sebagai alat untuk melaporkan hasil penelitian atau survei.
Sistem perolehan data didapatkan melalui pengukuran terestrial, metode penginderaan jauh,
foto udara, citra satelit, radar, sumber data lain (data sekunder) dan kompilasi yaitu GIS/SIG.

Tahapan yang penting dalam pengukuran dan pemetaan hutan yaitu perumusan tujuan
atau tema pemetaan, pengukuran atau pengambilan data, pengolahan data dan penyajian data.
Jika dikaitan dengan ilmu ukur tanah, ilmu ukur tanah dan pemetaan wilayah merupakan
bagian dari studi manajemen hutan yang merupakan bagian dari ilmu geodasi. Secara
keseluruhan studi ini mirip dengan studi geodasi, hanya saja berfokus pada lahan yang
berkaitan dengan lahan hutan atau kawasan hutan. Dalam melakukan praktik pengelolaan dan
pengurusan hutan, seorang rimbawan harus memahami wilayan mana saja yang harus
dikelola sehingga kesalahan pada saat melakukan kegiatan tidak terjadi.

Ilmu ukur tanah dan pemetaan wilayah itu membahas mengenai bagaimana suatu
lahan diukur dan memetakan lahan tersebut pada media peta. Secara singkatnya ilmu ukur
tanah dan pemetaan wilayah itu membahas mengenai :

1. Pembuatan titik pasti


2. Pembuatan garis lurus
3. Pembuatan poligon sederhana
4. Pembuatan bentuk bangunan
5. Pembuatan belokan
6. Memahami prinsip kerja Global Positioning System (GPS)
7. Pembuatan peta kontur

Alat yang biasanya digunakan dalam studi ilmu ukur tanah dan pemetaan wilayah
adalah theodolite, kompas, jalon, pita ukur, abney level, unting-unting, waterpass, dan alat
komunikasi jarak jauh. Theodolite merupakan alat yang paling utama dalam ilmu ukur tanah
dan pemetaan wilayah, alat ini dapat memberikan data asimuth, zenith, dan jarak lapang.

10
Dalam menggunakan theodolite, setidaknya dilakukan oleh dua orang, satu orang
menggunakan theodolite dan satu orang lagi menggunakan jalon. Seorang pengamat apabila
terlalu lama menggunakan theodolite matanya akan lelah sehingga pengukurran tidak
secermat waktu awal menggunakan theodolite.

Data yang didapat dalam kegiatan di lapangan biasanya diubah ke dalam bentuk jarak
datar dan azimuth sebagai dasar pembuatan peta. Data yang ada kemudian diolah secara
manual ataupun dengan bantuan komputer untuk membuat peta digital ataupun peta analog.
Peta dasar yang pertama kali dibuat adalah peta kontur yang menunjukkan beda tinggi tiap
daerah. Setelah peta kontur dibuat, biasanya baru membuta peta tematik, seperti peta potensi
tegakan jati, peta sebaran flora dan fauna langka, peta kepadatan penduduk di sekitar hutan,
peta hasil hutan bukan kayu, dan lain-lain.

Ilmu ukur tanah dan pemetaan wilayah merupakan yang paling wajib dikuasai oleh
seorang rimbawan. Seorang rimbawan harus bertanggung jawab atas daerah mana saja yang
harus dia kelola. Apabila keterampilan ini tidak dimiliki oleh seorang rimbawan maka dia
akan buta dengan hutan yang dia kelola.

Peranan peta dan pemetaan wilayah kehutanan dapat digaris bawahi sebagai berikut
yaitu:

1. Sumber data dan informasi yang memerlukan yaitu pengguna peta,


2. Sarana bantu bagi penuangan ide atau pemikiran di dalam rangka pelaksanaan
kegiatan perencanaan,
3. Sarana bantu dalam rangka pelaksanaan pengamatan (survei) terhadap areal yang
akan diamati atau dilakukan kegiatan.

Sedangkan dalam dunia kehutanan peta dan pemetaan dimanfaatkan untuk berbagai
hal yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan survei hutan yang bersifat temporal maupun kontinue,


2. Memplotkan hasil kegiatan tersebut pada butir nomor 1,
3. Memplotkan hasil kegiatan penataan batas, baik keseluruhan wilayah dalam
rangka pengukuhan hutan maupun batas kawasan pengelolaan,
4. Sarana bantu didalam pelaksanaan penataan hutan,
5. Sarana bantu di dalam melaksanakan kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH),

11
6. Sarana bantu di dalam kegiatan manajemen (pengusahaan dan pengelilaan) hutan
secara umum.

Dari peran dan manfaat pemetaan diatas, pemetaan juga mempunyai beberapa syarat
agar peta dapat diguanakan untuk pengguna peta. Syaratnya sebagai berikut :

1. Menyajikan dan dapat memberikan data dan informasi yang diperlukan secara
teliti,
2. Disajikan dan ditampilkan secara indah dan menarik,
3. Mudah untuk dipersepsikan dan dimengerti,
4. Tidak terlalu ramai, sehingga map user dapat memperoleh data dan informasi
yang dikehendaki secara mudah dan teliti,
5. Dibuat dalam waktu cepat sehingga map user tidak menunda kegiatan yang
dilaksanakan,
6. Disajikan pada bahan atau materi peta yang baik.

Pemetaan yang dilakukan sangat menentukan apakah hasilnya (peta) nanti yang
digunakan oleh pengguna / pemakai peta. Selain itu, ketelitian, kelengkapan dan detail data
dan informasi yang disajikan pada peta juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
kegiatan selanjutnya yang dilakukan terutama kegiatan perencanaan.

Dapat dikatakan bahwa pemetaan merupakan kegiatan yang perlu mendapat perhatian
dan harus dilaksanakan secara cermat. Hal ini mengingat bahwa keberhasilan pelaksanaan
setiap kegiatan selanjutnya berawal dari keberhasilan kegiatan pemetaan.

Di dalam kegiatan survey dan pemetaan terdapat beberapa kendala yang tidak dapat
dipungkiri bahwa hal tersebut dapat menghambat dalam kegiatan pemetaan hutan. Kendala
yang terjadi yaitu sebagai berikut :

1. Dari segi Sumber Daya Manusia (SDM)


Permasalahan dari segi Sumber Daya Manusia ini adalah kurangnya sumber daya
manusia dan produktivitas

2. Dari segi administrasi


Permasalahan dari segi administrasi adalah tidak tertibnya di dalam pengarsipan
peta – peta lama. Peta manual yang merupakan produk peta lama tidak lengkap
dan belum seluruhnya terdigitasi dan diseragamkan ke dalam sistem TM-3 (masih

12
berkordinat lokal) sehingga rawan tumpang tindih dengan ukuran baru yang
menggunakan sistem pemetaan nasional TM-3.

3. Dari segi teknis


Permasalahan yang dihadapi dari segi teknis meliputi :
 Minimnya peralatan yang memadai :
Peralatan pengukuran dan pemetaan yang dimiliki seksi survei pengukuran
dan pemetaan seperti theodolite, GPS, Total Station dan komputer
pemetaan dinilai masih kurang lengkap dan banyak yang sudah rusak
sehingga menghambat pekerjaan yang harus dilakukan seperti pelaksanaan
program – program pertanahan seperti Larasita (Layanan Rakyat
Sertipikasi Tanah), Prona (Proyek Nasional) dan lain – lain.
 Peta TM-3 yang sudah didigitasi dari peta manual banyak yang tidak
cocok dengan keadaan sekarang.
Peta TM-3 yang dimiliki sekarang merupakan hasil digitasi dari peta –
peta lama yang masih manual dan berkoordinat lokal yang masih
dihinggapi banyak kesalahan sehingga pada saat petugas pemetaan
mengeplotkan hasil ukuran dari petugas ukur sering terjadi tumpang tindih
bidang tanah

4. Dari segi hukum


Permasalahan dari segi hukum terkadang adalah kesulitan mendatangkan
pemilik tanah yang berbatasan pada saat hendak melaksanakan pengukuran
bidang tanah sehingga Azas Contradictoire Delimitatie di dalam pengukuran sesui
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah sulit
terlaksana.
Azas Contradictoire Delimitatie yang tersirat dalam pasal 17 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 terkadang sulit terealisasikan di lapangan
karena kurangnya pemahaman dari masyarakat awam tentang pentingnya
pelaksanaan dari azas ini dalam proses pensertifikatan tanah. Disamping itu,
kesibukan dari pemilik bidang tanah berbatasan juga menyebabkan ketidakhadiran

13
mereka di dalam penetapan batas sehingga tanda tangan di gambar ukur terkadang
dititipkan pada pamong desa atau pemilik bidang tanah.

5. Dari segi metode


Permasalahan dari segi metode pengukuran yang sering dijumpai adalah
kesulitan mengukur salah satu sisi/panjang bidang tanah dikarenakan bidang tanah
terhalang oleh bangunan. Kota ini merupakan daerah yang relatif sebagian besar
luas wilayahnya digunakan untuk pemukiman penduduk sehingga terdapat banyak
bangunan/perumahan yang dibangun. Terbatasnya Titik Dasar Tehnik (TDT) yang
digunakan sebagai titik ikat dan keterbatasan peralatan yang dimiliki
menyebabkan pengukuran yang digunakan adalah metode trilaterasi sederhana.
Dengan menerapkan metode ini, juru ukur akan mengukur sisi bidang tanah yang
dapat diukur saja dan sisi yang tidak dapat diukur akan dihitung melalui hukum
perbandingan sinus dan cosinus. Metode permasalahan seperti ini keakuratan
relatif rendah terutama untuk daerah yang foto udaranya terhalang oelh awan
sehingga tak tampak jelas batas bidang tanahnya. Hal ini akan berakibat pada
besaran luasan bidang tanah yang dipetakan nantinya karena bisa saja lebih besar
atau lebih kecil dari luasan sebenarnya.

Solusi dari permasalahan yang tertera diatas yaitu :

1. Permasalahan mengenai Sumber Daya Manusia (SDM)

Mengoptimalkan pegawai yang ada merupakan salah satu cara untuk mengatasi
kekurangan SDM yang ada, selain itu agar SDM yang sudah ada lebih terampil dalam
menjalankan tugasnya perlu diadakan pendidikan dan latihan bagi para pegawai yang ada.

2. Permasalahan mengenai administrasi

Untuk mengatasi permasalahan mengenai ketidaktertiban di dalam pengadministrasian


peta maka perlu dilakukan penataan ulang pengarsipan peta. Peta-peta manual yang ada
sebaiknya di ubah kedalam bentuk digital, dengan cara mendigitasi kemudian menempatkan
sesuai dengan koordinat TM 3 dan dijadikan peta tunggal agar tidak terjadi tumpang tindih
ukuran. Untuk peta yang sudah didigit namun masih salah letak atau pendigitan, di Kota

14
Metro telah ditugaskan satu orang honorer dari surveyor swasta  untuk khusus menangani
memperbaiki peta tersebut agar tidak terjadi lagi tumpang tindih tersebut.

3. Permasalahan mengenai teknis

Untuk mengatasi permasalahan pengukuran yang dikarenakan minimnya peralatan yang


memadai dilakukan dengan menyisihkan sebagian dana taktis yang masuk untuk secara
swadaya membeli peralatan pengukuran seperti Global Positioning System (GPS) dan
theodolit. Disamping itu juga dengan menjaga dan memelihara peralatan yang telah ada
dengan sebaik-baiknya. Sedangkan untuk Peta TM-3 yang sudah didigitasi dari peta
manual namun masih banyak yang tidak cocok dengan keadaan sekarang, solusi
permasalahan yang dapat diambil adalah dengan mencocokan dengan peta foto yang ada
ataupun dengan mengecek ke lapangan.

4. Permasalahan mengenai hukum


Untuk mengatasi permasalahan pengukuran dari segi hukum yang dikarenakan kesulitan
mendatangkan pemilik tanah yang berbatasan pada saat hendak melaksanakan pengukuran
bidang tanah sehingga Azas Contradictoire Delimitatie sulit terealisasi adalah dengan
melakukan koordinasi antara petugas ukur dan petugas kelurahan dengan pemilik bidang
tanah dan pemilik bidang tanah berbatasan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberitahuan
surat akan dilaksanakannya pengukuran minimal 3 9tiga) hari sebelumnya .Disamping itu
juga perlu diadakan bimbingan dan penyuluhan oleh Kantor Pertanahan mengenai pentingnya
penerapan azas ini di dalam proses pensertifikatan bidang tanah untuk menjamin azas
spesialitas mengenai kepastian hukum subyek dan obyek hak atas tanah.

5. Permasalahan mengenai metode

Untuk mengatasi permasalahan pengukuran dari segi metode pengukuran yang


dikarenakan kesulitan mengukur salah satu sisi/panjang bidang tanah akibat terhalang oleh
bangunan maka dapat dilakukan dengan cara melihat batas-batas bidang tanah berbatasan
pada peta pendaftaran apabila bidang tanah yang berbatasan telah didaftarkan sedangkan
apabila bidang tanah yang berbatasan belum didaftarkan pada peta pendaftaran maka juru
ukur biasanya menggunakan GPS (Global Positioning System) dengan akurasi tinggi yang
dimiliki kantor pertanahan secara bergantian (menunggu giliran).

15
Berikut merupakan peta pemetaan hutan :

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perkembangan ilmu pengukuran tanah berasal dari bangsa Romawi, yang ditandai
dengan pekerjaan konstruksi diseluruh wilayah kekasisaran. Selanjutnya ilmu ini dilestarikan
oleh bangsa Arab yang disebut ilmu geometris praktis. Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah
dari ilmu yang lebih luas yang di namakan ilmu Geodesi, yang berfungsi dalam menentukan
bentuk permukaan bumi. Peta (surveying) adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur
atau kenampakankenampakan abstrak objek-objek yang dipilih dari permukaan bumi, atau
yang ada kaitannya dengan permukaan bumi, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang
datar yang diperkecil/diskalakan. Pemetaan adalah suatu proses untuk menghasilkan suatu
peta, yang melalui beberapa tahapan kerja. Fungsi ilmu ukur tanah dan pemetaan dalam dunia
kehutanan sebagai alat bantu untuk mengetahui gambaran kawasan yang akan disurvei atau
diteluiti serta membantu menentukan lokasi-lokasi yang mungkin akan di tempatkan peta
percobaan, lokasi penelitian, rute jalan, base camp dan lain-lain. Peta juga berfungsi dalam
bidang kehutanan seperti inventarisasi hutan, perencanaan hutan, pengukuhan hutan,
penataan hutan, pembukaan wilayah hutan,dll.

4.3 Saran

Di dalam pembuatan makalah ini, saya menyelesaikannya dengan bahan dari berbagai
sumber berasal dari internet. Sembari menyelesaikan tugas yang telah diberi, saya pun
sekaligus belajar dari pengerjaan tugas perkuliahan ini. Bila ada sesuatu yang kurang ataupun
salah bagi pembaca maupun dosen pengoreksi, saya akan menerima saran guna membangun
kesempurnaan makalah ini dan saya pun bisa semakin maju dalam mengerjakan tugas
selanjutnya kelak.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.adhyaksapersada.co.id/ilmu-ukur-tanah/

https://www.academia.edu/Documents/in/Ilmu_Ukur_Tanah_Dan_Pemetaan

http://geografi9.blogspot.com/p/economy_19.html

https://docplayer.info/72888492-Ilmu-ukur-tanah-dan-pemetaan-fungsi-ilmu-ukur-tanah-dan-
pemetaan-dalam-bidang-kehutanan-nama-miranda-vinsensia-siahaan-nim-g.html

Arifin,zainal.2012.Ilmu ukur tanah. Program studi teknik sipil. Pusat pengembangan bahan
ajar (publikasi)

Muksita,khairatul.2010.ilmu ukur tanah dan apliksi nya.Fakultas pertanian Universitas


Lambung mangkurat.Banjarbaru.

http://sylvauntan.blogspot.com/2010/06/iutp.html

http://www.faperta.upr.ac.id/akademik/kurikulum/kehutanan.html

http://rheyndiaz2.blogspot.com/2012/10/kendala-dalam-survey-pengukuran.html

18

Anda mungkin juga menyukai