Anda di halaman 1dari 3

PERBANDINGAN UJI KETEGUHAN GESER ANTARA KAYU LAPIS JABON

(Anthocephalus cadamba Miq) LABORATORIUM BIOKOMPOSIT DENGAN


KAYU LAPIS PASARAN
Oleh

Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan


Institut Pertanian Bogor, Kampus Dramaga Bogor 16680, Indonesia.
E-mail: kenny.setiasih@gmail.com

Abstrak
Anthocephalus cadamba Miq., yang juga dikenal dengan nama jabon, merupakan
jenis pohon tropis yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Jabon telah ditanam di Indonesia dalam skala besar sejak tahun 1930-an (Slik 2006). Jenis ini
juga diharapkan menjadi semakin penting bagi industri perkayuan di masa mendatang,
terutama ketika bahan baku kayu pertukangan dari hutan alam diperkirakan akan semakin
berkurang. Kayu jabon mudah dibuat vini dengan sudut kupas 920 untuk tebal vinir 1,5 mm.

Pendahuluan

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan tropis terluas di dunia dengan
sumber daya alam yang melimpah. Salah satu sumber daya alam yang melimpah adalah kayu.
Kayu merupakan salah satu elemen konstruksi yang mudah didapat dan tersedia dalam jumlah
yang relatif banyak. Kekuatan kayu untuk menahan gaya tarik dan gaya geser yang cukup
tinggi mengakibatkan kayu banyak digunakan dalam bagian konstruksi seperti dijadikan
sebagai bahan baku produksi kayu lapis. Industri perkayuan tercatat pernah menjadi barometer
peningkatan penerimaan negara di sektor kehutanan selama periode 1967- 1999 (Alviya, 2011).
Menurunnya kinerja industri pengolahan kayu khususnya industri kayu gergajian dan kayu
lapis ditunjukkan dengan produksi kayu gergajian dan kayu lapis serta volume ekspor tersebut
yang terus menurun.
Kayu lapis merupakan salah satu sumber devisa dari sektor perkebunan dan diproduksi
hampir di semua propinsi di Indonesia. Pada tahun 1997 total produksi kayu lapis sebesar
10.270.230,39 m3/tahun sedangkan pada tahun 2000 sebesar 4.611.878,08 m3/tahun atau
menurun 55 persen (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2001 dalam Kartikasarie, 2003).
Penurunan total produksi kayu lapis tersebut disebabkan semakin menurunnya jumlah
ketersediaan bahan baku untuk memproduksi kayu lapis sehingga berpengaruh terhadap kinerja
industri kayu lapis. Pasokan bahan baku yang semakin berkurang, dapat disiasati dengan
efisiensi bahan baku log yang salah satunya dapat dilakukan dengan penetapan ukuran sasaran.
Kayu lapis merupakan salah satu hasil produk pengembangan industri hilir pengolahan kayu
yang menggunakan bahan baku kayu bulat (log). Produk ini merupakan salah satu dari
komoditi ekspor non migas yang cukup besar nilai bagi indonesia setelah produk tekstil.
Perkembangan industri kayu lapis dimulai setelah tahun 1930-an yang ditandai dengan
penggunaan kempa panas dari eropa dan perekat resin sintesis sebagai perkembangan teknik
yang memainkan peranan penting pada pertumbuhan awal industri kayu lapis.
Pada umumnya, kayu yang digunakan pada untuk pemenuhan kebutuhan manusia dalam
bentuk sederhana merupakan kayu solid dalam bentuk kayu gergajian maupun gelondongan.
Sedangkan pada bangunan modern, kayu yang dipakai bukan hanya kayu solid saja melainkan
lebih banyak digunakan kayu komposit dalam bentuk panil atau balok laminasi.
Komposit kayu adalah bahan baku kayu yanag digabungkan satu sama lain menggunakan
perekat ( Mardikanto et al,. 2009). Produk komposit dapat dibuat dalam berbagai ukuran dan
bentuk, serta dapat dibuat dalam berbagai kombinasi bahan baku. Dengan penggunaan kayu
komposit ini, penggunaan kayu dapat dilakukan secara efisien dan bahan baku dengan berbagai
ukuran (baik kecil maupun besar) dapat dimanfaatkan dengan bijaksana. Dengan penggunaan
perekat, dapat diciptakan balok laminasi yang biasanya berukuran besar dari pohon-pohon
berdiameter kecil ataupun pohon-pohon hasil kegiatan penjarangan.
Beberapa produk komposit kayu yang dapat diciptakan antara lain adalah Laminated veneer
lumber (LVL), plywood (kayu lapis), parallel veneer lumber, laminated beams (balok
laminasi), fiberboard (papan serat), oriented standartboard (OSB), wood fiber-plastic
composites, dan lain-lain.
Beragamnya produk komposit yang dihasilkan tidak lepas dari peranan perekat. Perekat
yang biasa digunakan dalam hal merekatkan kayu lapis adalah Phenol Formaldehida(PF), Urea
Formaldehida(UF), dan Melamin Formaldehida. Karakteristik yang membedakan perekat MF
dan UF adalah perekat MF sangat tahan terhadap serangan air sehingga harganya lebih mahal.
MF resin digunakan sebagai perekat kayu lapis untuk eksterior dan semi eksterior sesuai
dengan grade plywood. Phenol formaldehida merupakan hasil kondensasi formaldehida
dengan monohidrik phenol, termasuk phenol itu sendiri, kresol dan xylenol. Phenol
formaldehida ini dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu resol yang bersifat thermosetting dan
novolak yang bersifat thermoplastic. Urea formaldehida merupakan hasil kondensasi dari urea
dan formaldehida dengan perbandingan molar 1:(1,5-2). Urea formaldehida ini larut dalam air
dan proses pengerasannya akan terbentuk pola ikatan jaringan (crosslink). Urea formaldehida
akan cepat mengeras dengan naiknya temperatur dan/atau turunnya pH. Keunggulan kayu lapis
adalah dimensinya lebih stabil, tidak pecah/retak pada pinggirnya jika dipaku, keteguhan tarik
tegak lurus serat lebih besar, ringan dibandingkan luas permukaannya, bidang yang luas dapat
ditutup dalam waktu yang singkat (Ruhendi et al. 2007). Tujuan percobaaan yang dilakukan
adalah membandingkan keteguhan geser antara kayu lapis jabon dengan perekat PF dan kayu
lapis yang beredar di pasaran/toko dengan perekat UF terhadap pengujian basah dan kering .
METODELOGI

Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada bulan September 20016 bertempat di Laboratorium
Biokomposit Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : alat kempa, gelas kimia, pengaduk,
timbangan digital, moisture meter, kaliper dan Dilon dynometer. Bahan digunakan adalah
vinir kayu jenis jabon dan phenol formaldehyde.

Prosedur
Kegiatan utama di laboratorium meliputi persiapan bahan baku,pengecekan cacat,
perekatan kayu lapis, pengempaan, pemotongan contoh uji, dan pengujian kadar air, kerapatan
dan keteguhan rekat kayu lapis.

Persiapan bahan baku


Bahan baku untuk percobaan ini diambil dari Laboratorium Biokomposit Institut
Pertanian Bogor. Jumlah vinir yang digunakan untuk membuat kayu lapis berjumlah 3.
Membersihkan seluruh vinir dari kotoran dan debu yang menempel, menghitung dimensi
vinir,berat basah vinir dan kadar air (KA) dengan memasukan kayu kedalam oven dengan suhu
60° celcius. Dimensi wood core plywood adalah 19,3 x 20,5 x 0,1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar air (KA) merupakan banyaknya kandungan air yang terdapat di dalam vinir
dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan di sekitarnya. Air dalam kayu terdapat
dalam dua bentuk yaitu air bebas yang terdapat pada rongga sel dan air terikat yang terdapat
pada dinding sel. Kondisi dimana dinding sel jenuh dengan air sedangkan rongga sel kosong,
dinamakan kondisi kadar air pada titik jenuh serat ( ). Kadar air (KA) yang
diperoleh dari kayu lapis sebelum pengovenan 13,8 % dan setelah pengovenan kayu lapis
mengalami penurunan menjadi 10,5 %. Pada pembuatan kayu lapis, KA lembar vinir harus
diturunkan. Penurunan KA ini bertujuan memudahkan perekat untuk masuk kedalam sel-sel
kayu. kadar air rata- rata kayu lapis yang menggunakan perekat Phenol Formaldehida (PF)
sekitar 9,14-13,34%. Kayu lapis dengan perekat PF memiliki kadar air yang lebih tinggi
dibandingkan kayu lapis dengan perekat UF dan MF. Penggunaan vinir dengan kadar air
tinggi akan mengakibatkan resiko permukaan menjadi bergelembung dan juga perekatan
yang lemah, sehingga dapat mudah terkelupas kembali perekatannya. KA yang tinggi
disebabkan oleh proses pengeringan relatif cepat, kurang lama didalam mesin dryer. Hal ini
dapat disebabkan karena kapasitas produksi di bagian glue spreader (pengelemen) lebih
banyak dibandingkan di bagian dryer (pengeringan vinir). Untuk mengatasi hal ini (KA dari
vinir yang tinggi) dapat dilakukan sebagai berikut: (a) mengurangi jumlah hardener, (b)
menurunkan kekentalan perekat, dan (c) menambah berat jenis perekat ( ).

Anda mungkin juga menyukai