Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kayu lapis banyak dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan
bangunan rumah/gedung, (sebagai plafon, dinding, pelapis pintu) dan mebel, (alas
meja, kursi dan sebagainya). Banyaknya penggunaan kayu lapis ini disebabkan
kayu lapis mempunyai sifat fisik antara lain : ringan, kembang susut yang rendah
dan ukuran cukup lebar dan panjang. Namun demikian kayu lapis ini mempunyai
kelemahan, yaitu bila terjadi kebakaran suatu bangunan rumah/ gedung maka
produk-produk yang terbuat dari kayu lapis akan terbakar lebih dulu, dan
mengakibatkan cepat terjadinya perambatan api ketempat lain (Anonim, 2005).
Sifat combustible kayu ini disebabkan oleh sifat alami komponen kayu yang
tersusun atas 50 % karbon, 6% hidrogen, dan 44% oksigen yang memang
mudah terbakar. Dalam kondisi cukup udara dan adanya api, unsur kimia ini
mudah terurai menjadi komponen gas m mudah terbakar, seperti CO (Karbon
monoksida), CO2 (Karbon dioksida), H2 (Hidrogen), dan CH4 (Metana)
(ASTM, 2002).
Kayu banyak digunakan untuk konstruksi perumahan di Indonesia, namun
belakangan bersaing dengan material lain seperti baja ringan dan aluminium,
karena sifatnya yang mudah terbakar (Tsoumis 1991).
Perumahan dengan konstruksi kayu diduga menjadi salah satu faktor yang
terkait erat dengan bencana kebakaran tersebut. Laporan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukan frekuensi bencana kebakaran
pemukiman yang tinggi dari tahun 2011 hingga 2014 mencapai 501 bencana
dengan jumlah kerugian ribuan unit rumah dan bangunan lainnya termasuk
korban jiwa (BNPB 2014).
Pemasalahan tersebut mulai diatasi dengan berbagai penelitian untuk
memperoleh produk kayu tahan api atau fire resistent. Salah satunya Sonngoritty
yang telah memberikan penyelesaian atas permasalahan tersebut berupa produksi
OSB dan LVL papan komposit tahan api atau fire resistent. Namun dalam proses
produksi papan komposit tanah api atau fire resitent memiliki permasalahan pada
bahan perekatnnya. Ada banyak bahan perekat yang bisa dgunakan, tetapi mencari
bahan perekat apa yang akan digunakan agar produk tersebut dapat benar-benar
resisten terhadap api adalah penyelesaian masalah tersebut. Oleh karena itu
makalah ini dibuat untuk mecari solusi atas permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah adalah sebagai berikut.
1.2.1 Apa masalah dari dalam Rekayasa OSB maupun LVL produksi Songgoriti
yang mampu membuat produk papan komposit bersifat fire resistant atau
tahan api?
1.2.1 Apa alternatif pemecahan masalah dalam Rekayasa OSB maupun LVL
produksi Songgoriti yang mampu membuat produk papan komposit
bersifat fire resistant atau tahan api?
1.2.2 Apa keuntungan dan kerugian dari pilihan alternatif pemecahan masalah
dalam Rekayasa OSB maupun LVL produksi Songgoriti yang mampu
membuat produk papan komposit bersifat fire resistant atau tahan api?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Mengidentifikasi masalah dari dalam Rekayasa OSB maupun LVL
produksi Songgoriti yang mampu membuat produk papan komposit
bersifat fire resistant atau tahan api.
1.3.2 Mengetahui alternatif pemecahan masalah dalam Rekayasa OSB maupun
LVL produksi Songgoriti yang mampu membuat produk papan komposit
bersifat fire resistant atau tahan api?
1.3.3 Mengetahui keuntungan dan kerugian dari pilihan alternatif pemecahan
masalah dalam Rekayasa OSB maupun LVL produksi Songgoriti yang
mampu membuat produk papan komposit bersifat fire resistant atau tahan
api?
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA

2.1 Kayu Tahan Api atau Fire Resistant


Salah satu permasalahan utama dalam pemakaian kayu sebagai bahan
bangunan adalah bahwa kayu merupakan bahan yang bersifat combustible
(dapat terbakar), yang akan terjadi jika kayu dikenai suhu yang tinggi
misalnya oleh api (Zainul. dkk, 2020).
Salah satu bahan penghambat api yang murah dan aman lingkungan adalah
Natrium silikat. Oleh karena itu perlu suatu penelitian untuk menguji efektifitas
penggunaan natrium silikat bahan penghambat api. Bahan pengawet Natrium
silikat akan sangat mudah menembus kayu-kayu yang memiliki kerapatan rendah,
sehingga kelompok kayu ini memiliki tingkat permeabilitas yang baik, bahwa
kayu yang berkerapatan rendah mempunyai pembuluhpembuluh yang terbuka
dan besar sehingga kayu jenis ini memiliki kemampuan menyerap bahan
pengawet lebih baik jika dibandingkan dengan kayu yang berkerapatan
tinggi (Zainul. dkk, 2020).
Upaya telah dilakukan dalam mencegah kebakaran dengan meningkatan
daya tahan material kayu. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan
material tahan api berbasis karbon (CFR) dari arang kayu sengon. Efektifitas CFR
dari arang sengon untuk meningkatkan ketahanan api pada kayu jati, meranti
merah dan pinus dipelajari (Joko. Dkk, 2020).
Perekat dalam pembuatan berbagai produk kayu juga mempengaruhi
ketahanan api. Terdapat dua jenis perekat yang umum digunakan untuk
pembuatan produk kayu olahan yaitu urea- formaldehida hyde (UF) dan fenol-
formaldehida (PF) (Achmad, 2017).

2.2 Urea- Formaldehida Hyde (UF) Dan Fenol-Formaldehida (PF)


Urea-formaldehida (UF) resin adalah jenis perekat yang paling penting di
industri kayu 60 tahun terakhir, terutama untuk produksi panel berbasis kayu.
Pada pabrik swasta pengolahan kayu kecil dan menengah di Serbia lebih banyak
menggunakan perekat semprot bubuk kering, karena disediakan dalam paket kecil
dengan masa penyimpanan panjang, dengan berbagai konsentrasi sebelum
digunakan. Namun di Serbia tidak memproduksi UF resin bubuk, jumlah yang
diperlukan diimpor dari luar negeri termasuk dari daerah Asia dan Amerika
Selatan (Miljkovic,et al., 2006).
Urea- Formaldehida Hyde (UF) memiliki dampak yaitu terjadinya emisi
formaldehida, adanya emisi formaldehida menyebabkan pencemaran pada udara,
mulai dari bau yang kurang enak sampai terjadinya gangguan kesehatan. Pada
awal tahun 1980 mulai dipermasalahkan batas emisi formaldehida, terutama di
Eropa Barat dan Amerika Utara (Anonim, 1994 dalam Santoso dan Sutigno,
2004).
Phenol formaldehid (PF) tergolong resin thermosetting yang pembuatannya
dilakukan dengan mereaksikan reaktan phenol dan aldehida yang diperoleh dalam
bentuk acetaldehida dalam suasana asam (Prayitno, 1994).
Penelitian tanin dapat menurunkan emisi formaldehida telah banyak
dilakukan seperti oleh Subyakto (2010) dengan pemanfaatan langsung serbuk
kulit kayu sebagai perekat, Supriadi dan Santoso (2009) dengan pencampuran
tanin dengan formaldehida (TF) hasil perekatnya menyerupai fenol formaldehida
dan dapat mengurangi emisi formaldehida. Kelemahan dari penggunaan TF
sebagai perekat papan partikel adalah nilai sifat mekanik yang tidak terlalu tinggi.
Sementara untuk penambahan tanin pada UF belum banyak diketahui, sehingga
diperlukan penelitian yang mendalam (Rendy, 2013).

2.3 Melamin formaldehid (MF)


Melamin formaldehid (MF) merupakan salah satu jenis adhesive
thermosetting dan menarik perhatian di seluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh
property yang dimilikinya seperti densitas yang rendah, tahan terhadap korosi,
tahan panas dan dapat dalam jangka waktu yang lama di lingkungan yang
mencapai 1500C, angka kelarutan yang kecil di dalam air, berwarna putih. MF
diperoleh dari hasil kondensasi melamin dan formaldehid (Piyantina, 2017).
Beberapa faktor yang mengatur kecepatan reaksi maupun sifat hasil
kondensasi dari perekat MF adalah (Piyantina, 2017):
1. Perbandingan melamin dan formaldehid
2. pH
3. waktu reaksi
4. suhu reaksi
5. konsentrasi reaktan
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Masalah Rekayasa Papan Komposit OSB dan LVL Tahan Api
Rekayasa diterapkan dalam pembuatan produk OSB dan LVL yang dibuat
dari limbah-limbah kayu sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku konstruksi
perumahan yang dapat tahan api / fire resisten. Dalam rekayasanya ada dua hal
yang berperan penting agar produk yang dihasilkan tahan api atau bersifat
resisten yaitu terletak pada jenis kayu yang digunakan dan bahan perekat.
Pada bahasan ini kami fokus pada permasalahan mengenai bahan perekat.
Bahan perekat ternyata selain menyatukan lembaran-lembaran veener / limbah-
limbah kayu, juga dapat menjadikan produk tahan terhadap api. Namun ada
banyak bahan perekat sehingga perlu diketahui bahan perekat apa yang akan
digunakan agar produk tersebut dapat benar-benar resisten terhadap api.

3.2 Alternatif Masalah Rekayasa Papan Komposit OSB dan LVL Tahan Api
Terdapat tiga jenis perekat yang kami identifikasi sebagai alternatif yang
akan digunakan untuk pembuatan produk OSB dan LVL yang dapat bersifat fire
resisten, yaitu urea- formaldehida hyde (UF), fenol-formaldehida (PF), dan
Melamin formaldehid (MF).

 Perekat urea-formaldehida adalah perekat tebal yang akan mengering


menjadi padat tak berwarna. Perekat UF sangat ekonomis dan mengering
cepat tetapi tidak cocok untuk kondisi basah. Perekat UF tak berwarna dan
karena itu memiliki keuntungan lebih lanjut tidak mudah kusam dari
permukaan veneer yang digunakan untuk panel kayu interior. Bahan baku
untuk perekat UF berasal dari turunan gas alam melalui intermediasi
amonia untuk urea dan metanol pada formaldehida. Perekat UF termasuk
dalam kelompok perekat termoseting. Dalam pemakaiannya sering
ditambahkan hardener, filler, extender dan air. Perekat UF memilki
ketahanan yang sangat baik terhadap air dingin, agak tahan terhadap air
panas, tetapi tidak tahan terhadap perebusan.
 Perekat fenol-formaldehida (PF) berwarna ungu-coklat tua dan
memberikan garis lem gelap. Dikenal sebagai fenolat, PF merupakan
turunan dari minyak mentah dan resin utama yang telah disetujui untuk
pembuatan produk kayu olahan untuk aplikasi eksterior. Produk kayu yang
dibuat dengan perekat PF memiliki tingkat rendah emisi formaldehida
karena resin fenol kimia semua menjadi formaldehida. Karena komponen
formaldehida dari perekat UF tidak sepenuhnya ditentukan oleh urea,
beberapa bebas menguap. Produsen perekat diharuskan memenuhi standar
keamanan emisi dengan mengurangi kandungan formaldehida dan
konsekuensinya meningkatkan jumlah perekat dan waktu pengeringan.

 Melamin formaldehid (MF) merupakan salah satu jenis adhesive


thermosetting dan menarik perhatian di seluruh dunia. Hal ini disebabkan
oleh property yang dimilikinya seperti densitas yang rendah, tahan
terhadap korosi, tahan panas dan dapat dalam jangka waktu yang lama di
lingkungan yang mencapai 1500C, angka kelarutan yang kecil di dalam
air, berwarna putih. MF diperoleh dari hasil kondensasi melamin dan
formaldehid. Beberapa faktor yang mengatur kecepatan reaksi maupun
sifat hasil kondensasi dari perekat MF adalah perbandingan melamin dan
formaldehid, pH, waktu reaksi, suhu reaksi, dan konsentrasi reaktan.

Untuk aplikasi ini, hampir sama penggunaannya dengan UF tetapi dengan


nilai tambah pada ketahanannya pada air dan cuaca.

Dari ketiga alternatif perekat yang akan digunakan untuk rekayasa produk
papan komposit OSB dan LVL agar benar-benar tahan api / fire resisten maka
Melamin formaldehid (MF) dapat menjadi pemecahan masalah ini yang dapat
dilihat dari ketahanannya terhadap api.

3.3 Keuntungan dan Kerugian Dari Alternatif Masalah Rekayasa Papan


Komposit OSB dan LVL Tahan Api

Perekat yang menggunakan Melamin formaldehid dinilai dapat menjadi


pemecahan masalah terhadap rekayasa produk papan komposit OSB dan LVL.
Namun seperti pada umumnya perekat ini memiliki keuntungan dan kerugian
dalam penggunaanya. Berikut keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh
perekat Melamin formaldehid :

 Keuntungan dari perekat Melamin formaldehid yaitu tahan terhadap


korosi, tahan panas dan dapat dalam jangka waktu yang lama di
lingkungan yang mencapai 1500C. Kuntungan lainnya yaitu : transparan,
kekerasan (hardness) yang lebih baik, stabilitas termal yang tinggi, tahan
terhadap air, bahan kimia, dan goresan, dan bersifat flame retardant.
 Kerugian yang diakibatkan dari perekat Melamin formaldehid yaitu
penggunaan perekatnya yang berbasis formaldehida sebagai perekat papan
kamposit dapat menghasilkan emisis formaldehida yang membahayakan
bagi lingkungan dan kesehatan. Selain itu harga dari perekat jenis ini
dinilai lebih mahal dari pada penggunaan perekat jenis urea.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainun, dkk. 2020. Uji Ketahanan Api Kayu Sengon (Paraserianthes
falcataria (L.) Nielsen) yang Diawetkan dengan Bahan Pengawet Natrium
Silikat (Na2SiO3). Jurnal Hutan Tropis, 4(2), 92-106.

Rukmini, Piyantina. 2017. Utilization Of Cassava Waste In The Production Of


Plywood Adhesive Ekstender With Dextrin (With Acid Catalyst).
Scientific journal, 6(2), 37-44.

Rahman, Rendy, dkk. 2013.Penambahan Tanin Pada Perekat Urea


Formaldehida Untuk Menurunkan Emisi Formaldehida Papan Partikel.
Jurnal Hutan Lestari. 1(3), 344-347.

Miljkovic, J., Grmusa, I.G., Momcilovic, M.D., Popovic, M. 2006. Some Characteristics
of Urea-Formaldehyde Powder Adhesives. BIBLID:0353- 4537, 94, P 223-230

Sutigno, Parobotro dan Adi Santoso. 1995. Pengaruh Penambahan Urea dan
Melamin Pada Perekat Urea Formaldehida Terhadap Emisi Formaldehida
dan Keteguhan Rekat Tripleks Meranti. Jurnal Penelitian Hasil Hutan,
14(4), 144-152.

Anonim. 2011. Resin Melamin dan Formaldehida.


http://bilangapax.blogspot.com/2011/02/resin-melamin-
formaldehida.html (diakses tanggal 27 Maret 2021).

Basuki, Achmad. 2013. Perekat Kayu Olahan. https://sipil.ft.uns.ac.id/?p=886


(diakses tanggal 27 Maret 2021).

Arifin, Zainun, dkk. 2020. Uji Ketahanan Api Kayu Sengon (Paraserianthes
falcataria (L.) Nielsen) yang Diawetkan dengan Bahan Pengawet Natrium
Silikat (Na2SiO3). Jurnal Hutan Tropis, 4(2), 92-106.

Anda mungkin juga menyukai