Anda di halaman 1dari 6

PORTOFOLIO

PEMBELAJARAN
REKAYASA BAHAN BAKU PRODUK
KOMPOSIT

NAMA : NINI FITRIANI


NIM : M021211005
KELOMPOK : 2

MATA KULIAH REKAYASA PEMANFAATAN HASIL HUTAN


P. S. REKAYASA KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUD
BELAJAR MANDIRI

Hari/Tanggal: Rabu/20 Maret 2024


Tempat : Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin

Sejarah Komposit dan Perkembangan Medium Density Fiber (MDF)

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan papan dari tahun ke tahun
memberi pengaruh kurang baik terhadap alam. Hasil hutan terutama bahan kayu
lamakelamaan akan terus berkurang ditambah dengan adanya penebangan liar (illegal
logging) menyebabkan pengambilan hasil hutan menjadi tidak terkontrol. Salah satu upaya
untuk menghentikan ketergantungan manusia dengan papan berbahan dasar kayu adalah
dengan mencari substitusi bahan yang memiliki sifat yang sama atau lebih unggul daripada
produk kayu hutan. Papan serat merupakan panel yang dihasilkan dari pengempaan serat
kayu atau bahan ber-lignoselulosa lain dengan ikatan utama berasal dari bahan baku yang
bersangkutan (khususnya lignin) atau bahan lain (khususnya perekat) untuk memperoleh sifat
khusus (Arif Rachman et al., 2022)
Material komposit merupakan material yang terbentuk dari kombinasi antara dua atau
lebih material pembentuknya melalui pencampuran yang tidak homogen, dimana sifat
mekanik dari masing-masing material pembentuknya berbeda. Material komposit memiliki
sifat mekanik yang lebih bagus dari pada logam, memiliki kekuatan bisa diatur yang tinggi
(tailorability), memiliki kekuatan lelah (fatigue) yang baik, memiliki kekuatan jenis
(strength/weight) dan kekakuan jenis (modulus Young/density) yang lebih tinggi daripada
logam, tahan korosi, memiliki sifat isolator panas dan suara, serta dapat dijadikan sebagai
penghambat listrik yang baik, dan dapat juga digunakan untuk menambal kerusakan akibat
pembebanan dan korosi (Sirait, 2010).
MDF adalah olahan kayu berupa papan terbuat dari sisa potongan kayu dan campuran
resin yang dipadatkan dengan diberi tekanan. MDF memiliki permukaan yang halus dan
harga yang relatif murah sehingga sering digunakan sebagai bahan pembuatan furniture
seperti meja, lemari, kusen jendela dan pintu. MDF lebih fleksibel dalam penggunaannya
dibandingkan kayu lapis dan papan partikel. Produksi papan serat dari sisa-sisa produksi
kayu merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah kelangkaan kayu. MDF adalah
papan kayu dengan penyebaran serat berkerapatan sedang (0,4-0,8) g/cm3. Kadar air
maksimum papan serat adalah 13%. MDF mempunyai kerapatan dan kekerasan yang
seragam dibandingkan panel atau papan serat lainnya sehingga penggunaanya semakin
banyak seperti mebel, interior, bingkai jendela, pintu, dan bahan dekoratif lainnya (Murtopo
et al., 2022).
Konsumsi papan serat dunia pada tahun 2010 diprediksi mencapai 34 juta m
(Buongiorno 2006). Pada pembuatan MDF sangat dimungkinkan menggunakan bahan lain
sebagai campuran seperti halnya arang. Arang merupakan hasil proses karbonisasi pulp kayu
dari proses (TMP) Penambahan arang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan papan
serat dalam menyerap senyawa kimia dalam bentuk gas. Terlebih lagi pembuatan MDF
tersebut melibatkan bahan perekat yang dapat menimbulkan emisi formaldehida seperti urea
formaldehida, phenol formaldehida, dan tanin formaldehida. Terkait dengan uraian tersebut,
telah disusun suatu tulisan mengenai sifat papan serat MDF di mana pulpnya diperoleh dari
proses kering, dengan penambahan arang (Buongiorno 2006).
Pengujian yang dilakukan terhadap sampel MDF meliputi pengujian sifat fisik
(kerapatan, kadar air, daya serap air dan pengembangan tebal), mekanik (keteguhan lentur,
keteguhan patah, keteguhan rekat, dan kuat pegang sekrup) yang mengaju pada standar
pengujian Japan Industrial Standard (JIS) 5905-2003 untuk papan serat berkerapatan sedang.
Selanjutnya dilakukan pengujian ketahanan terhadap serangan rayap yang mengacu pada SNI
01-7207-2006. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, bahan MDF
mulai diproduksi selain di Amerika, sehingga hampir semua negara di dunia ini termasuk
Indonesia bisa menggunakan bahan MDF untuk membuat peralatan rumah atau kantor (Arif
Rachman et al., 2022)
Bahan MDF biasa dipakai untuk furniture praktis yang diproduksi masal oleh pabrik.
Sistem knock down digunakan hampir di semua industri furniture dengan menggunakan
dowel atau connecting bolt yang membuat produk dapat dibongkar pasang dengan mudah.
MDF terbuat dari kombinasi serat kayu dan serbuk kayu halus yang dipadatkan dengan suhu
dan tekanan yang tinggi dengan bantuan resin dalam prosesnya. Kayu yang dipakai biasanya
diambil dari kayu sisa perkebunan. Bentuk MDF biasanya berupa papan atau lembaran sesuai
kebutuhan. MDF sangat fleksibel sehingga mudah dibentuk. MDF lebih berat dari plywood
dan particle board karena memakai campuran bahan kimia resin. MDF memiliki kelebihan
lebih halus bila dibandingkan plywood, ikatan antar materialnya kuat karena bukan hanya
direkatkan namun juga diberi tekanan (Murtopo et al., 2022).
Papan serat kepadatan menengah (MDF) adalah produk kayu rekayasa yang dibentuk
dengan memadukan serat alami dengan campuran resin dan lilin, serta mencetak panel
menggunakan pengepresan panas pada suhu dan tekanan tinggi. Pada tahun 1965, MDF
diproduksi sesuai dengan produksi hardboard di Amerika Serikat. Pada saat itu, MDF proses
kering dikembangkan sebagai alternatif dari papan serat proses basah, yang menghasilkan
polusi air dan harus diolah sebelum dibuang. (Ormondroyd dan Stefanowski 2015). MDF
merupakan bahan bangunan yang relatif murah dengan aplikasi yang mirip dengan kayu
lapis. Memiliki kepadatan yang lebih seragam dari 600 hingga 800 kg/m3 dan memiliki tepi
yang rapat dibandingkan papan partikel, sehingga menghasilkan permukaan panel MDF yang
rata dan datar yang dapat dirangkai menjadi bentuk yang rumit dan melengkung. Panel ini
banyak digunakan dalam banyak aplikasi, seperti aplikasi dekoratif dan interior, komponen
bangunan, dan konstruksi. MDF kini serbaguna sebagai kayu solid karena dapat dipaku,
direkatkan, disekrup, dijepit, dan dilekatkan dengan pasak (Antov dan Savov 2019).
MDF telah mencapai kesuksesan besar sebagai produk unggulan di pasar produk kayu
rekayasa Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dalam Tinjauan Pasar Tahunan
Hasil Hutan 2019 menunjukkan bahwa produksi global MDF diperkirakan akan mencapai
100 juta m3 pada tahun 2020 secara global (FAO 2019). Peningkatan ini disebabkan oleh
peningkatan populasi dunia yang mendorong kembalinya industri konstruksi perumahan dan
furnitur. Seperti disajikan pada Tabel 1, sekitar 69% produksi MDF dunia dipasok dari Asia
dengan hampir 70 juta m3 MDF diproduksi setiap tahunnya, diikuti oleh pembangkit listrik
MDF tradisional di Amerika dan Eropa masing-masing sekitar 10% dan 17% (FAO 2019).
Berdasarkan tren konsumsi, sekitar 69% dari total 99 juta m3 MDF digunakan setiap
tahunnya di Asia, sebagian besar di Tiongkok. Sekitar 15% dan 12% dari total MDF
digunakan masing-masing di Eropa dan Amerika. Kurang dari 2,5% MDF digunakan di
kawasan Oseania dan Afrika. Panel MDF terutama digunakan sebagai furnitur dan aplikasi
interior lainnya (Mantanis dkk. 2018).
Saat ini, terdapat empat pilihan untuk memperoleh kembali serat daur ulang dari MDF:
proses pemanasan ohmik (Moezzipour dkk. 2018), proses autoklaf (Kharazipour dan Kues
2007), teknologi pelepasan mikro dan gelombang mikro dan proses hidrotermal (Lykidis dan
Grigoriou 2008). Banyak upaya telah dilakukan untuk menemukan cara mendaur ulang
limbah MDF. Pembuatan ulang limbah MDF menjadi MDF baru memerlukan penghilangan
resin yang diawetkan. Cara paling sederhana untuk mendaur ulang limbah MDF adalah
dengan merobek dan merendamnya dalam larutan air. Metode ini bekerja dengan baik tetapi
menggunakan sejumlah besar air dan energi. Proses pemanasan ohmik baru telah
dikembangkan oleh Moezzipour dkk. (2018) khusus untuk daur ulang MDF. Pertama, MDF
diparut secara mekanis hingga membentuk partikel-partikel kecil. Selain itu, ia direndam
dalam air, dan arus listrik dihasilkan melaluinya, sehingga menghasilkan pemanasan yang
cepat dan menghancurkan limbah MDF menjadi serat dengan menggunakan lebih sedikit air.
Serat daur ulang tersebut memiliki kualitas yang cukup baik untuk diproduksi kembali
menjadi panel MDF baru. Proses alternatif lainnya adalah pelepasan mikro dan gelombang

mikro (Elias dan Bartlett 2018)

Gambar 2. Mind Mapping Medium Density Fiberboard.


DAFTAR PUSTAKA
Arif Rachman, M., Meidinariasty, A., & Yuliati, S. (2022). Rancang Bangun Alat Screw
Extruder Pembuatan Medium Density Fiberboard Berbasis Serat Tandan Kosong Kelapa
Sawit dan Perekat High Density Polyethylene (Hdpe) (Uji Kinerja Alat Ditinjau dari
Efisiensi Screw Extruder). Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, 3(1), 37–49.

Antov, P., Jivkov, V., Savov, V., Simeonova, R., dan Yavorov, N. 2020. Penerapan
Struktural Komposit Ramah Lingkungan dari Serat Kayu Daur Ulang yang Diikat
dengan Magnesium Lignosulfonat. Ilmu Terapan (Swiss) 10(21): 1–12. DOI:

Buongiorno, J., S. Zu, D. Zhang, J. Turner dan D. Tomberlin. 2006. The global forest product
model: structure, estimation and applications. Academic Press. California,
Massachusetts. London

Effendi, R. (2001). Kajian tekno-ekonomi industri MDF. Info Sosial Ekonomi. 2 (2) : 103-
112.

Elias, R., dan Bartlett, C. 2018. Pengarahan: Menutup Lingkaran untuk Papan Serat
Kepadatan Menengah. Grigsby, WJ, Thumm, A., dan Kamke, FA 2005. Penentuan
Distribusi dan Cakupan Resin pada MDF dengan Pewarnaan Serat. Ilmu Kayu dan Serat
37(2): 258–269. Prosiding Institusi Insinyur Sipil - Pengelolaan Limbah dan Sumber
Daya 171(2): 33–35. DOI:

Mantanis, GI, Athanassiadou, ET, Barbu, MC, dan Wijnendaele, K. 2018. Sistem Perekat
yang digunakan di Industri Papan Partikel Eropa, MDF dan OSB. Ilmu dan Teknik
Material Kayu 13(2): 104–116. DOI:

Murtopo, A., Nur Sayekti, E., & Arnandha, Y. (2022). Kekuatan Sambungan Dua Tampang
Pada Mdf Dengan Alat Sambung Pasak Wpc. Teknisia, 27(2), 103–112.
https://doi.org/10.20885/teknisia.vol27.iss2.art4

Ormondroyd, GA, dan Stefanowski, B. 2015. Fibreboard dan Aplikasinya. Kayu Komposit
Elsevier Ltd. DOI:

Anda mungkin juga menyukai