JENIS-JENIS KAYU
2. SPESIFIKASI UKURAN KAYU (SNI KAYU)
DISUSUN :
WIYOGA TRIHARTO, ST,MM
1. Membakar Kayu.
Salah satu cara untuk menambah ketahanan kayu adalah dengan membakar lapisan
luar kayu tersebut. Bagian luar yang berlapis arang tidak akan mudah termakan rayap.
Cara ini biasanya dipakai untuk tiang-tiang yang sebagian tertanam dalam tanah. Cara 6
ini tidak baik sebab kayu akan retak, sehingga bubuk/rayap akan mudah masuk dalam
retak-retak itu dan akan menyebabkan rusaknya kayu.
2. Mengetir. Biasanya dipakai pada tiang pagar dan rangka atap dari kayu muda. Ada
dua macam tir yang sering dipakai yaitu : “kolter” dan “sweedsteer” warnanya coklat
muda dan cair.
3. Penggunaan Karbolium. Karbolium lebih baik dari pada tir, sebab pori-pori kayu tidak
tertutup dan getahnya masih bisa keluar. Biasanya digunakan pada bangunan air dan
umum, misalnya untuk tiang jembatan dalam laut, perahu, dll.
4. Penggunaan Minyak Kreosoot. Kayu yang akan di-kreosoot dimasukan kedalam ketel.
Kemudian disalurkan uap air, agar getah kayu keluar. Air panas yang tercampur getah dan
angin dipompa keluar. Lewat saluran pipa lain minyak kreosoot yang telah dipanasi sampai
60 0 C dimasukan, lalu diproses sampai 10 atmosfir. Penggunaan minyak ini juga bisa
disapukan atau dicatkan dibagian luar seperti mengetir.
5. Proses Burnett. Proses ini sama dengan proses minyak kreosoot, hanya bahannya
yang berbeda yaitu Zn Cl2 berbusa dan tak berwarna. Cara ini tidak dapat digunakan
untuk struktur yang terendam air.
6. Penggunaan Kopervitriool (Prusi). Pada proses ini digunakan dua bejana (tangki)
khusus. Tangki bagian atas diisi campuran kopervitriool dan air, kayu dimasukan kedalam
tangki bagian bawah, sehingga kopervitriool bercampur air akan mengalir dan mengisi
pori-pori kayu.
7. Proses Kijan. Kayu direndam dalam air yang sudah dicampur bahan pengawet Hg Cl2
(zat cair putih yang beracun sangat berbisa dan tak berwarna) selama 5 - 14 hari,
kemudian ditumpuk pada tempat yang berangin. Kayu yang sudah diobati tidak berbau
dan berwarna, setelah kering bisa di cat. Cara ini tidak baik jika digunakan pada struktur
yang berlengas, juga tidak baik dipadukan (komposit) dengan besi.
8. Proses Wolman.
Proses ini menggunakan garam wolman, yaitu bahan pengawet yang terdiri dari Na Fe
di tambah dini trophenol dan bichromat kers. dijual dalam bentuk bubuk. Kayu yang
akan diawetkan harus dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam dalam air yang
sudah dicampur garam wolman selama 7 hari dan kemudian dikeringkan.
Berdasarkan SK-SNI 03-3233-1998, tentang Tata Cara Pengawetan Kayu
Untuk Bangunan Rumah dan Gedung sebagai berikut : Pengawetan adalah suatu
proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk
memperpanjang masa pakai kayu. Kayu yang harus diawetkan untuk bangunan
rumah dan gedung adalah kayu yang mempunyai keawetan alami rendah (kelas
awet III, IV, V dan kayu gubal kelas I dan II), dan semua kayu yang tidak jelas
jenisnya. Bahan kayu yang akan diawetkan harus melalui proses vakum tekan,
proses rendaman, permukaan kayu harus bersih dan siap pakai. Peralatan yang
digunakan dalam pengawetan dengan proses vakum tekan adalah tangki
pengawet, tangki pengukus, tangki persediaan, tangki pencampur, pompa vacum,
pompa tekan hidrolik,bejana vakum, pompa pemindah larutan, kompresor,
manometer, termometer, hidrometer, gelas ukur 100 mL dan timbangan. Untuk
proses, rendaman diperlukan peralatan yaitu bak pencampur, tangki persediaan,
bak pengawet, pompa pemindah larutan, geas ukur, hidrometer termometer,
timbangan, dan manometer. Sedangkan untuk rendaman panas dingin digunakan
peralatan yang sama seperti rendaman dingin tanpa timbangan dan ditambah
tungku panas. Cara pengawetan sebagai berikut : Pembuatan bahan larutan, dan
persiapan kayu yang akan diawetkan. Pelaksanaan pengawetan dengan cara
vacum tekan, rendaman dingin atau rendaman panas-dingin. Setelah kayu
diawetkan maka kayu disusun secara teratur dengan menggunakan ganjal yang
seragam (1,5 - 2,0) x (2,5 - 3,0) cm, dan lindungi kayu dari pengaruh hujan dan
matahari secara langsung sampai kering udara.
SPESIFIKASI
UKURAN KAYU UNTUK BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG
SNI 03-2445-1991
RUANG LINGKUP :
Spesifikasi ini mencakup ketentuan ukuran kayu gergajian yang ada di pasaran
untuk
RINGKASAN:
Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan
kayu
bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan atau bentuk-bentuk yang sesuai
dengan
tujuan penggunaannya.
• Ukuran nominal kayu untuk bangunan, tebal dan lebar minimal (10x10) mm, (10x30)
mm, (20x30) nm, sampai (120x120) mm, (25x30) mm, (30x30) nm, (30x50) mm,
(60x80) mm, (60x100) mm, 60x120)mm, (80x80) mm, (80x100) mm, 120x120) mm.
• Ukuran kayu berdasarkan penggunaan (Tabel):
• Ukuran panjang nominal (m): 1; 1.5; 2; 2.5; 3; 3.5; dst 5.5.
• Ukuran untuk bangunan rumah dan gedung:
Kusen pintu dan jendela (mm): 60 (100, 120, 130, 150) ; 80 (100, 120, 150).
Kuda-kuda (mm): 80 (80, 100, 120, 150, 180), 100 (100, 120, 150, 180).
Kaso (mm) : 40x60; 40x80; 50x70.
Tiang balok (mm) :80 (80, 100, 120); 100 (100, 120; 120 (120, 150).
Balok antar tiang (mm): 40 (60, 80); 60 (80, 120, 150); 80 (120, 150, 180), 100
(120, 150).
Balok langit (mm): 80 (120, 150, 180, 200); 100 (150, 180, 200).
• Toleransi ukuran panjang kayu ditetapkan berdasarkan ukuran nominal 100 mm dan
toleransi ukuran tebal dan lebar kayu ditetapkan 0-15 mm dari ukuran nominal.
• Ketentuan kadar air kayu adalah ukuran kayu gergajian dalam keadaan kering udara,
maksimum 23%, kecuali untuk kusen daun pintu, daun jendela, jelusi dan elemen
lainnya mempunyai kadar air maksimum 20%
Tabel 1. Ukuran kayu berdasar penggunaan
UKURAN KAYU TERPILIH UNTUK
KUSEN