Anda di halaman 1dari 7

SIFAT DAN JENIS JENIS KAYU SIFAT DAN JENIS JENIS KAYU A.

PENGERTIAN
TENTANG STRUKTUR KAYU. Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen
susunannya adalah kayu. Dalam perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai
alternatif dalam perencanaan pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah : rangka kuda-kuda,
rangka dan gelagar jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan. Pada
dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki kelemahan struktural, sehingga
pengunaan kayu sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifatsifat tersebut. Oleh sebab itu,
maka struktur kayu kurang populer dibandingkan dengan beton dan baja. Akibatnya saat ini
terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur menjadi bahan pemerindah
(dekoratif). Namun demikian pada kondisi tertentu (misalnya: pada daerah tertentu, dimana
secara ekonomis kayu lebih menguntungkan dari pada penggunaan bahan yang lain) peranan
kayu sebagai bahan struktur masih digunakan. B. BENTUK DAN KEGUNAAN KAYU.
Sebagai bahan struktur kayu mempunyai berbagai kekuatan, khususnya dalam : 1. Menahan
Tarikan. Kekuatan terbesar yang dapat ditahan oleh kayu adalah sejajar arah serat, sedangkan
kekuatan tarikan tegak lurus arah serat lebih kecil dari pada sejajar serat. 2. Menahan Tekanan
(Desak). Kayu juga dapat menahan beban desak, baik tekanan sejajar serat maupun tegak lurus
serat, misalnya sebagai bantalan kereta api. Daya tahan desak tegak lurus serat lebih kecil bila
dibandingkan dengan sejajar serat. 3. Menahan Lenturan. Besarnya daya tahan kayu terhadap
lenturan tergantung pada jenis kayu, besarnya peampang kayu, berat badan, lebar bentangan,
sehingga dengan dapatnya kayu menaan lenturan maka dapat menahan beban tetap meupun
beban kejut/pukulan. Sebagai bahan struktur kayu biasanya diperdagangkan dengan ukuran
tertentu dan dipakai dalam bentuk balok, papan, atau bentangan bulat, (berdasarkan SK-SNI-032445-1991). C. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KAYU. 1. Kelebihan Kayu : a.
Berkekuatan tinggi dengan berat jenis rendah. b. Tahan terhadap pengaruh kimia dan listrik. c.
Relatif mudah dikerjakan dan diganti. d. Mudah didapatkan, relatif murah. e. Pengaruh
temperatur terhadap perubahan bentuk dapat diabaikan. f. Pada kayu kering memiliki daya hantar
panas dan listrik yang rendah, sehingga baik untuk partisi. g. Memiliki sisi keindahan yang khas.
2. Kekurangan Kayu : a. Adanya sifat-sifat kayu yang kurang homogen (ketidak seragaman),
cacat kayu (mata kayu, retak, dll.). b. Beberapa jenis kayu kurang awet. c. Kekuatannya sangat
dipengaruhi oleh jenis kayu, mutu, kelembaban dan pengaruh waktu pembebanan. d.
Keterbatasan ukuran khususnya untuk memenuhi kebutuhan struktur bangunan yang makin
beskala besar dan tinggi. e. Untuk beberapa jenis kayu tertentu harganya relatif mahal dan
ketersediaan terbatas (langka). D. JENIS KAYU DI INDONESIA. Menurut Peraturan Konstruksi
Kayu - PKKI (Lampiran 3), dari 3000-4000 jenis pohon yang ada di Indonesia baru sekitar 150
jenis yang telah diselidiki dan dianggap penting dalam perdagangan. Dari jumlah tersebut
sebagian merupakan jenis kayu yang penting sebagai bahan struktur. Lembaga Pusat
Penyelidikan Kehutanan telah menyusun daftar kayu Indonesia yang terdiri dari 90 jenis kayu
penting di Indonesia. Daftar tersebut tercantum selengkapnya pada Lampiran I. Susunan kayu
sebagaimana disajikan pada Gambar 2.1. terdiri dari susunan sel-sel dan sel-sel tersebut terdiri
dari susunan cellose yang diikat dan disatukan oleh lignine. Perbedaan susunan sel-sel inilah
yang menyebabkan perbedaan sifat-sifat dari berbagai jenis. Keterangan: A. Kulit luar. B. Kulit
dalam. C. Kambium. D. Kayu gubal. E. Kayu teras (galih). F. Hati (puh) G. Jari-jari teras.
Gambar 2.1. Potongan kayu melintang a. Kulit luar (outer bark), yang merupakan kulit mati,
kering dan berfingsi sebagai pelindung bagian dalam kayu. b. Kulit dalam (bast), kulit hidup,
lunak basah, yang berfungsi mengangkut bahan makanan dari daun kebagian lain. c. Kambium
(cambium), berada disebelah dalam kulit dalam, berupa lapisan sangat tipis (tebalnya hanya

berukuran mikroskopik). Bagian inilah yang memproduksi sel-sel kulit dan sel-sel kayu. d. Kayu
gubal (sap wood), tebalnya bervariasi antara 1 - 20 cm tergantung jenis kayunya, berwarna
keputih-putihan, berfungsi sebagai pengangkut air (berikut zat-zat) dari tanah ke daun. Untuk
keperluan struktur umumnya kayu perlu diawetkan dengan memasukan bahan-bahan kimia
kedalam lapisan kayu gubal ini. e. Kayu teras atau galih (heart wood), lebih tebal dari kayu gubal
yang tidak bekerja lagi. Kayu teras terjadi dari perubahan kayu gubal secara perlahan-lahan.
Kayu teras merupakan bagian utama pada struktur kayu yang biasanya lebih awet (terhadap
serangan serangga, bubuk, jamur) dari pada kayu gubal. f. Hati (puh). g. Jari-jari teras (Rays)
yang menghubungkan berbagai bagian dari pohon untuk penyimpanan dan peralihan bahan
makanan. Tabel 1.1. Kelas Kuat Kayu Berdasarkan Berat Jenisnya. KELAS KUAT BERAT
JENIS KERING UDARA KUAT LENTUR (Kg/Cm2) KUAT DESAK (Kg/Cm2) I II III IV V >
0,90 0,90 - 0,60 0,60 - 0,40 0,40 - 0,30 < 0,30 > 1100 1100 - 725 725 - 500 500 - 360 < 360 >
650 650 - 425 425 - 300 300 - 215 < 215 E. HUBUNGAN BERAT JENIS DAN KEKUATAN.
Berat jenis menyatakan berat kayu dibagi dengan volumenya, umumnya kayu yang baru
ditebang mempunyai kadar air 40 % untuk kayu berat hingga dan 200 % untuk kayu ringan.
Kadar air tersebut akan keluar bersamaan dengan mengeringnya kayu hingga mencapai titik
jenuh serat (fiber saturation point), yang berkadar lengas kira-kira 2535 %. Apabila kayu
mengering dibawah titik jenuh seratnya, dinding sel menjadi padat, akibatnya serat-seratnya
menjadi kuat dan kokoh. Jadi turunnya kadar lengas kayu mengakibatkan bertambahnya
kekuatan kayu. Berdasarkan berat jenisnya, kayu di Indonesia dibedakan menjadi lima kelas
kuat, sebagaimana tersaji pada Tabel 1.1 (Klasifikasi ini disusun oleh Lembaga Pusat
Penyelidikan Kehutanan). F. CARA MENINGKATKAN KEAWETAN KAYU. Upaya
meningkatkan keawetan kayu telah lama dilakukan, tujuannnya adalah untuk meningkatkan
ketahanan kayu terhadap serangan-serangan serangga (rayap, bubuk, dll.) agar memperpanjang
umur kayu. Lembaga Penelitian Hasil Hutan (LPPH), membagi keawetan kayu menjadi lima
kelas awet. Pembagian kelas awet tersebut didasarkan pada kriteria yang terdapat dalam Tabel
1.2. Tabel 1.2. Kelas Awet Kayu Berdasarkan Umurnya. KELAS AWET I II III IV V Selalu
berhungan dengan tanah lembab. 8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat pendek Sangat pendek Kayu
tidak terlindung terhadap angin dan iklim, tetapi dilindungi terhadap air. 20 tahun 15 tahun 10
tahun beberapa tahun sangat pendek Kayu ditempatkan di tempat terlindung. tidak terbatas tidak
terbatas sangat lama beberapa tahun pendek Kayu ditempatkan di tempat terlindung tapi dirawat,
di cat, dsb. tidak terbatas tidak terbatas tidak terbatas 20 tahun tahun Kayu termakan / terserang
rayap tidak jarang agak cepat sangat cepat sangat cepat Kayu termakan oleh bubuk kayu, rayap
dan serangga lain tidak tidak hampir tidak tidak seberapa sangat cepat Ada beberapa cara untuk
meningkatkan keawetan kayu, diantaranya adalah : 1. Membakar Kayu. Salah satu cara untuk
menambah ketahanan kayu adalah dengan membakar lapisan luar kayu tersebut. Bagian luar
yang berlapis arang tidak akan mudah termakan rayap. Cara ini biasanya dipakai untuk tiangtiang yang sebagian tertanam dalam tanah. Cara ini tidak baik sebab kayu akan retak, sehingga
bubuk/rayap akan mudah masuk dalam retak-retak itu dan akan menyebabkan rusaknya kayu. 2.
Mengetir. Biasanya dipakai pada tiang pagar dan rangka atap dari kayu muda. Ada dua macam tir
yang sering dipakai yaitu : kolter dan sweedsteer warnanya coklat muda dan cair. 3.
Penggunaan Karbolium. Karbolium lebih baik dari pada tir, sebab pori-pori kayu tidak tertutup
dan getahnya masih bisa keluar. Biasanya digunakan pada bangunan air dan umum, misalnya
untuk tiang jembatan dalam laut, perahu, dll. 4. Penggunaan Minyak Kreosoot. Kayu yang akan
di-kreosoot dimasukan kedalam ketel. Kemudian disalurkan uap air, agar getah kayu keluar. Air
panas yang tercampur getah dan angin dipompa keluar. Lewat saluran pipa lain minyak kreosoot

yang telah dipanasi sampai 60 0 C dimasukan, lalu diproses sampai 10 atmosfir. Penggunaan
minyak ini juga bisa disapukan atau dicatkan dibagian luar seperti mengetir. 5. Proses Burnett.
Proses ini sama dengan proses minyak kreosoot, hanya bahannya yang berbeda yaitu Zn Cl2
berbusa dan tak berwarna. Cara ini tidak dapat digunakan untuk struktur yang terendam air. 6.
Penggunaan Kopervitriool (Prusi). Pada proses ini digunakan dua bejana (tangki) khusus. Tangki
bagian atas diisi campuran kopervitriool dan air, kayu dimasukan kedalam tangki bagian bawah,
sehingga kopervitriool bercampur air akan mengalir dan mengisi pori-pori kayu. 7. Proses Kijan.
Kayu direndam dalam air yang sudah dicampur bahan pengawet Hg Cl2 (zat cair putih yang
beracun sangat berbisa dan tak berwarna) selama 5 - 14 hari, kemudian ditumpuk pada tempat
yang berangin. Kayu yang sudah diobati tidak berbau dan berwarna, setelah kering bisa di cat.
Cara ini tidak baik jika digunakan pada struktur yang berlengas, juga tidak baik dipadukan
(komposit) dengan besi. 8. Proses Wolman. Proses ini menggunakan garam wolman, yaitu bahan
pengawet yang terdiri dari Na Fe di tambah dini trophenol dan bichromat kers. dijual dalam
bentuk bubuk. Kayu yang akan diawetkan harus dikeringkan terlebih dahulu, kemudian
direndam dalam air yang sudah dicampur garam wolman selama 7 hari dan kemudian
dikeringkan. Berdasarkan SK-SNI 03-3233-1998, tentang Tata Cara Pengawetan Kayu Untuk
Bangunan Rumah dan Gedung sebagai berikut: Pengawetan adalah suatu proses memasukkan
bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk memperpanjang masa pakai kayu. Kayu
yang harus diawetkan untuk bangunan rumah dan gedung adalah kayu yang mempunyai
keawetan alami rendah (kelas awet III, IV, V dan kayu gubal kelas I dan II), dan semua kayu
yang tidak jelas jenisnya. Bahan kayu yang akan diawetkan harus melalui proses vakum tekan,
proses rendaman, permukaan kayu harus bersih dan siap pakai. Peralatan yang digunakan dalam
pengawetan dengan proses vakum tekan adalah tangki pengawet, tangki pengukus, tangki
persediaan, tangki pencampur, pompa vacum, pompa tekan hidrolik,bejana vakum, pompa
pemindah larutan, kompresor, manometer, termometer, hidrometer, gelas ukur 100 mL dan
timbangan. Untuk proses, rendaman diperlukan peralatan yaitu bak pencampur, tangki
persediaan, bak pengawet, pompa pemindah larutan, geas ukur, hidrometer termometer,
timbangan, dan manometer. Sedangkan untuk rendaman panas dingin digunakan peralatan yang
sama seperti rendaman dingin tanpa timbangan dan ditambah tungku panas. Cara pengawetan
sebagai berikut: Pembuatan bahan larutan, dan persiapan kayu yang akan diawetkan.
Pelaksanaan pengawetan dengan cara vacum tekan, rendaman dingin atau rendaman panasdingin. Setelah kayu diawetkan maka kayu disusun secara teratur dengan menggunakan ganjal
yang seragam (1,5 - 2,0) x (2,5 - 3,0) cm, dan lindungi kayu dari pengaruh hujan dan matahari
secara langsung sampai kering udara. G. PERBEDAAN KAYU MUTU A DAN MUTU B. PKKI
Pasal 3 membagi mutu kayu kedalam dua kelas, yaitu mutu A dan mutu B (Tabel 1.3). Perbedaan
mutu kayu ditentukan oleh kondisinya (banyaknya dan keadaan cacat - cacat kayu), yaitu mata
kayu, wanvlak (cacat kayu akibat terkelupasnya kulit kayu), miring arah serat, retak - retak dan
keadaan kadar lengas kayu kering udara. Tabel 1.3. Klasifikasi Mutu Kayu. KONDISI KAYU
MUTU A MUTU B 1. Kadar lengas kering udara 12 - 18 % < 300 % 2. Mata Kayu d1 < 1/6 h,
d2 < 1/6 b d1 < 3,5 cm, d2 < 3,5 cm d1,2 = diameter mata kayu h = tinggi kayu b = lebar kayu d1
< 1/4 h, d2 < 1/4 b d1 < 5 cm, d2 < 5 cm d1,2 = diameter mata kayu h = tinggi kayu b = lebar
kayu 3. Wanvlak e1 < 1/10 b, e2 < 1/10 h e1,2 = lebar/tinggi wanvlak h = tinggi kayu b = lebar
kayu e1 < 1/10 h, e2 < 1/10 h e1,2 = lebar/tinggi wanvlak h = tinggi kayu b = lebar kayu 4.
Miring arah serat tg a < 1/10 tg a < 1/10 5. Retak -retak hr < 1/4 b, ht < 1/5 b hr < 1/3 b, ht < 1/4
b H. PENGARUH KADAR LENGAS KAYU. Terdapat tiga macam kadar lengas pada kayu,
yaitu : kadar kayu basah (baru ditebang), kadar lengas kayu kering udara, dan kadar lengas kayu

kering mutlak. Kayu basah mempunyai kadar lengas antara 40 - 200 %, makin lama makin
kering hingga mencapai kadar lengas antara 24 - 30 %. Proses pengeringan pada kayu
mengakibatkan adanya pengerutan, sehingga sel-sel kayu makin padat, dan menjadikan
peningkatan kekuatan kayu. Dengan demikian turunnya kadar lengas kayu meningkatkan
kekuatan kayu. Kayu sangat peka terhadap lembab udara, perubahan kadar lengas menyebabkan
kayu mengembang dan menyusut dan berpengaruh pada sifat-sifat fisik dan mekaniknya. Hal
tersebut menyebabkan kekuatan kayu yang berbeda. I. JENIS JENIS KAYU a. Kelompok Jenis
Meranti/Kelompok Komersial Satu No Nama Perdagangan Nama Ilmiah Nama-nama Daerah 1.
Agatis Agathis spp. Damar (Jw.), dama (Slw.), damar bindang (Klm.), damar sigi (Smt.). (Ingg.):
kauri pine. 2. Balau Shorea spp. (misalnya S. materialis Ridl., S. maxwelliana King, S.
scrobiculata Burck); Parashorea spp. Damar laut (Smt.), semantok (Aceh), amperok, anggelam,
selangan batu (Klm.) 3. Balau merah Shorea spp. (mis. S. collina Ridl., S. guiso (Blanco) Bl.)
Balau laut, damar laut merah, batu tuyang, putang, lempung abang. Ingg.: red selangan. 4.
Bangkirai Shorea spp. (mis. S. kunstleri King, S. laevis Ridley,S. laevifolia Endert); Hopea spp.
(mis. H. celebicaBurck, H. semicuneata Sym.) Benuas, balau mata kucing, hulo dereh, puguh,
jangkang putih, kerangan (Smt.), bubuh (Bk.) 5. Damar Araucaria spp. (mis. A. cunninghamii D.
Don, A. hunsteinii K.Schum.) Alloa, ningwik, pien (Pap.). Ingg.: araucaria. 6. Durian Durio spp.
(terutama Durio carinatus Mast.);Coelostegia spp. Durian burung, lahong, layung, apun, begurah,
punggai, durian hantu, enggang 7. Gia Homalium tomentosum (Roxb.) Benth., Homalium
foetidum (Roxb.) Benth. Delingsem (Jw.), kayu batu, melunas, kayu kerbau, momala (Slw.) 8.
Giam[2] Cotylelobium spp. (mis. C. burckii Heim, C. lanceolatum Craib, C. melanoxylon Pierre
Giam durian, resak bukit tembaga; giam padi, resak daun kecil, resak batu; giam tembaga, resak
daun lebar; resak gunung 9. Jelutung Dyera spp. Pulai nasi, pantung gunung, melabuai 10. Kapur
Dryobalanops spp. (di antaranya D. oblongifolia Dyer,D. sumatrensis (Gmelin) Kosterm.)
Kamper (kayu), kayu kayatan, empedu, keladan 11. Kapur petanang Dryobalanops oblongifolia
Dyer Kapur guras (Smt.), kapur paya (Mly.), kelansau (Swk.) 12. Kenari Canarium spp.,
Dacryodes spp. , Santiria spp., Triomaspp. Kerantai, ki tuwak, binjau, asam-asam, kedondong
(kedundung), resung, bayung, ranggorai, mertukul 13. Keruing Dipterocarpus spp. (mis. D.
applanatus V.Sl., D. baudii Korth., D. elongatus Korth. dll.) Keruing arong, kekalup; Lagan
sanduk, mara keluang; Keruing tempudau; tempurau, merkurang, kawang, apitong 14. Kulim
Scorodocarpus borneensis Becc. Kayu bawang hutan (Klm.) 15. Malapari Pongamia pinnata (L.)
Pierre Malapari 16. Matoa Pometia spp.; mis. P. pinnata Forster & Forster, P. ridleyi King Kasai,
taun, kungki, hatobu, kayu sapi (Jw.), tawan (Mlku.), ihi mendek (Irian Jaya) 17. Medang
Cinnamomum spp. Sintuk, sintok lancing, ki teja, ki tuha, ki sereh, selasihan 18. Meranti kuning
Shorea spp. (di antaranya: S. acuminatissima Sym.,S. balanocarpoides Sym., S. faguetiana Heim,
S. gibbosa Brandis, Shorea scollaris V.Sl.; Damar hitam, damar kalepek; Damar hitam katup;
Bangkirai guruk, karamuku; Damar buah, mereng-kuyung; Damar tanduk.Ingg.: yellow seraya.
19. Meranti merah Shorea spp. (di antaranya: S. johorensis Foxw., S. lepidota BI., S. leprosula
Miq., S. ovalis BI., S. palembanica Miq., S. platyclados V.Sl. ex Foxw., S. leptoclados Sym., dll.)
Majau, meranti merkuyung; Meranti ketrahan; Meranti tembaga, kontoi bayor; Meranti
kelungkung; Tengkawang majau; Banio, ketir; Seraya merah, campaga, lempong, kumbang,
meranti ketuko, cupang. Ingg.: red seraya, red lauan. 20. Meranti putih Shorea spp. (di antaranya:
S. assamica Dyer, S. bracteolata Dyer, S. javanica K. et. Val., S. lamellataFoxw., S. ochracea
Sym., S. retinodes V.SI., S. virescens Parijs, S. koordersi Brandis, dll.) Damar mesegar; Bunyau,
damar kedontang; Damar mata kucing, damar kaca, damar kucing; Damar tunam, damar pakit;
Damar kebaong, baong, bayong, baung, belobungo, kontoi tembaga; Balamsarai, damar

mansarai; Damar maja, kontoi sabang; Kikir, udang, udang ulang, damar hutan, anggelam tikus,
maharam potong, pongin, awan punuk, mehing (Smt., Kal.); Damar lari-lari, lalari, temungku,
tambia putih (Slw.), Damar tenang putih, hili, honi (Mlku.). Ingg.: white meranti. 21. Merawan
Hopea spp. (mis. H. dasyrrachis V.Sl., H. dyeri Heim,H. sangal Korth., dll.) Tekam, tekam rayap;
Bangkirai tanduk, emang, amang besi;Cengal, merawan telor; Ngerawan, cengal balau 22.
Merbau Intsia spp. (terutama I. bijuga O.K., I. palembanicaMiq.) Merbau asam, ipi (NT.), kayu
besi (Papua); Ipil, anglai, maharan; Tanduk (Mlku.) 23. Mersawa Anisoptera spp. (mis. A. laevis
Ridl., A. marginataKorth., A. thurifera Bl.) Cengal padi, damar kunyit; Masegar (Smt.), ketimpun
(Klm.), mersawa daun besar; tabok, tahan 24. Nyatoh Palaquium spp., Payena spp., Madhuca
spp. Suntai, balam, jongkong, hangkang, katingan, mayang batu, bunut, kedang, bakalaung,
ketiau, jengkot, kolan 25. Palapi Heritiera (Tarrietia) spp.; mis. H. javanica (Bl.) Kosterm., H.
simplicifolia (Mast.) Kosterm., H. littoralis Ait., H. sylvatica S. Vidal Mengkulang, teraling;
Dungun, talutung, lesi-lesi. 26. Penjalin Celtis spp. Rempelas, ki jeungkil, ki endog (Sd.),
cengkek (Jw.), pusu (Sumbawa) 27. Perupuk Lophopetalum spp.; mis. L. javanicum (Zoll.)
Turcz., L. multinervium Ridl., L. subobovatum King, L. wightianum Arn. Kerupuk (Smt.),
pasana (Klm.), mandalaksa (Jw.), aras 28. Pinang Pentace spp. Melunak, ki sigeung, ki sinduk,
kelembing 29. Pulai Alstonia spp. (di antaranya A. pneumatophora Back.,A. scholaris R.Br., A.
spatulata Bl., A. macrophyllaWall., A. spectabilis R.Br.) Kayu gabus, rita, gitoh, bintau, basung,
pule, pulai miang. Ingg.:white cheesewood, milkwood, milky pine. 30. Rasamala Altingia
excelsa Noroa Tulasan (Smt.), mandung (Min.), mala (Jw.) 31. Resak Vatica spp.; mis. V.
maingayi Dyer, V. oblongifoliaHook.f., V. rassak Bl. Damar along, resak putih b. Kelompok
Jenis Kayu Rimba Campuran/Kelompok Komersial Dua No Nama Perdagangan Nama Ilmiah
Nama-nama Daerah 1. Bakau Rhizophora spp. dan Bruguiera spp Tumu, Lenggadai, Jangkar,
Tanjang, Putut, Busing, Mata buaya 2. Bayur Pterospermum spp. Balang, Walang, Wadang,
Wayu 3. Benuang Octomeles sumatrana Miq. Benuang bini (Klm.), winuang (Slw.) 4.
Berumbung Adina minutiflora Val.); Pertusadina spp. Kayu lobang, Barumbung, Kayu gatal 5.
Bintangur Calophyllum spp.; mis. C. calaba L., C. inophyllum L.,C. papuanum Lauterb., C.
pulcherrimum Wall.ex Choisy, C. soulattri Burm.f. Bintangor, penaga; Nyamplung; Sulatri;
Bunoh, bintangur bunut 6. Bipa Pterygota spp. Kayu wipa 7. Bowoi Serianthes minahassae Merr.
& Perry (Syn. Albizia minahasae Koord.) Rayango, Merang, Terangkuse 8. Bugis
Koordersiodendron pinnatum Merr. Grepau 9. Cenge Mastixia rostrata BI. Cenge, Cingo 10.
Duabanga Duabanga moluccana BI. Benuang laki, Takir, Aras, Raju mas 11. Ekaliptus
Eucalyptus spp.; mis. E. alba Reinw.ex Bl., E. deglupta Bl., E. urophylla S.T. Blake Kayu putih;
Leda, aren (Mlku.), tampai; Ampupu (Timor), 12. Gelam Melaleuca spp. Kayu putih 13. Gempol
Nauclea spp. Wosen, Klepu pasir, Anggrit 14. Gopasa Vitex spp. Teraut, Laban 15.
Gerunggang/Derum Cratoxylum spp.; mis. C. arborescens (Vahl) Bl., C. cochinchinense (Lour.)
Bl. Madang baro; Mampat, butun; kemutul, temau; edat 16. Jabon Anthocephalus spp. (A.
chinensis (Lamk.) A.Rich ex Walp. dan A. macrophyllus (Roxb.) Havil.) Kelampayan (Mly.),
laran (Klm.), semama (Amb.). Ingg.:cadamba. 17. Jambu-jambu Syzygium spp. [3] Kelat, Ki
tembaga, Jambu 18. Kapas-kapasan Exbucklandia populnea R. Brown Hapas-hapas, Tapa-tapa,
Leman 19. Kayu kereta Swintonia spp. Rengas sumpung, Merpauh, Bagel mirah 20. Kecapi
Sandoricum spp. Papung, Kelam, Sentul 21. Kedondong Hutan Spondias spp. Coco, Kacemcem
leuweung 22. Kelumpang Sterculia spp. Kepuh, Kalupat, Lomes 23. Kembang semangkok
Scaphium macropodum J. B. Kepayang, merpayang (Smt.) 24. Kempas Koompassia malaccensis
Maing. Hampas, impas, tualang ayam 25. Kenanga Cananga sp. Kananga 26. Keranji Dialium
spp.; mis. D. indum L., D. platysepalumBaker, D. procerum (v.Steen.) Stey Kayu lilin; Maranji

27. Ketapang Terminalia spp. Kalumpit, Klumprit, Jelawai, Jaha 28. Ketimunan Timonius spp.
Seranai, Temirit, Kayu reen 29. Lancat Mastixiodendron spp. Kundur, Modjiu, Raimagago 30.
Lara Metrosideros spp. dan Xanthostemon spp. Lompopaito, Nani, Langera 31. Mahang
Macaranga spp. Merkubung, Mara, Benua 32. Medang Litsea firma Hook f.; Dehaasia spp.
Manggah, Huru kacang, Keleban, Wuru, Kunyit 33. Mempisang Mezzetia parviflora Becc.;
Xylopia spp.; Alphonseaspp.; Kandelia candel Druce Mahabai, Hakai rawang, Empunyit,
Jangkang, Banitan, Pisang-pisang 34. Mendarahan Myristica spp., Knema spp. Darah-darah,
Tangkalak, Au-au, Ki mokla, Kumpang, Kayu luo, Huru 35. Menjalin Xanthophyllum spp. Lilin,
Ki endog, Segi landak 36. Mentibu Dactylocladus stenostachys Oliv. Jongkong, merebung 37.
Merambung Vernonia arborea Han. Merambung, sembung 38. Punak Tetramerista glabra Miq.
Kayu malaka (Smt.), cerega (Klm.) 39. Puspa Schima spp.; terutama S. wallichii Korth. Seru
(Jw.), simartolu (Smt.), madang gatal (Klm.) 40. Rengas Gluta aptera (King) Ding Hou Rengas
tembaga, Rangas 41. Saninten Castanopsis argentea A. DC. Sarangan (Jw.), ki hiur (Sd.),
kalimorot 42. Sengon Paraserianthes falcataria (L) Nielsen Jeungjing, Tawa kase, Sika (Maluku)
43. Sepat Berrya cordofolia Roxb. Waru gunung, Kalong 44. Sesendok Endospermum spp.; mis.
E. diadenum (Miq.) Airy Shaw, E. moluccanum (T & B) Kurz, E. peltatumMerr. Sendok-sendok,
kayu labuh (Smt.), kayu bulan (Mly.), garung (Klm.); Kayu raja (Mlku.) 45. Simpur Dillenia
spp.; mis. D. grandifolia Wall., D. obovataHoogl., D. pentagyna Roxb. Sempur, segel, janti,
dongi 46. Surian Toona sureni Merr. Suren, kalantas 47. Tembesu Fagraea spp.; mis. F. fragrans
Roxb., F. sororia J.J. Sm. Tomasu (Smt.), kulaki (Slw.), malbira, ki tandu 48. Tempinis Sloetia
elongata Kds. Damuli, Kayu besi 49. Tepis Polyalthia glauca Boerl. Banitan, Pemelesian, Kayu
tinyang, Kayu bulan, Banet, Kayu kalet 50. Tenggayun Parartocarpus spp. Buku ongko, Pejatai,
Purut bulu 51. Terap Artocarpus spp. Cempedak, Kulur, Tara, Teureup 52. Terentang
Campnosperma spp.; mis. C. auriculatum (Bl.) Hook.f., C. brevipetiolatum Volkens, dll. Tumbus
(Smt.), pauh lebi 53. Terentang ayam Buchanania spp. Pauhan, Antumbus, Talantang 54. T u s a
m Pinus spp. Pinus, Damar batu, Uyam 55. Utup Aromadendron sp. U t u p c. Kelompok Jenis
Kayu Eboni/Kelompok Indah Satu No Nama Perdagangan Nama Ilmiah Nama-nama Daerah 1.
Eboni bergaris Diospyros celebica Bakh. Maitong, Kayu lotong, Sora, Amara 2. Eboni hitam
Diospyros rumphii Bakh. Kayu hitam, Maitem, Kayu waled 3. E b o n i Diospyros spp.; di
antaranya D. areolata King et G.,D. cauliflora BI., D. ebenum Koen, D. ferrea Bakh., D. lolin
Bakh., D. macrophylla BI. Baniak, Toli-toli, Kayu arang, Kanara, Gito-gito, Bengkoal, Malam d.
Kelompok Jenis Kayu Indah/Kelompok Indah Dua No Nama Perdagangan Nama Ilmiah Namanama Daerah 1. Bongin Irvingia malayana Oliv. Pauh kijang, Sepah, Kayu batu 2. Bungur
Lagerstroemia speciosa Pers. Ketangi, wungu (Jw.), tekuyung, benger 3. Cempaka Michelia spp.,
Elmerrillia spp. Minjaran, Wasian, Manglid, Sitekwok, Kantil (Jw.), Capuka 4. Cendana
Santalum album L. Kayu kuning, Lemo daru 5. Dahu Dracontomelon spp.; mis. D. dao Merr. &
Rolfe, D. mangiferum Bl. Dao, basuong (Smt.), sengkuang (Mly.), koili 6. Johar Senna spp.[4]
Juar, Trengguli, Sebusuk, Bobondelan 7. Kuku Pericopsis mooniana Thw. Kayu laut, Papus,
Nani laut 8. Kupang Ormosia spp. Kayu ruan, Saga 9. Lasi Adina fagifolia Ridl. Adina, Kilaki
10. Mahoni Swietenia spp.; mis. S. macrophylla King, S. mahagoni (L.) Jacq. Mahoni 11. Melur
Dacrydium spp.; Podocarpus spp. dan Phyllocladusspp. Mis. Dacrydium junghuhnii Miq. Alau,
cemantan (Klm.); Jamuju, kayu embun (Slw.), sampinur bunga (Smt.); Sampinur tali; Kayu cina;
Ki merah, Sandu 12. Membacang Mangifera spp. Ambacang, Asam, Limus piit, Mempelam,
Wani, Mangga 13. Mindi Melia spp.; terutama M. azedarach L. Bawang kungut 14. Nyirih
Xylocarpus granatum J. Konig Nyireh, Niri 15. Pasang Quercus spp. Mempening, Baturua,
Kasunu, Triti 16. Perepat darat Combretocarpus rotundatus Dans. Marapat, Teruntum batu 17.

Raja bunga Adenanthera spp Saga, Segawe, Klenderi 18. Rengas Gluta spp.; Melanorrhoea spp.
Ingas, Suloh, Rangas, Rengas burung 19. Ramin Gonystylus bancanus Kurz Gaharu buaya,
Medang keladi, Keladi, Miang 20. Sawo kecik Manilkara spp.; mis. M. fascicularis H.J. Lam &
Maas Geest., M. kauki (L.) Dub. Subo, Ki sawo 21. Salimuli Cordia spp. Kendal, Klimasada,
Purnamasada 22. Sindur Sindora spp.; mis. S. bruggemanii de Wit, S. coriaceaMaing., S.
wallichii Graham Sepetir (Mly.), sasundur (Klm.), mobingo (Slw.) 23. Sonokembang Pterocarpus
indicus Willd. Angsana, Linggua, Nala, Candana 24. Sonokeling Dalbergia latifolia Roxb.
Linggota, sono sungu, sonobrits 25. Sungkai Peronema canescens Jack Jati seberang, Jati londo
26. Tanjung Mimusops elengi L. Sawo manuk (Jw.), karikis (Slw.) 27. Tapos Elateriospermum
tapos BI. Kelampai, Setan, Kedui, Wayang 28. Tinjau belukar Pteleocarpus lampongus Bakh.
Lontar kuning 29. Torem Manilkara kanosiensis H.j. L. et B. M. Sawai, Torem 30. Trembesi
Samanea saman Merr. Ki hujan 31. Ulin Eusideroxylon zwageri T.et B. Kayu besi, bulian, kokon
32. Weru Albizia procera Benth. Beru, Ki hiyang, Bengkal
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
\

Anda mungkin juga menyukai