Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

STRUKTUR KAYU

OLEH

ACHMAD ALBAR E1A1 15 011

LA ODE MUHAMMAD FAJAR E1A1 16 049

LA ODE AMRAN BILI E1A1 16 064

AKRYS JUNIANTO E1A1 17 005

MINHAR HASIM E1A1 17 014

AYU SARASWATI E1A1 17 033

BAYU FATURRAHMAN BASRI E1A1 17 034

DENDI PONGSIMPIN E1A1 17 035

JURUSAN S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
Soal Latihan !

1. Akhir akhir ini bila dibandingkan dengan bahan baja dan


beton penggunaan bahan kayu sebagai bahan konstruksi
pendukung beban bangunan tampak tertinggal. Sebutkan 4
(empat) hal utama yang menyebabkan keadaan tersebut dan
berikan penjelasannya secara singkat.
2. Faktor apa yang paling dominan terhadap kekuatan kayu ?
3. Jelaskan apa dan bagaimana kriteria suatu jenis kayu,
sehingga kayu tersebut dinyatakan berada pada kelas awet II.
4. Suatu jenis kayu yang sama dapat saja mempunyai kekuatan
yang berbeda diantaranya diakibatkan oleh berbedanya mutu
kayu. Jelaskan mengapa perbedaan mutu kayu (mutu A dan
mutu B) menjadikan berbedanya kekuatan kayu.

Jawaban :

1. Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak


memiliki kelemahan struktural, sehingga pengunaan kayu
sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifat-sifat
tersebut. 4 hal utama yang menyebabkan kayu sebagai bahan
kontruksi pendukung beban bangunan tampak tertinggal
dibanding dengan baja dan beton adalah sebagai berikut :
1) Kualitas kayu
Kayu memiliki sifat yang kurang homogen, artinya tiap-
tiap bagian mempunyai sifat fisik yang berbeda.
Perbedaaan inilah yang mengakibatkan kelemahan pada
struktur kayu seperti cacat kayu, mata kayu, retak-retak
dan sebagainya. Hal ini tentu akan mempengaruhi
kualitas kayu itu sendiri.
2) Kurang awet
Berbeda dengan baja ataupun beton, kayu mudah
terserang hama, mudah terbakar, mudah berubah
bentuk, mudah berjamur dan lapuk jika terkena
kelembaban maupun hujan serta panas langsung. Hal ini
menyebabkan usia pakai kayu relatif lebih pendek bila
dibandingkan dengan baja maupun beton.
3) Harga kayu
Sebelum ketersediaannya semakin menipis, harga kayu
jauh lebih murah dibandingkan dengan baja. Namun
beberapa tahun belakangan, harga kayu relatif mengalami
fluktuasi tajam. Sedangkan baja ringan masih mudah
dicari, sehingga harganya pun tak mengalami fluktuasi.
Begitu juga dari segi pemasangan, rangka baja lebih
mudah dan cepat proses pemasangannya. Dengan begitu,
biaya pengerjaannya pun semakin murah.
4) Persediaan kayu
Persediaan kayu kini tengah mengalami penurunan akibat
terlalu banyak hutan yang dipangkas. Akibatnya akan
memberi dampak lingkungan dalam jangka Panjang.
Selain itu, proses penanaman pohon kembali
membutuhkan jangka waktu puluhan tahun. Inilah salah
satu kekurangan yang dimiliki oleh material kayu.
Sedangkan material baja ringan sangat mudah untuk
diproduksi karena bahan dasarnya mudah untuk di
dapatkan.

2. Menurut kami, faktor yang paling dominan yang


mempengaruhi kekuatan kayu adalah berat jenis kayu itu
sendiri. Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu,
rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif didalamnya.  Berat
suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya.  Kayu
mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara
BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). 
Biasanya makin tinggi BJ kayu, maka kayu semakin berat
dan semakin kuat pula.

Pada umumnya kayu yang baru ditebang mempunyai kadar


air 40 % untuk kayu berat hingga dan 200 % untuk kayu
ringan. Kadar air tersebut akan keluar bersamaan dengan
mengeringnya kayu hingga mencapai titik jenuh serat (fiber
saturation point), yang berkadar lengas kira-kira 25–35 %.
Apabila kayu mengering dibawah titik jenuh seratnya, dinding
sel menjadi padat, akibatnya serat-seratnya menjadi kuat dan
kokoh. Jadi turunnya kadar lengas kayu mengakibatkan
bertambahnya kekuatan kayu.

Pada umumnya semakin,Berdasarkan berat jenisnya, kayu di


Indonesia dibedakan menjadi lima kelas kuat, sebagaimana
tersaji pada Tabel 1.1 (Klasifikasi ini disusun oleh Lembaga
Pusat Penyelidikan Kehutanan).

Jadi berdasarkan penjelasan di atas, faktor yang paling


dominan mempengaruhi kekuatan kayu adalah faktor berat
jenis dari kayu itu sendiri.

3. Seperti yang kita ketahui pengawetan adalah suatu proses


memsukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan
memperpanjang masa pakai kayu. Upaya meningkatkan kayu
telah lama dilakukan, tujuannya adalah untuk meningkatkan
ketahanan kayu terhadap serangan serangan serangga
(rayap, bubuk, dll.) agar memperpanjang umur kayu.

Menurut penelitian hasil hutan (LPPH), membagi keawetan


kayu menjadi lima kelas awet. Kriteria suatu kayu sehingga
dapat dikatakan berada pada kelas awet II yakni ditinjau dari
beberapa aspek, diantaranya :
a. Kayu yang berhubungan dengan tanah lembab untuk
kriteria kelas awet II akan bertahan selama 5 tahun.
b. Kayu yang tidak terlindungi terhadap angin dan iklim,
tetapi dilindungi terhadap air untuk kriteria kelas awet II
akan bertahan selama 15 tahun.
c. Kayu yang ditempatkan di tempat terlindung untuk
kriteria kelas awet II ketahanannya tidak terbatas, artinya
dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama.
d. Kayu yang ditempatkan ditempat terlindung tapi dirawat,
dicat, dsb., untuk kriteria kelas awet II ketahanannya
tidak terbatas, artinya dapat bertahan dalam jangka
waktu yang sangat lama.
e. Kayu yang termakan atau terserang rayap untuk kriteria
kayu kelas awet II ketahannannya sangat jarang, hal ini
dikarenakan apabila kayu sudah terserang oleh hama
tersebut maka akan memebuat struktur dari kayu
tersebut berkurang karena fisik dari kayu tersebut akan
rusak.
f. Kayu yang termakan oleh bubuk kayu, rayap dan
serangga lain untuk kriteria kelas awet II ketahanannya
tidak ada, artinya kayu ini sangat rentan terhadap hama
tersebut karna snagat dapat merusak struktur kayu itu
sendiri yang mengakibatkan produktivitas kayu tersebut
berkurang bahkan bisa jadi tidak ada.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini!


4. Menurut PKKI Pasal 3 membagi mutu kayu ke dalam dua
kelas yakni mutu A dan mutu B. Mutu kayu itu sendiri dapat
menjadi salah satu alasan kuat tidaknya suatu kayu.
Walaupun jenis dari kayu tersebut sama tidak menutup
kemungkinan mutu yang ada pada kayu tersebut berbeda
sehingga akan berpengaruh pada kekuatannya.

Perbedaan mutu kayu dapat ditentukan dari kondisinya


(banyaknya dan keadaan cacat – cacat kayu), yaitu seperti
mata kayu, wanvlak (cacat kayu akibat terkelupasnya kulit
kayu), miring arah serat, retak retak dan keadaan kadar
lengas kayu kering udara.
a. Kondisi kayu dengan kadar lengas kering udara
Kayu sangat peka terhadap lembab udara,
perubahan kadar lengas menyebabkan kayu mengembang
dan menyusut dan berpengaruh pada sifat – sifat dan
mekaniknya. Hal inilah yang menyebabkan kekuatan dari
kayu tersebut berbeda. Untuk kondisi kayu mutu A
memiliki kadar lengas kering udara sebesar 12 – 18 % dan
untuk kondisi kayu mutu B memiliki kadar lengas kering
udara ≤ 300 %.

b. Mata Kayu
Mata kayu merupakan salah satu keadaan cacat
yang terjadi pada kayu. Mata kayu juga merupakan
bagian cabang yang berada di dalam kayu. Pengaruh dari
mata kayu itu sendiri adalah dapat mengurangi sifat
kekuatan kayu, menyulitkan pengerjaan karena kerasnya
penampang mata kayu, mengurangi keindahan
permukaan kayu dan menyebabkan lubangnya lembaran
lembaran finir.
Untuk kondisi kayu mutu A ukuran mata kayu itu
sendiri terdiri dari d1 ≤ 1/6h, d2 ≤1/6 b, d1 ≤3,5 cm, d2 ≤
3,5 cm. sedangkan untuk kondisi kayu mutu B terdiri dari
d1 ≤ 1/4h, d2 ≤ ¼ b, d1 ≤5 cm, d2 ≤ 5 cm, yang dimana d1,2
adalah diameter mata kayu, h adalah tinngi kayu dan b
adalah lebar kayu.
c. Wanvlak
Wanvlak atau pingul adalah tidak sempurnanya
sudut sudut kayu gergajian sehingga penampang lintang
kayu yang mempunyai cacat tersebut memiliki sudut lebih
dari empat. Hal ini biasanya disbabkan bagian permukaan
kayu yang bundar pada kayu bulat terikut pada kayu
gergajian.
Untuk kondisi kayu mutu A ukuran wanvlak itu
sendiri terdiri dari e1 ≤ 1/10 b, e2 ≤1/10 h, sedangkan
untuk kondisi kayu mutu B terdiri dari e1 ≤ 1/10 h, e2 ≤
1/10 h, yang dimana e1,2 adalah lebar atau tinggi wanvlak,
h adalah tinggi kayu dan b adalah lebar kayu.

d. Miring arah serat


Arah serat kayu tergantung dari pertumbuhan
pohon. Apabila arah serat kayu tidak sejajar dengan tepi
kayu gergajian disebut serat miring. Untuk kondisi kayu
mutu A dan mutu B ukuran miring arah seratnya sama
yakni sebesar tg α ≤ 1/10.

e. Retak – retak
Retak retak pada kayu ini biasa disebabkan pada
saat proses penebangan kayu. Apabila cacat retak pada
kayu ini sudah tidak dapat ditanggulangi maka kayu tidak
akan bisa dipakai, terutama pada retak dalam (Honey
Combing). Untuk kondisi kayu mutu A ukuran retak –
retak kayu itu sendiri yakni hr ≤ ¼ b, ht ≤ 1/5 b.
sedangkan untuk kondisi kayu dengan mutu B ukuran
retak –retak kayu itu sendiri yakni hr ≤ 1/3 b, ht ≤ ¼ b.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini!

Anda mungkin juga menyukai