PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendapatkan rancangan
proses dari industri karet alam yang berkonsep ekologi industri dengan manfaat
memberi informasi bahwa industri karet alam sangat berpotensi untuk dijadikan
proses terpadu yang diharapkan dapat diterapkan pada real industri.
BAB 2. PEMBAHASAN
Pohon Karet
Pengepresan
RSO
Degumming
RSO Murni
Esterifikasi
Trigliserida +
FAME
Transesterifikasi
Biodesel
(Energi)
Finish
a. Pengepresan
Pengepresan disini adalah untuk mendapatkan minyak dari biji karet
sehingga dari tahap ini akan didapat RSO (Rubber Seed Oil). RSO selanjutnya
masuk ke tahap degumming.
b. Degumming
Proses degumming dilakukan untuk mengikat lender atau getah atau
kotoran minyak mentah. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan minyak
pada suhu ±80oC, kemudian ditambah asam fosfat 20% sebanyak 0,3% (v/b) dan
diaduk merata selama 15 menit. Selanjutnya minyak dipisahkan dari getah (gum)
dengan menggunakan corong pisah. Setelah itu minyak dicuci dengan air panas.
Pencucian dan pemisahan minyak dengan air dilakukan berulang kali sehingga air
cucian terlihat jernih (pH 6,5 – 7). Minyak hasil tahap ini dianalisis untuk
mengetahui densitas, viskositas, bilangan asam, kadar lemak bebas, FFA dan
Bilangan penyabunan.
c. Esterifikasi
Proses ini bertujuan untuk memurnikan FFA sampai dibawah 2,5%. pada
tahap ini minyak dipanaskan didalam labu leher empat, menggunakan hot plate
yang dilengkapi magnetic stirrer. Kedalam minyak kemudian ditambahkan
campuran methanol 225% FFA dan asam sulfat 5% FFA. Proses ini dilakukan
sekitar suhu 55-65oC dengan kecepatan pengadukan 300-500rpm. minyak hasil
seterifikasi dipisahkan dengan corong pemisah, sehingga pada lapisan atas
terbentuk sisa methanol dan gum. sedangkan pada lapisan bawah terbentuk
campuran trigliserida dan fatty acid metyl ester (FAME). campuran trigliserida
dan FAME merupakan bahan untuk proses transesterifikasi.
d. Transesterifikasi
Pada tahap ini campuran dipanaskan didalam labu leher empat
menggunakan hot plate sambil diaduk. Kedalam labu kemudian ditambahkan
larutan metoksida (campuran methanol 15% v/b minyak dan NaOH 1% b/b
minyak). Proses ini berlangsung 1 jam pada suhu 55-65oC dan kecepatan
pengaduk 300-500rpm. Dari proses ini dihasilkan Biodiesel dan gliserol,
kemudian keduanya dipisahkan menggunakan corong pemisah, sehingga pada
lapisan atas terbentuk biodiesel dan gliserol lapisan bawah. Biodiesel ini
kemudian dimurnikan dengan proses pencucian menggunakan metode water
whasing. prosesnya yaitu air hangat ditambahkan kedalam biodiesel lalu
dilakukan pengadukan dan pemisahan. Pencucian dilakukan secara berulang kali
sehingga air cucian terlihat jernih. Selanjutnya dilakukan pengeringan untuk
membuang sisa methanol dan air (Warta, 2013).
2.2.4 Getah karet
Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengluarkan getah yang disebut
lateks. Banyak tanaman jika dilukai atau disadap mengeluarkan cairan putih,
tetapi hanya beberapa jenis pohon saja yang menghasilkan karet.
Diantaranya Havea bracileansis. Lateks karet alam yang berasal dari lateks Hevea
Brasiliensis ini adalah cairan seperti susu yang diperoleh dari proses penorehan
batang pohon karet. Cairan ini terdiri dari 30-40% partikel hidrokarbon yang
terkandung di dalam serum juga mengandung protein, karbohidrat dan komposisi-
komposisi organik serta bukan organik (Nazzaruddin dan Paimin, 1998).
Lateks merupakan hasil utama pohon karet yang dapat
dijual/diperdagangkan oleh masyarakat berupa latek segar, slab/koagulasi ataupun
sit asap/sit angin. Selajutnya produk tersebut sebagai bahan baku pabrik Crumb
Rubber/Karet Remah yang nantinya Crumb Rubber ini dapat digunakan sebagai
bahan baku untuk berbagai industri hilir. Pengolahan crum rubber dari getah
bokar adalah sebagai berikut:
a. Sortasi
Sortasi dimaksudkan untuk menyeleksi dan mengelompokkan bahan olah
berdasarkan jenis bahan olah, kebersihan (kandungan kontaminan),
ketebalan dan jenis koagulan serta asal bahan olah sesuai standar.
b. Pencacahan dan pencampuran
Bahan olah dipecah dengan prebreaker hingga ukurannya menjadi 3 – 5
cm. Bahan olah yang keluar dari prebreaker dilewatkan melalui drum
berputar yang mempunyai ukuran saringan lebih kecil. Kemudian bahan
olah ditampung dalam bak makroblending. Dalam bak makroblending,
terjadi proses pencucian dan pencampuran bahan olah.
c. Pembuatan blangket
Cacahan dijadikan lembaran karet (krep, blanket) dengan menggunakan
macerator 1–2 kali giling dan dilanjutkan dengan kreper. Hingga
membentuk lembaran, cacahan bahan olah digiling 6–12 kali dengan kreper.
Sebelum diumpan ke kreper, dilakukan pelipatan lembaran blanket untuk
penyeragaman. Selama penggilingan, dialirkan air pencuci.
d. Pengeringan awal
Krep hasil gilingan ditimbang kemudian digulung (dilipat) atau
digantung di kamar gantung tanpa dinding agar sirkulasi udara leluasa dan
dibiarkan selama 3–12 hari. Selama pengeringan awal, terjadi penguapan air
secara alami sehingga beban pengeringan dalam alat pengering mekanis
dapat dikurangi.
e. Peremahan
Lembaran krep yang telah mengalami pre-drying, dibasahi, digiling
untuk penyeragaman mutu lalu diremahkan dengan menggunakan alat
seperti peremahan sistem kering yaitu shredder atau creperhsm-mermill,
granulator atau ekstruder.
f. Pengeringan
Hasil remahan dipindahkan ke dalam kotak pengering trolly secara
merata dan tidak terlampau padat. Selanjutnya trolly dimasukkan ke dalam
ruang pengering (dryer) yang bersuhu 115 °C – 120°C selama 2 – 3.5 jam.
Remahan karet setelah keluar dari dryer didinginkan. Pendinginan biasanya
dilakukan untuk menghasilkan suhu karet maksimum 40 oC.
g. Pengemasan
Remahan karet yang telah dingin ditimbang seberat 33,3 atau 35 kg,
kemudian dikempa menjadi bandela dengan mesin kempa hidrolik.
Selanjutnya bandela dilewatkan pada alat metal detector untuk mengetahui
adanya kontaminan logam. Bandela yang bebas kontaminan dan virgin
rubber/white spot diberi pita mutu yang sesuai dan dikemas dengan plastik
kemas. Pengemasan SIR dapat dilakukan dengan palet kayu atau shrink
wrapped atau kotak aluminium dengan rangka baja.
Crumb Rubber inilah yang nantinya akan menjadi bahan dasar peralatan
dengan material karet alam yang sering kita gunakan sehari-hari seperti aneka ban
kendaraan, conveyor belt, penggerak mesin, sepatu karet, sabuk, penggerak mesin,
pipa karet dan sebagai isolator kabel. Selain itu lateks juga bisa diolah menjadi
alat kesehatan seperti sarung tangan lateks, kondom, dll.
Dari proses pembuatan crumb rubber terdapat limbah hasil pencucian yang
jumlahnya sekitar 60% dari bahan baku yaitu 30,44 ton, dimana 30 ton adalah air
pencuci sedangkan sisanya adalah pengotor yang merupakan campuran kayu,
pasir, plastik, dan zat pengeras getah. Adapun penanganan limbah dari
pengolahan crumb rubber ini adalah dengan cara sistem lumpur aktif yang mana
nantinya dapat digunakan sebagai kompos. Berdasarkan study literatur padatan
mengambang dari limbah ini dapat digunakan sebagai adsorben (Salmariza,
2012).
Berikut ini merupakan pohon industri terpadu tanaman karet:
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, tak hanya getahnya saja yang dapat
dimanfaatkan, seluruh bagian dari tanaman karet dapat dimanfaatkan dan diolah
menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual tambah dari tanaman tersebut
termasuk daun, biji dan batang. sehingga dari suatu pengolahan industri karet
tidak akan membuat limbah yang berlebih dan dapat merusak lingkungan, karena
seluruh bagian dari tanaman karet telah dimanfaatkan dan diolah menjadi sebuah
produk. Konsep yang digunakan dalam pemanfaatan tanaman karet ini adalah zero
waste, yang artinya dari pengolahan tersebut tidak menimbulkan limbah produksi.
3.2 Saran
Sebaiknya parameter-parameter yang digunakan dalam pengendalian limbah
industri karet lebih lengkap, agar diperoleh hasil pengolahan yang sesuai dengan
kepentingan umum dan keseimbangan dengan memperhatikan pihak industri.
DAFTAR PUSTAKA
Aigbodion, A.I dan C.K.S. Pillai. 2000. Preparation, Analysis and Aplication of
Rubber Seed Oil and Its Derivatives as Surface Coating Material. Progress in
Organic Coatings 38 : 187-192.
Anwar, Chairil. 2001. Manejemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan: Pusat
Penelitian Karet.
Diamahesa, W.A. 2010. Efek Suplementasi Crude Enzim Cairan Rumen Pada
Pakan Ikan Nila Oreochromis Niloticus Berbasis Sumber Protein Nabati.
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Djuarnani nan, Kristian, dan Budi Susilo Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat
Kompos. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-
Press.
Purwanta, H.J. 2008. Teknologi Budidaya Karet. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian.
Rahmawan O, Mansyur. 2008. Detoksifikasi HCN Dari Bungkil Biji Karet (BBK)
Melalui Berbagai Perlakuan Fisik. Bandung: Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Universitas Padjadjaran.
Riko, Hendra. 2013. Material Karet Alami. Unika Widya Karya: Malang.
Salmariza. 2012. Pemanfaatan Limbah Lumpur Proses Activated Sludge Industri
Karet Sebagai Adsorben. Jurnal Riset Industri Vol. VI No.2: 175-182.
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Herlina, MP.
OLEH:
RHOIYFAH YUNIARSIH 171710301001
DIANA ERMAWATI 171710301021
HASBY ANANSYAH 171710301023
HAYYUN AFIATI N. 171710301031
DINDA PARAMUDITA 171710301033
VIVIEN MUSRIDA 171710301041