Anda di halaman 1dari 17

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara produsen karet alam terbesar ke dua di dunia
setelah Thailand Tanaman karet adalah tanaman tropis yang berkembang dengan
baik pada zona antara 15° LS dan 15° LU dengan curah hujan tidak kurang dari
2000 mm per tahun. Tanaman ini tumbuh secara optimal pada ketinggian 200 m
di atas permukaan laut, suhu pertumbuhan antara 25-35° C dengan suhu optimal
28° C. Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya
di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja bagi sekitar 1,4 juta kepala
keluarga. komoditas ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah
satu sumber devisa non-migas, pemasok bahan baku karet dan berperan penting
dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah
pengembangan karet. Tanaman karet tersebar di seluruh wilayah Indonesia
misalnya di Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan.
Melihat perkembangan serta prospek usaha karet yang cukup menjanjikan
diperlukan juga proses yang berbasis dengan ekologi agar tercipta proses terpadu
dari tanaman karet sampai kepada produk hasilnya. Maka dari itu makalah ini
membahas mengenai potensi dari Industri karet alam untuk dijadikan unit industri
yang terpadu dengan dasar konsep ekologi industri agar tercipta proses yang zero
emission dan zero waste.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendapatkan rancangan
proses dari industri karet alam yang berkonsep ekologi industri dengan manfaat
memberi informasi bahwa industri karet alam sangat berpotensi untuk dijadikan
proses terpadu yang diharapkan dapat diterapkan pada real industri.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Karet


Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang
bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya
pertama kali pada umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa
diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah
(crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet,
bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan
bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain (Purwanta,
2008). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaat lagi getahnya karena tanaman
karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil
lateks tanaman karet dapat dikatakan satu- satunya tanaman yang dikebunkan
secara besar-besaran (Budiman, 2012).
Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar.
Batang tanaman mengandung getah yang dinamakan lateks. Daun karet berwarna
hijau terdiri dari tangkai daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang
tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan ujungnya bergetah. Biasanya ada tiga anak
daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis,
memanjang dengan ujung meruncing. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah.
Jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Akar
tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar tersebut mampu menopang batang
tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Anwar, 2006).
Produksi karet di Indonesia, Thailand, dan Malaysia berkontribusi 85%
dari total produksi dunia. Namun, Indonesia memiliki kesempatan paling besar
untuk memimpin industri karet dunia. Harga karet dunia saat ini masih mengalami
tekanan akibat turunnya permintaan. Oleh karena itu, tiga negara utama produsen
karet alam bersepakat menahan penurunan harga dengan mengurangi ekspor sejak
Agustus lalu. Artinya pasokan karet di dalam negeri akan semakin melimpah
(Kemenperin, 2012).
2.2 Pemanfaatan Pohon Karet
Karet merupakan hasil alam yang kebanyakan orang mengambil getahnya
saja. Getah karet sendiri disebut lateks yang biasanya digunakan untuk membuat
crum rubber. Crum rubber nantinya akan diolah menuju proses selanjutnya
menjadi bahan dasar peralatan dengan material karet alam yang sering kita
gunakan sehari-hari. Produk hasil olahan dari getah karet sendiri berupa ban
kendaraan, sepeda karet, sabuk penggerak mesin industry, kabel karet, dan lain
sebagainya. Sebenarnya dari pohon karet sendiri yang bisa dimanfaatkan bukan
hanya getahnya saja melainkan kayu dan biji karet sendiripun bisa dimanfaatkan.
Misalnya saja pemanfaatan pohon karet yang sudah terlalu tua atau produksi
getahnya sudah sedikit pohon tersebut bisa dimanfaatkan untuk kepentingan
peralatan rumah tangga contohnya bisa digunakan untuk membuat meja dan lain-
lain. Sedangan biji karetnya dapat dimanfaatkan sebagai biodiesel (Riko, 2013).
2.2.1 Daun
Daun karet memiliki warna hijau. Adapun manfaat daun dari pohon karet ini
dapat diolah menjadi kompos yang secara langsung dapat digunakan untuk
menyuburkan lahan tanaman karet. Selain itu pupuk kompos ini mampu
meningkatkan populasi mikroorganisme yang berguna di tanah. Tanaman yang
menggunakan pupuk kompos juga akan lebih tahan terhadap serangan hama serta
penyakit (Sutanto, 2002).
Menurut Sutanto (2002) ada beberapa manfaat pupuk kompos dari daun
basah/kering pohon karet yakni sebagai berikut:
1. Pupuk yang terbuat dari daun dapat mengurangi penumpukan atau sampah
dari daun-daun yang sudah tua, dan guguran daun.
2. Menjadi salah satu bentuk pelestarian lingkungan. Kita bisa menggunakan
daun – daun yang telah jatuh dari pohonnya menjadi sesuatu yang lebih
berguna sehingga bisa mengurangi polusi tanah yang dihasilkan dari
sampah yang tidak terpakai. Jadi tidak ada yang terbuang.
3. Mengurangi biaya untuk pembelian pupuk non-organik yang tiap hari
harganya bisa semakin mahal, dan dengan pupuk kompos kita bisa
meminimalisir pengeluaran.
4. Pupuk kompos yang berasal dari daun bersifat tidak merusak unsur hara
dan sangat menyuburkan tanah. Pupuk kompos sifatnya bukan destruktif
melainkan konstruktif dalam jangka waktu yang panjang.
Berikut cara membuat pupuk dari daun karet berdasarkan Djuarnani (2005) :
1. Mengumpulkan semua limbah berupa daun dari pohon karet
2. Masukkan daun – daun yang sudah dikumpulkan kedalam wadah, yang di
bawahnya sudah ditutupi tanah dan diberi lubang sebagai jalan keluar air.
3. Tambah satu lapisan tanah pada bagian atasnya, dan biarkan mikroba aktif
yang bekerja untuk mengolah sampah menjadi pupuk kompos.
4. Ulangi proses kedua dan ketiga, sampai bahan baku tanah dan sampah
daun habis.
5. Siram dengan larutan EM4 (bio-activator yang berupa larutan effective
microorganism) secara merata.
6. Tutup wadah dengan karung goni/terpal.
7. Satu minggu sekali, buka dan aduk pupuk kompos, supaya fermentasi
merata.
8. Tutup kembali kompos dengan terpal/karung goni.
9. Setelah kurang lebih satu bulan, cek pupuk kompos daun karet. Apabila
pupuk kompos sudah berwarna kehitaman dan tidak berbau sampah. Hal
tersebut berarti pengomposan sudah bisa digunakan sebagai pupuk
tanaman.
2.2.2 Batang atau kayu
Kayu karet yang berwarna cerah keputihan mempunyai prospek untuk
pengganti kayu dari hutan alam. Kayu karet juga dapat dimanfaatkan dalam
bidang mebel atau furniture selain digunakan untuk kayu bakar. Namun sebelum
digunakan dalam pembuatan furniture kayu karet yang sudah ditebang harus
dilakukan pelapisan terlebih dahulu. Karena kayu yang dibiarkan saja dan
diletakan ditempat yang lembab dapat ditumbuhi jamur sehingga dapat merubah
warna kayu menjadi kebiru-biruan dan mengurangi nilai estetika ketika di
gunakan untuk furniture. Sekarang ini furniture dari kayu karet sudah banyak
diproduksi mulai dari meja, kursi, almari, rak-rak buku, dan masih banyak lagi,
dan tentunya memiliki nilai jual yang tinggi (Budiman H, 2012). Berikut
merupakan metode pengolahan kayu karet menjadi furniture:
a. Pengawetan awal
Kayu karet dalam bentuk log dibagian kedua ujungnya ditutup dengan parafin
(lilin), karena apabila tidak ditutup dengan lilin akan mudah terkena jamur dalam
waktu 4-6 jam yang mengakibatkan kayu bernoda hitam kebiruan. Setelah kayu
berupa log segera dimasukkan dalam larutan anti jamur, karena kayu karet dalam
kondisi basah dan mengandung getah karet. Kondisi tersebut baik untuk
pertumbuhan jamur.
b. Proses penggergajian
Kayu dalam bentuk log selanjutnya adalah proses penggergajian, dimana
penggergajian disesuaikan dengan kebutuhan. Pembelahan log dibuat sesuai
dengan ukuran ruangan pengering kayu agar dapat diproses dengan alat pengering
kayu lebih lanjut. Kondisi ini juga akan berpengaruh tumbuhnya jamur, apabila
tidak segera dilakukan pengawetan. Setelah kayu karet dalam bentuk papan
dilakukan pengawetan awal, yaitu papan dimasukkan kedalam larutan Cupri
Sulfat dengan konsentrasi 2 kg per 50 liter air, dengan waktu beberapa menit.
Tujuannya yaitu membasahi permukaan kayu untuk pencegahan sementara
terhadap serangan jamur.
c. Proses pengeringan
Metode pengeringan pada kayu karet yaitu bias dilakukan secara alami dan
buatan. Pengeringan secara alami cukup dengan membiarkan kayu dalam udara
terbuka sedangkan metode pengeringan kayu karet secara buatan dapat dilakukan
dengan vakum menggunakan alat pengering kiln kayu karet. Lama vakum yaitu
satu sampai dua hari.
d. Pembahanan dasar
Pada proses ini dilakukan pengaturan tentang rendemen dan serat kayu
sehingga ukuran-ukuran komponen dapat sesuai dengan hasil akhir yang akan
dibuat.
e. Konstruksi
Pada proses ini dilakukan penyerutan untuk menghasilkan permukaan yang
halus. Lalu pemotongan sisi panjang sebagai ukuran jadi hingga pembuatan
lubang konstruksi.
f. Pengamplasan
Pada proses ini dilakukan beberapa kali dengan grit amplas yang berbeda
secara bertahap.
g. Perakitan
Pada proses ini dilakukan penggabungan komponen-komponen yang akan
dibuat menjadi furniture.
h. Finishing
Finishing merupakan tahap akhir pada proses pembuatan furniture. Sebagai
langkah penyelesaian ketika semua komponen telah tersambung dengan baik.
2.2.3 Biji
Pemanfaatan biji karet yang ada pada saat ini sudah cukup memiliki
banyak ragam, namun pengolahannya masih jauh dari skala yang diharapkan. Biji
karet dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, dan khusus untuk biji karet
dapat dijadikan bahan konsumsi manusia dengan terlebih dahulu menghilangkan
kandungan Sianidanya.

Tabel 2.1 Komposisi Nutrisi Biji Karet

Komposisi Nutrisi biji Karet


Protein (%) 27,0
Lemak (%) 32,3
Karbohidrat (%) 15,9
Air (%) 9,1
(Balai Informasi Penelitian Ciawi, 1985 dalam warta, 2013).
a. Sebagai Pangan
Sebagai makanan biji karet mempunyai kandungan protein yang cukup
tinggi serta asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh. Namun demikian biji
karet tidak dapat dikonsumsi mentah tanpa diolah terlebih dahulu, karena akan
sangat berbahaya sebab biji karet mengandung Asam Sianida (HCN). Zat ini
dapat dihilangkan dengan perendaman 24 jam atau pengukusan pada suhu 100oC
selama 6 jam , penjemuran selama 12 jam atau kombinasi pengukusan +
penjemuran selama 12 jam. Sebelum biji karet diolah menjadi tempe maupun
keripik (Warta, 2013).
Bobot biji karet sekitar 3-5 gram, tergantung dari varietas, umur biji dan
kadar air. Biji karet berbentuk bulat telur dan rata pada salah satu sisinya. Biji
karet terdiri atas 45 – 50 % kulit biji yang keras berwarna coklat dan 50-55 %
daging biji berwarna putih (Nadarajah,1969).
b. Sebagai Pakan Ternak
Biji karet dapat digunakan untuk bahan campuran pakan ternak yaitu
meningkatkan pertumbuhan bobot badan ternak dengan penggunaan sampai kadar
tertentu. Biji karet sebagai ransum konsentrat sampai level 30% diberikan pada
sapi persilangan Jersey dan Sindhi, menghasilkan pertambahan bobot badan, daya
cerna efesiensi penggunaan ransum yang lebih baik dibandingkan dengan ransum
kontrol. Penggunaan biji karet sebagai komposisi pakan ternak unggas harus
disangrai terlebih dahulu, karena biji karet mengandung asam prusid tinggi
(Murtidjo, 1987).
c. Sebagai Sumber Energi
Pemanfaatan lain dari biji karet adalah sebagai bahan baku pembuatan
metyl ester, atau biodiesel, sehingga ini akan menjadi sumber energi terbarukan
untuk industri karet tersebut. Minyak biji karet adalah minyak yang diekstrak dari
biji pohon karet.Kandungan minyak biji karet atau inti biji karet yaitu sebesar 45 –
50 % , dengan komposisi 18,9% asam lemak jenuh yang terdiri atas asam palmitat
dan stearat serta asam lemak tidak jenuh sebesar 80,9 % yang terdiri atas asam
oleat, linoleat dan linolenat. Minyak biji karet merupakan salah satu jenis minyak
mengering (drying oil), yaitu minyak yang mempunyai sifat mengering jika
terkena oksidasi dan akan berubah menjadi lapisan tebal, bersifat kental dan
membentuk sejenis (Ketaren, 1986).
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak dalam Biji Karet

Jenis Asam Lemak Presentase


Asam Palmitat 10,2
Asam Stearat 8,7
Asam Oleat 24,6
Asam Linoleat 39,6
Asam Linolenat 16,3
(Aigbodion dan Pillai, 2000)
Mengingat kandungan asam lemak bebas (FAA) di dalam minyak biji
karet yang tinggi, yaitu sekitar 12,19 % maka proses pembuatan biodiesel dari
minyak biji karet lebih efektif dan efisien dilakukan dengan proses estran, yaitu
proses dua tahap esterifikasi dan transesterifikasi dengan menggunakan katalis
yang sesuai. (Geo, V. E, et. al., 2008).
Pembuatan biodiesel dari biji karet dapat dilihat pada flowchart dibawah
ini:
Start

Pohon Karet

Makanan Biji Karet

Pengepresan

RSO

Degumming

RSO Murni

Esterifikasi

Trigliserida +
FAME

Transesterifikasi

Biodesel
(Energi)

Finish
a. Pengepresan
Pengepresan disini adalah untuk mendapatkan minyak dari biji karet
sehingga dari tahap ini akan didapat RSO (Rubber Seed Oil). RSO selanjutnya
masuk ke tahap degumming.
b. Degumming
Proses degumming dilakukan untuk mengikat lender atau getah atau
kotoran minyak mentah. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan minyak
pada suhu ±80oC, kemudian ditambah asam fosfat 20% sebanyak 0,3% (v/b) dan
diaduk merata selama 15 menit. Selanjutnya minyak dipisahkan dari getah (gum)
dengan menggunakan corong pisah. Setelah itu minyak dicuci dengan air panas.
Pencucian dan pemisahan minyak dengan air dilakukan berulang kali sehingga air
cucian terlihat jernih (pH 6,5 – 7). Minyak hasil tahap ini dianalisis untuk
mengetahui densitas, viskositas, bilangan asam, kadar lemak bebas, FFA dan
Bilangan penyabunan.
c. Esterifikasi
Proses ini bertujuan untuk memurnikan FFA sampai dibawah 2,5%. pada
tahap ini minyak dipanaskan didalam labu leher empat, menggunakan hot plate
yang dilengkapi magnetic stirrer. Kedalam minyak kemudian ditambahkan
campuran methanol 225% FFA dan asam sulfat 5% FFA. Proses ini dilakukan
sekitar suhu 55-65oC dengan kecepatan pengadukan 300-500rpm. minyak hasil
seterifikasi dipisahkan dengan corong pemisah, sehingga pada lapisan atas
terbentuk sisa methanol dan gum. sedangkan pada lapisan bawah terbentuk
campuran trigliserida dan fatty acid metyl ester (FAME). campuran trigliserida
dan FAME merupakan bahan untuk proses transesterifikasi.
d. Transesterifikasi
Pada tahap ini campuran dipanaskan didalam labu leher empat
menggunakan hot plate sambil diaduk. Kedalam labu kemudian ditambahkan
larutan metoksida (campuran methanol 15% v/b minyak dan NaOH 1% b/b
minyak). Proses ini berlangsung 1 jam pada suhu 55-65oC dan kecepatan
pengaduk 300-500rpm. Dari proses ini dihasilkan Biodiesel dan gliserol,
kemudian keduanya dipisahkan menggunakan corong pemisah, sehingga pada
lapisan atas terbentuk biodiesel dan gliserol lapisan bawah. Biodiesel ini
kemudian dimurnikan dengan proses pencucian menggunakan metode water
whasing. prosesnya yaitu air hangat ditambahkan kedalam biodiesel lalu
dilakukan pengadukan dan pemisahan. Pencucian dilakukan secara berulang kali
sehingga air cucian terlihat jernih. Selanjutnya dilakukan pengeringan untuk
membuang sisa methanol dan air (Warta, 2013).
2.2.4 Getah karet
Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengluarkan getah yang disebut
lateks. Banyak tanaman jika dilukai atau disadap mengeluarkan cairan putih,
tetapi hanya beberapa jenis pohon saja yang menghasilkan karet.
Diantaranya Havea bracileansis. Lateks karet alam yang berasal dari lateks Hevea
Brasiliensis ini adalah cairan seperti susu yang diperoleh dari proses penorehan
batang pohon karet. Cairan ini terdiri dari 30-40% partikel hidrokarbon yang
terkandung di dalam serum juga mengandung protein, karbohidrat dan komposisi-
komposisi organik serta bukan organik (Nazzaruddin dan Paimin, 1998).
Lateks merupakan hasil utama pohon karet yang dapat
dijual/diperdagangkan oleh masyarakat berupa latek segar, slab/koagulasi ataupun
sit asap/sit angin. Selajutnya produk tersebut sebagai bahan baku pabrik Crumb
Rubber/Karet Remah yang nantinya Crumb Rubber ini dapat digunakan sebagai
bahan baku untuk berbagai industri hilir. Pengolahan crum rubber dari getah
bokar adalah sebagai berikut:
a. Sortasi
Sortasi dimaksudkan untuk menyeleksi dan mengelompokkan bahan olah
berdasarkan jenis bahan olah, kebersihan (kandungan kontaminan),
ketebalan dan jenis koagulan serta asal bahan olah sesuai standar.
b. Pencacahan dan pencampuran
Bahan olah dipecah dengan prebreaker hingga ukurannya menjadi 3 – 5
cm. Bahan olah yang keluar dari prebreaker dilewatkan melalui drum
berputar yang mempunyai ukuran saringan lebih kecil. Kemudian bahan
olah ditampung dalam bak makroblending. Dalam bak makroblending,
terjadi proses pencucian dan pencampuran bahan olah.
c. Pembuatan blangket
Cacahan dijadikan lembaran karet (krep, blanket) dengan menggunakan
macerator 1–2 kali giling dan dilanjutkan dengan kreper. Hingga
membentuk lembaran, cacahan bahan olah digiling 6–12 kali dengan kreper.
Sebelum diumpan ke kreper, dilakukan pelipatan lembaran blanket untuk
penyeragaman. Selama penggilingan, dialirkan air pencuci.
d. Pengeringan awal
Krep hasil gilingan ditimbang kemudian digulung (dilipat) atau
digantung di kamar gantung tanpa dinding agar sirkulasi udara leluasa dan
dibiarkan selama 3–12 hari. Selama pengeringan awal, terjadi penguapan air
secara alami sehingga beban pengeringan dalam alat pengering mekanis
dapat dikurangi.
e. Peremahan
Lembaran krep yang telah mengalami pre-drying, dibasahi, digiling
untuk penyeragaman mutu lalu diremahkan dengan menggunakan alat
seperti peremahan sistem kering yaitu shredder atau creperhsm-mermill,
granulator atau ekstruder.
f. Pengeringan
Hasil remahan dipindahkan ke dalam kotak pengering trolly secara
merata dan tidak terlampau padat. Selanjutnya trolly dimasukkan ke dalam
ruang pengering (dryer) yang bersuhu 115 °C – 120°C selama 2 – 3.5 jam.
Remahan karet setelah keluar dari dryer didinginkan. Pendinginan biasanya
dilakukan untuk menghasilkan suhu karet maksimum 40 oC.
g. Pengemasan
Remahan karet yang telah dingin ditimbang seberat 33,3 atau 35 kg,
kemudian dikempa menjadi bandela dengan mesin kempa hidrolik.
Selanjutnya bandela dilewatkan pada alat metal detector untuk mengetahui
adanya kontaminan logam. Bandela yang bebas kontaminan dan virgin
rubber/white spot diberi pita mutu yang sesuai dan dikemas dengan plastik
kemas. Pengemasan SIR dapat dilakukan dengan palet kayu atau shrink
wrapped atau kotak aluminium dengan rangka baja.
Crumb Rubber inilah yang nantinya akan menjadi bahan dasar peralatan
dengan material karet alam yang sering kita gunakan sehari-hari seperti aneka ban
kendaraan, conveyor belt, penggerak mesin, sepatu karet, sabuk, penggerak mesin,
pipa karet dan sebagai isolator kabel. Selain itu lateks juga bisa diolah menjadi
alat kesehatan seperti sarung tangan lateks, kondom, dll.
Dari proses pembuatan crumb rubber terdapat limbah hasil pencucian yang
jumlahnya sekitar 60% dari bahan baku yaitu 30,44 ton, dimana 30 ton adalah air
pencuci sedangkan sisanya adalah pengotor yang merupakan campuran kayu,
pasir, plastik, dan zat pengeras getah. Adapun penanganan limbah dari
pengolahan crumb rubber ini adalah dengan cara sistem lumpur aktif yang mana
nantinya dapat digunakan sebagai kompos. Berdasarkan study literatur padatan
mengambang dari limbah ini dapat digunakan sebagai adsorben (Salmariza,
2012).
Berikut ini merupakan pohon industri terpadu tanaman karet:

Pohon Karet Limited Energi

Kayu Daun Getah Karet Buah Karet

Bahan Furniture Pabrik Lateks Bungkil Bijji Biji Karet


bangunan Pengolahan
CR Pengolahan Pakan Makanan
Alat Ternak
Kesehatan
Limbah Crumb Rubber
Cair
Sarung
Ban, Karpet, Tangan, Kotoran
kompos dll Kondom, dll ternak Biodiesel
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, tak hanya getahnya saja yang dapat
dimanfaatkan, seluruh bagian dari tanaman karet dapat dimanfaatkan dan diolah
menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual tambah dari tanaman tersebut
termasuk daun, biji dan batang. sehingga dari suatu pengolahan industri karet
tidak akan membuat limbah yang berlebih dan dapat merusak lingkungan, karena
seluruh bagian dari tanaman karet telah dimanfaatkan dan diolah menjadi sebuah
produk. Konsep yang digunakan dalam pemanfaatan tanaman karet ini adalah zero
waste, yang artinya dari pengolahan tersebut tidak menimbulkan limbah produksi.

3.2 Saran
Sebaiknya parameter-parameter yang digunakan dalam pengendalian limbah
industri karet lebih lengkap, agar diperoleh hasil pengolahan yang sesuai dengan
kepentingan umum dan keseimbangan dengan memperhatikan pihak industri.
DAFTAR PUSTAKA

Aigbodion, A.I dan C.K.S. Pillai. 2000. Preparation, Analysis and Aplication of
Rubber Seed Oil and Its Derivatives as Surface Coating Material. Progress in
Organic Coatings 38 : 187-192.

Anwar, Chairil. 2001. Manejemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan: Pusat
Penelitian Karet.

Budiman, H. 2012. Budidaya Karet Unggul. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Diamahesa, W.A. 2010. Efek Suplementasi Crude Enzim Cairan Rumen Pada
Pakan Ikan Nila Oreochromis Niloticus Berbasis Sumber Protein Nabati.
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Djuarnani nan, Kristian, dan Budi Susilo Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat
Kompos. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Edwin Geo V, Chithirailingam P, Nagarajan G. Studies On Dual Fuel Operation


Of Rubber Seed Oil and Its Bio-Diesel With Hydrogen As The Inducted Fuel.
Int J Hydrogen Energy Volume 33, Issue 21 November.

Kementerian Perindustrian. 2012. Nilai Impor Barang Jadi Karet Berdasarkan


Negara Asal. Jakarta: Kementrian Perindustrian.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-
Press.

Murtidjo, Bambang A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta:


Kanisius.

Nadarajah, M. 1969. The Collection and Utilization of Rubber Seed in Ceylon.


RRIC Bulletin, 4 : 23.

Nazaruddin dan Paimin, F.B. 1998. Karet. Jakarta: Penebar Swadaya.

Purwanta, H.J. 2008. Teknologi Budidaya Karet. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian.

Rahmawan O, Mansyur. 2008. Detoksifikasi HCN Dari Bungkil Biji Karet (BBK)
Melalui Berbagai Perlakuan Fisik. Bandung: Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Universitas Padjadjaran.

Riko, Hendra. 2013. Material Karet Alami. Unika Widya Karya: Malang.
Salmariza. 2012. Pemanfaatan Limbah Lumpur Proses Activated Sludge Industri
Karet Sebagai Adsorben. Jurnal Riset Industri Vol. VI No.2: 175-182.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.

Warta. 2013. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Badan Penelitian


dan Pengembangan Pertanian. Vol 18, No 2 p.17.
INDUSTRI TERPADU TANAMAN KARET
Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Agroindustri

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Herlina, MP.

OLEH:
RHOIYFAH YUNIARSIH 171710301001
DIANA ERMAWATI 171710301021
HASBY ANANSYAH 171710301023
HAYYUN AFIATI N. 171710301031
DINDA PARAMUDITA 171710301033
VIVIEN MUSRIDA 171710301041

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

Anda mungkin juga menyukai