Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PKM Kewirausahaan

Variasi Cocopot Sebagai Media Tanam dan Pot Tanaman yang Ramah
Lingkungan

Disusun oleh:
Nama : Muhammad Isbat Amrullah
NIM : 4411419047
Rombel : Biologi B 2019
Mata kuliah : Kewirausahaan
Dosen pengampu : 1. Dr. Pramesti Dewi, M.Si.
2. Dr. Nana Kariada Tri Martuti, M.Si.

Universitas Negeri Semarang


Semester Genap 2019/2020
i
Pengesahan
ii
Daftar Isi
Pengesahan………………………………………………………………………....i
Daftar isi…………………………………………………………………………...ii
BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………………….1
BAB 2 Gambaran Umum Rencana
Usaha………………………………………....2
BAB 3 Metode Pelaksanaan……………………………………………………….2
BAB 4 Biaya dan Jadwal
Kegiatan………………………………………………...3
Daftar
pustaka……………………………………………………………………...5
Lampiran…………………………………………………………………………..6
1
BAB 1 Pendahuluan
Pohon kelapa (Cocos nucifera) dikenal sebagai pohon multimanfaat. Hal ini
dikarenakan setiap bagian, mulai dari akar, batang, daun, dan buah dapat
dimanfaatkan sesuai kebutuhannya (Winarno, 2015). Dari buahnya, kita tidak
hanya dapat mengambil kelapanya saja, tetapi juga tempurung dan sabutnya pun
dapat dimanfaatkan. Bahkan tempurung kelapa yang memiliki tekstur keras pun
telah marak dijadikan sebagai bahan kerajinan. Sementara itu, pemanfaatan sabut
kelapa masih terbilang rendah. Sabut kelapa merupakan bagian terluar buah
kelapa yang membungkus tempurung kelapa. Menurut Rindengan, et al., (1995)
dalam Indahyani (2011), sabut kelapa terdiri atas komposisi kimia berupa
selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, potassium, magnesium
dan kandungan kimia lainnya. Kandungan tersebut bisa menjadi sumber unsur
hara bagi tanaman. Dengan proposal ini, akan dipaparkan salah satu pemanfaatan
sabut kelapa sebagai media tanam sekaligus pot (cocopot) untuk tanaman,
khususnya tanaman hias dan bibit tanaman. Masyarakat awam mungkin hanya
mengenal pot berbahan dasar plastik atau keramik seperti yang ada di toko
perabotan rumah atau toko pertanian. Namun, ke dua pot tersebut dinilai kurang
ramah lingkungan, terutama pada proses pembuatannya. Misalnya pada
pembuatan pot keramik, pasti melalui tahap pembakaran yang akan menimbulkan
efek berupa polusi udara. Kedua bahan pot tersebut juga dinilai mudah pecah jika
terjatuh dari ketinggian. Oleh karena itu penggunaan cocopot diharapkan menjadi
pilihan tepat karena lebih ramah lingkungan. Selain itu, penggunaan cocopot bagi
bibit tanaman tentu akan memudahkan petani ketika pemindahan ke lahan karena
tidak perlu membuang potnya. Petani cukup menanam langsung dengan potnya di
lahan pertanian tersebut. Hal ini dikarenakan pot sabut kelapa yang ramah
lingkungan akan mudah terurai dalam tanah. Cocopot juga cocok dijadikan
sebagai ornamen interior sehingga akan menambah kesan alami dan asri pada
ruangan. Oleh karena itu, cocopot dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam
konservasi lingkungan. Selain sebagai pot, cocopot juga menjadi salah satu media
tanam yang dicampur dengan tanah sehingga akan lebih menghemat tanah. Selain
itu, sabut kelapa memiliki sifat mudah menyerap dan menyimpan air yang dapat
menjaga kelembapan tanah sehingga tanaman bisa tumbuh dengan baik tanpa
dilakukan penyiraman terlalu sering. Ini juga bisa menjadi solusi bagi mereka
yang sering meninggalkan rumah hingga lupa untuk menyiram tanaman
kesayangannya. Untuk lebih amannya, cocopot ini dapat diberi inovasi berupa
kain flannel yang memiliki daya kapilaritas sangat baik sebagai sumbu. Menurut
Wesonga, dkk (2014) dalam Ardiani S, dkk (2019), tingginya sifat kapilaritas air
pada kain flannel ini disebabkan oleh bahan dasarnya yakni berupa serat wol
tanpa ditenun sehingga memiliki daya serap air terbaik. Kain ini harus terendam
dalam air sehingga akan menjaga kebutuhan air bagi tanaman tersebut. Pada
proposal ini, sabut kelapa yang dipakai adalah sabut
2
kelapa beserta kulitnya sehingga akan memudahkan dalam pembuatan karena
tidak perlu mengambil sabut kelapanya terlebih dahulu. Ada dua jenis pot yang
bisa dibuat dari sabut kelapa yakni pot biasa dan pot gantung.

BAB 2 Gambaran Umum Rencana Usaha


Pot sabut kelapa ini memiliki kualitas yang tidak kalah dengan pot lain meskipun
hanya berbahan dasar dari sabut kelapa. Oleh karena itu, pot ini diharapkan
mampu menghasilkan manfaat atau keuntungan bagi wirausahawan untuk
menambah pendapatannya karena keunikan dan manfaat yang dimiliki. Selain itu,
bahan dasarnya pun mudah dan banyak sekali ditemui di pedesaan. Selain di
pedesaan, perolehan sabut kelapa ini juga bisa dari pengepul kelapa yakni dengan
melakukan kerja sama atau mitra kerja. Panambahan berupa pengecatan dengan
pernis atau plitur akan menambah kesan estetik pada pot ini sehingga akan
menambah nilai jualnya. Selain itu, pengecatan juga akan mengurangi risiko
ditumbuhinya jamur di permukaan pot. Pot sabut kelapa ini masih jarang ditemui
di berbagai daerah, sehingga ide usaha ini pantas untuk lebih dikembangkan. Pot
sabut kelapa bisa dijual sendiri dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
ataupun dijual ke toko – toko pertanian dan tempat pembibitan tanaman. Dengan
demikian, usaha pot sabut kelapa dinilai memiliki modal sedang sehingga peluang
mendapatkan keuntungan akan semakin besar dan peluang kerugian bisa
diminimalisasi.

BAB 3 Metode Pelaksanaan


Dalam pembuatan pot sabut kelapa ini, bahan dan alat yang diperlukan adalah
sebagai berikut:
a. Bahan: sabut kelapa beserta kulitnya, tali, kawat, piring alas, kain flannel,
wadah penampung air dan pernis / plitur
b. Alat: gergaji, jarum besar, ampelas halus dan alat cat.
Adapun langkah – langkah untuk membuat pot sabut kelapa ini sebagai berikut:
1. Sabut kelapa disiapkan secukupnya sesuai ukuran pot yang akan dibuat,
2. Sabut kelapa saling dikaitkan menggunakan jarum besar dan tali seperti
menjahit. Setelah sabut kelapa saling terkait, dua sabut kelapa di bagian
ujung saling diikat sehingga akan terbentuk seperti buah kelapa,
3. Sepertiga sisi atas (bagian tumpul) dipotong menggunakan gergaji. Untuk
jenis pot biasa, sisi bawah (bagian lancip) dipotong bagian lancipnya
sehingga nantinya pot bisa didudukkan, sedangkan untuk pot gantung, sisi
bawah tidak perlu dihilangkan. Namun, jika menghendaki untuk membuat
3
pot yang dilengkapi dengan kain flannel sebagai alat kapilaritas otomatis,
pemotongan bagian bawah harus menghasilkan lubang. Lubang ini
digunakan sebagai tempat masuknya kain tersebut,
4. Sebelum dicat, pot sabut kelapa harus diampelas untuk memastikan bahwa
permukaannya halus sehingga lebih mudah dalam pengecatan. Kemudian,
pot sabut kelapa dicat menggunakan plitur atau pernis. Penggunaan cat ini
bertujuan untuk menambah kesan estetik dan menghindarkan dari
tumbuhnya jamur. Lalu, pot sabut kelapa ditunggu hingga benar – benar
kering,
5. Setelah kering, pot biasa siap untuk digunakan dengan diberi piringan alas
di bawahnya. Sementara itu, pot yang dilengkapi dengan kain flannel
dilakukan pemasangan kain terlebih dahulu melalui lubang di bagian
bawah pot. Lalu, alas pot diganti dengan wadah penampung air, di sini
harus dipastikan ukuran wadah lebih kecil daripada potnya sehingga pot
menumpang pada wadah, sedangkan untuk pot gantung diberi tambahan
kawat sebagai gantungannya. Kawat yang digunakan sebanyak tiga buah
dengan mengaitkan masing – masing ujungnya sehingga dapat digantung,
6. Semua langkah harus dilakukan dengan rapi agar dihasilkan produk pot
sabut kelapa yang berkualitas tinggi.
Pengemasan pot sabut kelapa ini bisa menggunakan kantong plastik atau
kardus. Untuk pemasarannya dapat dilakukan dengan menjalin mitra kerja
dengan sasaran utamanya adalah toko alat pertanian dan tempat – tempat
pembibitan tanaman hias, seperti tempat pembibitan anggrek ataupun non
hias. Selain itu, bisa juga usaha mandiri melalui media sosial dengan didukung
poster yang menarik.

BAB 4 Biaya dan Jadwal Kegiatan


4.1 Anggaran biaya

No Jenis pengeluaran Biaya (Rp)


.
1. Perlengkapan yang diperlukan 300.000
2. Perjalanan 200.000
4
4.2 Jadwal kegiatan
Jadwal kegiatan diawali dengan menentukan seberapa banyak kain flannel yang
digunakan agar fungsi sebagai pemasok kebutuhan air tanaman dapat berfungsi
maksimal. Kemudian, untuk mengawali pembuatan pot, terlebih dahulu mencari
mitra kerja sebagai pemasok sabut kelapa dan mitra kerja untuk target
pemasarannya. Untuk pertama produksi, tidak perlu memasok sabut kelapa terlalu
banyak. Hal terpenting adalah memastikan usaha ini dapat berjalan yakni dengan
adanya mitra kerja pemasaran. Setelah mendapat mitra kerja, seluruh bahan dan
alat yang diperlukan dalam kegiatan usaha ini harus disiapkan dan dipastikan
memiliki kualitas bagus. Setelah semua bahan dan alat siap, proses pembuatan dan
produksi pot sabut kelapa dapat dimulai. Terakhir, pot sabut kelapa yang sudah
jadi, siap untuk dipasarkan.
5
Daftar Pustaka
Winarno. 2014. Kelapa Pohon Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Indahyani, Titi (2011). Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa pada Perencanaan
Interior dan Furniture yang Berdampak pada Pemberdayaan Masyarakat
Miskin. Journal.binus.ac.id. 2(1) : 17
Ardiani, S., Rahmayanti, HD., Akmalia, N (2019). Analisis Kapilaritas Air pada
Kain. Jurnal Fisika. UNNES Journal. 9(2) : 47 s.d. 53
6
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai