PENDAHULUAN
2.1 Blanching
Blanching adalah pemanasan pendahuluan dalam pengolahan pangan.
Blanching merupakan proses pemanasan suhu dengan tujuan inaktivasi enzim-
enzim oksidatif dalam buah dan sayuran sebelum diolah lebih lanjut seperti
pengalengan, pembekuan, dan pengeringan. Mulanya proses termal dalam
pengolahan merupakan suatu cara untuk menghilangkan aktivitas biologi yang
tidak diinginkan. Keuntungan yang diperoleh dari proses ini adalah mampu
memperpanjang umur simpan bahan pangan dalam wadah tertutup dan dapat
mempertahankan nutrisi serta mampu mempertahankan mutu yang ada dalam
bahan (Winarno, 2002).
Blanching dapatt dilakukan dengan 3 cara, yaitu (Estiasih dan Ahmadi,
2009):
1. Blanching dengan menggunakan air panas (Hot Water Blanching). Pada
cairan ini bahan kontak langsung dengan air panas sehingga bahan akan
kehilangan komponen-komponen yang bersifat larut dalam air. Suhu yang
digunakan sekitar 75-100oC.
2. Blanching dengan menggunakan uap (Steam Blanching). Cara ini lebih baik
dibanding dengan blanching menggunakan air panas yaitu kehilangan
komponen yang bersifat larut dalam air lebih sedikit. Tekanan uap yang
digunakan pada tekanan atmosfer ataupun pada tekanan yang lebih rendah.
3. Blanching dengan mikrowave. Cara ini dilakukan dengan menaruh bahan dan
didiamkan dalam mikrowave. Dengan keadaan bahan yang dikemas dalam
wadah tipis (film bag). Kelebihan dari cara ini adalah dapat menurunkan
kandungan mikroba dan sedikit kehilangan nutrisi, tetapi cara ini sangat
mahal harganya.
Kentang dan
Ubi Jalar
Pencucian
Pengupasan
Ditiriskan 30 menit
Pencucian
Pengupasan
Penimbangan
Steam blanching (100oC) Hot water blanching (high Hot water blanching (low
selama 3 menit temperature short time temperature long time
blanching): blanching) selama 15
a. Direndam dalam air dan menit, 65-70oC
NaCl 3% selama 3 menit
(90-95oC)
b. Direndam dalam air dan
CaCl 1% selama 3 menit
(90-95oC)
Ditiriskan 30 menit
Penimbangan dan
pengamatan warna,
tekstur
3.2.2 Fungsi Perlakuan
a. Perlakuan kontrol
Pada praktikum ini dibutuhkan bahan kentang dan ubi jalar. Kentang dan
ubi jalar dicuci dan dikupas untuk menghilangkan kulit dan kotoran yang masih
menempel pada bahan. Kemudian bahan dipotong atau dikecilkan berukuran
(1,25x1,25x1,25) cm sebagai sampel. Pada percobaan ini dilakukan sebanyak 2
kali ulangan sehingga dibutuhkan sampel sebanyak 2 kentang dan 2 ubi jalar.
Sampel ditimbang menggunakan neraca analitik untuk mengetahui berat bahan
awal. Disisi lain dilakukan pengukuran aquades sebanyak 100 ml pada 2 beaker
glass, menggunakan beaker glass agar lebih akurat dan tidak leleh pada saat
dipanaskan nanti. Aquades digunakan sebagai media untuk memanaskan sampel.
Pada masing masing-masing beaker glass dimasukkan 1 sampel kentang dan 1
sampel ubi jalar. Berat sampel pada masing masing beaker glass berbeda hanya
ukurannya saja yang sama, hal ini tidak disengaja namun dari percobaan tersebut
praktikan dapat mengetahui pengaruh perbedaan berat bahan pada proses
blanching. Beaker glass (berisi aquades) yang telah dimasuki sampel dipanaskan
menggunakan moisture selama 15 menit, pengukuran waktu menggunakan
stopwatch agar lebih akurat. Kemudian smpel diangkat dan ditiriskan selama 30
menit diatas wadah peniris untuh menghilangkan sisa air yang masih menempel.
Setelah itu sampel diamati warna dan tekstur untuk mendapatkan data percobaan
setelah proses blanching. Sampel juga ditimbang menggunakan neraca analitik
untuk memperoleh berat akhir bahan setelaah proses blanching.
b. Perlakuan steam blanching dan hot water blanching
Pada praktikum ini dibutuhkan bahan kentang dan ubi jalar. Terdapat 3
perlakuan pada praktikum ini yaitu steam blanching, hot water blanching (high
temperature short time/HTST) dengan NaCl dan CaCl2, dan hot water blanching
(low temperature long time/ LTLT). Percobaan tesebut dibuat bermacam-macam
untuk mengetahui pengaruh jenis blanching terhadap perubahan pada bahan yang
dihasilkan. Pada masing-masing percobaan dilakukan sebanyak 2 ulangan.
Kentang dan ubi jalar dicuci dan dikupas untuk menghilangkan kulit dan kotoran
yang masih menempel pada bahan. Kemudian bahan dipotong atau dikecilkan
berukuran (1,25x1,25x1,25) cm sebagai sampel. Smpel ditimbang menggunakan
neraca analitik untuk mengetahui berat awal bahan sebelum proses blanching dan
sampel juga diamati warna dan teksturnya untuk mengetahui kondisi sampel
sebelum proses blanching. Disisi lain dilakukan pengukuran aquades 100 ml pada
beaker glass. Satu beaker glass nantinya akan diisi kentang dan ubi jalar masing-
masing 1. Berat sampel pada masing masing beaker glass berbeda hanya
ukurannya saja yang sama, hal ini tidak disengaja namun dari percobaan tersebut
praktikan dapat mengetahui pengaruh perbedaan berat bahan pada proses
blanching terhadap sampel. Untuk steam blanching sampel dimasukkan pada
kedua beaker glass kemudian dipanaskan menggunakan moisture dengan suhu air
dijaga 100oC selama 15menit. Untuk percobaan hot water blanching (HTST) pada
beaker glass satu ditambahkan NaCl 3% dan beaker glass satunya ditambahkan
CaCl 1%, kemudian dipanaskan dengan suhu air dijaga tetap pada 90-95 oC
selama 15 menit. Untuk hot water blanching (LTLT) sampel dimasukkan pada
masing-masing beaker glass, kemudian dipanaskan dengan suhu air dijaga tetap
pada 65-70 oC. Pengukuran suhu agar tetap pada suhu yang diinginkan dilakukan
menggunakan termometer agar lebih akurat. Kemudian sampel ditiriskan selama
30 menit diatas wadah penyaring agar sisa airnya bekurang. Setelah itu sampel
ditimbang untuk memperoleh data berat bahan setelah proses blanching dan
dilakukan pengamatan warna dan tekstur untuk memperoleh data perubahan
warna dan tekstur setelah proses blanching. Dari data berat awal bahan dan
kondisi awal bahan serta berat akhir bahan dan kondisi akhir bahan, praktikan
dapat mengetahui pengaruh jenis blanching yang diberikan ter hadap perubahan-
perubahan bahan yang dihasilkan.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
Tabel 3. Penyusutan
Kontrol
Perlakuan Bahan Berat setelah perlakuan
Berat bahan awal (gram)
(gram)
Kontrol Kentang 9,1 8,9
Ubi jalar 8,3 8,3
Steam Blanching
Perlakuan Bahan Berat setelah perlakuan
Berat bahan awal (gram)
(gram)
U1 U2 U1 U2
Kontrol Kentang 8,8 8,3 8,6 8,0
Ubi jalar 8,9 9,1 8,6 8,9
HTST Blanching (NaCl, 3 %)
Perlakuan Bahan Berat setelah perlakuan
Berat bahan awal (gram)
(gram)
U1 U2 U1 U2
Kontrol Kentang 8,9 8,7 8,4 7,9
Ubi jalar 8,2 7,9 7,8 7,5
U1 U2 U1 U2
Kontrol Kentang 10 8,2 9,2 7,7
Ubi jalar 8,3 8,7 8 8,3
LTLT Blanching
Perlakuan Bahan Berat setelah perlakuan
Berat bahan awal (gram)
(gram)
U1 U2 U1 U2
Kontrol Kentang 9 7,5 8,5 7,1
Ubi jalar 9,2 8,2 9 8,1
U1 U2
Kontrol Kentang 2,27 3,61
Ubi jalar 3,37 2,2
U1 U2
Kontrol Kentang 5,617 9,195
Ubi jalar 4,878 5,063
U1 U2
Kontrol Kentang 8 6,09
Ubi jalar 3,61 4,81
LTLT Blanching
Perlakuan Bahan
Penyusutan (%)
U1 U2
Kontrol Kentang 5,56 5,33
Ubi jalar 2,17 1,22
BAB 5. PEMBAHASAN
5.3 Penyusutan
Pada percobaan ini dilakukan 4 perlakuan, yaitu kontrol, steam blanching,
HTST blanching (dengan NaCl dan CaCl2), dan LTST blanching dengan bahan
yang digunakan adalah kentang dan ubi jalar. Proses kontrol pada bahn
menyebabkan penyusutan massa pada kentang sebesar 2.20% namun pada ubi
jalar tidak terjadi penyusutan atau massa bahan setelah proses masih sama dengan
massa awal bahan. Proses steam blanching pada kentang ulangan 1 mengalami
penyusutan sebesar 2.27% dan ulangan 2 mengalami penyusutan sebesar 3.61%,
sedangkan pada bahan ubi jalar ulangan 1 mengalami penyusutan sebesar 3.37%
dan ulangan 2 mengalami penyusutan sebesar 2.2%. Proes HTST blanching
dengan penambahan NaCl 3% menyebabkan kentang pada ulangan 1 mengalami
penyusutan sebesar 5.617% dan kentang ulangan 2 mengalami penyusutan sebesar
9.195%, sedangkan ubi jalar mengalami penyusutan pula pada ulangan 1 sebesar
4.878% dan ulangan 2 sebesar 5.063%. proses HTST blanching dengan
penambahan CaCl2 mengakibatkan bahan kentang pada ulangan 1 mengalami
penyusutan sebesar 8% dan ulangan 2 sebesar 6.09%, sedangkan pada bahan ubi
jalar mengalami penyusutan pula pada ulangan 1 sebesar 3.61% dan ulamngan 2
sebesar 4.81%. Proses LTST blanching yang dilakukan pada bahan juga
menyebabkan bahan mengalami penyusutan, bahan kentang ulangan 1 mengalami
penyusutan sebesar 5.56% dan ulangan 2 mengalami penyusutan sebesar 5.33%,
sedangkan ubi jalar mengalami penyusutan pula pada ulangan 1 sebesar 2.17%
dan ulangan 2 sebesar 1.22%.
Berdasarkan literatur proses blanching dapat mempengaruhi kadar air bahan
sehingga secara langsung massa bahan mangalami penyusutan. Penyusutan ini
terjadi karena terdapat komponen pada bahan yang larut air, menyebabkan
komponen tersebut larut dalam larutan yang digunakan untuk blanching.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa data hasil praktikum sudah sesuai
dengan literatur. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan ditunjukkan dari data
praktikum. Keseuaian tersebut kterjadi karena perhitungan yang dikerjakan
praktikan sudah konkrit dan sesuai dengan data lapang.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa
blanching dapat mempengaruhi tekstur, warna dan massa bahan. Blanching dapat
menyusutkan massa bahan krena kadar airnya berkurang. Blanching dapat
menyebabkan ubi jalar dan kentang keras dan juga warnyanya semakin gelap
untuk bahan kentang. Blanching tidak terlalu mempengaruhi warna ubi jalar.
6.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung praktikan tidak sibuk dengan
makanan yang diolah saat praktikum berlangsung. Pengolahan bahan makanan
sisa praktikum sebaiknya dilakukan setelah praktikum selesai atau setelah
pengamatan selesai dilakuan, agar praktikan dapat fokus pada percobaan yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Marsono. 2002. Manfaat Ubi Jalar dari Berbagai Varietas. Yogyakarta: Kanisius.
Martina dan Judy. 2014. Pemurnian NaCl dan Iodisasinya. Surabaya: ITS.
Rahmadi. 2010. Kajian Ubi Jalar dengan pendekatan Rantai Nilai dan Iklim Usaha
di Kabupaten Jayawijaya. Papua: laporan Studi.
Suprapto. 2010. Pengaruh lama Blanching Terhadap Kualitas Stik Ubi Jalar dari
Tiga Varietas. Prosiding Temu Teknis nasional Tenaga Fungsional
Pertanian.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yusuf dan Widodo. 2002. Budidaya Ubi Jalar Putih. Yogyakarta: Kanisius.