Anda di halaman 1dari 4

1.

Bahan bangunan

Kayu kelapa yang dijadikan bahan dalam produk ini biasanya adalah pohon dengan umur minimal 60
tahun, terutama pohon yang sudah tidak produktif(Kusyanto 2015).

Tahapan pembuatannya (Kusyanto 2015):

1) Seleksi
2) Penebangan
3) Pengolahan, dilakukan dengan 2 cara:
 Pengolahan secara alami
Kayu hanya dipotong sesuai kebutuhan, dan diklasifikasi kelas-kelasnya. Seleksi antar
bagian batang kelapa berdasarkan kekerasan dilakukan melalui penggergajian,
dikelompokkan menjadi 3 yaitu kayu keras, agak keras, dan lunak. Kayu yang keras dan
agak keras dijadikan bahan baku untuk proses selanjutnya yaitu pengeringan secara
alami, sedangkan untuk kayu lunak diawetkan atau diproses densifikasi.
 Pengolahan dengan proses pemadatan/densiflkasi
Kayu glugu dengan diberi perlakuan steam terlebih dahulu dapat meningkatkan
kekuatan kayu, disbabkan terjadinya pemampatan pori-pori pada serat kayu glugu
sehingga akan meingkatkan berat jenis dan mengurangi kadar lengas kayu glugu yang
merupakan parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kekuatan kayu.
4) Pengeringan, dilakukan dengan 2 cara:
 Pengeringan konvensional dengan diangin-anginkan, idealnya selama 45 hari dan jangan
sampai terkena sinar matahari secara langsung, karena akan menyebabkan kayu glugu
pecah atau retak.
 Pengeringan dengan pengovenan pada suhu ruang, dilakukan apabila kayu glugu
dibutuhkan dalam waktu yang lebih cepat. Suhu yang digunakan tidak boleh melebihi
40ºC. Jika suhu ruang yang digunakan melebihi dari 40ºC kayu glugu akan pecah atau
melengkung.
5) Pengawetan
Kayu glugu tergolong kedalam kayu dengan keawetan yang rendah maka diperlukan
pengawetan agar kayu glugu dapat digunakan dalam waktu yang lama. Banyak bahan yang
dapat digunakan untuk mengawetkan kayu glugu, beberapa diantaranya dengan menggunakan
potas, letrek, Tanalith, Celucure, atau Solar.
Sebelum kayu diawetkan dilakukan pengeringan dahulu dengan dianginanginkan baru kemudian
direndam dalam zat pengawet. Waktu perendaman bervariasi tergantung ketebalan kayu.
Indikasi perendaman telah optimal jika serapan bahan pengawet telah menyeluruh pada volume
kayu, hal ini terlihat pada potongan melintang kayu yang menjadi lebih gelap.
6) Finishing
Jenis-jenis finishing kayu glugu:
 Politur
Permukaan kayu glugu dihaluskan, diberi wama, menutupi pori-pori, dan menghaluskan
permukaannya lagi kemudian melapisi dengan politer.
 Melamin
Beri wood stain jika ingin berwarna dengan kuas, bal kain atau spray gun sampai
memperoleh wama yang diinginkan. Setelah wood stain kering berikan melamine
sanding yang diberi campuran hardinner dan haluskan dengan ampelas halus. Untuk
lapisan paling atas / top coatnya menggunakan melamine lack dicampur dengan
hardinner. Aplikasikan pada kayu dengan menggunakan kuas atau spray gun.

Kegunaan kayu glugu:


Kayu glugu dapat digunakan sebagai struktur atap (kuda-kuda, gording, nock, usuk dan reng), juga dapat
dimanfaatkan sebagai kusen pintu-jendela, daun pintu-jendela, dinding, lantai dan gazebo
(Indrosaptono et al. 2014).

Peluang bisnis:
Kayu glugu termasuk jenis kayu yang cukup kuat, memiliki motif yang estetis, dan memiliki harga yang
relatif lebih murah dibanding jenis kayu lainnya. Dari segi jumtah bahan bakunya kayu glugu sangatlah
potensial karena ketersediaan akan batang kelapa untuk waktu dekat ini dan beberapa waktu yang
mendatang sangatlah baik (Kusyanto 20115).

2. Furnitur
Proses pembuatannya, setelah bahan kayu diolah seperti pada proses pembuatan kayu glugu, kemudian
dilakukan pembentukan furniture/konstruksi menjadi furniture yang diinginkan seperti meja, kursi,
lemari, rak, dan sebagainya. Konstruksi dapat dilakukan dengan cara menggergaji kayu menjadi papan
dan/atau memahatnya. Kemudian dilakukan finishing dengan cara menghaluskanpermukaan kayu dapat
dilakukan menggunakan mesin dan secara manual menggunakan amplas, pengecatan dan politur.

Terdapat beberapa fungsi dari furniture, yaitu (Limantara et al. 2017):


1. Furniture yang mendukung tubuh manusia
2. Furniture yang mendukung aktivitas manusia
3. Furniture yang digunakan untuk menyimpan barang
4.Furniture yang mendefinisikan ruang
Keindahan serat kayu kelapa menambah fungsi estetik pada furniture.

Peluang bisnis:
Bahan kayu kelapa yang cukup kuat dan memiliki serat yang estetik menambah potensi penggunaan
kayu kelapa sebagai bahan furniture. Penggunaan furniture yang banyak dan tidak lepas dari kehidupan
manusia, dan ketersediaan bahan baku yang melimpah memberi peluang besar terhadap bisnis ini.
Pelealu et al. (2018) dalam hasil penelitiannya besarnya keuntungan dari usaha pembuatan furnitur,
dengan nilai R/C sebesar 1,9.

3. Kerajinan
Proses pembuatannya:
1) Pemotongan log kayu sesuai kebutuhan
2) Pengeringan kayu
3) Pembuatan pola
4) Pembentukan
5) Finishing

Kegunaan:
Dapat digunakan sebagai perabotan maupun sebagai perabotan sesuai fungsinya.

Peluang bisnis:
Keunikan serat pada kayu kelapa yang estetis akan menambah nilai jual pada kerajinan/perabotan yang
terbuat dari kayu kelapa. Kerajinan/perabotan dari kayu kelapa ini juga dapat dijadikan bisnis souvenir di
daerah wisata.

DAFTAR PUSTAKA
Indrosaptono D, Sukawi, Indraswara MS. 2014. Kayu kelapa (glugu) sebagai alternatif bahan
konstruksi bangunan. MODUL. 14(1):53-58.

Kusyanto M. 2015. Kajian material kayu glugu sebagai bahan bangunan. JURNAL TEKNIK-UNISFAT.
10(2):33-44.
Limantara C, Mulyono G, Basuki L. 2017. Perancangan set furnitur sebagai fasilitas belajar, bersantai,
dan penyimpanan untuk anak usia 3-5 tahun dalam rumah tinggal. JURNAL INTRA. 5(2):759-
768.
Palealu FF, Dumais JMK, Maweikere JM. 2018. Analisis keuntungan mebel kayu kelapa di BLPT Kaaten
Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara. Agri-Sosio Ekonomi Unsrat. 14(3):97-104.

Anda mungkin juga menyukai