Anda di halaman 1dari 13

KARANG TARUNA RW 03

UNIT DESA BUDIHARJA


Kp. Gombong Rw. 03 Ds. Budiharja Kec. Cililin Kab. Bandung Barat

No : 005/KARANG TARUNA/XII/2018
Lampiran : 1 (satu) Lembar
Hal : Permohonan Pelatihan Pembuatan
BAMBU LAMINASI

Kepada Yth.
Manager PT. Protelindo
Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua Shalawat dan salam semoga selaqlu tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang syafaatnya senantiasa kita nantikan di Yaumil Akhir.

Dengan Proposal ini saya Agus Tabacan selaku ketua Karang taruna RW 03 dengan ini mengajukan
permohonan Pelatihan Pembuatan Bambu Laminasi untuk pengembangan Usaha Produk-produk
BAMBU, Kepada Bapak /Ibu Pimpinan yang mana nantinya pelatihan ini akan dipergunakan untuk
menambah wawasan bagi para anggota Karang Taruna terutama produksi Bambu Laminasi.
Pelatihan tersebut juga akan di gunakan untuk perbaikan tempatkonservasi bamboo, Laboratorium
bamboo, dan juga tempat pelatihan kewirausahaan di bidang bamboo.

Besar harapan kami Bapak/ Ibu dapat mengabulkan permohonan ini. Atas bantuan dan Perhatian
yang bapak berikan kami sampaikan terimakasih yg sebesar-besarnya.

Budiharja, 15 Desember 2018


Ketua Karang Taruna Rw. 03 Sekretaris Karang Taruna Rw. 03
Unit Budiharja Unit Budiharja

AGUS TABACAN,S.Pd TIKA PERTIWI


I. PENDAHULUAN

Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia memiliki sumber daya bamboo yang
cukup potensial. Sumber daya bambu yang cukup melimpah tersebut perlu ditingkatkan
pemanfaatannya agar dapat memberi sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Pemanfaatan bambu di Indonesia saat ini pada umumnya untuk mebel, barang kerajinan, supit dan
konstruksi ringan. Bambu yang digunakan untuk mebel biasanya berbentuk bulat atau kombinasi
antara bambu bulat dan anyaman dimana masih ada kulitnya.

Menurut Widjaja (2001) bambu di Indonesia terdiri atas 143 jenis. Di Jawa diperkirakan
hanya ada 60 jenis bambu. Di antara jenis-jenis yang ada di Jawa, 16 jenis tumbuh juga di pulau-
pulau lainnya ; 26 jenis merupakan jenis introduksi, namun 14 jenis di antaranya hanya tumbuh di
Kebun Raya Bogor dan Cibodas.

Di Indonesia bambu dapat dijumpai baik di daerah pedesaan maupun di dalam kawasan
hutan. Semua jenis tanah dapat ditanami bambu kecuali tanah di daerah pantai. Pada tanah ini
kalaupun terdapat bambu, pertumbuhannya lambat dan batangnya kecil. Tanaman bambu dapat
dijumpai mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, dari pegunungan berbukit dengan lereng
curam sampai landai (Sastrapraja, et.al, 1977).
Masalah serius yang dihadapai oleh industri pengolahan kayu di Indonesia saat ini adalah
kekurangan bahan baku kayu khususnya yang berasal dari hutan alam. Hal ini terjadi karena
kecepatan pemanfaatan kayu tidak seimbang dengan kecepatan pembangunan tegakan baru. Di
samping itu kebutuhan kayu untuk mebel, bahan bangunan dan keperluan lain terus meningkat
seiring dengan pertambahan penduduk. Oleh karena itu perlu dicari bahan substitusi kayu
khususnya sebagai bahan mebel dan bangunan.
Bambu yang termasuk tanaman cepat tumbuh dan mempunyai daur yang relative pendek
(3-4 tahun) merupakan salah satu sumber daya alam yang cukup menjanjikan sebagai bahan
substitusi kayu. Sebagai bahan substitusi kayu, bambu harus memiliki dimensi tebal, lebar dan
panjang Seperti papan atau balok kayu. Masalah yang timbul dalam pemanfaatan bambu
sebagai bahan bangunan adalah keterbatasan bentuk dan dimensinya. Dengan semakin
majunya teknologi perekatan diharapkan dapat mengatasi keterbatasan bentuk dan dimensi
bambu sebagai bahan mebel dan bangunan.
Bambu yang bentuk aslinya bulat dan berlubang jika akan digunakan sebagai
pengganti papan atau balok kayu harus memenuhi persyaratan lebar dan tebal tertentu. Dalam
bentuk pipih bambu mempunyai ketebalan yang relatif kecil (tipis) sehingga untuk
menambah
ketebalannya perlu dilakukan usaha laminasi dengan menggunakan perekat tertentu dan
produk yang dihasilkan dikenal sebagai bambu lamina.
Bambu lamina adalah suatu produk yang dibuat dari beberapa bilah bambu yang
direkat dengan arah serat sejajar. Perekat yang digunakan adalah perekat organik seperti urea
formaldehida, melamin formaldehida, fenol formaldehida atau perekat isosianat. Hasil
perekatan tersebut dapat berupa papan atau balok tergantung dari ukuran tebal dan lebarnya.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bambu lamina memiliki kekuatan setara
dengan kayu kelas kuat III – II bahkan bisa setara dengan kayu kelas kuat I tergantung dari
jenis perekat, perlakuan dan proses yang digunakan.

II. PROSES PEMBUATAN BAMBU LAMINASI

Bambu yang digunakan untuk membuat bambu lamina harus mempunyai diameter yang
cukup besar dan dinding bambunya tebal sehingga diperoleh bilah bambu yang cukup tebal. Pada
prinsipnya proses pembuatan bambu lamina adalah sebagai berikut :

1. Pemotongan bambu
Bambu dipotong bagian pangkalnya sepanjang  50 cm - 80 cm ( tergantung kondisi
bambu tersebut ) untuk menghilangkan bagian batang bambu yang tidak lurus (cacat) dan
panjang ruas yang tidak beraturan. Setelah dipotong bagian pangkalnya, batang bambu
tersebut dipotong-potong menjadi beberapa bagian dengan panjang  1,2 m - 2 m
tergantung dari kelurusan batang bambu dan tebal dinding bambu. Hasil potongan bambu
harus lurus, silindris dan dinding bambunya cukup tebal.
2. Pembuatan bilah bambu
Potongan bambu yang telah dipersiapkan dan dipilih kemudian dibuat bilah dengan
menggunakan mesin pembelah bambu tertentu (hasil rekayasa Puslitbang Teknologi Hasil
Hutan, Bogor tahun 2003). Pembelahan batang bambu dilakukan dengan memperhatikan
bagian batang bambu yang berdiameter lebih kecil digunakan sebagai acuan lintasan
pembelahan. Bilah bambu yang digunakan adalah yang betulbetul lurus pada kedua sisi
panjangnya. Bilah bambu yang telah dipilih jika masih terlalu basah kemudian dibiarkan
mengering selama  1 minggu dan selanjutnya bilah tersebut diserut pada kedua
permukaannya untuk mendapatkan permukaan bilah yang rata. Bilah bambu yang telah
diserut kedua permukaannya kemudian dibiarkan mengering atau dikeringkan dengan sinar
matahari.
3. Pengawetan bilah bambu
Seperti kita ketahui bahwa bambu mudah sekali diserang oleh bubuk kayu kering
karena bambu mempunyai kandungan pati yang cukup tinggi. Oleh karena itu untuk
memperpanjang umur pakainya maka perlu dilakukan pengawetan bambu. Cara
pengawetan bambu telah diuraikan dengan jelas oleh Barly (1999). Cara pengawetan yang
bisa diterapkan untuk bilah bambu kering adalah proses rendaman dingin atau proses
rendaman panas – dingin. Dalam proses pengawetan bilah bambu kering ini, hal yang harus
diperhatikan adalah bilah bambu yang akan diawetkan harus siap pakai sehingga setelah
diawetkan bilah bambu tersebut tidak memerlukan proses pemotongan lagi. Bilah bambu
yang telah diawetkan selanjutnya dikeringkan dengan sinar matahari atau dikeringkan dalam
dapur pengering hingga kadar airnya mencapai  10 - 12%.
4. Perekatan bilah bambu kearah lebar
Pada tahap ini perlu dilakukan kegiatan penyiapan perekat. Jenis perekat yang
digunakan tergantung pada tujuan penggunaannya. Jenis perekat yang umum digunakan
adalah urea formaldehida, melamin formaldehida, fenol formaldehida dan perekat isosianat.
Perekat dan bahan lain (ekstender, pengisi, pengeras dan air) disiapkan dan ditimbang sesuai
dengan komposisi yang dikehendaki. Bahan tersebut selanjutnya diaduk dalam mesin
pengaduk perekat dan pengadukan harus merata. Beberapa bilah bambu yang telah
disiapkan dan dipilih kemudian direkat kearah lebar dengan menggunakan perekat yang
telah disiapkan dengan berat labur sesuai dengan anjuran pabrik pembuat perekat atau
berdasarkan hasil penelitian. Bilah bambu (bahan papan) yang telah dilaburi perekat pada
bagian sisi panjangnya dan direkat ke arah lebar kemudian dikempa dingin atau dikempa
panas dalam waktu tertentu tergantung dari jenis perekat dan anjuran pabrik pembuat
perekat yang digunakan. Proses pengempaan 4 dapat dilakukan dengan kempa dingin atau
kempa panas tergantung dari mesin yang tersedia. Hasil perekatan tersebut berupa papan-
papan bambu tipis ( tebal  10 mm ).
5. Pembuatan bambu lamina
Bambu lamina yang dibuat terdiri dari beberapa lapis papan bambu tipis. Jumlah
lapisan dapat bervariasi tergantung dari tujuan penggunaan serta pertimbangan teknis dan
ekonomis. Komposisi lapisan bambu lamina dapat dikombinasikan dengan kayu atau produk
kayu (papan sambung, kayu lapis dll). Pada umumnya bambu lamina untuk lantai terdiri dari
3 lapis. Bambu lamina dibuat dengan merekatkan beberapa buah papan bambu tipis (hasil
perekatan bilah bambu kearah lebar) dengan arah serat sejajar. Perekat yang telah
dipersiapkan dilaburkan pada permukaan papan yang akan direkat dengan berat labur dan
komposisi perekat seperti tersebut pada butir 4 di atas. Bahan bambu lamina tersebut

kemudian dikempa dingin atau dikempa panas dalam waktu tertentu sesuai dengan jenis
perekat yang digunakan, mesin kempa yang tersedia dan tebal bahan yang dikempa. Bambu
lamina yang dihasilkan kemudian dibiarkan selama beberapa waktu untuk proses
penyesuaian dengan kondisi lingkungan (conditioning)
6. Pemotongan menjadi ukuran akhir
Bambu lamina yang telah dibuat selanjutnya dipotong pada keempat sisinya untuk
mendapatkan ukuran yang ditargetkan. Pemotongan harus benar-benar siku untuk
mempermudah proses selanjutnya.
7. Pengampelasan
Pengampelasan dilakukan untuk menghaluskan permukaan bambu lamina dengan
menggunakan mesin ampelas. Pengampelasan dilakukan pada kedua permukaan bambu
lamina.
8. Finishing
Seperti halnya pada produk kayu, penerapan bahan finishing pada produk yang
bahan dasarnya bambu lamina bertujuan untuk melindungi produk tersebut dari pengaruh
luar yang dapat menurunkan kualitas, memperindah penampilan, memperjelas keindahan
corak bambu, mempermudah membersihkannya, dan membuat produk tersebut lebih cepat
laku dijual. Bahan finishing yang tersedia di pasaran mempunyai keragaman cukup tinggi,
namun demikian bahan finishing yang digunakan untuk bambu 5 lamina harus sesuai dengan
sifat bambu tersebut dan film yang dihasilkan harus tahan goresan dan benturan, tahan
terhadap tumpahan air dan bahan kimia. Tahap penerapan bahan finishing pada produk dari
bambu lamina bervariasi tergantung pada jenis bahan baku/bambu yang akan dilapisi bahan
finishing serta penampilan yang diinginkan. Agar diperoleh hasil finishing yang memuaskan,
maka
tahap pertama yang sangat penting adalah persiapan permukaan. Cacat-cacat yang
terdapat pada permukaan papan bambu tidak dapat ditutupi oleh lapisan finishing bahkan
sebaliknya akan tampak lebih jelas. Kegiatan utama dalam tahap persiapan permukaan
adalah perbaikan cacat dan pengampelasan. Bagian sambungan yang tidak rapat dan cacat
terbuka lainnya harus ditutup dengan dempul. Setelah dempul tersebut kering kemudian
diampelas sampai rata dan halus. Ratakan seluruh permukaan dengan jalan diampelas.
Pengampelasan harus dilakukan dengan arah serat sejajar dan bersihkan seluruh permukaan
dari serbuk ampelasan sehingga diperoleh permukaan yang bebas dari kotoran dan debu.
Bersihkan seluruh permukaan (dilap dengan sepotong kain yang telah dibasahi dengan
alkohol atau terpentin) dari seluruh debu dan kotoran yang tersisa. Kegiatan persiapan
permukaan yang terakhir ini dilakukan sesaat sebelum penerapan bahan finishing.

Jika warna yang dikehendaki adalah warna asli dari bambu, maka tahap berikutnya
adalah pengisian (filling) dengan menggunakan filler. Kegiatan ini merupakan sarana untuk
mendapatkan permukaan yang benar-benar halus dan rata yang dihasilkan oleh penerapan
bahan finishing berikutnya. Oleh karena itu kegiatan ini merupakan tahap yang sangat
penting dalam keseluruhan proses finishing dan memerlukan perhatian yang sungguh-
sungguh. Filler dapat diperoleh dalam bentuk pasta atau cairan dan biasanya diterapkan
dengan menggunakan kuas dengan arah gerakan sejajar serat bambu. Segera setelah filler
tersebut mulai pudar maka ambillah kelebihannya dengan cara dilap dengan kain katun
dengan arah gerakan lurus dan melintang serat atau dengan arah gerakan melingkar pada
seluruh permukaan papan agar filler tersebut benar-benar masuk ke dalam pori bambu.
Permukaan yang telah diberi filler selanjutnya dibiarkan mengering. Setelah filler tersebut
mengeras maka permukaannya harus diampelas sampai halus dan dibersihkan dari serbuk
atau debu ampelasan kemudian disimpan di tempat yang bersih untuk penerapan sealer.
Tahap berikutnya adalah penyegelan (sealing). Bahan yang digunakan pada tahap ini
adalah sanding sealer. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menutupi permukaan papan bambu
dan mencegah terjadinya penyerapan bahan finishing berikutnya yang 6 diterapkan
berturut-turut pada permukaan papan bambu tersebut. Setelah sanding sealer yang
diterapkan pada permukaan papan bambu kering maka permukaan tersebut harus
diampelas dengan kertas ampelas yang halus dan sesudah itu siap untuk dilapisi bahan
finishing yang telah dipilih sebagai lapisan atas.
Setelah penyegelan, tahap berikutnya adalah penerapan bahan finishing (lacquer)
sebagai lapisan atas atau top coat. Cara penerapan bahan finishing ini yang paling baik
adalah dengan menggunakan semprotan. Bahan finshing ( lacquer ) harus diencerkan
dengan thinner agar diperoleh kekentalan tertentu sehingga mudah disemprotkan.
Banyaknya pelapisan bahan finishing pada produk dari bambu lamina tergantung pada
keinginan dan biaya yang tersedia. Karena begitu bervariasinya sifat bahan finishing maka
sangatlah penting untuk selalu mengikuti prosedur yang dianjurkan oleh produsen bahan
finishing tersebut agar diperoleh kualitas hasil finishing yang baik. Saat ini juga tersedia
bahan finishing larut air yang lebih ramah lingkungan. Proses penerapan bahan finishing
larut air sama dengan yang larut minyak, perbedaannya adalah pada pengaturan
kekentalannya yang dilakukan dengan mengatur perbandingan antara bahan fininshing
dengan air.
Alat yang biasa digunakan dalam penerapan bahan finishing antara lain adalah kuas,
semprotan, mesin pelapis tipe tirai atau tipe rol. Akan tetapi cara atau metode penerapan
bahan finishing yang banyak dilakukan di industri mebel adalah dengan cara penyemprotan,
sedangkan kuas masih digunakan di industri mebel sekala kecil dan untuk kegiatan
perbaikan.

Di bawah ini akan dikemukanan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian
semprotan.
Dalam penggunaan semprotan untuk penerapan bahan finishingada dua komponen
yang sangat perlu diperhatikan yaitu unit kompresor dan alat penyemprot itu sendiri. Pada
kompresor harus diupayakan agar kapasitasnya (volume udara yang ditekan) melebihi dari
volume udara yang diperkukan dan udara yang dikeluarkan bersih, kering serta memiliki
tekanan tertentu. Sedangkan pada unit alat penyemprot beberapa hal perlu
dipertimbangkan dalam memilih alat yang tepat adalah :
a. Volume udara pada kompresor yang tersedia atau yang diperlukan
b. Obyek atau permukaan yang akan disemprot
c. Tipe atau system kerjanya (manual atau otomatis)
d. Volume dan jenis bahan finishing yang akan diterapkan
e. Berat semprotan

Agar diperoleh hasil yang memuaskan maka perlu diperhatikan beberapa hal dalam teknik
penerapan bahan finishing dengan semprotan antara lain :
a. Agar diperoleh lapisan film yang seragm maka penyemprotan harus tegak lurus pada
permukaanyang disemprot, arah gerakannya harus sejajar, kecepatannya seragm dan bagian
yang tumpang tindih (spray overlap) berkisar antara 30 – 50%.
b. Jarak antara alat penyemprot dengan permukaan yang disemprot jangan terlalu dekat dan
jangan terlalu jauh, usahakan  20 cm atau sesuai dengan petunjuk pemakaian alat yang
digunakan. Jika jaraknya terlalu jauh maka akan terjadi cacat berupa kulit jeruk (orange
peel), karena pelarut (solvent) dari bahan finishing banyak yang hilang sehingga bahan
finishing yang mencapai permukaan terlalu kering. Jika jaraknya terlalu dekat maka akan
terjadi cacat berupa penumpukan bahan finishing dan akhirnya meleleh ke bawah (running
atau sagging), sehingga lapisan finishing tidak rata.
c. Seluruh bahan dan peralatan yang digunakan harus bersih
d. Sangat penting untuk memperhatikan tekanan yang tetap dan konstan
e. Picu semprotan pada saat memulai kegiatan dan hentikan pada bagian akhir untuk setiap
arah gerakan penyemprotan
f. Kecuali untuk obyek yang melengkung, semprotan jangan pernah bergerak melengkung
melainkan harus bergerak dalam garis lurus.

III. FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN


INDUSTRI BAMBU LAMINA

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengembangan industri bambu lamina adalah :
1. Persyaratan bahan baku bambu
Pada prinsipnya semua jenis bambu dapat digunakan sebagai bahan baku untuk bambu lamina
asalkan mempunyai diameter yang cukup besar, dinding bambunya tebal, batang bambu lurus dan
pengurangan diameter (taper) yang rendah. Bambu harus cukup tua sehingga tidak mengalami cacat
(perubahan bentuk) dalam proses pengeringannya. Dengan kondisi batang bambu yang demikian
akan diperoleh rendemen yang relatif tinggi. Beberapa jenis bambu yang sesuai untuk bambu lamina
antara lain adalah bamboo andong (Gigantochloa pseudoarundinacea), bambu betung
( Dendrocalamus asper ), bambu mayan ( G. robusta ), dan bambu hitam ( G. atroviolacea ).

2. Tersedianya pasokan bambu secara berkesinambungan


Seperti kita ketahui bahwa tanaman bambu milik rakyat pada umumnya luasnya sangat kecil
dan tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu untuk menjamin kelangsungan industri bambu
lamina perlu disediakan tanaman bambu yang cukup luas misalnya tanaman bambu hasil usaha
KUHR (Kredit Usaha Hutan Rakyat), tanaman bambu hasil usaha kemitraan, atau tanaman bambu
dari suatu perusahaan. Perum Perhutani sebaiknya membangun kelas perusahaan bambu seperti
halnya di Cina untuk memasok industri pengolahan bambu. Di samping itu Perum Perhutani dapat
menanam bambu pada tepi hutan terutama yang berbatasan dengan desa serta pada daerah tepian
sungai sebagai tanaman konservasi tanah.
3. Proses pembuatan bilah
Bambu yang bentuknya bulat dan berlubang memerlukan biaya angkut yang tinggi sehingga
tidak ekonomis. Oleh karena itu pembuatan bilah bambu jika memungkinkan dilakukan di hutan
sehingga dengan alat angkut yang sama dapat diangkut bilah bambu hasil pembelahan ( yang akan
diproses lebih lanjut ) dengan volume/berat yang lebih besar dan limbah yang terjadi dapat
dikembalikan ke areal hutan bambu. Di samping itu masyarakat di sekitar hutan dapat dilibatkan
dalam proses produksi bambu lamina dan pada akhirnya pengembangan pemanfaatan bambu untuk
bambu lamina dapat menunjang usaha pemerintah dalam meningkatkan ekonomi kerakyatan.
4. Perekat
Perekat merupakan bahan yang sangat penting dalam pembuatan bambu lamina. Macam
dan kualitas perekat sangat menentukan kualitas bambu lamina yang dihasilkan. Pada garis besarnya
ada dua macam perekat yaitu perekat interior dan perekat eksterior. Perekat interior adalah perekat
yang hanya tahan terhadap lingkungan dalam ruangan, yaitu tidak berhubungan langsung dengan
cuaca

luar misalnya perekat urea formaldehida. Perekat eksterior adalah perekat yang tahan terhadap
pengaruh cuaca luar, yang berarti tahan terhadap pengaruh air yang terus menerus misalnya perekat
9 fenol formaldehida. Pemilihan macam atau jenis perekat yang digunakan dalam pembuatan
bambu lamina sangat dipengaruhi oleh tujuan penggunaan dan anggaran yang tersedia. Dalam
proses perekatan terdapat 3 faktor yang mempengaruhi kualitas hasil perekatan yaitu benda yang
direkat (dalam hal ini adalah bilah bambu), perekat (macam dan komposisi perekat) dan kondisi
perekatan/pengempaan (suhu, lamanya pengempaan dan besarnya tekanan).
5. Mesin dan Peralatan
Dalam mengembangkan industri bambu lamina diperlukan beberapa mesin dan peralatan
minimum yang harus tersedia yaitu gergaji potong, alat /mesin pembelah bambu, mesin serut, bak
pengawetan, dapur pengering, timbangan, mixer (pengaduk perekat), pelabur perekat, dan mesin
kempa (dingin atau panas), kompresor dan mesin ampelas.
6. Finishing
Untuk memproduksi produk dengan bahan dasar bambu lamina, dengan kualitas finishing
yang tinggi dan biaya minimum serta sedikit yang cacat, ada beberapa hal lain yang perlu
diperhatikan disamping pemakaian bahan finishing yang berkualitas tinggi serta metode penerapan
yang tepat, di antaranya adalah :
a. Pencegahan kebakaran di ruang finishing
Cara terbaik untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah ; bahan-bahan yang mudah
terbakar harus disimpan dengan hati-hati, kaleng-keleng yang bocor harus diperiksa,
ruangan harus bebas rokok, ventilasi udara harus cukup, buanglah sampah dan kain bekas
yang telah penuh dengan bahan finishing, bersihkan tempat penyemprotan dari kelebihan
bahan finishing yang disemprotkan dan pasang alat pemadam kebakaran yang memadai.
b. Keselamatan kerja bagi operator
Untuk melindungi operator atau pekerja dari bahaya yang mengganggu kesehatannya serta
kecelakaan yang dapat menimpanya maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut ; Ikuti
dan terapkan program keselamatan kerja yang telah dibuat, Desain serta konstruksi
bangunan serta peralatan harus sesuai dengan persyaratn yang ditentukan dan sedapat
mungkin memberikan kondisi yang sehat dan bersih secara maksimum, alat bantu
pernapasan, masker atau pelindung kepala 10 harus selalu dipakai, lantai harus selalu bersih
dan gang-gang harus bebas dari hambatan, pakailah cream atau lotion untuk melindungi
kulit, jangan pernah membersihkan spray booth atau kipas angin yang sedang dioperasikan,
jangan pernah mencoba mengangkat drum yang berisi bahan finishing atau kaleng yang
berat tanpa

memakai alat bantu dan jangan main-main (bercanda) pada saat menggunakan peralatan
yang berbahaya.
c. Penerangan yang bagus adalah mutlak
Penerangan yang jelek mengakibatkan mata lelah sehingga pekerjaan tidak dapat dilakukan
dengan baik dan banyak yang cacat. Untuk mendapatkan refleksi cahaya yang maksimum
maka seluruh dinding dan atap harus dicat dengan warna yang terang.
d. Penyimpanan dan penanganan bahan finishing
Agar diperoleh hasil yang bagus maka bahan finishing harus disimpan dan ditangani dengan
baik dan tepat dalam kondisi yang sesuai. Untuk mencapai tujuan tersebut beberapa hal
yang dapat dilakukan adalah ; pakailah bahan finishing yang lama terlebih dahulu, simpanlah
bahan finishing dalam ruangan dengan suhu yang sesuai dan jangan diekspose di luar,
aduklah bahan finishing secara menyeluruh sebelum dicampur dengan thinner, encerkan
bahan finishing secara tepat, gunakan bahan dengan jumlah yang tepat, jangan
menghamburkan bahan finishing dan thinner dan hanya menggunakan peralatan yang
tepat/baik pada setiap saat.
IV. PENUTUP

Tanaman bambu khususnya yang berdiameter besar dan dinding bambunya tebal dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku bambu lamina untuk pengganti papan atau balok kayu
sehingga dapat diperoleh nilai tambah yang tinggi. Pengembangan industri bambu lamina dapat
menunjang usaha pemerintah dalam meningkatkan ekonomi kerakyatan. Dalam proses
pembuatan bambu lamina kegiatan pembuatan bilah jika memungkinkan dilakukan di hutan
atau daerah sekitar hutan sehingga biaya angkutnya murah, limbah yang terjadi dapat
dikembalikan ke hutan dan masyarakat sekitar hutan dapat terlibat dalam proses produksi
bambu lamina.
Sumber daya bambu yang cukup melimpah di Indonesia perlu ditingkatkan pengelolaan
dan pemanfaatannya dan diberi perhatian dengan sungguh-sungguh agar dapat memberi
sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pengembangan industri bambu lamina
harus didukung oleh kebijakan pemerintah meliputi penyediaan bahan baku yang
berkesinambungan, pengembangan industri serta pemasaran produknya. Di samping itu perlu
dilakukan sosialisasi budidaya bambu kepada masyarakat luas, dan kegiatan penelitian perlu
diarahkan untuk meningkatkan teknologi pembuatan bambu lamina yang sesuai dengan kondisi
di Indonesia.

Mengetahui, Budiharja, 15 Desember 2018


Ketua Karang Taruna Hormat Saya,
Unit Desa Budiharja Rw. 03 Sekretaris Karang Taruna

AGUS TABACAN TIKA PERTIWI


PERKIRAAN BIAYA YANG AKAN DI BUTUHKAN UNTUK PELATIHAN PEMBUATAN
BAMBU LAMINASI
a. Biaya Alat - alat
N Satua
o Nama Kebutuhan Banyaknya n Harga
  ALAT-ALAT      
Rp
1 Mesin Sugu 4 unit 4,000,000
Rp
2 Cutting Well 1 unit 1,500,000
Rp
3 Hand Bor 4 unit 3,600,000
Stand Bor (Bor Rp
4 Duduk) 2 unit 3,600,000
Rp
5 Pencekam (Catok) 4 unit 7,200,000
Mesin Gerinda Rp
6 Duduk 2 unit 800,000
Rp
7 Golok 4 unit 600,000
Rp
8 Kampak 4 unit 320,000
Rp
9 Gergaji 4 unit 600,000
Rp
10 Presan 2 unit 1,000,000
Rp
11 Pisau Raut 16 unit 800,000
Rp
12 Ampelas 1 unit 300,000
Rp
  JUMLAH     24,320,000
 
  BAHAN-BAHAN      
1 Bambu 20 btg Rp
1,000,000
Rp
2 Urea 10 kg 2,500,000
Rp
  JUMLAH     3,500,000
 
  HONORARIUM      
3 h X 2 prs X Rp
1 Instruktur  
500.000 1,000,000
3 h X 20 prs X Rp
2 Peserta Pelatihan  
50.000 3,000,000
4 h X 20 prs X Rp
3 Konsumsi  
50.000 3,000,000
Rp
  JUMLAH     7,000,000
 
JML. Rp
    KESELURUHAN   34,820,000

Jadi Biaya Keseluruhan yang di butuhkan untuk pelatihan ini adalah : Rp.
34.820.000,- (Tiga Puluh Empat Juta
Delapan Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah)

Anda mungkin juga menyukai