Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN SIFAT……(26):210-223

KAJIAN SIFAT-SIFAT DASAR KAYU MANIS SEBAGAI PERTIMBANGAN


PEMANFAATAN LIMBAH PEMANENAN KULIT KAYU MANIS
(Cinnamomum burmanii, Blume)
Oleh/by
SITI HAMIDAH : VIOLET BURHANUDIN1; & WIWIN TYAS ISTIKOWATI1
1
1
Laboratorium Anatomi Kayu, Jurusan Teknologi Hasil Hutan
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

ABSTRACT

The aim of this research was to get alternative using part of Kayu Manis that
assumed as waste of Kayu Manis harvesting. The first, we had to know basic
characteristic from three uneven age namely < 5 years old, 5 – 10 years old and
more than 10 years old, so we could give recomendation about type purpose to
suitable for other purpose. The result of this research showed that part of Kayu Manis
that assumed as waste could be meubelair and furniture, raw material for timber,
venir and plywood, and maybe to be used as raw material of pulp and paper. For
special purpose, we had to consideration about extractive, density, and soon.
Keywords : Cinnamomum burmanii, characteristic, waste
Penulis untuk korespondensi : Telp. +628152121050, e-mail:st_hamidah@telkom.net

PENDAHULUAN

Kecamatan Loksado bermanfaat secara ekonomis, juga


merupakan salah satu daerah karena pohon kayu manis sangat
penghasil kayu manis terbesar di cocok untuk tujuan penghijauan.
Kalimantan Selatan. Hal ini dapat Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
dibuktikan produksi kulit kayu manis cara mengoptimalkan pemanfaatan
pada tahun 2000 sebesar 377,42 ton, bagian pohon kayu manis, selain kulit.
berasal dari tanaman kayu manis Pemanfaatan tidak terbatas dari
seluas 383 ha yang terpusat di kulitnya saja, tetapi juga
Kecamatan Loksado (Dinas memanfaatkan secara optimal bagian-
Kehutanan dan Perkebunan Propinsi bagian lain seperti: daun, ranting,
Kalimantan Selatan, 2000). cabang dan batang.
Selama ini hasil kulit kayu Salah satu usaha yang perlu
manis yang dihasilkan para petani dilakukan adalah pemanfaatan batang
masih bermutu rendah, sehingga (kayunya) yang selama ini setelah
mengakibatkan harga jual murah. ditebang hanya diambil kulitnya, dan
Bahkan pada akhir tahun 2005 harga kayunya hanya untuk keperluan kayu
jual sempat anjlok sampai ke harga bakar bahkan sering ditinggal begitu
Rp. 3000,00 per kg (Banjarmasin Post, saja di dalam hutan. Hal ini sangat
6 Februari 2006). disayangkan mengingat proporsi
Banyak usaha-usaha yang terbesar dari suatu pohon justru
telah dilakukan untuk meningkatkan terdapat pada batangnya (kayunya).
mutu kulit yang dihasilkan, meskipun Pada umur panen (8 tahun) hanya
demikian masih dirasa perlu usaha dihasilkan kulit kering antara 2 – 3 kg
lain untuk lebih meningkatkan per pohon, padahal batang kayu yang
pendapatan petani kayu manis dan dibuang rata-rata berukuran diameter
menggairahkan usaha budidaya kayu lebih dari 30 cm. Oleh karena itu
manis. Hal ini dirasa sangat penting perlulah dilakukan usaha-usaha untuk
dikarenakan pohon kayu manis selain pemanfaatan bagian kayu tersebut.

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   210
KAJIAN SIFAT……(26):210-223

Usaha-usaha ini perlu dilakukan dalam baku. Selama ini data-data mengenai
upaya untuk meningkatkan sifat kayu dari Cinnamomum burmanii
pendapatan petani kulit kayu manis Blume sangat sulit untuk ditemukan,
yang semakin hari pendapatan yang terutama data-data mengenai sifat
diperoleh tidak seimbang dengan laju kayu manis yang tumbuh di daerah
peningkatan harga-harga yang Loksado.
membumbung tinggi. Biasanya Oleh karena itu untuk menguji
mereka hanya menggantungkan kelayakan usaha ini patutlah dilakukan
usaha sambilan sebagai joki lanting suatu penelitian yang mengkaji secara
(perahu dari bambu), namun usaha teknis mengenai sifat-sifat dasar dari
inipun kian hari kian terpuruk seiring kayu manis yang selama ini hanya
dengan terpuruknya usaha wisata di sebagai limbah dalam proses
daerah tersebut. pemanenan kulit kayu manis di
Dalam rangka pemanfaatan Daerah Loksado, sehingga nantinya
kayunya, perlulah dikaji terlebih dahulu diharapkan dapat ditentukan
sifat anatomi, sifat fisika-mekanika penggunaan bagian kayunya yang
(kekuatan),sifat kimia dan keawetan sesuai dengan sifat-sifat yang
dari kayu manis tersebut sehingga dihasilkannya; apakah cocok untuk
nantinya dapat ditentukan tujuan bahan baku meubel dan furniture,
penggunaannya yang paling sesuai, bahan baku venir dan kayu lapis,
apakah untuk pulp dan kertas, meubel bahan baku kayu pertukangan, bahan
dan furniture, kayu untuk energi, kayu baku papan partikel, bahan baku pulp
pertukangan, atau bahkan bisa dan kertas dan sebagainya. Penelitian
digunakan sebagai bahan baku juga bertujuan untuk mengetahui
pembuatan vinir dan plywood pengaruh umur pohon terhadap sifat-
sehingga dapat digunakan untuk sifat batang kayu manis yang
industri plywood yang sekarang dihasilkannya.
tengah mengalami kesulitan bahan

METODE PENELITIAN

Bahan yang digunakan dalam kegiatan inventarisasi terdiri dari : plat


penelitian ini adalah (1) Kayu dari seng untuk penandaan pohon, phi
limbah pemanenan kulit kayu manis band untuk mengukur diameter; (2)
yang diambil dari 3 (tiga) kelas umur peralatan untuk pengambilan dan
yang berbeda (< 5 tahun, 5-10 tahun pembuatan contoh uji, seperti ;
dan > 10 tahun);dan (2) Bahan kimia parang, pisau, plastik dan gergaji,
untuk pengujian sifat anatomi peralatan untuk menguji sifat anatomi
(maserasi & sediaan mikrotom); asam (maserasi dan sediaan mikrotom)
nitrat (HNO3 65%), safranin2%, terdiri; pisau spencer, mikroskup
aquades, canada balsam & alkohol. mikrometer, cutter, pisau koas
Bahan kimia untuk pengujian sifat preparat, coverglass; (3) peralatan
kimia, yaitu: asam sulfat (H2SO4) 72 untuk menguji sifat fisika dan
%, asam asetat (CH3COOH) absolute, mekanika kayu terdiri dari; neraca
asam asetat (CH3COOH) 10 %, analitik, kaliper dan mesin UTM
benzena (C6H6), alkohol/ etanol (Universal Testing Machine); (4)
(C2H5OH) absolute, sodium klorite/ peralatan untuk menguji sifat kimia
natrium klorite (NaClO2) 80 %, aceton kayu meliputi: cawan porselen, gelas
(CH3COH3), natrium hidroksida ukur, oven, tanur, desikator, botol
(NaOH) 1 % dan aquades (H2O). timbang, gelas bekker, gelas piala,
Peralatan yang digunakan labu erlenmeyer, waterbath, tabung
antara lain (1) peralatan untuk ekstraktor (soklet), kertas saring,

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   211
KAJIAN SIFAT……(26):210-223

kertas lakmus, alumunium foil, statif adalah; kekerasan kayu, warna kayu,
dan buret, pengaduk kaca, sudip, hot tekstur kayu dan arah serat.
plate, corong buchner dan pompa Pengamatan sifat-sifat tersebut dapat
vacuum, magnetic stirrer, hammer mill, dilakukan pada contoh uji yang sudah
peralatan fibrasi dengan saringan 40 dibuat menjadi papan radial dan
dan 60 mesh; dan (5) peralatan papan tangensial. Pengamatan
pendukung setiap kegiatan yaitu; mikroskopis dilakukan dengan
kalkulator, kamera foto, alat tulis. bantuan mikroskup terhadap sediaan
mikrotom yang terdiri dari 3 bidang
Pengambilan Sampel dan orientasi (lintang,tangensial,radial).
Pembuatan Contoh Uji. Kegiatan ini Pengukuran dimensi sel masing-
dilakukan pada saat pemanenan masing dilakukan sebanyak 20 kali.
besar-besaran kulit kayu manis yang Pengamatan mikroskopis yang
biasanya dilakukan pada awal musim dilakukan hanya pengamatan pada
hujan. Setelah mengalami proses dimensi serat. Pengukuran dilakukan
kekeringan lama dan mendapatkan terhadap slide maserasi.
hujan beberapa saat proses
Pengujian sifat fisika kayu. Sifat
pengulitan akan lebih mudah,
fisika kayu yang diteliti adalah
sehingga hasil yang didapatkan akan
kerapatan. Nilai kerapatan dapat
lebih baik. Pada plot yang telah
dihitung dengan membandingkan
ditetapkan, pada masing-masing kelas
berat kayu terhadap volumenya dalam
umur diadakan inventarisasi terhadap
kondisi kering udara Contoh uji dibuat
tegakan yang ada. Pohon yang akan
dengan ukuran 2 cm x 2cm x 2cm.
dijadikan sampel dipilih berdasar
Untuk mendapatkan berat kering
kelurusan batang serta mempunyai
udara kayu , dapat dilakukan dengan
cacat yang minimal. Pada masing –
meletakkan kayu ditempat terbuka dan
masing kelas umur pohon diambil 3
dilakukan penimbangan secara
buah pohon yang akan dijadikan
kontinyu terhadap kayu tersebut
sebagai ulangan. Dengan demikian
sampai mencapai berat konstan dan
karena ada 3 kelas umur pohon, maka
untuk mengetahui volumenya dapat
jumlah sampel pohon seluruhnya
diukur dengan menggunakan kaliper,
adalah 9 pohon. Pada masing-masing
yaitu dengan mengalikan sisi panjang,
pohon yang telah ditetapkan sebagai
lebar dan tebalnya.
sampel selanjutnya dipotong kurang
lebih sepanjang 1 meter yang diambil Pengujian sifat kimia kayu. Contoh
dari bagian pangkal batang. Bagian uji untuk pengujian sifat kimia
batang kayunya sepanjang 10 cm sebelumnya dibuat serbuk kayu
diambil untuk menguji sifat anatomi terlebih dahulu. Untuk mendapatkan
(pengamatan mikroskopis), 10 cm ukuran yang seragam, serbuk tersebut
untuk uji sifat kimia dan sisanya dibuat disaring dengan saringan 40 mesh
papan untuk pengamatan makroskopis dan 60 mesh (serbuk yang digunakan
dan sifat fisika kayu. adalah yang lolos saringan 40 mesh
dan tertahan saringan 60 mesh).
Pengujian Contoh Uji Sampel berupa serbuk kayu yang
telah dihasilkan kemudian di kering
Pengujian sifat anatomi kayu. udarakan selama 48 jam selanjutnya
Pengujian sifat anatomi kayu yang disimpan dalam kantong plastik
dilakukan, meliputi pengamatan tertutup agar kadar airnya konstan dan
secara makroskpis dan mikroskopis. setiap plastik diberi kode sesuai
Sifat makroskopis yang diamati perlakuan.

analisa kimia kayu, tujuannya adalah


Pengukuran faktor kelembaban
untuka mengetahui kondisi kelembaban
(Moisture Factor/MF) dilaksanakan
atau kadar air kayu pada masing-
terlebih dahulu sebelum melaksanakan

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   212
KAJIAN SIFAT……(26):210-223

masing serbuk kayu sehingga berat anatomi, sifat fisika, dan sifat kimia
serbuk kayu yang akan dianalisa akan kayu manis yang dihasilkannya dapat
didapatkan dengan lebih akurat. diketahui dengan pengujian statistik
Pengukuran MF dilakukan dengan cara menggunakan rancangan acak lengkap
menimbang botol timbang yang telah (Sudjana, 1991) dengan 3 kali ulangan.
dikeringkan dalam oven, kemudian diisi Sebelum data pengamatan dianalisa,
dengan sampel kayu (serbuk kayu terlebih dahulu dilakukan uji
Akasia) sesuai dengan berat yang pendahuluan, yaitu pengujian sebaran
diperlukan/secukupnya. Selanjutnya normal menurut prosedur Liliefors dan
sampel tersebut dikeringkan dalam Uji Homogenitas Ragam Barlett. Untuk
oven dengan temperatur (100 ± 5) oC mengetahui ada tidaknya pengaruh
selama 10 – 12 jam (sampai berat umur pohon terhadap sifat-sifat kayu
konstan), kemudian ditimbang yang dihasilkannya maka dilakukan uji
(sebelumnya didinginkan dalam F dengan menggunakan Analisis Sidik
desikator). Ragam, selanjutnya untuk faktor yang
berpengaruh nyata/sangat nyata
Analisis Data. Untuk mengetahui dilakukan uji beda lanjutan.
pengaruh umur pohon terhadap sifat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat anatomi kayu Manis kayu manis dikering udarakan terjadi


perubahan warna pada ketiga kelas
sifat makroskopis umur tersebut, yaitu menjadi berwarna
Tekstur kayu manis termasuk krem. Adanya perubahan warna
ke dalam tekstur halus, arah serat disebabkan oleh faktor lingkungan
kayu manis lurus dan sebagian agak seperti suhu dan kelembaban. Hal ini
bergelombang. Kayu manis dalam sesuai dengan pendapat Moeljono
keadaan basah baik pada kayu gubal (1974) yang menyebutkan bahwa
maupun terasnya berwarna putih perbedaan warna dapat disebabkan
kekuningan, namun lama kelamaan oleh umur pohon, kelembaban udara
warna ini akan berubah menjadi agak dan lamanya penyingkapan
krem pada bagian kayu gubalnya, (penyimpanan).
sedangkan kayu terasnya berubah Berdasarkan hasil
menjadi coklat tua. Meskipun pengamatan, kayu manis termasuk
demikian, warna ini akan berbeda- kayu yang cukup keras, dimana kayu
beda pada umur pohon yang berbeda, cukup sulit untuk dipotong meskipun
semakin tua umur pohon, warna sejajar serat.
kayunyapun akan semakin tua pula. Setelah dilakukan penyayatan
Pada kayu manis terdapat saluran kayu pada arah tegak lurus serat,
getah yang sering terlihat seperti diketahui bahwa kayu manis termasuk
bercak-bercak warna coklat kayu yang sukar disayat, dengan kata
kehitaman, hal ini jika dipandang dari lain dari segi kekerasannya kayu ini
segi dekoratif justru dapat menambah termasuk keras. Hal ini dikarenakan
keindahan. kayu yang makin keras, makin sukar
Berdasarkan hasil untuk disayat dan sayatannyapun
pengamatan sifat mikroskopis kayu mengkilat.
diketahui bahwa kayu manis yang
berumur < 5 tahun dan 5 – 10 tahun Sifat mikroskopis
mempunyai warna yang hampir sama Dimensi serat
yaitu putih kekuning-kuningan, Pengamatan mikroskopis yang
sedangkan kayu manis yang berumur dilakukan hanya pengamatan pada
> 10 tahun berwarna putih kekuningan dimensi serat. Pengukuran dilakukan
dengan warna lebih tua. Setelah terhadap slide maserasi dengan

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   213
KAJIAN SIFAT……(26):210-223

bantuan mikroskop lengkap dengan perhitungan terhadap nilai turunan


mikrometernya. Dimensi sel serat dimensi seratnya.
yang diukur meliputi: tebal dinding Nilai rata-rata dimensi serat
serat, diameter lumen, diameter sel kayu manis (Cinnamomum burmanii
serat dan panjang sel serat serta Blume) pada tiga kelas umur pohon
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai rata-rata dimensi serat kayu manis (Cinnamomum burmanii Blume)
pada tiga kelas umur pohon
Parameter Umur pohon Kategori
< 5 tahun 5 – 10 tahun > 10 tahun @
Rata2 Kategori Rata2 Kategor Rata2 Kategor
i i
Panjang serat 291,34 Pendek 309,91 Pendek 320,53 Pendek Pendek
(µm)
Diameter 6,14 Kecil 6,49 Kecil 6,77 Kecil Kecil
serat(µm)
Diameter lumen 3,24 Sangat 3,58 Sangat 3,67 Sangat Sangat
(µm) kecil kecil kecil kecil
Tebal dinding 1,42 Sangat 1,47 Sangat 1,55 Sangat Sangat
serat (µm) tipis tipis tipis tipis
Keterangan : @ = acuan Wagenfuehr (1984)

Hasil penelitian seperti yang dalam jumlah relatif lebih banyak.


terlihat pada tabel 1 tersebut Seperti yang dikemukakan oleh
menunjukkan bahwa semakin Kasmudjo dan Suryono (1977) dalam
meningkat umur pohon, maka dimensi Hamidah (2000) yang menyatakan
seratnyapun (panjang serat, diameter bahwa penambahan ukuran panjang
serat, diameter lumen dan tebal serat dari kayu awal ke kayu akhir
dinding serat) juga semakin dapat mencapai 75-80%. Demikian
bertambah. Meskipun demikian pula pendapat Tsoumis (1969) yang
secara statistik, perbedaan umur menyatakan bahwa serat terpendek
pohon hanya berpengaruh sangat ada dekat bagian empulur dan
nyata terhadap panjang seratnya. terpanjang pada periode kayu
Perbedaan umur pohon juga tidak dewasa. Haygreen dan Bowyer
merubah kategori dari dimensi (1996) menyatakan bahwa kayu pada
seratnya. Dari ketiga kelas umur lingkaran tahun pertama, mempunyai
pohon tersebut (baik < 5 tahun, 5 – 10 serat yang pendek, kemudian berubah
tahun dan > 10 tahun) panjang serat berangsur-angsur menjadi lebih
masih tergolong kategori pendek, panjang menjelang terjadinya kayu
diameter serat tergolong kategori dewasa.
kecil, diameter lumen sangat kecil dan Fahn(1991) dalam Hamidah
tebal dinding serat sangat tipis. (2000) menjelaskan bahwa pola
Adanya peningkatan panjang pertumbuhan radial (variasi horizontal)
serat seiring dengan bertambahnya berhubungan dengan kecepatan
umur pohon, diduga ada kegiatan kambium, sehingga panjang
hubungannya dengan proporsi kayu serat yang dihasilkan sangat
awal dan kayu akhir, dan proporsi beragam. Serat dapat bertambah
kayu teras dan kayu gubal yang panjang sampai mencapai puncaknya
terbentuk. Pada pohon yang lebih dalam periode tertentu dan kemudian
dewasa kandungan kayu akhirnya turun kembali tergantung aktivitas
lebih banyak, sehingga serat yang kambium dan umur pohon serta faktor
ukurannya lebih panjang ditemukan lain seperti unsur hara dan iklim.

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   214
KAJIAN SIFAT……(26):210-223

Serat yang terbentuk oleh kambium meningkat dengan bertambahnya


berkembang dari inisial fusiform dan umur pohonnya.
hanya bertambah panjang sedikit Panshin & Zeeuw (1980) yang
atau tidak bertambah panjang sama dikutip oleh Violet (1996) menjelaskan
sekali selama pendewasaannya. bahwa variasi tebal dinding serat kayu
Meskipun diameter serat, daun sama dengan variasi panjang
diameter lumen dan tebal dinding serat yaitu menunjukkan peningkatan
serat, secara statistik tidak dari empulur ke kulit. Terjadinya
dipengaruhi oleh faktor umur perbedaan ini diduga karena adanya
pohonnya, namun demikian jika kita kandungan karbohidrat yang tersedia
lihat kecenderungannya (seperti untuk penebalan dinding serabut pada
terlihat pada tabel 1), nampak bahwa masing-masing bagian lebih banyak
diameter serat dan diameter lumen , atau lebih sedikit sehingga
demikian pula dengan tebal dinding mempengaruhi tebal tipisnya dinding
serat, semakin meningkat dengan serabut yang dihasilkan.
semakin meningkat umur pohonnya.
Nilai turunan dimensi serat
Hal ini ada hubungannya juga dengan
proporsi kayu awal dan akhir, serta Guna mendapatkan kelas
kayu gubal dan teras, sebagaimana kualitas serat kayu jika akan
yang dikemukakan oleh Panshin and dihasilkan sebagai bahan baku pulp
de Zeeuw (1970) bahwa secara dan kertas, maka yang paling
umum tebal dinding sel pada kayu menentukan adalah nilai turunan
awal bertambah 15% dari bagian dimensi seratnya. Nilai rata-rata
tengah ke luar. kayu manis semakin turunan dimensi serat kayu manis
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai rata-rata turunan dimensi serat kayu manis (Cinnamomum burmanii
Blume) pada tiga kelas umur pohon
Umur pohon
Nilai turunan A1 (< 5 tahun) A2 (5 – 10 tahun) A3 ( > 10 tahun
Dimensi serat Rata2 Nilai*) Kelas*) Rata2 Nilai*) Kelas*) Rata2 Nilai*) Kelas*
Panjang serat 291,3 25 III 309,9 25 III 320,5 25 III
(µm) 4 1 3
Runkel Ratio 0,89 25 III 0,82 25 III 0,85 25 III
Felting Power 47,59 25 III 47,78 25 III 47,36 25 III
Mulsteph Ratio 72,07 25 III 69,52 25 III 70,68 25 III
(%)
Flexibility Ratio 0,53 50 II 0,55 50 II 0,54 50 II
Coef.of Rigidity 0,23 25 III 0,23 25 III 0,23 25 III
*) Acuan LPHH dalam Nawawi (1997)

Berdasarkan tabel 2 terlihat Perbedaan umur pohon juga tidak


bahwa, peningkatan umur pohon merubah kelas (kategori) dari nilai
cenderung menurunkan nilai runkel turunan dimensi seratnya. Nilai
ratio, mulsteph ratio, dan coefisien of turunan dimensi serat pada semua
rigidity, sebaliknya nilai fleksibility dan kelas umur pohon (baik < 5 tahun, 5 –
felting power semakin meningkat. 10 tahun dan > 10 tahun) semua
Meskipun demikian, dari hasil analisis termasuk kelas (kategori III), kecuali
sidik ragam yang telah dilakukan, nilai fleksibility ratio yang termasuk
perbedaan umur pohon tidak kelas II. Dirjen Kehutanan (1976)
berpengaruh nyata terhadap semua menyebutkan bahwa serat yang
nilai turunan dimensi serat. termasuk dalam kelas kualita III

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   215
KAJIAN SIFAT……(26):210-223

diduga akan menghasilkan lembaran Sifat fisika kayu Manis


kertas dengan kekuatan sobek,
Hasil penelitian mengenai sifat
retak,dan tarik yang sedang.
fisika kayu manis yang dilakukan
Semakin kecilnya nilai Runkell
adalah berat jenis. Berat jenis suatu
Ratio dengan semakin meningkatnya
kayu penting untuk diketahui. Hal ini
umur pohon menyebabkan kekuatan
dikarenakan berat jenis ada
tarik kertas menjadi meningkat, dan
hubungannya dengan kelas kuat
Felting Power semakin berkurang
kayu, dimana biasanya kayu dengan
maka kekuatan sobek kertas semakin
berat jenis tinggi akan menghasilkan
baik. Sebaliknya semakin
kekuatan kayu yang tinggi pula. Ini
menurunnya Muhlsteph Ratio
penting sebagai bahan informasi
kekuatan kertas secara umum seperti
kekuatan kayu dalam menyangga
tarik, jebol, sobek dan lipat justru
beban (penggunaaan kayu untuk
semakin menurun (Budi, 1995 dalam
pertukangan). Demikian pula
Hamidah (2000). Nilai Flexibility Ratio
penggunaan kayu untuk pulp dan
semakin besar dengan meningkatnya
kertas, kelas kualitasnya ditentukan
umur pohon, hal ini akan
juga oleh nilai berat jenis kayunya.
menyebabkan kekuatan tarik kertas
Hasil penelitian mengenai berat jenis
juga tinggi (Tamolang dan Wangaard,
kayu manis pada tiga kelas umur
1961).
pohon dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Berat jenis kayu manis (Cinnamomum burmanii Blume) pada tiga kelas
umur pohon
Umur pohon Kelas Kelas
< 5 tahun 5 – 10 tahun > 10 tahun kuat Pulp
Ulangan

*1) *2)
Nilai Kelas Kelas Nilai Kelas Kelas Nilai Kelas Kelas
kuat Pulp kuat Pulp kuat Pulp
*1) *2) *1) *2) *1) *2)
1. 0,38 0,50 0,48
2. 0,44 0,41 0,56
3. 0,47 0,49 0,49
Total 1,29 1,40 1,53
Rata 0,43 III Baik 0,47 III Baik 0,51 III Cukup III Baik
*1) Acuan LPHH (1978), dalam Tabel 4
2) Acuan Tamolang dan Wangaard dalam Zaenal (1993), dalam Tabel 2

Meskipun secara statistik ekstraktif karena fungsi utamanya


faktor umur pohon tidak berpengaruh menopang pohon berdiri.
nyata terhadap berat jenis kayunya, Panshin & Zeeuw (1980),
namun dilihat dari kecenderungannya, menjelaskan bahwa variasi berat jenis
maka dapat dilihat adanya kayu merupakan pola yang kompleks
peningkatan nilai berat jenis dengan dari berbagai parameter yang
semakin bertambahnya umur pohon. mempengaruhinya. Seperti variasi
Peningkatan nilai berat jenis seiring jumlah zat ekstraktif dalam dinding sel
dengan peningkatan umur pohon yang mengakibatkan variasi
berkaitan dengan proses fisiologis perubahan ukuran diameter sel,
pohon tersebut. Semakin tua umur panjang sel, ketebalan dinding sel dan
pohon tersebut maka semakin banyak ukuran tipe sel yang berbeda dalam
bagian kayu teras, dimana kayu teras posisi dipohon. Peningkatan berat
ini merupakan jaringan sel yang jenis juga berkorelasi dengan
didominasi oleh sel mati yang padat keberadaan zat ekstraktif di kayu
dan kenyal serta diisi dengan

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   216
KAJIAN SIFAT……(26):210-223

teras serta pengaruh kecepatan demikian peningkatan umur tidak


tumbuh pohon. merubah kelas kuat kayunya, tetapi
Brown et. al. (1952) dalam sedikit merubah kelas kualitas
Hamidah (2000) menyatakan bahwa pulpnya (sedikit menurun yaitu dari
berat jenis kayu bervariasi diantara kelas baik menjadi cukup).
berbagai jenis pohon dan diantara Jika ditinjau dari nilai rata-rata
pohon dari jenis yang sama.Variasi berat jenis kayu manis secara umum
berat jenis tersebut disebabkan oleh (0,47), maka hasil penelitian ini
perbedaan dalam jumlah zat sesuai dengan penelitian Martawijaya
penyusun dinding sel dan kandungan (1989)yang menyatakan bahwa berat
ekstraktif per unit volume. Ketebalan jenis kayu manis adalah 0,52 (0,49 -
dinding sel memiliki pengaruh besar 0,75) untuk Cinnamomum ubbeliflora
terhadap kerapatan kayu. Dalam satu dan 0,63 (0,4 – 0,86) untuk
jenis adanya variasi bisa disebabkan Cinnamomum parthenoxilon, demikian
oleh perbedaan tempat tumbuh, pula Seng (1990) menyebutkan
geografi dan perpedaan umur dan bahwa berat jenis kayu manis 0,57
lokasi dalam batang. (0,42 – 0,69) dan termasuk kelas awet
Nilai berat jenis untuk pohon IV serta kelas kuat II – III.
umur < 5 tahun dan 5-10 tahun,
Sifat kimia kayu Manis
masing-masing sebesar 0,43 dan
0,47, termasuk kelas kuat III dan kelas Hasil penelitian mengenai
pulp baik, sedangkan pada pohon > kandungan dari komponen kimia
10 tahun dengan berat jenis kayunya batang kayu Manis dapat dilihat pada
sebesar 0,53, termasuk kelas kuat III tabel 4.
dan kelas pulp cukup. Dengan

Tabel 4. Komponen kimia kayu Manis (Cinnamomum burmanii Blume) pada tiga
kelas umur pohon
Komponen Umur pohon Kategori@ Statistik
No Kimia (%) <5 5 – 10 > 10
tahun tahun tahun
1 Zat Ekstraktif
a. larut air dingin 3.00 3.33 5.00 tinggi ns
b. larut air panas 4.33 6.00 7.33 tinggi *
c. larut alkohol 6.33 8.00 9.33 tinggi **
benzena
d. larut NaOH1% 13..33 15.00 16,67 tinggi **
2 Holoselulosa 44.00 51.33 57.33 rendah **
3 Selulosa 25.78 30.00 34.67 rendah *
4 Hemiselulosa 18.22 21.33 22.66 rendah ns
5 Lignin 19.67 23.67 27.00 sedang ns
6 Abu 0.41 0.45 0.74 sedang **
Ket : @ : berdasarkan acuan Dirjen Kehutanan (1976)

Berdasarkan tabel 4, dapat Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa


dilihat bahwa perbedaan kelas umur peningkatan umur pohon
pohon hampir berpengaruh nyata menyebabkan semua kandungan dari
terhadap semua kandungan dari komponen kimia batang kayu Manis
komponen kimia batang kayu Manis, juga semakin meningkat. Meskipun
kecuali kandungan zat ekstraktif larut demikian adanya peningkatan dari
air dingin, hemiselulosa dan lignin. kandungan komponen kimia tersebut

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   217
KAJIAN SIFAT……(26):210-223

belum atau tidak merubah kategori parenkim semakin banyak dan kadar
kandungan kimianya. Kadar zat zat ekstraktif akan meningkat. Hal
ekstraktif (baik larut air dingin, air senada juga diutarakan oleh
panas, alkohol-benzena dan larut Haygreen dan Bowyer (1996) dan
NaOH1%) termasuk kategori tinggi; Hunt dan Garrat (1986) yang
kandungan holoselulosa, selulosa dan menyatakan bahwa umur pohon yang
hemiselulosa termasuk rendah dan meningkat maka saluran resin dan
kandungan lignin dan abu termasuk parenkim yang terbentuk semakin
kategori sedang. banyak, hal ini dikarenakan saluran
Peningkatan kadar ekstraktif resin dan parenkim merupakan
dengan semakin meningkatnya umur tempat diendapkannya zat ekstraktif,
pohon, diduga ada kaitannya dengan sehingga semakin banyak saluran
semakin meningkatnya presentase resin dan parenkimnya maka
kayu teras yang terbentuk pada kandungan ekstraktifnya semakin
pohon-pohon yang berusia lebih tua, banyak.
dimana pada bagian kayu teras ini Zat ekstraktif yang larut dalam
banyak mengandung zat ekstraktif. air dingin termasuk dalam golongan
Sebagaimana pendapat yang monosakarida yang meliputi glukosa
dikemukakan oleh Ito (1953) dalam dan fruktosa dalam bentuk pati
Hillis (1987) yang menyatakan bahwa (Sudrajat, 1979 dalam Syaifullah,
peningkatan umur pohon akan 2004). Dari hasil penelitian ini
memperbesar presentase kayu teras memperlihatkan kecenderungan
dimana jumlah zat ekstraktif semakin bahwa semakin meningkatnya kelas
meningkat dengan meningkatnya umur maka kelarutan dalam air dingin
produksi kayu teras tersebut. Hal akan semakin besar. Ini menunjukkan
tersebut juga diperkuat oleh pendapat bahwa semakin meningkatnya kelas
Hunt dan Garrat (1986) dan Nicholas umur maka kandungan monosakarida
(1987) yang menyatakan bahwa umur yakni glukosa dan fruktosa yang larut
pohon merupakan suatu faktor dalam dalam air dingin semakin besar.
pembentukan kayu teras yang akan Jika dibandingkan dengan
mempengaruhi ukuran diameter kayu hasil kadar ekstraktif larut air dingin,
teras yang dimilikinya. Kayu teras maka hasil kadar ekstraktif larut air
mengandung zat ekstraktif beracun panas ini cenderung lebih besar. Hal
yang menunjang warna dan ini dikarenakan zat ekstraktif larut
bertanggungjawab terhadap serangan dalam air panas adalah semua
mikroorganisme. ekstraktif yang larut dalam air dingin
Peningkatan kadar zat ditambah dengan tanin, pektin, gum
ekstraktif dengan semakin dan zat warna, seperti yang
meningkatnya umur pohon diduga ada diungkapkan oleh Sofyan et al, 1993
kaitannya juga dengan peningkatan dalam Bedmansyah, 2000.
jumlah sel parenkim yang terdapat Selanjutnya menurut Siagian (1980)
pada kayu yang lebih tua, menyatakan bahwa kelarutan dalam
sebagaimana pendapat yang air panas dapat menimbulkan
dikemukakan oleh Fengel dan hidrolisa lemah beberapa bagian
Wagener (1995) yang menyatakan lignin dan resin, yang akan
bahwa sel-sel kambium terus menghasilkan asam organik bebas
membelah berulang-ulang, ke arah dan methanol dalam filtratnya. Sifat
dalam membentuk xylem dan ke arah tersebut menyebabkan hasil
luar membentuk floem (kulit). persentase kadar ekstraktif larut air
Berdasarkan kenyataan ini maka panas cenderung lebih besar daripada
semakin tua umur pohon semakin hasil persentase kadar ekstraktif larut
banyak kesempatan sel kambium air dingin.
untuk membelah, sehingga sel

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   218
KAJIAN SIFAT……(26):210-223

Ando, 1987 dalam jumlah ekstrak yang terlarut lebih


Bedmansyah, 2000 menyatakan banyak.
bahwa zat ekstraktif yang terlarut Browning, (1967) yang dikutip
dalam etanol benzene (1:2) adalah Anisah (2001) menyatakan bahwa
lilin, lemak, resin, minyak dan tannin. kuantitas ekstraktif yang dapat
Jika dibandingkan dengan diekstraksi dari kayu sangat
metode ekstraktsi yang lain, maka dipengaruhi oleh cara dan proses
metode ekstraksi dengan ekstraksi dan proses fraksinasi, dan
menggunakan pelarut NaOH 1% tidak ada satu jenis pelarut yang
menghasilkan kadar zat ekstraktif dapat mengikat semua ekstraktif yang
tertinggi. Hasil penelitian ada. Oleh karena itu perlu
menunjukkan bahwa rata-rata kadar ditambahkan dua atau lebih jenis
ekstraktif larut NaOH 1% adalah 15%, pelarut agar lebih banyak ekstraktif
larut alkohol benzena 7,89%, larut air yang diperoleh. Sjostrom (1995)
panas 5,89% dan larut air dingin menjelaskan bahwa kecenderungan
3,78%. Tingginya kandungan dan komposisi zat ekstraktif sangat
ekstraktif larut NaOH 1% disebutkan bervariasi antara jenis kayu bahkan
adanya kandungan lignin, pentosan dalam batang yang sama pada satu
dan heksosan yang ikut terlarut. Hal jenis kayu dapat berbeda.
ini ditegaskan oleh Wise dan John
(1952) yang menyatakan bahwa Kemungkinan penggunaan batang
komponen yang terlarut oleh senyawa kayu Manis
NaOH 1% adalah lignin, pentosan dan Berdasarkan nilai rata-rata
heksosan. Selanjutnya Siahaan umum yang dihasilkan dari penelitian
(1997) menyatakan besarnya gugus mengenai sifat makroskopis, sifat
asetil yang terdapat dalam mikroskopis (khususnya dimensi dan
hemiselulosa. nilai turunan dimensi serat) serta sifat
Besarnya kadar ekstraktif yang fisika (khususnya mengenai berat
didapatkan dalam penelitian ini jenis kayunya) dan komponen kimia
bukanlah nilai mutlak artinya nilai ini dari kayu Manis, maka berdasarkan
dapat berbeda dengan penelitian yang alternatif kemungkinan pemanfaatan
lain, hal ini dikarenakan besarnya kayu manis dapat kita lihat sebagai
kandungan ekstraktif yang diperoleh berikut:
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara Pulp dan kertas. Dari pengamatan
lain ukuran serbuk, kadar air, jenis makroskopis (khususnya warna kayu)
pelarut dan frekuensi pengadukan. baik dari kayu gubal dan kayu
Menurut Falah (1994) dalam Ambar terasnya yang menunjukkan warna
(2001), ukuran serbuk kayu akan putih-kuning, dan krem, maka jika
menentukan keberhasilan proses dilihat sebagai bahan baku pulp
ekstraksi. Besarnya pelarut yang tergolong baik, demikian juga jika
diabsorpsi oleh serbuk kayu ditinjau dari berat jenis yang
dipengaruhi oleh luas permukaan dihasilkannya (rata-rata 0,48)
serbuk kayu. Serbuk kayu yang termasuk kelas kualitas baik (syarat
berukuran besar memiliki jumlah luas berat jenis < 0,501). Persyaratan serat
permukaan yang rendah sehingga sebagai bahan baku pulp dan kertas,
ekstrak yang terikat di dalam lumen lebih ditentukan oleh dimensi dan nilai
hanya sedikit yang dapat dilarutkan, turunan dimensi seratnya. Hasil
sedangkan serbuk kayu yang penelitian menunjukkan bahwa
berukuran kecil memiliki jumlah luas namun jika ditinjau dari panjang serat
permukaan yang relatif besar yang termasuk kategori pendek (rata-
sehingga hubungan dengan pelarut rata panjang serat 307,26 µm) dan
cukup tinggi yang mengakibatkan termasuk kelas kualitas III, kurang
bagus untuk bahan pulp dan kertas

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   219
KAJIAN SIFAT……(26):210-223

(panjang serat kurang dari 0,9 mm untuk pembuatan perabot rumah


kurang cocok sebagai bahan pulp, tangga, membuat barang kerajinan
lihat tabel 2). Demikian pula dari nilai dan papan dekoratif. Juga tidak
turunan dimensi serat yang berkisar tertutup kemungkinan, penggunaan
dari kelas II – III, menunjukkan bahwa kayu ini untuk bahan bangunan yang
serat kayu manis cukup baik jika tidak dipersyaratkan, misalnya untuk
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan papan untuk dinding.
pulp dan kertas (tabel 3). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Papan serat. Papan serat dapat
secara umum serat kayu manis cukup dibuat hampir dengan semua bahan
baik dipergunakan sebagai bahan yang memiliki lignosellulosa. Menurut
baku pulp dan kertas. Haygreen dan Bowyer (1996), papan
ini dibuat dengan kerapatan 500-800
Meubel dan furniture. Mandang dan kg/m3. Papan ini biasanya dibuat dari
Yetti (1990) menyatakan bahwa kayu pulp yang dimasak melalui proses
yang baik untuk meubel adalah kayu pemasakan termomekanis.
yang memiliki kekuatan dan keawetan Penggunaan yang paling nyata dari
yang cukup tinggi, mempunyai tekstur produk ini adalah dalam pembuatan
halus dan bercorak indah. Berat jenis perabot rumah tangga yang dalam
yang cocok adalah lebih kecil atau penggunaannya sangat serupa
sama dengan 0,7. Sifat ini sebagian dengan papan partikel. Papan serat
besar dimiliki oleh kayu manis. adalah salah satu jenis panil yang
Berdasarkan hasil pengamatan dan dapat dibuat dari serat kayu dan
hasil penelitian, menunjukkan bahwa bahan berlignoselulosa lainnya.
kayu manis memiliki corak cukup Mackney (1974) dalam Nanang
indah, dan permukaannya halus serta (1990) menyatakan bahwa bahan
mempunyai BJ 0,48 (berarti kurang baku yang digunakan untuk
dari 0,7) yang berarti baik digunakan pembuatan papan serat sangat
sebagai bahan baku meubel. Hal ini beragam, meliputi kayu daun lebar,
ditunjang oleh kekuatan dan keawetan kayu daun jarum, dan limbah seperti
kayu manis yang diduga cukup tinggi kulit dan serbuk gergaji yang
karena kayu manis adalah salah satu berfungsi sebagai pengisi. Haygreen
kayu yang mempunyai sifat volatile, dan Bowyer (1996) menyatakan
berarti memiliki zat ekstraktif yang bahwa papan serat berkerapatan
dapat menunjang keawetan alami sedang (Medium Density Fiber Board)
kayu. Jika dilihat dari hasil komponen merupakan salah satu produk papan
kimianya, maka dapat terlihat bahwa serat yang memiliki kerapatan 0,5-0,8
kadar zat ekstraktif dari kayu Manis ini gr/cm3. MDF dapat dibuat dari
termasuk tinggi, bahkan untuk zat campuran berbagai jenis kayu,
ekstraktif larut air dingin sekalipun. khususnya kayu daun lebar dan kayu
Menurut Mandang (1997), daun jarum yang diperoleh dengan
Cinnamomum Schaeffer termasuk mencampurkan bahan baku kayu, hal
kayu kelas awet III (II-IV) , kelas kuat ini sering menghasilkan MDF dengan
II-III sehingga kegunaan kayu ini kualitas yang lebih baik. Dengan
banyak dimanfaatkan untuk vinir dan melihat segala pertimbangan dan
kayu lapis. Dalam Heyne (1987), kenyataan di atas, maka dapat
kayu ini dikatakan agak lunak, dikatakan bahwa kayu manis bisa
padat,dan struktur halus dan berserat dijadikan bahan baku papan serat,
lurus, hal ini mencirikan bahwa kayu karena kayu manis memiliki
ini termasuk golongan kayu yang lignoselulosa dan untuk kategori pulp
mudah dikerjakan. Berdasarkan masuk pulp II-III, berarti kualitas pulp
kenyataan diatas, maka kayu manis yang dihasilkannya cukup-baik
termasuk kayu yang bisa dipakai

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   220
KAJIAN SIFAT……(26):210-223

apabila digunakan sebagai bahan dipertimbangkan lagi dalam


baku papan serat. penanganannya jika akan
dipergunakan untuk bahan baku
Papan partikel. Papan partikel papan partikel, papan serat dan
adalah salah satu jenis produk panil papan semen.
kayu atau bahan berlignoselulosa
Bahan baku pembuatan venir dan
lainnya, digabungkan dengan perekat
kayu lapis. Menurut Soenardi (1984),
atau bahan pengikat lainnya yang
salah satu kriteria terpenting kayu
sesuai menjadi lembaran berukuran
yang cocok dipergunakan untuk
tertentu, kemudian dikempa dan diberi
pembuatan venir dan kayu lapis
perlakuan untuk memperoleh sifat
adalah kerapatannya. Kerapatan
yang dikehendaki. Menurut FAO
kayu yang baik untuk venir dan kayu
dalam Kollman (1975), bahan baku
lapis adalah antara 0,40 – 0,70 gr/cm3
papan partikel dapat diperoleh dari
dengan angka terbaik antara 0,50 –
limbah industri, limbah eksploitasi
0,55 gr/cm3. Berdasarkan kriteria
serta penjarangan sisa tegakan yang
tersebut, maka kayu manis yang
kayunya tidak dapat digunakan secara
mempunyai kerapatan rata-rata
konvensional dan jenis-jenis kayu
sebesar 0,48 dapat memenuhi
yang tidak laku di pasaran. Menurut
persyaratan tersebut. Hanya saja
Haygreen dan Bowyer (1993), bahan
persyaratan yang lain meliputi: mudah
baku partikel dipengaruhi oleh BJ
tidaknya kayu dikeringkan, mudah
kayu. Berat jenis kayu yang rendah
tidaknya kayu direkat serta warna dan
umumnya baik untuk bahan baku
corak kayu masih perlu diuji,
papan partikel, BJ yang sedang
dikarenakan hal tersebut juga sangat
dipakai jika terdapat harga papan
mempengaruhi kelayakan suatu jenis
partikel yang baik, tetapi BJ yang
kayu untuk dapat dibuat menjadi
tinggi tidak diinginkan. Kayu dengan
bahan baku venir dan kayu lapis.
BJ rendah sampai sedang akan
menghasilkan papan partikel dengan Kayu untuk bahan bangunan.
sifat fisik dan mekanik yang lebih baik. Menurut Ginoga, B (1984),
Proses pengempaan lebih mudah persyaratan yang diperlukan kayu
dibandingkan dengan kayu ber-BJ sebagai bahan bangunan adalah
tinggi. Berdasarkan kerapatan kekuatan dan keawetannya. Kayu
menurut Maloney tersebut di atas, yang cocok untuk bahan bangunan
maka kayu manis termasuk kayu yang mempunyai kelas kekuatan II – III,
mempunyai kerapatan sedang, karena dan mempunyai kelas awet II – III
nilai rata-rata yang diperoleh yaitu (lihat tabel 4). Berdasarkan nilai
sebesar 0,48 berada pada kisaran kerapatan atau Bj yang diperoleh
antara 0,4-0,8 gr/cm3. Hal ini (0,48) maka kayu manis tergolong
membuktikan bahwa kayu manis dalam kayu dengan kelas kuat III.
dapat dijadikan bahan baku papan Berdasarkan hasil ini maka kayu
partikel. Meskipun demikian, karena Manis cocok juga dipergunakan untuk
kandungan zat ekstraktifnya cukup kepentingan bahan bangunan. Dan
tinggi (lebih dari 1% dari yang untuk kepentingan ini sebaiknya dipilih
dipersyaratkan agar kayu cocok untuk dari pohon yang mempunyai umur
bahan baku papan serat, seperti yang lebih tua, dikarenakan peningkatan
dikemukakan oleh Kamil, (1970), umur pohon menyebabkan Bj kayunya
maka kayu Manis perlu juga semakin meningkat (tabel 3).

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   221
KAJIAN SIFAT……(26):210-223

semakin meningkatnya umur pohon.


KESIMPULAN DAN SARAN Semakin tua umur pohon, maka kadar
zat ekstraktif, holoselulosa, selulosa,
Kesimpulan. Beberapa kesimpulan hemiselulosa, lignin dan abu semakin
yang dapat diambil dari penelitian ini, tinggi kandungannya. Hal ini ada
yaitu: (1) Kayu dari pohon kayu manis kaitannya dengan semakin banyaknya
berwarna kuning keputihan saat hasil metabolisme yang terbentuk
masih segar, dan menjadi krem akibat penambahan umur pohon; dan
setelah kering. Kayunya sering (5) Berdasarkan kategori, maka kadar
terdapat bercak kecokelatan, berserat zat ekstraktif yang terdapat pada kayu
lurus dan termasuk kayu yang mudah Manis tergolong tinggi, hal ini perlu
dikerjakan. Hal ini sangat cocok jika mendapat perhatian jika kayu Manis
digunakan sebagai bahan baku akan dipergunakan sebagai bahan
meubel dan furniture; (2) Pohon kayu baku papan partikel, papan serat serta
manis umur < 5 tahun, 5-10 tahun dan papan semen. Sebaliknya kadar
> 10 tahun belum menunjukkan selolosa, hemiselulosa yang termasuk
perbedaan sifat anatomi kayunya. kategori rendah (kecil) juga harus
Dimensi serat dari ketiga kelas umur dipertimbangkan jika akan digunakan
tersebut semua menunjukkan: serat sebagai bahan baku pulp dan kertas.
termasuk kategori pendek (307,26
µm), dengan diameter serat kecil Saran. Dari hasil penelitian ada
(6,47 µm), diameter lumen sangat beberapa hal yang disarankan, yaitu:
kecil (3,49 µm) dan tebal dinding serat (1) Bagian kayu dari berbagai kelas
sangat tipis (1,48 µm). Nilai turunan umur pohon (yang saat ini hanya
dimensi serat semua termasuk kelas merupakan limbah dari pemanenan
III (kecuali Flexibility ratio termasuk kulit kayu manis) dapat dimanfaatkan
kelas II), menunjukkan bahwa serat sebagai bahan baku pulp dan kertas,
kayu manis dari ketiga kelas umur papan serat, venire dan kayu lapis,
tersebut cukup baik jika dimanfaatkan papan partikel, meubel-furniture dan
sebagai bahan baku pulp dan kertas; perabot rumah tangga bahkan dapat
(3) Perbedaan kelas umur juga tidak untuk bahan bangunan yang tidak
menghasilkan kayu dengan sifat fisika dipersyaratkan (misal dinding); (2)
(bJ kayu) yang berbeda, meskipun Untuk tujuan yang memerlukan
dengan meningkatnya umur terjadi kekuatan yang tinggi (untuk bahan
peningkatan bJ kayunya. Nilai rata- bangunan) sebaiknya dipilih dari
rata bJ kayu manis sebesar 0,48 pohon-pohon yang berasal dari kelas
termasuk kelas kuat III yang artinya umur yang lebih tua, karena Bj-nya
dapat memenuhi syarat jika lebih tinggi, serta komponen kimia
digunakan sebagai bahan bangunan, (terutama zat ekstraktif dan selulosa)
venir dan kayu lapis, papan partikel, juga semakin tinggi; dan (3) Untuk
papan semen dan papan serat serta penggunaan sebagai bahan baku
termasuk kualitas cukup-baik jika papan partikel, papan semen dan
digunakan sebagai bahan pulp dan papan serat, sebaiknya diperhatikan
kertas; (4) Perbedaan kelas umur, tingginya kandungan zat ekstraktifnya,
berpengaruh nyata terhadap sebagian dengan cara memberi perlakuan
besar sifat kimia kayunya (kecuali terhadap kayunya agar kandungan zat
terhadap kadar zat ekkstraktif larut air ekstraktifnya dapat berkurang (seperti:
dingin, hemiselulosa dan lignin) dan perendaman dalam air, penjemuran
memperlihatkan peningkatan terhadap dan sebagainya sebelum kayu Manis
semua komponen kimia dengan tersebut digunakan).

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   222
KAJIAN SIFAT……(26):210-223

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S.S. 1990. Kimia Kayu. Hunt, G. M dan G. A. Garrat. 1986.


Departemen Pendidikan dan Pengawetan Kayu
Kebudayaan Direktorat (Terjemahan). Akademika
Jenderal Pendidikan Tinggi Pressindo. Bogor.
Pusat Antar Universitas Ilmu Kollmann, F. F. P, E. W. Kuenzi, and
Hayat IPB. Bogor. A. J. Stamm. 1975.
Banjarmasin Post. 2006. Furniture Principless of Wood Science
Kayu Manis dan Bambu. and Technology. Vol II. Wood
Diterbitkan tanggal 6 Februari Based Materials. Springer
2006. Banjarmasin Verlag New York. Hiedelberg.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Berlin.
Kabupaten HSS. 2000. Mandang, Y.I. dan I.K.N.Pandit.
Statistik Perkebunan 1997. Pedoman Identifikasi
Kabupaten Hulu Sungai Jenis Kayu di Lapangan.
Selatan. Pemerintah Daerah Yayasan Prosea. Bogor.
Hulu Sungai Selatan. Panshin, A. J. and C. de Zeeuw.
Kalimantan Selatan. 1970. Text Book of Wood
Dirjen Kehutanan. 1976. Technoloy. Vol I. Mc Graw
Vademecum Kehutanan Hill Book Company. New
Indonesia. Departemen York.
Pertanian Direktorat Jenderal Panshin, A. J dan de Zeeuw, C.
Kehutanan. Jakarta. 1980. Textbook of Wood
Hamidah. 2000. Pengaruh Technology. Vol.IV. New
Kecepatan Pertumbuhan dan York. Mc Graw Hill.
Bagian Batang terhadap Sifat Soenardi. 1974. Ilmu Kayu .
Fisik dan Mekanik Kayu Yayasan Pembina Fakultas
Sengon (Paraserianthes Kehutanan Universitas Gadjah
falcataria (L) Nielsen). Thesis Mada, Yogyakarta.
Program Ilmu Kehutanan Tsoumis, G. 1969. Wood As Raw
Fakultas Pasca Sarjana Material. Pergamon Press.
Universitas Mulawarman. London
Samarinda. Tidak Violet. 1996. Variasi Struktur dan
dipublikasikan. Sifat-Sifat Kayu Kibenteli
Haygreen, J. G. dan J. L. Bowyer. Arborea (Blume) G. Don.
1996. Hasil Hutan dan Ilmu Tesis Pascasarjana
Kayu Suatu Pengantar. Gajah Universitas Gajah Mada.
Mada University Press. Yogyakarta. Tidak
Yogyakarta. dipublikasikan.
Hillis, W.E. 1987. Heartwood and
Trees Exudates. Springer-
Xerlag. Berlin.

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009   223

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai