Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

TEMPAT PENIMBUNAN KAYU (TPK) RANDU BLATUNG I


KPH RANDUBLATUNG

Oleh

PUTRI KHAIRANI

1954251084

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2022
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami dan dapat mengungkapkan factor-faktor/
pertimbangan yang dipakai untuk merencakan lokasi TPK, kaitannya dengan
potensi produksi sumber daya hutan yang akan ditampung dan efisiensi
angkutannya.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan system pengelolaan fungsi yang dijalankan TPK
3. Mahasiswa dapat memahami dapat mengungkapkan proses aliran penerimaan
kayu, mulai dan gerbang TPK hingga pengambilan kayu oleh konsumen untuk
dibawa keluar TPK.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan kegiatan penatausahan hasil hutan kayu di TPK
5. Mahasiswa kayu berdasarkan scaling and grading rules tertentu.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Peta situasi/tata ruang TPK.
2. Standar Nasional Indonesia: Produk Kayu Bundar Jati.
3. Tabel Isi Kayu Jati.
4. Bagan alir kayu (dari tebangan ke TPK).

C. PROSEDUR
1. Kunjungi TPK yang terdekat dari lokasi pratek
2. Dapatkan informasi dari pertugas perihal TPK tersebut yang mencakup: nama,
lokasi tipe, pengorganisasian, daya tampung dan informasi lain yang relevan
3. Dapatkan penjelasan mengenai aliran kayu yang masuk ke TPK mulai gerbang
TPK hingga kayu diambil oleh konsumen ikuti pula system
pencatatan/administrasi kayunya.
4. Pelajari system pengukuran pengujian kayu dan ikuti secara cermat aplikasi
pengukuran dan pengujian kayu.
5. Mintalah pada petugas penguji kayu untuk memperagakan pengukuran dan
pengujian kayu (2-3) batang.
6. Periksalah contoh kapling yang telah tersusun, mintalah keterangan pada petugas
tentang tata cara ketentuan penyusunan kapling.
D. HASIL

1. Nama TPK: Randublatung 1


2. Alamat TPK: Jalan Raya Cepu-Randublatung
3. Pertimbangan Pemilihan Lokasi TPK: Karena dalam pembuatan TPK harus dekat
dengan rel kereta api agar dalam proses pengiriman atau masuknya kayu lebih
cepat dan juga dekat dengan akses jalan.
4. Struktur Organisasi TPK Randublatung 1

Gambar 1. Struktur Organisasi TPK Randublatung 1


5. Lokasi TPK Randublatung 1

Gambaran 2. Lay out TPK

ALIRAN KAYU DI TPK

KAYU MASUK PELENGKAPAN DOKUMEN KAYU PEMBAYARAN PSDH PENGUJIAN KAYU

PENJUALAN KAYU ATAU PELELANGAN PENGKAPLINAGN SESUAI KELAS

Gambar 3. Aliran Kayu


E. PEMBAHASAN

Pada Kegiatan Praktik Pengelolaan Hutan Lestari kali ini kami melakukan perjalanan ke
Tempat penimbunan kayu (TPK) Randublatung I yang berada di daerah jalan raya cepu-
randublatung. TPK Randublatung memiliki luas 10,8 ha dengan jenis kayu yang berada di TPK
tersebut adalah jenis kayu jati (Tectona grandis) dan Mahoni. TPK Randublatung memiliki 3
fungsi yaitu :
1. Fungsi penerimaan
2. Tempat penimbunan kayu
3. Tempat penjualan (melalui penjualan online, kantor lelang)
Pada TPK Randublatung terdapat beberapa tumpukan kayu yang ditumpuk berdasarkan
kapling kelas Panjang, kelas mutu, kelas diameter. Proses kegiatan yang ada di TPK
Randublatung sampai hingga ke penjualan (konsumen) Penerimaan, pengukuran, pengujian,
entire, kapling (yang disusun berdasarkan kelas Panjang, mutu dan diameter) hingga ke
konsumen. Dalam kegiatan pengukuran Panjang menggunakan kelipatan 10 serta dalam
menetukan mutu kegiatan yang dilakukan adalah mengamati dan menghitung cacat-cacat yang
terdapat pada kayu tersebut.
TPK Randublatung berkapasitas 15.000 m3. TPK ini tidak hanya menampung kayu hasil
tebangan namun juga menampung kayu bencana, kayu titipan dan kayu sitaan. Ada 3 KPH
pemasok yaitu Blora, Randublatung dan Cepu. TPK Randublatung masuk ke kelas B dalam
administrasi kayu terdapat 2 elemen kayu yaitu DK 301- DK 308. Proses kayu datang
didokumentasikan DK 304 (kayu angkutan). Administrasi paling penting adalah log. Setelah log
kayu diterima akan langsung diberi tandai. Fungsi dilakukannya administrasi adalah
mengamankan kepemilikan kayu, fungsi pengumpulan informasi. Tabel volume diambil dari
data-data di TPK. Pertimbangan pemilihan loaksi TPK yaitu aksesibilitas, terjangkau dalam
segala hal, dekat kereta api dan berada di tengah-tengah pemasok utama kayu Jati dari berbagai
daerah.
Aspek penerimaan kayu tebangan perlu dilakukan administrasi yang berguna dalam
pengamana kayu, beberapa syarat untuk kayu masuk perlu adanya pengujian. Pengujian
(grading) yaitu menggolongkan kayu kedalam kelas-kelas atau kualitas (garde) sesuai tinggi
rendahnya nilai kayu tersebut untuk pemakaian tertentu (Puluhulawa, 2018). Sedangkan
pengukuran (sacling) yaitu suatu kegiatan dalam rangka menetapkan panjang, diameter bontos
dan isis kayu yang terkandung didalamnya, dan digolongkan dalam sortimen kelas A1, A2 atau
A3 (Widiyanto et al.,, 2018). Dalam pengujian yang perlu dilakukan yaitu :

1. Mencari cacat kayu

a. Cacat bentuk : Kelurusan serat


b. Cacat badan : Pecah, inger-inger
c. Cacat bontos : Kulit tumbuh, pecah hati, gubal

2. Menguji menggunakan lasah dengan cara diguling-gulingkan, kemudian diukur panjang,


diameter, dan volume. Pada praktikum ini diambil satu contoh pohon, dan didapatkan hasil
panjang pohon: 230 cm, diameter: 61cm, dan volume: 0,66. Dengan nomor kayu 933 dan
nomor tebangan 3.

3. Menentukan penentuan kelas mutu kayu

Sifat fisik kayu merupakan salah satu sifat dasar kayu yang dijadikan patokan dalam
menilai mutu kayu (Lukmandaru et al.,, 2018). Mutu kayu yaitu pengolongan kayu secara visual
terkait dengan kualitas muka kayu, seperi : cacat kayu, kelurusan batang dan volume kayu
(Khairil, 2017). Dalam menentukan mutu kayu kita dapat melihat matrik persyaratan mutu kayu
bulat pada buku penguji bapak Supardi. Mutu kayu memiliki 6 tingkatan yaitu:
a. U : Utama
b. P : Pertama
c. D : Kedua
d. M : Keempat
e. L : Kelima

Kelas mutu diberikan tanda pada masing-masing log kayu, dengan tanda mutu kayu sebagai
berikut:
. :1
.. :2
- :3
+ :4
++ :5

4. Status kayu

Hara yaitu digunakan untuk kayu pertukangan seperti meuble dan kusen . Veneer kayu
yaitu lembaran kayu yang kerap menjadi pilihan sebagai material finishing baik untuk perabot
ataupun material mentah seperti papan kayu lapis ataupun papan kayu blockboard untuk
membantu permukaan material tersebut menjadi lebih rata (Asmunriyan, 2015) dan Kayu
berstatus Industri untuk bahan baku pembuatan meubel dan kusen maupun flooring. Kayu log
juga diberikan keterangan kayu sortimen :
Hara : d= 25 up, panjang 0,70m
Veneer : d= 35 up, panjang 2,4-2,9m
Industri: d= 22 up, panjang 0,70m

Kayu log dikategorikan menjadi 3 kelas yaitu:


A1 : dengan diameter 7-19 cm
A2 : dengan diameter 20-29 cm
A3 : dengan diameter 30 up

F. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan

Pada Kegiatan Praktik Pengelolaan Hutan Lestari kali ini kami melakukan perjalanan ke
Tempat penimbunan kayu (TPK) Randublatung I yang berada di daerah jalan raya cepu-
randublatung. TPK Randublatung memiliki luas 10,8 ha dengan jenis kayu yang berada di TPK
tersebut adalah jenis kayu jati (Tectona grandis) dan Mahoni. TPK Randublatung memiliki 3
fungsi yaitu : Fungsi penerimaan, Tempat penimbunan kayu dan Tempat penjualan (melalui
penjualan online, kantor lelang)
Pada TPK Randublatung terdapat beberapa tumpukan kayu yang ditumpuk berdasarkan kapling
kelas Panjang, kelas mutu, kelas diameter. Proses kegiatan yang ada di TPK Randublatung
sampai hingga ke penjualan (konsumen) Penerimaan, pengukuran, pengujian, entire, kapling
(yang disusun berdasarkan kelas Panjang, mutu dan diameter) hingga ke konsumen. Dalam
kegiatan pengukuran Panjang menggunakan kelipatan 10 serta dalam menetukan mutu kegiatan
yang dilakukan adalah mengamati dan menghitung cacat-cacat yang terdapat pada kayu tersebut.

2. Saran
Pada TPK Randublatung diperlukan penambahan pekerja karena lokasi yang luas
dan dan permintaan barang masuk dan keluar yang selalu ada setiap hari agar lebih
efesien.
LAMPIRAN

Kunjungan ke TPK Randublatung 1

Anda mungkin juga menyukai