Anda di halaman 1dari 14

Sosiologi dan Kehutanan Masyarakat Melayu

RESOLUSI KONFLIK AGRARIA DI DESA KAMPAR


KECAMATAN KAMPA KABUPATEN KAMPAR

OLEH:

DEWA KUSUMA
1954251001

DOSEN: Dr. Ir. Eno Suwarno, M.Si.

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
segala puji syukur kehadirat Allahu rabbi, penulis panjatkan, karena hanya dengan
taufid dan hidayahnya penyusunan makalah Sosiologi dan Kehutanan Masyarakat
Melayu dengan judul “Resolusi Konflik Agraria Di Desa Kampar Kecamatan Kampa
Kabupaten Kampar” dapat terselesaikan, meskipun telah beribu-ribu kesulitan yang
penulis alami.
Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad Saw, segenap keluarga, sahabat keluarga, sahabat-sahabatnya serta siapa
saja yang mengikuti dan mematuhi sesudahnya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancarkan dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua piak yang telah membantu
saya dalam meranmpungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. oleh karena
itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang
ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Pekanbaru, 06 Mei 2021

Penyusun : Dewa Kusuma


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan
1.3 Tujuan
1.4 Masalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Resolusi Konflik


2.2 Tabel 1: Identifikasi Konflik dan Penyelesaiannya

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Pesan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi penyumbang konflik terbanyak di


Indonesia, berdasarkan Catatan Akhir Tahun KPA 2014 sampai dengan 2016 Riau
merupakan Provinsi dengan jumlah konflik paling banyak nomor satu di Indonesia.
Ekspansi perusahaan perkebunan kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI)
menjadi penyebab utama konflik agraria di provinsi Riau, sebagai akibat dari putusan
pejabat publik yang memberikan izin-izin konsesi kepada perusahaan. Tercatat, Riau
merupakan provinsi dengan perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia, mencapai
2.423.801 Ha dengan produksi mencapai 7.779.659 ton di tahun 2017.

Berdasarkan Catatan Akhir Tahun Scale UP2017, data konflik Provinsi Riau di
himpun dari 10 kabupaten dan 2 kota yang ada di Riau, konflik terbanyak terjadi di
Kabupaten Pelalawan dengan 20 konflik, disusul dengan Siak 13 konflik, Kampar 8
konflik, Indragiri Hilir 8 konflik, Rokan Hilir 7 konflik, Kuantan Singigi 5 konflik,
Bengkalis 5 konflik, Rokan Hulu 4 konflik, Indragiri Hulu 4 konflik dan Kepulauan
Meranti 2 konflik.

1.2 RUMUSAN
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana resolusi konflik agraria dalam penyelesaianan konflik tanah
antara PT. Tasma Puja.dengan Kelompok Tani Sialang Dagang?
2. Apa saja faktor-faktor yang menghambat penyelesaian konflik antara
PT.Tasma Puja dengan Kelompok Tani Sialang Dagang?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam melakukan penelitian ini yaitu :
1. Mendeskripsikan dan menganalisaresolusi konflik dalam menyelesaikan konflik
antara PT. Tasma Puja dengan Masyarakat Tani Sialang Dagang.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang menghambat penyelesaian konflik
antara PT.Tasma Puja dengan Kelompok Tani Sialang Dagang.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat PraktisPenelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan rekomendasi
bagi pemerintah pusat, daerah untuk mengambil kebijakan dalam mengatasi
konflik pertanahan. Terutama bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar
dalam mengatasi konflik pertanahan, agar konflik yang sudah terjadi tidak
terulang kembali dan bisa mengantisipasi akan terjadinya konflik yang lain.
2. Manfaat AkademisPenelitian ini diharapkan berguna untuk menambah referensi
kepustakaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Program Studi
Ilmu Administrasi Publik, serta menjadi rujukan bagi peneliti-peneliti berikutnya
yang membahas permasalahan yang sama.
3. Manfaat TeoritisPenelitian ini diharapkan menjadi sumber wawasan dan
pengetahuan khususnya untuk perkembangan Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, yang
berkaitan dengan konflik tanah dan peran pemerintah daerah dalam
penyelesaiaan konflik sosial yang terjadi di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Resolusi Konflik


Secara etimologi, konflik (conflict) berasal dari bahasa latin configere
yang berarti saling memukul. Menurut Antonius, dkk(2002: 175) konflik adalah
suatu tindakan salah satu pihak yang berakibat menghalangi, meng hambat, atau
mengganggu pihak lain dimana hal ini dapat terjadi antar kelompok masyarakat
ataupun dalam hubungan antar pribadi.
Resolusi konflik yang dalam bahasa Inggris adalah conflict resolution
memiliki makna yang berbeda-beda menurut para ahli yang fokus meneliti
tentang konflik. Resolusi dalam Webster Dictionarymenurut Levine (1998: 3)
adalah (1) tindakan mengurai suatu permasalahan, (2) pemecahan, (3)
penghapusan atau penghilangan permasalahan. Sedangkan Weitzman dalam
(Fina, 2017)mendefinisikan resolusi konflik sebagai sebuah tindakan pemecahan
masalah bersama (solve a problem together).Ada beberapa pendekatan untuk
menangani konflik, yang terkadang juga dipandang sebagai tahap-tahap dalam
suatu proses. Sebagaimana Fisher dalam (Fina, 2017) menggambarkan sebagai
berikut. Pertama, istilah pencegahan konflik yang bertujuan untuk mencegah
timbulnya konflik yang keras. Kedua, penyelesaian konflik bertujuan untuk
mengakhiri perilaku kekerasan melalui suatu persetujuan perdamaian. Ketiga,
pengelolaan konflik bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan
dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihakpihak yang terlibat.
Keempat, resolusi konflik yaitu kegiatan menangani sebab-sebab konflik dan
berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara kelompok-
kelompok yang bermusuhan.
Strategi resolusi konflik yang dikemukakan oleh Fisher (Fina,
2017)antaralain:
A. Negosiasi Negosiasi adalah suatu proses pemecahan masalah secara sukarela
antara pihak-pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan mereka oleh mereka
sendiri. Negosiasi menuntut pemahaman, sikap dan keterampilan yang baik
dalam menyelesaikan konflik.
B. Mediasi Mediasi adalah strategi resolusi konflik melalui suatu pihak ketiga yang
netral yang membantu pihak-pihak yang berkonflik untuk mengidentifikasi dan
memecahkan masalah mereka. Pihak ketiga yang disebut mediator tidak
mempunyai kepentingan terhadap hasil resolusi.
C. Arbitrasi Arbitrasi adalah suatu strategi resolusi konflik juga melibatkan suatu
pihak ketiga yang netral. Tetapi dalam arbitrasi pihak ketiga mempunyai otoritas
untuk menentukan hasil atau solusi konflik yang harus dipatuhi oleh pihak-pihak
yang berkonflik.

2.2 Tabel 1: Identifikasi Konflik dan Penyelesaiannya

No Perlihal Hasil Indentifikasi


.
1 Para pihak yang berkonflik 1. konflik agraria
dalam
penyelesaianan
konflik tanah antara
PT. Tasma
Puja.dengan
Kelompok Tani
Sialang Dagang.
2. Apa saja faktor-
faktor yang
menghambat
penyelesaian konflik
antara PT.Tasma
Puja dengan
Kelompok Tani
Sialang Dagang
2 Level atau tahapan konflik Berdasarkan level pihak
yang berkonflik: konflik
vertikal, yg terjadi antara
pemerintah dengan
masyarakat; konflik
horizontal, yg terjadi
antar anggota masyarakat
sendiri.

3 Jenis atau tipologi konflik SDH 1. Klaim masyarakat


atas areal kerja IUPHHK-
HT, IUPHHK-HA,
IPPKH
2. Permohonan
pelepasan tanah warisan
dan hak-hak lama pada
kawasan hutan
3. Permohonan enclave
dari kawasan hutan
4. Tanah ulayat di
dalam kawasan hutan
5. Klaim masyarakat
atas kawasan hutan
6. Permasalahan
pembagian lahan APL
yang berasal dari
perubahan peruntukan
7. Pembebasan tanah
untuk lahan
kompensasi/pengganti
yang menurut masyarakat
belum selesai
8. Pembentukan desa
definitif dalam kawasan
hutan
Sertifikat di dalam
kawasan hutan, dll.
4 Gaya manajemen konflik menurut Hendricks Mengembangkan lima
(1996) gaya manajemen konflik
5 Manajemen konflik menurut Condlife (1991) Konflik dapat dikelola
melalui 3 dasar
penyelesaian, yaitu:
1. Langsung antar
Pihak Yang
Besengketa (One-to-
One), dimana masing2
pihak yg bersengketa
bertindak untuk
menyelesaikannya
sendiri.
2. Mewakilkan
kepada Pihak Lain
(Representational),
dimana pihak-pihak
yang bersengketa
diwakili pihak lain
seperti pengacara,
teman, kolega, asosiasi
resmi, dll.
3. Menggunakan
Pihak Ketiga (Third
Party), dimana peran
pihak ketiga atas
inisiatif mereka sendiri
atau atas permintaan
pihak yg bersengketa.
Antara lain dg
meminta mediator,
arbitrator, hakim.

6 Bentuk resolusi konflik menurut APK (a) Konsultasi publik


(b) Negosiasi
(c) Mediasi, dan
(d) Arbitrasi

7 Program pemberdayaan masyarakat yang  Program


dilakukan Kemitraan
Masyarakat dg
Pemegang Izin
Usaha Kehutanan
(Kemitraan)
 Pembangunan
Hutan Tanaman
Rakyat (HTR)
 Pembangunan
Hutan
Kemasyarakatan
(HKm)
 Pembangunan
Hutan Desa (HD)
 Pembangunan
Desa Konservasi
Pada Kawasan
Konservasi (desa
Konservasi)
 Pengelolaan
Hutan Bersama
Masyarakat
(PHBM)

8 Hasilnya mematok dan


pemasangan tennda
ditiadakan sampai
dengan kesepakatan
selanjutnya.Kedua,
dilakukanlah mediasi
lanjutan yang
berlangsung tertutup di
Mapolres Kampar di
hadiri
perwakilanmasyarakat
bersama Kepala Desa
Kampar Lukman Efendi
serta tokoh adat (ninik
mamak) Hazan Zaini
selaku Datok Panglima
Sultan dan Plt Manager
PT. Tasma Puja Dedy H.
Siregar.Akan tetapi
mediasi yang dilakukan
tidak membuahkan hasil
terhadap penyelesaian
konflik diantara kedua
belah pihak.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa peneliti pada bab sebelumnya tentang
Resolusi Konflik Agraria di Desa Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar
maka dapat disimpulkan bahwasanya:
 Resolusi Konflik dalam penyelesaian konflik antara PT. Tasma Puja dengan
Kelompok Tani Sialang Dagang yang melibatkan langsung Bupati didalam
penyelesaiannya sudah menemui titik terang dalam upaya penyelesaiannya.
Dalam upaya penyelesaiannya hanya sampai pada tahap negosiasi dan mediasi
mengingat kasus ini tergolong konflik tanah sehingga tidak sampai pada tahap
arbitrasi.

Penyelesaian pada tahap negosiasi belum efektif untuk menangani konflik yang
terjadi sehingga tidak ada kejelasan terhadap penyelesaiankonflik.

3.3 PESAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada hubungan
dengan judul makalah yang saya susun tersebut.

saya selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan
saran yang tentunya membangun kepada kami, demi mencapainya kesempurnaan dalam
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Riski, M. 2019. Resolusi konflik agraria di desa kampar kecamatan kampa

kabupaten Kampar. Di ambil dari : https://blended-


learning.unilak.ac.id/pluginfile.php/174521/mod_resource/content/1/2. Resolusi
Konflik Agraria di Desa Kampar.pdf Pada Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai