Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perilaku Organisasi
DOSEN PENGAMPU:
Disusun oleh:
4. SATRIO 1810075612115
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul, “Konflik dan
Negosiasi”. Tak lupa shalawat serta salam, semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, sahabat-sahabatnya,
tabiit-tabiitnya sampai pada kita selaku umatnya.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas
telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini, terutama kepada:
Ibu Nisya Puspita Safitri, Se,.MM Selaku Dosen Mata Kuliah Perilaku Organisasi
yang telah memberikan tugas ini sehingga pengetahuan penulis dalam penulisan
makalah ini makin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik
bentuk, isi, maupun teknik penyajiannya. Dengan segala kerendahan hati, penulis
siap menerima saran maupun kritik yang konstruktif dari siapapun. Walaupun
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas telah ditemukan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Konflik?
2. Tahapan proses konflik?
3. Aspek-aspek yang keluar dengan adanya konflik?
4. Tingkatan dalam konflik?
5. Macam-macam tipe konflik?
6. Memahami manajemen konflik?
7. Metode-metode dalam penyelesaian konflik?
8. Apa yang dimaksud dengan negosiasi?
9. Strategi-strategi yang terdapat di dalam negosiasi?
10. Proses terjadinya Negosiasi?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan pengertian dari konflik
2. Untuk menjelaskan aspek-aspek yang keluar dari konflik
3. Untuk menjelaskan tentang tingkatan yang terjadi dalam konflik
4. Untuk menjelaskan macam-macam tipe konflik
5. Mengetahui metode – metode dalam penyelesaian konflik
6. Memahami apa yang dimaksud dengan manajemen konflik
7. Memahami pengeritan dari negosiasi
8. Dan memahami strategi-strategi apa saja yang terdapat dalamnegosiasi
1.4 Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pembaca akan memahami dasar pengertian dari konflik, negosiasi, dan
manajemen konflik
2. Mengetahui tentang tingkatan konflik, tipe-tipe konflik serta metode-
metode dalam menyelesaikan konflik
3. Memahami strategi dalam negosiasi.
4. Dapat dijadikan dasar dalam memahami konflik & negosiasi.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konflik
2.1.2 Definisi Konflik
3
daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di
antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau
lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun
terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
4
Menurut Robbins (2008), proses konflik dapat dipahami sebagai
sebuah proses yang terdiri atas lima tahapan: potensi pertentangan atau
ketidakselarasan, kognisi dan personalisasi, maksud, perilaku, dan akibat.
5
Konflik yang dirasakan adalah keterlibatan dalam sebuah konflik
yang menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi atau rasa
bermusuhan.
TAHAP IV : PERILAKU
Pada tahap inilah konflik mulai terlihat jelas. Tahap perilaku ini
meliputi pernyataan, aksi, dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang
berkonflik. Perilaku konflik ini biasanya merupakan upaya untuk
menyampaikan maksud dari masing-masing pihak.
TAHAP V : HASIL
Suatu konflik dikatakan bersifat fungsional maupun disfungsional
apabila konflik ini dapat memperbaiki kualitas keputusan, merangsang
kreativitas dan inovasi, mendorong perhatian dan keingintahuan
dikalangan anggota.
6
dengan pandangan masa lampau, kini pandangan orang tentang konflik adalah
bahwa ia tidak selalu menimbulkan dampak negatif.
7
Konflik dapat pula menimbulkan beban psikologikal pada para karyawan
berbagai macam study yang dilakukan orang telah menunjukan bukti-bukti
bahwa pendapat-pendapat yang berbenturan satu sama lain menyebabkan
timbulnya “perasaan bermusuhan” .Timbulnya ketegangan dan kecemasan.
Perasaan “bermusuhan” tersebut agaknya merupakan hasil dari terancamnya
tujuan-tujuan pribadi penting dan keyakinan-keyakinan oleh adanya konflik.
Dalam jangka waktu lama kondisi-kondisi konflik menyebabkan
timbulnya kesulitan untuk mencapai hubungan-hubungan yang saling
membantu dan saling percaya mempercayai.Akhirnya perlu dinyatakan
bahwa persaingan yang memrlukan adanya interaksi antara pihak-pihak yang
terlibat, agaknya mempunyai unsur negatif atas kualitas produk.
Sebagai contoh misalnya dapat dikemukakan bahwa tekanan untuk
mencapai hasil tinggi cenderung menekanka tujuan-tujuan langsung, yang
dapat diukur seperti misalnya kuantitas produk, dengan mengorbankan
kualitas produk. Andai kata pihak pimpinan perusahaan menekankan kualitas
produk tinggi sebagai sebuah tujuan keoorganisasian maka sebaiknya jangan
menimbulkan suasana persaingan.
8
B. Konflik Antar Peorangan
Konflik antar perorangan meliputi dua pihak.Salah satu sifat dari konflik
antar perorangan adalah perlu diperhatikannya hasil-hasil bersama kedua belah
pihak maupun hasil-hasil individual masing-masing pihak yang terlibat dalam
konflik yang bersangkutan.
Perhatikan contoh berikut yang dikemukakan oleh R. D. Luce dan H.
Raiffa. Dua orang terdakwa dalam sebuah perkara pidana ditangkap dan
mereka ditahan secara terpisah. Jaksa penuntut yakin bahwa mereka terlibat
dalam tindakan pidana tertentu, tetapi ia tidak memiiki bukti cukup untuk
mengajukan mereka disidang pengadilan.
Ia menyajikan alternatif-alternatif yang dihadapi oleh masing-masing
terdakwa yakni :Mengakui perbuatan pidana atau menyangkal perbuatan
tersebut dimuka polisi yang menangkap mereka.Andai mereka berdua tidak
mengakui perbuatan mereka, maka sang jaksa dapat mengajukan mereka
berdasarkan dakwaan pemilikan senjata tidak legal untuk mana mereka akan
mendapatkan hukuman yang kurang berarti. Tetapi, apabila mereka berdua
mengakui perbuatan pidana mereka, maka ia berjanji untuk mengajukan
tuntutan kurang dari tuntutan yang maksimal terhadap mereka. Tetapi, apabila
yang satu mengaku dan yang lain tidak, maka pihak yang mengakui tindakan
pidana tersebut akan dikenakan hukuman yang sedikit ringan, sedangkan pihak
yang tidak mengakuinya sulut dituntut terhadap perbuatan yang terjadi.
Salah satu bagian penting dari situasi yang dikemukakan adalah bahwa
masing-masing terdakwa harus memutuskan apa yang akan mereka lakukan,
tanpa mereka mengetahui keputusan pihak lain.
9
C. Konflik Intra Kelompok
Sebuah kelompok dapat dianggap sebagai hal yang melebihi dan ia
berbeda dibandingkan dengan jumlah dari bagian-bagian individualnya. Maka
oleh karenannya konflik Intra Kelompok dianggap sebagai sesuatu hal yang
memilihi jumlah dari konflik intrapersonal dan interpersonal.
Konflik didalam sebuah kelompok tertentu dapat melibatkan kelompok
tersebut sacara keseluruhan, maupun para anggota individualnya. Kita dapat
memperkirakan bahwa konflik intrakelompok dapat menimbulkan suatu
dampak atas proses-proses dan output kelompok tersebut.
10
2. Konflik Horizontal
Konflik antara karyawan-karyawan atau departemen-departemen pada
tingkat hierarki sama merupakan konflik horizontal (lateral). Salah satu
penyebab fundamental konflik horizontal adalah tekanan untuk suboptimasi
pada kebanyakan organisasi.
3. Konflik garis staf
Kebanyakan organisasi memiliki kesatuan-kesatuan staf, yang membantu
departemen-departemen garis. Para manajer garis, normal bertanggung
jawab terhadap proses tertentu yang menyebabkan terbentuknya bagian
tertentu (atau seluruh) produk sesuatu perusahaan sedangkan para manajer
staff diharapkan untuk melaksanakan suatu fungsi pemberian advis yang
mmemerlukan pengetahuan teknikal mereka. Hubungan garis-staff kerapkali
menimnulkan konflik.
Para manajer staf dan para manajer garis, secara tipikal memeiliki ciri-ciri
pribaadi yang berbeda-beda.Munculnya nilai-nilai yang berbeda tersebut
kepermukaan cenderung menciptakan situasi-situasi konflik.
4. Konflik Peranan
Perana seorang karyawan merupakan kelompok aktivitas yang
diekspektasi oleh pihak lain akan dilaksanakan individu tersebut dalam
posisinya didalam organisasi yang bersangkutan.
Mengingat bahwa sesuatu peranan sering kali melibatkan konflik, maka
perlu kita mempertimbangkan beberapa diantara faktor-faktor yang terlibat
dalam perilaku peranan.
11
(berkonflik) dengan tuntutan lain, atau apabila individu tersebut dieskpetasi
untuk melakukan hal-hal yang melebihi kemampuannya.
2. Konflik antara individu-individu didalam organisasi yang sama sering kali
teelihat sebagai hal yang timbul karena perbedaan-perbedaan dalam
kepribadian (seperti halnya terjadi antara para manajer dan bawahan mereka).
3. Konflik anatara individu-individu dan kelompok sering kali erhubungan
dngan cara para individu menghadapi tekanan akan konformitas, yaitu
dipaksakan terhadap diri mereka oleh kelompok kerja mereka.
4. Konflik antara kelompok-kelompok dalam organisasi yang sama merupakan
tipe konflik yang paling banyak diperhatikan kita.
5. Konflik antara organisasi didalamruang lingkup ekonomi Amerika Serikat
dan banyak negara lain dianggap sebagai sebuah bentuk konflik yang inharen
dan yang dikehendaki, biasanya konflik macam ini dinamakan persaingan
(competition).
12
Jadi, konflik dapat dikurangi melalui otoritas posisional.Pilihan lain
adalah mendesain organisasi yang bersangkutan demikian rupa hingga dapat
dibantu penyelasaian konflik secara efektif.
1. Dominasi Melalui Posisi.
Apabila terdapat otoritas pengurangan konflik pada semua tingkat sesuatu
organisasi, maka para manajer dapat berupaya untuk menyelasaikan
konflik didalam departemen-departemen dengan jalan mengeluarkan untuk
mengurangi ambiguitas.
Dalam kasus ini, sasaran pertumbuhan mungkin langsung berkonflik
dengan sasaran otoritas yang disentralisasi. Maka, presiden perusahaan
yang bersangkutan dapat menggunakan wewenangnya untuk
menspesifikasi sasaran mana yang akan menjadi operasional.
2. Tindakan “Decoupling” (melepaskan kaitan).
Sesuatu organisasi mungkin didesain demikian rupa hingga ia secara
langsung mengurangi interdependensi antara departemen yang ada.
Akan tetepi, biaya untuk memberikan independensi harus pula
dibandingkan dengan keuntungan-keuntungan yang dicapai. Sering kali
ketidak tergantungan menyebabkan suatu pengulangan (duplikasi) upaya
antara departemen.
3. Melaksanakan tindakan “penyanggahan” dengan Bantuan Persediaan.
Andaikan biaya terlampau besar untuk melaksanakan pelepasan ikatan
secara lengkap antara departemen , maka dapat pula orang mencoba arus
pekerjaan antara departemen yang ada dengan bantuan persediaan.
4. Melaksanakan tindakan “penyanggahan” dengan sebuah paku pengait.
Seorang pakar manajemen yang bernama Rensis Likert telah
mengemukakan sarannya agar kita memasukan sebuah paku pengait
kedalam struktur organisasi yang ada.
5. Melaksanakan tindakan “penyanggahan” dengan sebuah Departemen
Integrasi.Lawrance dan Lorsch mengidentifikasi kebutuhan akan adanya
departemen integrasi formal guna mengoodinasi aktivitas departmen
lainnya. Berdasarkan riset yang dilakukan mereka maka departemen
13
integrasi sangat bermanfaat bagi perusahaan yang menghadapi
lingkungan-lingkungan yang tidak pasti.
B. Konfrontasi
1. Konfrontasi mempunyai macam-macam arti.
Dalam hubungan ini “konfrontasi” merupakan sebuah proses
dengan pihak-pihak yang terlibat didalam konflik tertentu secara langsung
melibatkan diri mereka didalamnya, dan secara terbuka saling tukar-
menukar informasi tentang persoalan yang sedang dihadapi dan mereka
berupaya untuk menyelesaikan perbedaan antara mereka guna mencapai
suatu hasil yang diinginkan bersama.
Adapun asumsi dibelakangnya adalah bahwa kedua belah pihak
dapat mencapai sesuatu keuntungan.Jadi konfrontasi dengan demikian
merupakan sebuah versi lebih lengkap dari gaya interpribadi kolaboratif.
Konfrontasi seperti didefinisi disini, tidak akan terjadi secara otomatis
apabila dua pihak secara langsung salig melibatkan diri mereka.
2. Negosiasi.
Apabila dua pihak berbeda pendapat tentang suatu hal, tetapi
mereka ingin mencapai suatu persetujuan tentang hal itu, maka mereka
terlibat dalam aktivitas negosiasi.
Negosiasi merupakan sebuah proses dimana dua pihak berupaya
mencapai suatu persetujuan yang mendeterminasi apa yang diberikan dan
apa yang diberikan dan apa yang akan diterima masing-masing pihak
dalam sebuah transaksi tertentu.Akan tetapi, apabila kedua belah pihak
tersebut berupaya untuk mencari element-element integratif, maka
negosiasi membuka peluang untuk munculnya konflik kontrontatif.
C. Mempromosi Konflik
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa konflik kognitif mungkin
memberikan manfaat kepada kita, apabila ia digunakan untuk menghindari
fenomin pemikiran kelompok.Karenanya, penting untuk memperhatikan
14
alternatif-alternatif yag dapat digunakan untuk menciptakan konflik kognitif
fungsional.
1. Penyelidikan Dialektikal
Ia mencakup pengembangan dan rekomendasi kelompok tindakan
oleh seorang, penganjur, dan pengembangan serta rekomendasi kelompok
tindakan yang justru bertentangan oleh seorang penganjurnya.
Sang pengambil keputusan mempertimbangkan rekomendasi-
rekomendasi yang diajukan oleh kedua kelompok tersebut. Sebelum ia
memilih sebuah alternatif atau campuran antara alternatif yang ada.
15
Kelompok yang sedang bersengketa mendatangi manajer mereka untuk
mencapai suatu keputusan tentang persoalan yang dihadapi, tetapi sang
manajer tidak menunjukan sikap terntentu, maka tidak ada pihak yang puas
dengan situasi tersebut.Pura-pura tidak mengetahui adanya suatu konflik
merupakan bentuk menghindari yang sering kali terlihat dalam praktik.
D. Suara Terbanyak (Majoritiy Rule)
Berupaya untuk menyelesaika konflik kelompok dengan suara terbanyak
dapat merupakan cara efektif. Tetapi apabila kelompok tertentu terus-menerus
menang dengan suara terbanyak, maka pihak yang terus menerus kalah akan
merasa frustasi dan tidak berdaya.
E. Kompromis
Melalui tindakan kompromis, para manajer berupaya menyelesaikan
masalah konflik dengan meyakinkan masing-masing pihak dalam perundingan
bahwa mereka perlu mengorbankan sasaran-sasaran tertentu, agar dapat dicapai
sasaran-sasaran lain. Keputusan-keputusan yang dicapai melalui kompromis,
agaknya tidak akan menyebabkan pihak-pihak yang berkonflik merasa frustasi
atau bermusuhan.
2.2 Negosiasi
2.2.1 Definisi Negosiasi
Menurut Ivancevich (2007) sebuah proses di mana dua pihak (atau lebih)
yang berbeda pendapat berusaha mencapai kesepakatan.
16
mencari penyelesaian sengketa yang sedang mereka hadapi ke arah kesepakatan
atas dasar win-win solution.
Menurut Robbins (2008) menyimpulkan negosiasi adalah sebuah proses di
mana dua pihak atau lebih melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya
untuk menyepakati nilai tukarnya.
Menurut Casse negosiasi adalah proses dimana paling sedikit ada dua
pihak dengan persepsi, kebutuhan, dan motivasi yang berbeda mencoba untuk
bersepakat tentang suatu hal demi kepentingan bersama.
Gary Goodpaster mengartikan negosiasi sebagai upaya untuk mencapai
kesepakatan dengan pihak lain dengan proses interaksi dan komunikasi yang
dinamis.
17
Tabel 1
1.Strategi-strategi negosiasi
Strategi “menang-menang” Strategi “menang-kalah”
1. Rumuskan problem yang ada, 1. Rumuskan problem yang ada,
sebagai sebuah problem bersama. sebagai sebuah situasi “menang-
kalah”
2. Upayakan hasil bersama 2. Upayakan pencapaian hasil-hasil
individual.
3. Carilah persetujuan-persetujuan 3. Paksakan pihak lain untuk
kreatif. mengikuti kehendak kita
4. Upayakan untuk mengimbangkan 4. Upayakan untuk memperbesar
kekuasaan dan kekuatan dengan kekuasaan kita atas pihak lain
menekankan interdependensi dengan menekankan independensi
bersama kita, dan dependensi pihak lain.
5. Gunakan cara terbuka, jujur, dan 5. Gunakanlah cara penuh tipuan yang
akurat tentang kebutuhan- bersifat menyesatkan dalam hal
kebutuhan, tujuan-tujuan, dan mengomunikasi kebutuhan-
saran-saran kita. kebutuhan, tujuan-tujuan, dan
saran-saran kita.
6. Hindarilah ancaman-ancaman 6. Gunakanlah ancaman-ancaman
(guna mengurangi pertahanan (guna memaksa pihak lain agar
pihak lain). kalah)
7. Komunikasikan fleksibilitas 7. Komunikasi komitmen tinggi
posisi. (kekuatan) sehubungan dengan
posisi kita sendiri.
18
Konsultan : pihak ke-3 netral, terlatih dalam manajemen
konflik, yg berupaya memfasilitasi penyelesaian masalah kreatif
melalui komunikasi dan analisis.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam setiap kegiatan yang berlangsung dalam kehidupan kita sehari-
hari sering terjadi ketidaksamaan pendapat dengan orang lain yang akan
menuntun kita pada konflik, meski tidak seua konflik akan berdampak
negative akan tetapi baiknya konflik tersebut tidak meberikan dampak
negative yang begitu signifikan sampai merugikan orang lain yang tidak
terlibat. Masalah tersebut dapat berkepanjangan dan rumit apabila tidak
segera dinegosiasikan. Untuk itu negosiasi yang diterapkan atau
dilaksanakan harusnya kuat untuk mengatasi konflik yang sedang terjadi.
Karena konflik tersebut bisa saja membawa kita pada kematian bagi
organisasi atau penurunan kinerja seseorang pada organisasi.
20
DAFTAR PUSTAKA
21