Tentang
“Manajemen Konflik”
Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 6 Kelas 3B
Sriwahyuni 193110194
JURUSAN KEPERAWATAN
2021/2022
STRUKTUR KELOMPOK 6
Dosen Pembimbing :
Reflita, SKp.M.Kep
Ketua Kelompok :
Sekretaris:
Sriwahyuni 193110194
Anggota Kelompok :
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karunia berupa kesehatan, sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“Manajemen Konflik” terselesaikan tepat pada waktunya.
Kelompok 6
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................................................4
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................5
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................6
D. Manfaat..................................................................................................................6
BAB II : PEMBAHASAN
A. Defenisi konflik.....................................................................................................7
B. Jenis-Jenis Konflik................................................................................................8
C. Sumber Konflik.....................................................................................................9
D. Tipe-Tipe Situasi Konflik......................................................................................9
E. Hal-Hal Pokok dalam Konflik...............................................................................9
F. Proses Konflik.....................................................................................................10
G. Manajemen Konflik.............................................................................................11
H. Langkah-Langkah Menyelesaikan Konflik.........................................................12
I. Kunci Langkah dalam Manajemen Konflik .......................................................13
J. Beberapa Strategi Penyelesaian Konflik.............................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam institusi layanan kesehatan terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf
dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan
dokter, maupun dengan lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu
terjadinya konflik. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam
kehidupan. Bahkan sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut
dengan konflik. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi. Anggota organisasi
senantiasa dihadapkan pada konflik. Perubahan atau inovasi baru sangat rentan
menimbulkan konflik (destruktif), apalagi jika tidak disertai pemahaman yang memadai
terhadap ide-ide yang berkembang.
Pada kondisi dimana membutuhkan adanya hubungan antara satu individu dengan
individu yang lainnya pasti ada komunikasi dan interaksi, maka dengan adanya hal
tersebut tidak menutup akan adanya konflik antar inidvidu atau kelompok. Serta akan
timbul perbedaan-perbedaan pendapat antara meraka. mengingat bahwa konflik tidak
dapat dihindari, maka approach yang baik untuk diterapkan adalah pendekatan mencoba
memanfaatkan konflik demikian rupa, hingga konflik tetap serta efektif untuk sasaran-
sasaran yang diinginkan. Pendekatan konflik sebagai bagian normal dari perilaku dapat
di manfaatkan sebagai alat untuk mempromosikan dan mencapai perubahan-perubahan
yang dikehendaki.
Melihat fenomena di atas maka kami untuk menyusun makalah yang berisi tentang
konflik serta manajemen konflik. Manajemen konflik yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan individu atau kelompok yang sedang berkonflik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi konflik ?
2. Apa saja jenis-jenis konflik ?
3. Apa saja sumber konflik ?
4. Apa saja tipe-tipe situasi konflik ?
5. Apa saja hal-hal pokok dalam konflik ?
6. Bagaimana proses konflik ?
7. Apa itu manajemen konflik ?
5
8. Bagaimana langkah-langkah menyelesaikan konflik ?
9. Bagaimana kunci langkah dalam manajemen konflik ?
10. Apa saja strategi penyelesaian konflik ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengenai manajemen konflik
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui defenisi konflik
b. Untuk mengetahui jenis-jenis konflik
c. Untuk mengetahui sumber konflik
d. Untuk mengetahui tipe-tipe situasi konflik
e. Untuk mengetahui hal-hal pokok dalam konflik
f. Untuk mengetahui proses konflik
g. Untuk mengetahui manajemen konflik
h. Untuk mengetahui langkah-langkah menyelesaikan konflik
i. Untuk mengetahui kunci langkah dalam manajemen konflik
j. Untuk mengetahui beberapa strategi penyelesaian konflik
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui defenisi konflik
2. Dapat mengetahui jenis-jenis konflik
3. Dapat mengetahui sumber konflik
4. Dapat mengetahui tipe-tipe situasi konflik
5. Dapat mengetahui hal-hal pokok dalam konflik
6. Dapat mengetahui proses konflik
7. Dapat mengetahui manajemen konflik
8. Dapat mengetahui langkah-langkah menyelesaikan konflik
9. Dapat mengetahui kunci langkah dalam manajemen konflik
10. Dapat mengetahui beberapa strategi penyelesaian konflik
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Konflik
Marquis dan Huston (1998) mendefinisikan konflik sebagai masalah internal dan
eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan
dari dua orang atau lebih. Littlefield (1995) mengatakan bahwa konflik dapat
dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi
akibat ketidaksetujuan antara dua orang atau organisasi yang merasa kepentingannya
terancam. Sebagai proses, konflik dimanifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan
yang dilakukan oleh dua orang atau kelompok, di mana setiap orang atau kelompok
berusaha menghalangi atau mencegah kepuasan dari pihak lawan. Sumber konflik di
organisasi dapat ditemukan pada kekuasaan, komunikasi, tujuan seseorang dan organisasi,
ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan kepribadian, serta peran yang
membingungkan.
Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) konflik adalah situasi dimana tindakan salah
satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain.
Menurut Vasta (dalam Indati, 1996) konflik akan terjadi bila seseorang melakukan
sesuatu tetapi orang lain menolak, menyangkal, merasa keberatan atau tidak setuju
dengan apa yang dilakukan seseorang. Secara umum pengertian konflik yaitu suatu
kondisi terjadinya ketidaksesuaian antara nilai - nilai atau tujuan yang diinginkan dicapai
baik di dalam diri sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain.
Sebagai manajer keperawatan, konflik sering terjadi pada setiap tatanan asuhan
keperawatan. Oleh karena itu, manajer harus mempunyai dua asumsi dasar tentang
konflik. Asumsi dasar yang pertama adalah konflik merupakan hal yang tidak dapat
dihindari dalam suatu organisasi. Asumsi yang keduaadalah jika konflik dapat dikelola
dengan baik, maka dapat menghasilkan suatu penyelesaian yang kreatif dan berkualitas,
sehingga berdampak terhadap peningkatan dan pengembangan produksi. Di sini, peran
manajer sangat penting dalam mengelola konflik. Manajer berusaha menggunakan
konflik yang konstruktif dalam menciptakan lingkungan yang produktif.. Jika konflik
mengarah ke suatu yang menghambat, maka manajer harus mengidentifikasi sejak awal
dan secara aktif melakukan intervensi supaya tidak berefek pada produktivitas dan
7
motivasi kerja. Belajar menangani konflik secara konstruktif dengan menekankan pada
win-win solution merupakan keterampilan kritis dalam suatu manajemen.
B. Jenis-Jenis Konflik
Jika dilihat dari berfungsi atau tidaknya konflik, maka konflik itu dapat dibagi menjadi 2
yaitu:
1. Konflik Fungsional, yaitu konflik yang memang bertujuan dan mempunyai dampak
atau kegunaan yang positif bagi pengembangan dan kewajaran organisasi. Persoalan
yang menyebutkan terjadinya konflik hanya semata - mata pada persoalan bagaimana
organisasi dapat mencapai suatu taraf kemajuan tertentu yang diinginkan bersama
oleh seluruh para anggota organisasi, bukanlah segolongan atau kelompok tertentu.
Jadi hanya berhubungan dengan prospek kemajuan organisasi secara keseluruhan di
masa datang.
2. Konflik non fungsional, yaitu konflik yang sama sekali tidak berkaitan dengan
prospek kemajuan organisasi. Konflik yang terjadi hanya benar - benar berkaitan
dengan misalnya "human interest", sentimen pribadi para anggota organisai.
Demikian pula atas intrik – intrik pribadi, golongan yang human interestnya sama,
Permasalahan kurang adanya relevansi dengan prospek organisasi.
Jika dilihat dari orang yang terlibat didalammya, konflik terbagi menjadi :
1. Konflik Intrapersonal, yaitu konflik internal yang terjadi dalam diri seseorang.
Konflik ini terjadi ketika individu dihadapkan pada dua atau lebih pilihan, dan merasa
bimbang/ragu mana yang harus dipilih untuk dilakukan.
2. Konflik Interpersonal, yaitu konflik yang terjadi antar individu. Konflik yang terjadi
ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu, sehingga tindakan dan tujuan dari hasil
bersama akan sangat menentukan.
3. Konflik Intragroup, yaitu konflik antar anggota dalam satu kelompok. Setiap
kelompok dapat mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik substantif terjadi
berdasarkan latar belakang keahlian yang berbeda, ketika anggota dari suatu komite
menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama. Sedangkan konflik
efektif terjadi karena tanggapan emosional terhadap suatu kondisi tertentu.
4. Konflik Intergroup, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik intergroup
terjadi karena adanya saling ketergantungan. Perbedaan tujuan, perbedaan persepsi,
8
serta meningkatnya tuntutan akan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing anggota
kelompok.
5. Konflik Interorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar organisasi. Konflik
interorganisasi terjadi karena mereka memiliki saling ketergantungan satu sama lain,
konflik terjadi bergantung pada tindakan suatu organisasi yang menyebabkan dampak
negatif terhadap organisasi lain.
6. Konflik Intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagian dalam suatu organisasi
C. Sumber Konflik
Beberapa sumber konflik dalam organisasi dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1. Konflik Vertikal, yang terjadi antara pimpinan dan bawahan yang tidak sependapat
tentang cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu.
2. Konflik Horizontal, yang terjadi antar karyawan atau departemen yang memiliki
hierarki yang sama dalam organisasi.
3. Konflik Lini-Staf, yang sering terjadi karena adanya perbedaanpersepsi tentang
keterlibatan staf dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer lini.
4. Konflik Peran, yang terjadi karena seseorang memiliki lebih darisatu peran di dalam
organisasi.
9
2. Konflik muncul karena ada 2 persepsi yang berbeda
3. Adanya perilaku yang dilakukan secara sadar oleh salah satu fihak untuk menghalangi
tujuan pihak lain
F. Proses Konflik
1. Konflik laten.
Tahapan konflik yang terjadi terus-menerus (laten) dalam suatu organisasi. Misalnya,
kondisi tentang keterbatasan staf dan perubahan yang cepat. Kondisi tersebut memicu
pada ketidakstabilan organisasi dan kualitas produksi, meskipun konflik yang ada
kadang tidak nampak secara nyata atau tidak pernah terjadi.
2. Konflik yang dirasakan (felt conflict).
Konflik yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman,
ketakutan, tidak percaya, dan marah. Konflik ini disebut juga sebagai konflik
affectiveness. Hal ini penting bagi seseorang untuk menerima konflik dan tidak
merasakan konflik tersebut sebagai suatu masalah/ancaman terhadap keberadaannya.
3. Konflik yang tampak/sengaja dimunculkan.
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya. Tindakan yang
dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat, atau mencari penyelesaian
konflik. Setiap orang secara tidak sadar belajar menggunakan kompetisi, kekuatan,
dan agresivitas dalam menyelesaikan konflik. Sementara itu , penyelesaian konflik
dalam suatu organisasi memerlukan upaya dan strategi sehingga dapat mencapai
tujuan organisasi.
4. Resolusi konflik.
Resolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua
orang yang terlibat di dalamnya dengan prinsip win-win solution.
5. Konflik aftermath.
Konflik aftermath merupakan konflik yang terjadi akibat dari tidak terselesaikannya
konflik yang pertama. Konflik ini akan menjadi masalah besar dan bisa menjadi
penyebab dari konflik yang utama bila tidak segera di atasi atau dikurangi.
10
G. Manajemen Konflik
Pendapat Deutch yang dikutip oleh Pernt dan Ladd (dalam Indati, 1996) menyatakan
bahwa proses untuk mendapatkan kesesuaian pada individu yang mengalami konflik
disebut dengan pengelolaan konflik atau bisa disebut dengan manajemen konflik.
Pendapat Deutch yang dikutip oleh Bernt dan Ladd (dalam Indati, 1996) dan Gottman dan
Korkoff (dalam Mardianto, 2000) menyatakan beberapa pengelolaan konflik atau bisa
disebut manajemen konflik, yaitu :
1. Destruktif
Adalah bentuk penanganan konflik dengan menggunakan acaman, paksaan, atau
kekerasan. Adanya usaha ekspansi yang meninggi di atas isu awalnya atau bisa
dikatakan individu cenderung menyalahkan. Manajemen konflik destruktif yang
meliputi conflict engagement (menyerang dan lepas control), withdrawal (menarik
diri) dari situasi tertentu yang kadang-kadang sangat menakutkan hingga menjauhkan
diri ketika menghadapi konflik dengan cara menggunakan mekanisme pertahan diri,
dan compliance (menyerah dan tidak membela diri).
2. Konstruktif
Manajemen konflik disebut konstruktif bila dalam upaya menyelesaikan konflik
tersebut kelangsungan hubungan antara pihak-pihak yang berkonflik masih terjaga
dan masih berinteraksi secara harmonis. Manajemen konflik konstruktif yaitu positive
problem solving yang terdiri dari kompromi dan negosiasi. Kompromi adalah suatu
bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutannya agar
tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk
melaksanakan kompromi adalah bahwa salah satu pihak bersedia untuk merasakan
dan memahami keadaan pihak lainnya dan sebaliknya sedangkan negosiasi yaitu suatu
cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak
dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang.
Menurut Prijaksono dan Sembel (2000), negosiasi memiliki sejumlah karakteristik
utama, yaitu :
a. Senantiasa melibatkan orang, baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau
perusahaan, sendiri atau dalam kelompok.
b. Memiliki ancaman di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal
sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi.
c. Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu, baik berupa tawar menawar (bargain)
maupun tukar menukar (barter).
11
d. Hampir selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh
maupun ekspresi wajah.
e. Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum
terjadi dan kita inginkan terjadi.
f. Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah
pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak
sepakat.
12
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalah utama
yang memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari masalah tersebut. Hindari
penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
c. Menyusun tujuan.
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
2. Identifikasi.
a. Mengelola perasaan.
Hindari respons emosional: marah, sebab setiap orang mempunyai respons yang
berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan tindakan.
3. Intervensi.
a. Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya
identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.
b. Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik
memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang paling sesuai untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi.
13
Strategi ini dapat diartikan sebagai win-lose situation. Penyelesaian ini menekankan
hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang
kalah. Akibat negatif dari strategi ini adalah kemarahan, putus asa, dan keinginan
untuk perbaikan di masa mendatang.
3. Akomodasi.
Istilah lain yang sering digunakan adalah cooperative situation. Konflik ini
berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini, seseorang berusaha mengakomodasi
permasalahan, dan memberi kesempatan pada orang lain untuk menang. Pada strategi
ini, masalah utama yang terjadi sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya
digunakan dalam politik untuk merebut kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya.
4. Smoothing.
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi komponen
emosional dalam konflik. Pada strategi ini, individu yang terlibat dalam konflik
berupaya mencapai kebersamaan daripada perbedaan dengan penuh kesadaran dan
introspeksi diri. Strategi ini bisa diterapkan pada konflik yang ringan, tetapi tidak
dapat dipergunakan pada konflik yang besar, misalnya persaingan pelayanan/hasil
produksi.
5. Menghindar.
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah yang
dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalah.
Strategi ini biasanya dipilih bila ketidaksepakatan membahayakan kedua pihak, biaya
penyelesaian lebih besar daripada menghindar, atau perlu orang ketiga dalam
menyelesaikannya, atau jika masalah dapat terselesaikan dengan sendirinya.
6. Kolaborasi.
Strategi ini merupakan strategi win-win solution. Dalam kolaborasi, kedua pihak
yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu
tujuan. Oleh karena keduanya yakin akan tercapainya suatu tujuan yang telah
ditetapkan. Strategi kolaborasi tidak akan bisa berjalan bila kompetisi insentif sebagai
bagian dari situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan
dalam menyelesaikan masalah, dan tidak adanya kepercayaan dari kedua
kelompok/seseorang (Bowditch dan Buono, 1994).
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai seorang manajer perawat harus menguasai bagaimana mengelola konflik.
Konflik dapat dicegah atau diatasi dengan disiplin, mempertimbangkan tahap kehidupan,
komunikasi termasuk mendengarkan secara aktif, penggunaan lingkaran kualitas, dan
ketetapan tentang latihan asertif bagi manajer perawat. Manajemen konflik mempunyai
tujuan meningkatkan alternatif pemecahan, dan mencapai kesepakatan dalam keputusan
yang dapat dilaksanakan serta keikhlasan terhadap keputusan yang dibuat. Strategi
khusus termasuk menghindar, akomodasi, kompetisi, kompromi, dan kerja sama. Selain
itu manajer perawat dapat mempelajari dan menggunakan keterampilan khusus untuk
mencegah dan mengelola konflik. Menjaga manajeman konflik maka dapat di gunakan
untuk menjaga dari meluasnya konflik dan membuat membuat kerja lebih produktif, dan
dapat membuat konflik sebagai suatu kekuatan yang positif dan membangun.
B. Saran
Setiap orang/manajer keperawatan harus mengunakan manajemen konflik untuk
menyelesaikan koflik permasalahannya agar tidak semakin meluas. Untuk itu sangat
penting memahami materi manajemen konflik ini, agar konflik dalam suatu organisasi
dapat teratasin dengan baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Marquis & Hutson. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta : EGC
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Sudarmanto, Eko dkk. 2021. Manajemen Konflik. Medan : Yayasan Kita Menulis
16