Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONFLIK DAN NEGOSIASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Perilaku Organisasi

Dosen Mata Kuliah :


Imran Ilyas, M.M.

OLEH
Anggota Kelompok 05

Muhammad Dinur Ikhsan 21612089


Rezky Pranatha 21612102
Wandizar Kardiva Syahendra 21612110
Mu'alim 21612257
Dhuha Firdaus Rizky Safitrian 21612078
Reza Rizki Saputra 21612293
Reynold Saputra 21612101
M.Zulfikri 21612250
Kelas : Manajemen Sore 1

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) PEMBANGUNAN
TANJUNGPINANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
rahmat-Nya sehingga penyusunan makalah dengan judul “Konflik Dan Negosiasi”
ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini sebagai bukti telah melaksanakan
dan menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah perilaku keorganisasian. Kami
menyadari bahwa hal tersebut terlaksana berkat bantuan berbagai pihak,baik secara
langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini saya mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Imran Ilyas, M.M. selaku dosen mata kuliah perilaku keorganisasian
2. Ayah dan Ibu selaku orang tua yang selalu mendukung kami
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
Dalam penulisan makalah ini, Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, Kami berharap kepada pembaca agar dapat memaklumi kekurangan tersebut.
Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Tanjungpinang, 26 November 2023


Penyusun,

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3


2.1 Konflik .................................................................................................. 3
2.1.1 Definisi Konflik .......................................................................... 3
2.1.2 Jenis Konflik ............................................................................... 3
2.1.3 Faktor Penyebab Konflik ............................................................ 4
2.1.4 Akibat Konflik ............................................................................ 5
2.1.5 Pendekatan Penyelesaian Konflik ............................................... 5
2.1.6 Penyelesaian Konflik .................................................................. 6
2.2 Negosiasi ............................................................................................... 7
2.2.1 Definisi Negosiasi ....................................................................... 7
2.2.2 Strategi Negosiasi........................................................................ 7
2.2.3 Proses Negosiasi.......................................................................... 8
2.2.4 Negosiasi Dengan Menggunakan Pihak Ketiga ........................ 10
2.2.5 Teknik Negosiasi ....................................................................... 10
2.3 Studi Kasus .......................................................................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13


3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 13
3.2 Saran .................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap individu dianugerahkan karakteristik-karakteristik yang berbeda
antara satu sama lain, perbedaan-perbedaan karakteristik tersebut tidak jarang
membuat gesekan-gesekan dalam setiap aspek kehidupannya, inilah yang
kemudian muncul istilah manusia tidak luput dari masalah, atau biasa disebut juga
dengan konflik. Menurut Thomas (Bai,2016) menyatakan bahwa proses konflik
menunjukkan bahwa ketika rekan tim sangat politis, anggota tim dapat berpotensi
terlibat dalam pembuatan persepsi pribadi dan kontra-produktif untuk menafsirkan
perilaku orang lain. Jadi, ketika ditafsirkan melalui lensa melayani diri sendiri,
proses indera akan mempertimbangkan perilaku orang lain sebagai potensi
pelanggaran dan pelanggaran kepentingan mereka sendiri, yang pada gilirannya
mengarah pada perasaan dan tindakan hubungan konflik
Konflik yang senantiasa muncul tersebut harus mendapatkan penanganan
dengan cepat dan tepat agar konflik yang ada tidak berlarut-larut dan menyebar ke
substansi konflik yang lain. Dan tanpa kita sadari setiap hari kita sesungguhnya
selalu melakukan negosiasi. Negosiasi merupakan sebuah proses di mana dua pihak
(atau lebih) yang berbeda pendapat berusaha mencapai kesepakatan. Negosiasi
biasanya dilakukan untuk mendapat jalan tengah dalam sebuah kasus agar keadaan
bisa menemui titik terang dan jalan penyelesaian. Organisasi yang sedang konflik
sebaiknya melakukan negosiasi untuk mendapatkan apa yang diinginkan dari pihak
lain yang memilikinya dan yang juga mempunyai keinginan atas sesuatu yang
dimiliki. Terdapat beberapa pendekatan, proses, dan jenis-jenis yang selanjutnya
akan dibahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam makalah ini
sebagai berikut :

1
1. Apa definisi konflik?
2. Apa saja jenis-jenis konflik?
3. Apa faktor penyebab konflik?
4. Apa akibat konflik?
5. Bagaimana pendekatan penyelesaian konflik?
6. Bagaimana cara menyelesaikan konflik?
7. Apa definisi Negosiasi?
8. Apa saja strategi negosiasi?
9. Bagaimana proses negosiasi?
10. Bagaimana cara negosiasi dengan bantuan pihak ketiga?
11. Apa saja teknik negosiasi?
12. Bagaimana studi kasus konflik dan negosiasi, serta analisanya?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan penulisan makalah ini
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi konflik.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis konflik.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab konflik.
4. Untuk mengetahui akibat konflik.
5. Untuk mengetahui pendekatan penyelesaian konflik.
6. Untuk mengetahui cara menyelesaikan konflik.
7. Untuk mengetahui definisi negosiasi.
8. Untuk mengetahui strategi negosiasi.
9. Untuk mengetahui proses negosiasi.
10. Untuk mengetahui cara negosiasi dengan bantuan pihak ketiga.
11. Untuk mengetahui teknik negosiasi.
12. Untuk mengetahui studi kasus konflik dan negosiasi, serta analisanya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konflik
2.1.1 Definisi Konflik
Ivanko (2013) menjelaskan konflik adalah suatu proses yang dimulai satu
pihak merasa bahwa pihak lain memiliki pengaruh negatif atau akan berdampak
negatif, yang kemudian memunculkan sesuatu yang dikhawatirkan oleh pihak
pertama. Konflik adalah situasi ketika dua atau lebih pihak berselisih (Huan, L.J.
dan Yazdanifard, 2012).
Menurut Duha (2016) konflik adalah adanya ketidakpastian yang terjadi
didalam kelompok (individu dengan individu, individu dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok lain) akibat berlangsungnya suatu kejadian maupun
pencapaian yang dicapai kelompok lain yang membuat kelompok tersebut ingin
menyamai pencapaian kelompok lain dengan cara-cara terpuji maupun dengan
cara-cara yang bisa menimbulkan pertentangan dengan kelompok lain. konflik
merupakan kondisi terjadinya ketidaksesuaian tujuan dan munculnya berbagai
pertentangan perilaku, baik yang ada dalam diri individu, kelompok, maupun
organisasi (Mollins (Wijono, 2010))
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, konflik merupakan suatu kondisi yang
bertentangan antara tujuan atau persepsi masingmasing individu dan kelompok.
2.1.2 Jenis Konflik
Menurut Duha ( 2016: 143) jenis-jenis konflik dibedakan dalam beberapa
jenis, antara lain sebagai berikut:
1. Konflik seorang dengan dirinya sendiri
Setiap orang memiliki harapan-harapan, cita-cita dan tujuan yang disebut
dengan target. Target yang ingin dicapai menimbulkan tekanan karena
memaksakan orang tersebut untuk segera merealisasikanya dengan baik.
Akibatnya seseorang bisa memiliki konflik dan pertentangan dengan dirinya
sendiri

3
2. Konflik seorang dengan orang lain
Konflik ini bisa terjadi karena permasalahan bersifat pribadi atau karena
masalah pekerjaan. Menyebabkan seseorang dengan orang lain terlibat
perselisihan dan persaingan baik secara lagsung, maupun perang urat syaraf
3. Konflik seseorang dengan organisasi
Jenis konflik seperti ini bisa terjadi karena seseorang tidak puas dengan
organisasi. Ketidakpuasan terjadi karena organisasi tidak bisa memenuhi
tuntutantuntutan pekerja seperti perubahan status (karyawan tetap, kenaikan
gaji, dan kejelasan karir)
2.1.3 Faktor Penyebab Konflik
Konflik antara individu dengan dirinya sendiri ini akan muncul ketika
individu merasa bahwa dalam dirinya sendiri mengalami seperti ini:
1. Adanya suatu pertentangan anatara perasaan-perasaan senang dan frustasi,
gagal dan berhasil, berharap dan putus asa. Munculnya perasaan-perasaan
tersebut katrena adanya kepentingan atau kekuatan yang bergerak ke arah
tertentu dalam waktu yang bersamaan.
2. Adanya dua gagasan/lebih yang berupa pertentangan, gerakan hati (impuls),
saling berlawanan dan terjadi ketegangan emosi. Akibatnya muncul
perasaan yang tidak menyenangkan (impuls tertekan), stres, dan dapat
mempengaruhi perilaku individu secara kognitif (cara berpikir, mengingat
dan menganalisis), secara afektif (muncul perasaan - perasaan kemarahan,
kecemasan, bersalah/malu dan menjijikan).
3. Adanya suatu perjuangan antara keinginan dan pertentangan yang ada
dalam diri individu berupa pertentangan psikis seperti merasa frustasi, stres,
dan berusaha untuk melawanya. Situasi ini dapat disebabkan oleh adanya
pikiranpikiran, gagasan, tindakan, tujuan yang berlawanan atau peran-peran
yang bertentangan sehingga mempengaruhi perilaku.
Konflik antara individu dengan lingkungan dalam organisasi ini akan
muncul ketika individu merasa bahwa dalam dirinya sendiri mengalami :
1. Perilaku antagonis yang menyangkut perilaku lahiriah antara dia dengan
orang lain yang berupa tindakan-tindakan seperti merusak dan

4
memperbaiki, antara menekan dan menetralisasi, acuh tak acuh, menyendiri
dan bersosialisasi
2. Adanya tarik menarik antara kepentingan diri sendiri dengan kepentingan
orang lain. Seperti memperoleh kesempatan dan menduduki jabatan dan
merugikan orang lain
3. Adanya ketidakcocokan antara kepentingan diri sendiri dengan kepentingan
orang/ kelompok lain yang mempunyai tujuan yang sama.
2.1.4 Akibat Konflik
Akibat yang terjadi setelah terjadi adanya suatu konflik yaitu sebagai
berikut :
1. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang
mengalami konflik dengan kelompok lain.
2. Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
3. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam,-
benci, saling curiga dll.
4. Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
5. Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
2.1.5 Pendekatan Penyelesaian Konflik
Pendekatan penyelesaian konflik dalam perilaku organisasi oleh pemimpin
dikategorikan dalam dua dimensi meliputi kerjasama/tidak kerjasama dan
tegas/tidak tegas. Berdasarkan dimensi tersebut terdapat 5 macam pendekatan
penyelesaian konfli, yaitu :
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau
mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan
istilah win-lose orientation.
2. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin
yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada
usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik
perdamaian.

5
3. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok
dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu.
Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak.
Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving
approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini
menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan
kelompok lain.
2.1.6 Penyelesaian Konflik
Beberapa penyelesaian konflik yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
suatu konflik sebagai berikut :
1. Integrating (Problem Solving), cara penyelesaian konflik secara bersama-
sama untuk mengidentifikasikan masalah. Selanjutnya, mencari solusi
untuk pemecahan masalah.
2. Obligning (Smoothing), cara penyelesaian konflik dengan lebih
memfokuskan perhatian pada upaya untuk memuaskan pihak lain dari pada
dirinya sendiri.
3. Dominating (forcing), cara penyelesaian konflik dengan memaksa karena
menggunakan legalitas formal dalam penyeleesaian masalah.
4. Avoiding, cara penyelesaian konflik dengan taktik menghindar cocok
digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sepele.
5. Compromising, cara penyelesaian konflik dengan menempatkan seseorang
pada posisi moderat, yang secara seimbang memadukan antara kepeningan
sendiri dan kepentingan orang lain.

6
2.2 Negosiasi
2.2.1 Definisi Negosiasi
Menurut Robbins, Stephen P., Judge, (2013) negosiasi yaitu sebagai suatu
proses yang terjadi di mana dua pihak atau lebih menyepakati bagaimana cara
mengalokasikan sumber daya yang langka. Menurut Wall, negosiasi atau
perundingan adalah proses dimana dua pihak atau lebih bertukar barang atau jasa
dan berupaya menyepakati nilai tukar barang dan jasa tersebut (Robbins, Stephen
P., Judge, 2013)
Menurut Ivancevich (2007) negosiasi merupakan sebuah proses di mana dua
pihak (atau lebih) yang berbeda pendapat berusaha mencapai kesepakatan.Menurut
Sopiah (2008) negosiasi merupakan suatu proses tawar-menawar antara pihak-
pihak yang terlibat dalam konflik.
Berdasarkan beberapa definisi tepri diatas dapat disimpulkan bahwa
negosiasi adalah suatu upaya yang dilakukan antara pihak-pihak yang berkonflik
dengan maksud untuk mencari jalan keluar untuk menyelesaikan pertentangan yang
sesuai kesepakatan bersama.
2.2.2 Strategi Negosiasi
Menurut Robbins & Judge (2013) ada dua pendekatan umum terhadap
negosiasi yaitu negosiasi distributif dan negosiasi integrative, sebagai berikut :
1. Negosiasi Distributif
Merupakan cara negosiasi yang berusaha untuk membagi sejumlah tetap
sumber daya. Ciri yang paling khas dari negosiasidistributif ini yaitu
berjalan pada kondisi jumlah nol. Artinya, setiap hasil yang dirundingkan
adalah atas hasil perundingan bersama. Pihak A dan B mewakili kedua
perunding. Tiap titik sasaran menetapkan apa yang ingin dicapainya.
Masing-masing juga mempunyai titik penolakan (resistance point) yang
menandai hasil terendah yang dapat diterima.
2. Negosiasi Integratif
Cara negosiasi yang mengusahakan satu penyelesaian atau lebih yang dapat
menciptakan suatu pemecahan saling menguntungkan. Negosiasi antara
penjualan kredit merupakan contoh negosiasi integratif. Berbeda dengan

7
Negosiasidistributif, pemecahan masalah integratif berjalan dengan
pengandaian bahwa terdapat satu atau lebih penyelesaian yang akan
menciptakan pemecahan masing-masing.
Dari segi perilaku intraorganisasi, negosiasi integratif lebih disukai daripada
tawar-menawar distributif. Negosiasi integratif mengikat para perundingan
dan memungkinkan masing-masing untuk meninggalkan meja perundingan
dengan perasaan mendapat kemenangan. Di satu sisi lain, negosiasi
distributif meninggalkan satu pihak sebagai pihak yang kalah.
2.2.3 Proses Negosiasi
Menurut Robbins, Stephen P., Judge, (2013) proses negosiasi memiliki
suatu model yang memiliki lima langkah, yaitu :
1. Persiapan dan Perencanaan
Terdapat beberapa hal yang harus di persiapkan dan direncanakan sebelum
melakukan suatu perundingan. Sebelum melakukan sebuah perundingan,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut:
1) Dasar dari konflik yang terjadi.
2) Awal mula atau sejarah faktor yang mendorong konflik tersebut ke arah
perundingan.
3) Siapa saja yang terlibat dari konflik tersebut.
4) Bagaimana persepsi mereka mengenai konflik tersebut.
5) Apa tujuan dari perundingan yang akan dilakukan tersebut.
Dan juga beberapa hal mengenai pendirian pihak lain terhadap tujuan
perundingan yaitu seperti sebagai berikut:
1) Apa yang mungkin mereka minta?
2) Seberapa besar mereka bertahan pada posisi mereka?
3) Apa yang penting bagi mereka?
4) Apa yang ingin mereka selesaikan?
Dengan menyiapkan beberapa poin diatas, maka pada saat melakukan
perundingan berlangsung akan semakin siap dalam mengatasi pendirian
lawan dan siap untuk melawan argumen-argumen lawan dengan fakta dan
angka yang mendukung dan mengembangkan strategi dengan menetapkan

8
BATNA (Best alternative to a negotiated agreement). BATNA adalah
alternatif terbaik pada suatu persetujuan yang dirundingkan; nilai terendah
yang dapat diterima pada seorang individu untuk suatu persetujuan yang
dirundingkan.
2. Penentuan Aturan Dasar
Setelah menyiapkan persiapan dan mengembangkan strategi di tahap awal,
maka di tahap kedua ini yaitu menentukan aturan-aturan dasar dan prosedur
dengan pihak lain mengenai perundingan tersebut, meliputi :
1) Siapa saja yang akan melakukan perundingan?
2) Dimana lokasi perundingan akan dilaksanakan?
3) Tentukan waktu yang tepat untuk melakukan perundingan tersebut.
4) Batasi masalah dalam perundingan tersebut.
Pada tahap ini, pihak-pihak terkait juga akan mempertukarkan usulan atau
tuntutan mereka.
3. Penjelasan dan Pembenaran
Di tahap ini, setelah tiap pihak terkait mempertukarkan pendirian dan
keinginan masing-masing, maka pada tahap ini kedua belah pihak saling
menegaskan, memperjelas, memperkuat, dan membenarlkan antar
permintaan masing-masing pihak. Pada tahap ini, kedua belah pihak
memberi informasi mengenai persoalan, mengapa persoalam ini penting,
dan bagaimana keinginan masing-masing pihak.
4. Tawar-menawar dan Pemecahan Masalah
Di tahap ini lah hakikat dari proses perundingan yaitu beri dan ambil yang
aktual dalam upaya memperbincangkan suatu persetujuan. Di tahap ini juga
kedua belah pihak perlu membuat sebuah konsesi (kontrak).
5. Penutupan dan Pelaksanaan
Langkah terkahir dalam proses perundingan adalah memformalkan
persetujuan yang telah dikerjakan dan dikembangkan di setiap
prosedurnya.hal-hal spesifik diperlukan dalam memfornalkan persetujuan
tersebut.

9
2.2.4 Negosiasi Dengan Menggunakan Pihak Ketiga
Menurut Robbins & Judge (2013) terdapat tiga peran mendasar pihak ketiga
yaitu mediator (penengah), arbitrator (wasit), dan konsiliator (perujuk) dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Mediator adalah di mana pihak ketiga netral yang memfasilitasi penyelesaian
perundingan dengan menggunakan penalaran, pemberian usulan, dan persuasi
dalam kapasitasnya sebagai fasilitator.
2. Arbitrator adalah di mana pihak ketiga memiliki wewenang memaksa terjadinya
kesepakatan. Kelebihan arbitrase dibanding mediasi adalah bahwa arbitrase
selalu menghasilkan penyelesaian.
3. Konsiliator adalah seseorang yang dipercaya oleh kedua pihak dan bertugas
menjembatani proses komunikasi pihak-pihak yang bersitegang. Seorang
konsiliator tidak memiliki kekuasaan formal untuk mempengaruhi hasil akhir
negosiasi seperti seorang mediator.
2.2.5 Teknik Negosiasi
Dalam proses negosiasi, pihak-pihak yang berselisih seringkali
menggunakan berbagai taktik agar agar dapat memperoleh hasil yang diinginkan,
yaitu :
1. Membuat Agenda.
Taktik ini harus digunakan karena dapat memberikan waktu kepada pihak-
pihak yang berselisih setiap masalah yang ada secara berurutan dan
mendorong mereka untuk mencapai kesepakatan atas keseluruhan paket
perundingan.
2. Bluffing.
Taktik klasik yang sering digunakan para negosiator, bertujuan mengelabui
lawan berundingnya dengan membuat distorsi kenyataan yang ada dan
membangun suatu gambaran yang tidak benar
3. Membuat Tenggat Waktu (deadline).
Taktik ini digunakan bila salah satu pihak yang berunding ingin mempercepat
penyelesaian proses perundingan dengan cara memberikan tenggat waktu
kepada lawannya untuk segera mengambil keputusan

10
4. Good Guy Bad Guy.
Taktik ini digunakan dengan cara menciptakan tokoh “jahat” dan “baik” pada
salah satu pihak yang berunding. Tokoh “jahat” ini berfungsi untuk menekan
pihak lawan sehingga pandanganpandangannya selalu ditentang oleh pihak
lawannya, sedangkan tokoh “baik” ini yang akan menjadi pihak yang
dihormati oleh pihak lawannya karena kebaikannya.
5. The art of Concecion.
Taktik ini diterapkan dengan cara selalu meminta konsesi dari lawan berunding
atas setiap permintaan pihak lawan berunding yang akan dipenuhi
6. Intimidasi.
Taktik ini dilakukan bila salah satu pihak membuat ancamankepada lawan
berundingnya agar menerima penawaran yang ada, dan menekankan
konsekwensi yang akan diterima bila tawaran ditolak.

2.3 Studi Kasus

Petugas Satpol PP Kota Tanjungpinang melaksanakan kegiatan preventif non


yustisi berupa penertiban pedagang kaki lima yang masih berjualan di sekitar
lokasi Pasar Baru, Rabu (5/10). Pada kegiatan yang dimulai sejak pukul 03.00 dini
hari, dipimpin langsung oleh Kasatpol PP Kota Tanjungpinang Ahmad Yani
ditemukan sebanyak 19 orang pedagang kaki lima yang masih menjalankan
aktivitas di Jalan Gambir, Lorong Gambir, dan daerah sekitarnya. Selanjutnya ke-
19 pedagang diminta mengosongkan area dan segera mengisi tempat yang telah
disediakan di pasar relokasi Puan Ramah.
Ahmad Yani mengatakan bahwa sebelumnya Pemerintah Kota Tanjungpinang
telah melakukan pendataan terhadap pedagang yang terkena dampak revitalisasi
Pasar Baru, untuk kemudian di relokasi ke pasar Puan Ramah di kilometer 7
Tanjungpinang. “Seluruh pedagang terdampak termasuk pedagang kaki lima di
sekitar lokasi Pasar Baru, dan untuk itu Pemerintah telah menyediakan kios,
lapak, dan meja di pasar relokasi Puan Ramah. Namun berdasarkan laporan
masyarakat dan hasil pantauan lapangan selama 10 hari pasca peresmian pasar
relokasi Puan Ramah, ditemukan beberapa pedagang kaki lima yang masih
berjualan di lokasi Pasar Baru yang akan segera direvitalisasi,” ucapnya.
Ditambahkannya, penertiban ini dilakukan karena bangunan pasar baru akan
segera dibangun. “Sehingga tidak ada alasan lagi untuk menolak pemindahan,

11
karena bangunan Pasar Baru akan segera dibangun. Dan penertiban ini, kita masih
lebih dulu melakukan tindakan preventif,” ungkap Ahmad Yani.Menurut Ahmad
Yani kegiatan preventif non yustisi kepada pedagang kaki lima, yang telah terdata
sebagai penerima lapak/meja di pasar relokasi Puan Ramah dan pasar revitalisasi
Pasar Baru itu, merupakan tindakan preventif terakhir yang dilakukan Satpol PP.
Jika kemudian hari masih ditemukan ada pedagang atau pedagang kaki lima yang
masih bertahan di lokasi lama, tidak menutup kemungkinan Satpol PP akan
melakukan tindakan represif non yustisi.
“Pedagang dan pedagang kaki lima yang telah pindah ke pasar relokasi Puan
Ramah protes, karena masih ada pedagang kaki lima yang berjualan di lokasi
lama. Hal ini menimbulkan kecemburuan, hingga Satpol PP tidak lagi sekadar
mengimbau namun melakukan tindakan preventif non yustisi. Jika kondisi ini
terus berlanjut, tentu kita akan melaksanakan tindakan lebih tegas,” tambah
Ahmad Yani.
19 pedagang menandatangani surat pernyataan bersedia segera pindah ke pasar
relokasi Puan Ramah dan meninggalkan lokasi lama. Jika tidak mengindahkan
pernyataannya, pedagang juga bersedia ditindak sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan Daerah
Nomor 5 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konflik adalah suatu bentuk pertentangan yang terjadi antara dua pihak atau
lebih di mana salah satu pihak merasa dirugikan atau dipengaruhi secara negatif
sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap perilaku pihak lain. Konflik dalam
organisasi bisa terjadi dalam diri individu pegawai, antar individu, dalam
kelompok, antar kelompok dan antar organisasi, baik secara vertikal maupun
horizontal sebagai akibat adanya perbedaan karakteristik individu, masalah
komunikasi dan struktur organisasi.
Negosiasi adalah bagian penting dalam kehidupan sehari-hari agar dapat
bertahan dalam bisnis atau bidang lainnya. Dalam pelaksaaan negosiasi tidak jarang
terjadi konflik yang membawa masalah tersendiri dari tingkat yang sederhana
sampai masalah yang kompleks sehingga mengganggu jalannya negosiasi.

3.2 Saran
Konflik akan selalu timbul jika pandangan satu pihak berbeda dengan
pandangan pihak lawan. Agar konflik dapat memberikan manfaat yang optimal
dalam negosiasi dan mengurangi efek negatifnya, konflik dapat dikelola dengan
melakukan pencegahan dan penanganan konflik sehingga tujuan dan sasaran dalam
negosiasi dapat tercapai. Setiap konflik harus dilakukan manajemen konfliknya
dengan benar agar konflik yang dihadapi dapat menimbulkan dampak positif untuk
organisasi tersebut.
Sebelum melakukan negosiasi sehendaknya seorang negosiator
mempelajari situasi yang ada.Pada saat melakukan negosiasi harus selalu berfokus
pada tujuan awal dengan cara menerapkan strategi negosiasi kemudian harus
banyak memahani proses negosiasi sehingga mampu mengatur negosiasi dan
mendapatkan hasil yang positif dalam negosiasi tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bai, Y. (2016). Team Conflict Mediates the Effects of Organizational Politics on


Employee Performance: A Cross-Level Analysis in China. J Bus Ethnics,
95–109.
Duha. (2016). Perilaku Organisasi. Deepublish.
Huan, L.J. dan Yazdanifard, R. (2012). The Difference of Conflict Management
Styles and Conflict Resolution in Workplace. Business & Entrepreneurship
Journal, 1(1), 141–155.
Ivanko, S. (2013). Organizational behavior. Ljubljana.
Robbins, Stephen P., Judge, T. A. (2013). rganization Behavior (Fifteenth).
Pearson Prentice Hall.

14

Anda mungkin juga menyukai