Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laboratorium Bahan sangat penting dalam pembangunan untuk dapat
mengetahui sifat-sifat yang akan dipakai dalam pembangunan yang berskala kecil
dan besar, maka dari itu perlu bagaimana cara memilih material yang baik dan
dapat memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh SNI untuk pembangunan yang
akan dikerjakan. Pengujian bahan I merupakan bagian dari riset dalam ilmu
Teknik Sipil. Pengujian adalah perekayasaan yang berkembang melalui
pemahaman-pemahaman mengenai sifat, jenis, fungsi dan penggunaannya.
Pengujian bahan ini meliputi pengujian kayu, mortar dan bata.
Kayu adalah salah satu bahan konstruksi yang sangat mudah di dapat dan
tersedia dalam jumlah yang relatif banyak. Kayu juga bisa didefinisikan sebagai
suatu bahan konstruksi yang bisa kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan dari alam.
Orang jaman dahulu memakai teknik konstruksi kayu yang hanya didasarkan atas
pengalamannya saja.
Mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir, bahan perekat dan air. Bahan
perekat dapat berupa tanah liat, kapur maupun semen. Proses awal terjadinya
mortar yaitu proses hidrasi antara air dengan semen yang kemudian disebut pasta
selanjutnya jika ditambahkan dengan agregat halus seperti pasir, maka akan
menjadi mortar.
Batu bata adalah salah satu bahan konstruksi bangunan sipil yang sangat
penting dalam pembuatan dinding gedung atau rumah. Batu bata merupakan unsur
bangunan yang terbuat dari tanah, kemudian dibakar dengan suhu cukup tinggi
hingga tidak hancur jika direndam didalam air.

1.2 Tujuan Umum


Tujuan umum dari praktikum laboratorium uji bahan I adalah:
1. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pengujian terhadap kayu,
pengujian mortar dan pengujian batu bata merah dengan sistematis dan

1
teliti yang sesuai dengan langkah-langkah kerja yang ada. Kemudian bisa
menjelaskan kembali cara pelaksanaannya dengan benar.
2. Mampu menggunakan alat-alat untuk pengujian tersebut dengan benar.

1.3 Manfaat Pengujian


Dalam konstruksi bangunan sipil, manusia tidak bisa mengetahui
karakteristik atau sifat-sifat material banguan yang akan dipakai. Kekuatan dan
ketahanan dari meterial tersebut sangat diperlukan dalam pembanguan. Oleh
karena itu manfaat pengujian adalah untuk mengetahui sifat-sifat tersebut
sehingga terpenuhi kekuatan dari bangunan dan terhindar dari material yang tidak
memenuhi syarat permintaan.

1.4 Jenis – Jenis Pengujian


Jenis-jenis pengujian yang akan di uji pada pengujian bahan ini adalah :
A. Pengujian kayu
a. Kadar air kayu
b. Berat jenis kayu
c. Keteguhan tekan // serat kayu
d. Keteguhan tekan tegak lurus serat kayu
e. Keteguhan kuat geser sejajar serat kayu
B. Pengujian mortar
a. Konsistensi mortar dengan flow table
b. Waktu pengikatan mortar (setting time)
c. Keteguhan tekan mortar
d. Keteguhan lentur mortar
C. Pengujian batu bata merah
a. Pengujian sifat fisis batu bata merah
b. Penentuan kuat tekan batu bata merah
c. Pengujian penyerapan batu bata merah (Suction Rate)

2
BAB II
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN-BAHAN PADA
PRAKTIKUM UJI BAHAN I

2.1 Tujuan Pekerjaan 
Setelah melakukan pekerjaan ini mahasiswa/i diharapkan dapat :
1. Menyebutkan macam-macam peralatan dan bahan yang digunakan dalam

praktikum Uji Bahan I


2. Menerangkan berbagai jenis pengujian tentang Uji Bahan I
3. Menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.

2.2 Dasar Teori


Pengenalan serta pengetahuan cara menggunakan peralatan kerja
merupakan dasar pengetahuan pada praktikum Uji Bahan. Banyak orang tidak
mengenal alat-alat yang digunakan dan penggunaannya. Salah memilih atau
menggunakan alat dapat merusak bahan yang dikerjakan. Alat yang dipakai
dapat merusak tangan / badan bila cara menggunakannya tidak sesuai dengan
fungsinya. Oleh sebab itu, ada perlunya kita mengenal nama alat yang dapat
dipergunakan dalam praktikum Uji Bahan I di Laboratorium.

2.3 Alat-alat dan Bahan


2.3.1 Alat - Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Uji Bahan I antara lain:
A. Meteran
Meteran dipergunakan untuk mengukur panjang lebih dari 50 cm,
pita baja yang lentur dan telah ditandai dengan garis-garis setiap
millimeter, digulung pada suatu tempat. Umumnya, rol meter dilengkapi
dengan pergulungan, sehingga tidak perlu digulung lagi setelah
pemakaian. Untuk memindahkan pemakaian, pada ujung pita baja

3
dilengkapi dengan plat pengait. Rol meter dibuat dengan ukuran panjang
yang bervariasi, panjang 2 m dan 5 m biasanya dipakai dalam bengkel.
Ukuran, skala umumnya, terdiri atas metris dan inchi. Pita baja yang
lentur memungkinkan untuk mengukur benda kerja yang berbentuk bulat
atau yang permukaanya melengkung.

Gambar 2.1.1 Meteran

B. Siku Baja
Siku baja, selain dipergunakan umtuk mengukur atau memeriksa
kerataan dan kesikuan benda kerja, dapat juga dipakai untuk
menggambar pada bidang-bidang kerja, Karena siku baja sering
dipergunakan, maka siku baja sering tidak dapat dipakai lagi kesikuannya
maupun kerataannya. Untuk secara periodic diatur dan selalu diperiksa
untuk menjamin ketepatannya.

Gambar 2.1.2 Siku Baja

4
C. Alat Pemberi Tanda
Alat pemberi tanda adalah suatu alat yang dapat dipergunakan
untuk memberi tanda dan juga dapat dipergunakan untuk melukis.
Adapun alat pemberi tanda berupa pensil, crayon, kapur, spidol dan
scriber

Gambar 2.1.3 Besi Penggores dan Pensil

D. Alat Potong
Alat potong adalah suatu alat yang dipergunakan untuk memotong.
Alat potong banyak sekali kita jumpai seperti gergaji potong, belah
dan gergaji besi yang digunakan untuk memotong bata.

Gambar 2.1.4 Gergaji Besi dan Gergaji Potong

5
E. Sendok / Siukan
Sendok adalah suatu alat yang dapat dipergunakan untuk
mengambil dan meletakkan sampel - sampel praktikum. Adapun
alatnya adalah Sendok, Siukan, dll.

Gambar 2.1.5 Sendok (Siukan)

F. Oven
Oven adalah suatu alat yang digunakan untuk memanaskan sampel
guna menghilangkan kadar air dalam sampel. Adapun alatnya adalah
Oven.

Gambar 2.1.6 Oven

6
Adapun alat yang digunakan masih banyak yang tidak dapat dijelaskan
secara mendetail oleh penulis karena keterbatasan waktu, akan tetapi akan
disebutkan secara umum sebagai berikut :

- Karet Tumpuan - Mesin Tekan


- Timbangan - Mesin pengaduk
- Gelas ukur - Flow table, cetakan dan
- Stop watch alat pemadat (ASTM C
- Spatula 230-80)
- Timbangan, ketelitian 1 - Alat vikat jarum
gram berdiameter 17,5± 0,5 mm
- Cawan - Cetakan kubus 5x5x5 cm
- Mangkuk kuningan - Dsb.
- Sarung tangan karet
- Pisau

2.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum Uji Bahan I antara lain :
- Kayu
- Air
- Semen
- Batu Bata
- Pasir

7
BAB III
PRAKTIKUM UJI BAHAN I

3.1 PENGUJIAN KAYU KADAR AIR KAYU

3
3.1

3.1.1 Dasar Teori


Kayu sebagai bahan bangunan yang penting dapat mengikat air
dan juga dapat melepaskan air yang dikandungnya pada keadaan
kelembaban suhu dimana kayu tersebut berada. Pengaruh kadar air
dapat menyebabkan kayu mengembang dan menyusut serta dapat
mempengaruhi sifat fisis dan sifat mekanis kayu. Kadar air adalah
banyaknya air yang terdapat didalam kayu yang biasanya dinyatakan
secara kuantitatif dalam persen (%), pada pengujian kali ini akan
mencoba untuk mencari besaran kadar air pada kayu dengan
menggunakan rumus :

B−B1
Kadar Air Kayu= X 100 %
B1

B = Berat Awal Kayu (gram)


B1 = Berat Kayu Kering Oven (gram)

3.1.2 Referensi
1. Aiyub, ST. 2005. Job Sheet Laboratorium Uji Bahan I.

8
2. Anni Susilowati. dkk. Petunjuk Praktikum Pengujian Bahan.1996.
PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN POLITEKNIK.
Bandung.
3. Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI NI-5 ).

3.1.3 Tujuan
Pengujian kadar air kayu merupakan hal yang penting untuk
mengetahui kuat kelas kayu dan kondisi kayu apakah sudah kering
udara atau belum. Pengujian ini adalah untuk mengetahui kadar air
kayu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan dalam sebuah
proyek dan juga menentukan kadar air berbagai jenis kayu pada
keadaan basah, kering, udara dan pada keseimbangan kadar air.

3.1.4 Peralatan dan Bahan


A. Peralatan
- Timbangan, ketelitian 0,01 gram
- Oven
- Desikator
A. Bahan
- Kayu ukuran 5x5x5 (3 sampel)

3.1.5 Keselamatan Kerja


1. Baca doa sebelum bekerja

9
2. Gunakan alat sesuai fungsinya
3. Simpan alat pada tempatnya
4. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
5. Ikutilah petunjuk struktur
6. Gunakan perlengkapan keselamatan kerja

3.1.6 Langkah Kerja


1. langsung menimbang benda uji tersebut yang telah dipotong dan
diberi tanda dengan menggunakan timbangan
2. catat hasilnya sesuai nomor benda uji, misalnya didapat dengan
hasil 0.94 gram. Nilai dari timbangan awal benda uji tersebut
merupakan berat awal / B (gr).
3. Selanjutnya benda uji tersebut dikeringkan dengan cara
dimasukkan kedalam oven selama 24 jam.
4. Setelah dikeringkan, benda uji tersebut di dinginkan dan kemudian
ditimbang kembali dan hasilnya dicatat, misalnya 0.83 gram. Hasil
timbangan setelah dioven merupakan berat kering / B1 dari benda
uji tersebut.

1. Perhitungan Kadar Air Kayu


Cara untuk mencari kadar air kayu dengan menggunakan rumus.
Kayu ditimbang berat awalnya atau berat basah (berat kayu + air),
kemudian kayu dimasukkan kedalam oven selama 24 jam untuk
mendapatkan berat kering (berat kering kayu). Rumusnya adalah:

B−B 1
kadar air= x 100
B1
Keterangan:
B : Berat awal / berat basah (gr)
B1 : Berat akhir / berat kering oven (gr)

10
B−B 1 103.15−91.49
kadarair= x 100¿ x 100
B1 91.49
0
¿ 12.74
0
Jadi kadar air benda uji kayu tersebut yang didapatkan adalah 12.74 %.
Lakukan pengujian untuk 3 benda uji lainnya yang telah disiapkan dengan cara
perhitungan yang sama dengan contoh. Setelah selesai semua perhitungan,
hasilnya dibuat dalam bentuk tabel. Dari penjelasan diatas untuk lebih lengkap
bisa dilihat pada lampiran.

Tabel 3.1.1 Uji berat jenis dan kadar air kayu


No. Ukuran (cm) Volum Berat Berat Kadar
Berat Jenis
Benda e Awal Oven Air
P L T (gr/cm3)
Uji (cm3) (gr) (Gr) (%)
1 4.6 4.7 4.9 105.94 103.15 91.49 12.74 0,864
2 4.6 4.7 4.7 105.94 108.65 95.50 13.77 0,901
3 4.6 4.7 4.9 105.94 108.1 90.96 18.84 0,859
Rata-rata 105.94 15.12 0,875

2. Simpulan
Berdasarkan data diatas, kesimpulan yang bisa diambil adalah
kandungan kadar air benda uji kesatu adalah 12.74 %, benda uji kedua
adalah 13.77 % dan untuk benda uji ketiga adalah 18.84 %. Jadi mutu
kayu ketiga benda uji tersebut dapat diukur dari persentase kadar air
yang dikandungnya. Jika semua benda uji di rata – rata kan maka kadar
air yang di dapat kan 15.12 %

11
3.1.2 BERAT JENIS KAYU

2.1 Referensi
1. Aiyub, ST. 2005 Job Sheet Laboratorium Uji Bahan I.
2. Ir.K.H.Felix Yap. Konstruksi Kayu. CV.TRIMITRA MANDIRI.1999.
3. Anni Susilowati. dkk. Petunjuk Praktikum Pengujian Bahan.1996.
PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN POLITEKNIK. Bandung.
4. Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI NI-5 ).
5. SNI 03-3527-1994 Mutu Kayu Bangunan.

2.2 Tujuan
Tujuan pengujian berat jenis kayu adalah untuk menentukan berat
jenis kayu sebagai suatu parameter atau ukuran untuk
mengklasifikasikan jenis kayu berdasarkan kelas kuatnya. Dan juga
menentukan berat jenis kayu pada berbagai keadaan air, dengan
ketelitian yang cukup.

2.3 Dasar Teori


Berat jenis kayu berbanding lurus dengan kekuatan dari pada kayu
tersebut atau sifat-sifat mekanisnya. Jika berat jenis kayu tinggi, maka
kekuatan kayu tersebut tinggi pula, begitu juga sebaliknya semakin
ringan kayu tersebut maka semakin menurun kekuatannya. Berat jenis
kayu merupakan perbandingan masa kayu dengan volume kayu tertentu
dengan volume air. Kayu memiliki berat yang berbeda-beda berkisar
antara 0.2 – 1.28 kg/dm. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk
dalam menentukan kekuatan kayu tersebut. Makin besar berat jenis
kayu itu, umumnya makin kuat kayunya dan sebaliknya. Dengan
menggunakan rumus kayu kering untuk mencari berat jenis kayu yaitu:

12
B
Berat Jenis=
p.l.t

Keterangan:
B = Berat Kayu Awal (gram)
p = Panjang benda uji (cm)
l = Lebar benda uji (cm)
t = Tinggi benda uji (cm)

Apabila berat jenis diperhitungkan atas dasar benda uji pada keadaan
kering oven, maka dapat dipakai rumus :
B
Berat Jenis=
( 1+
M
100
∙V)
Keterangan:
B = Berat Kayu Awal (gram)
M = Kadar Air (%)
V = Volume (cm3)

Kekuatan kayu bangunan dalam keadaan kering udara

Kelas Kayu Berat Jenis


I  0,9
II 0,6 – 0,9
III 0,4 – 0,6
IV 0,3 – 0,4
V < 0,3
Sumber: SNI 03-3527-1994, mutu kayu bangunan

2.4 Peralatan dan Bahan


A. Peralatan
- Timbangan, ketelitian 0,01 gram
- Alat ukur, ketelitian 0,1 mm

13
- Bejana, tabung atau gelas ukur kapasitas ± 500 ml atau lebih
B. Bahan
- Kayu ukuran 5x5x5

2.5 Keselamatan Kerja


1. Baca doa sebelum bekerja
2. Gunakan alat sesuai fungsinya
3. Simpan alat pada tempatnya
4. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
5. Ikutilah petunjuk struktur
6. Gunakan perlengkapan keselamatan kerja

2.6 Langkah Kerja


Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menimbang kayu
kubus tersebut pada kadar air asli menggunakan timbangan. Catatlah
hasilnya dan hasil timbangan tersebut merupakan nilai berat awal
(gram) atau B. Tentukanlah kadar air dengan cara yang sama dari
pengujian kadar air pada poin sebelumnya. Kemudian ukur panjang,
lebar dan tinggi benda uji sebagai volume (cm³) benda uji.

14
2.7 Perhitungan Berat Jenis Kayu
Setelah didapatkan berat awal atau B dan volume dari benda uji
tersebut, maka bisa langsung mencari berat jenis kayu dengan memakai
rumus. Setelah semua perhitungan selesai, maka hasilnya dibuat dalam
bentuk tabel. Dari penjelasan diatas untuk lebih lengkap bisa dilihat
pada lampiran.

Tabel 3.1.2 Uji berat jenis dan kadar air kayu


No. Ukuran (cm) Volum Berat Berat Kadar
Berat Jenis
Benda e Awal Oven Air
P L T (gr/cm3)
Uji (cm3) (gr) (Gr) (%)
1 4.6 4.7 4.9 105.94 103.15 91.49 12.74 0,864
2 4.6 4.7 4.7 105.94 108.65 95.50 13.77 0,901
3 4.6 4.7 4.9 105.94 108.1 90.96 12.69 0,859
Rata-rata 105.94 13.07 0,875

2.8 Simpulan
Berdasarkan data diatas disimpulkan bahwa untuk benda uji
pertama didapatkan berat jenis sebelum oven adalah 0,864 gr/cm³,

benda uji kedua berat jenis sebelum dioven 0,901 gr/cm³ dan untuk
benda uji ketiga berat jenis sebelum oven 0,859 gr/cm³. Berdasarkan
tabel kelas kuat kayu yang ada didasar teori benda uji kayu tersebut
termasuk kedalam kelas kuat kayu no II. Berat jenis kayu tersebut
tinggi, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa benda uji tersebut
memiliki kekuatan yang tinggi karena dinding selnya tebal dan rongga
sel pembentuk pori-pori kecil.

15
3.1.3 KETEGUHAN TEKAN // SERAT KAYU

a. Referensi
1. Aiyub, ST. 2005. Job Sheet Laboratorium Uji Bahan I.
2. Anni Susilowati. dkk. Petunjuk Praktikum Pengujian Bahan.1996.
PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN POLITEKNIK.
Bandung.
3. SNI 03-3527-1994 Mutu Kayu Bangunan

b. Tujuan
Hasil pengujiannya adalah untuk menentukan keteguhan tekan
sejajar serat bebagai jenis kayu, menentukan keteguhan tekan kayu
untuk dapat mengklasifikasikan kekuatan dan kualitas kayu, serta dapat
menetukan keteguhan tekan kayu untuk dapat menilai kelas kekuatan
berbagai jenis kayu.

c. Dasar Teori
Kayu lebih kuat mendukung gaya tekan sejajar arah serat dari pada
tegak lurus arah serat. Kayu pada umumnya berbeda sifat dan bentuk,
yang disebabkan oleh faktor-faktor lain. Batas keyal tidak dimiliki oleh
kayu tetapi kayu mempunyai batas proporsional.

Nilai tegangan dasar kayu dalam keadaan basah

Kelas kuat σ tkn ┴ absolut Elastisitas (E)


kayu (kg/cm2) (kg/cm2)
I > 200 125.000
II 125 – 200 10.000
III 75 – 125 80.000
IV 47,78 – 75 60.000
V < 47,78 _
Sumber: PKKI 1961

16
d. Peralatan dan Bahan
A. Peralatan
- Mesin tekan 1000 KN
- Alat pengukur panjang
- Alat pengukur deformasi ketelitian 0,002 mm
B. Bahan
- Kayu ukuran 5x5x20

e. Keselamatan Kerja
1. Baca doa sebelum bekerja
2. Gunakan alat sesuai fungsinya
3. Simpan alat pada tempatnya
4. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
5. Ikutilah petunjuk struktur
6. Gunakan perlengkapan keselamatan kerja

17
f. Langkah Kerja
Ambil benda uji dan letakkan pada mesin tekan. Dalam hal
peletakan haruslah sesuai. Benda uji diletakkan ditengah-tengah dan
diantara dua pelat penekan mesin tekan sedemikian rupa sehingga arah
bekerja beban // dengan arah serat kayu.
Mesin tekan dijalankan dan beban diberikan secar teratur dengan
kecepatan gerak menekan sebesar 0,008 cm panjang benda uji (disini
panjang benda uji 20 cm, maka kecepatan gerak mesin 0,008x20=0,16
cm setiap menit. Deformasi yang terjadi pada benda uji dicatat pada
curva secara teratur. Alat pengukur deformasi diletakkan ditengah-
tengah arah panjang benda uji. Alat pengukur deformasi yang standar
adalah compressometer. Bila alat ini tidak ada, maka dapat diukur
deformasi terbesar pada saat benda uji pecah/patah untuk dapat
menyesuaikan kecepatan gerak beban tekan.
Pada pengujian tekan, beban diberikan terus secara teratur sampai
tercapai deformasi sebesar 15 cm atau sampai benda uji
pecah/retak/belah dan tidak mampu menahan beban lebih besar. Setelah
tercapai beban dihentikan, benda uji dikeluarkan dari mesin tekan lalu
diamati retak-retak yang terjadi. Catat beban maksimum dengan simbol
P Kg.

18
Retak-retak setelah pengujian tekan dapat berbentuk seperti berikut:

contoh uji tekan / serat

retak mendatar retakberbentuk


(crushing) baji (w edge split )

retak ujung
retak kompresi
dan geser

retak geser
belah memanjang

Gambar 3.1. Bentuk-bentuk retak

Langkah selanjutnya adalah menentukan kadar air dengan cara


benda uji dipotong sepanjang 2,5 cm. Cara penentuan kadar air sesuai
dengan cara pengujian kadar air.

19
g. Perhitungan

Untuk cara perhitungan keteguhan tekan memakai rumus sebagai


berikut:
P
Keteguhan tekan sejajar serat kayu = kg/cm2
l. t
Dimana : P= Beban tekan maksimum (kg)
l = Lebar bendan uji (cm)
t = Tinggi (tebal) benda uji (cm)

Dari penjelasan diatas untuk lebih lengkap bisa dilihat pada lampiran.

Tabel 3.1.3 Uji kuat tekan // serat kayu


No. Ukuran (cm) Berat Beban Tegang Teganga
Area
Benda Awal (P) an n
P L T (mm2)
Uji (Gr) (KN) (Mpa) (kg/cm2)
1 19.6 4.7 4.9 404.58 2550 122.30 4.796 47.96
2 19.3 4.7 4.9 404.60 2560 111.60 4.366 43.66
3 19.6 4.7 4.9 391.96 2304 67.51 2.930 29.30
Rata-rata 4.031 40.31

h. Simpulan

Berdasarkan data perhitungan kuat tekan sejajar serat kayu diatas,


maka dapat disimpulkan bahwa tegangan sejajar serat kayu benda uji
pertama didapatkan adalah 47.96 kg/cm², tegangan sejajar serat kayu
benda uji kedua 43.66 kg/cm² dan untuk tegangan sejajar serat kayu
benda uji ketiga adalah 29.30 kg/cm². Berdasarkan bentuk-bentuk retak,
maka ketiga benda uji tersebut termasuk kedalam bentuk retak
ujung.Jika di cari nilai rata – rata dari tegangan sejajar serat kayu maka
nilai nya adalah 40.31 kg/cm²

20
3.1.4 KETEGUHAN TEKAN TEGAK LURUS SERAT KAYU

a. Referensi
1. Aiyub, ST. 2005. Job Sheet Laboratorium Uji Bahan I.
2. Anni Susilowati. dkk. Petunjuk Praktikum Pengujian Bahan.1996.
PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN POLITEKNIK.
Bandung.
3. Sumber: SNI 03-3527-1994, Mutu Kayu Bangunan

b. Tujuan
Diharapkan untuk dapat menentukan kuat tekan tegak lurus serat
berbagai jenis kayu dan dapat menentuka keteguhan kayu dengan teliti.

c. Dasar Teori

Kayu mempunyai keteguhan tekan yang merupakan kekuatan kayu


untuk menahan beban ketika kayu tersebut dipakai. Kuat tekan tegak
lurus serat kayu menentukan ketahanan kayu terhadap beban yang
dipikul oleh kayu tersebut. Keteguhan kayu mempunyai hubungan
dengan keteguhan geser kayu dan kerasnya kayu. Kuat tekan tegak
lurus serat dari suatu kayu lebih kecil dari kuat tekan sejajar serat pada
suatu kayu.

Nilai tegangan dasar kayu dalam keadaan basah

Kuat Tekan
Kelas Kayu Tegak Lurus
Serat (kg/cm2)
I >118
II 79
III 53
IV 40
V < 40
Sumber: SNI 03-3527-1994, mutu kayu bangunan

21
d. Peralatan dan Bahan
A. Peralatan
- Mesin tekan 1000 kN
- Alat pengukur panjang
- Alat pengukur deformasi ketelitian 0,002 mm
B. Bahan
- Kayu ukuran 15x5x5

e. Keselamatan Kerja
1. Baca doa sebelum bekerja
2. Gunakan alat sesuai fungsinya
3. Simpan alat pada tempatnya
4. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
5. Ikutilah petunjuk struktur
6. Gunakan perlengkapan keselamatan kerja

f. Langkah Kerja
Setelah pembuatan benda uji selesai, yang harus diperhatikan
adalah peletakan benda uji. Benda uji diletakkan diatas pelat dudukan
tekan mesin tekan, lalu ambil sebuah pelat baja tebal 2-3 mm dan lebar
5 cm, diletakkan diatas permukaan benda uji sedemikian rupa sehingga
pelat ini tepat berada pada bagian bidang tekannya.
Selanjutnya adalah pemberian beban tekan. Mesin tekan dijalankan
dan beban diberikan melalui pelat baja secara teratur dengan kecepatan
gerakan 0,3 mm / menit, ketelitian 0,002 mm. Alat pengukuran

22
deformasi diletakkan sedemikian rupa sehingga deformasi pada bidang
tekan dapat diukur. Beban tekan dihentikan apabila telah tercapai
deformasi sebesar 2,5mm. Besarnya beban dicatat dengan simbol P kg.
Kemudian penetuan kadar air kayu dipotong sepanjang 2,5 cm dan
langsung dilakukan pengujian kadar air. Cara penentuan kadar air
sesuai dengan cara nomor 1.

g. Perhitungan
Keteguhan tekan tegak lurus serat kayu dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
P
Keteguhan tekan tegak lurus serat kayu = kg/cm2
A
Dimana : P = Beban tekan (kg)
A = Luas bidang tekan, yaitu 5x5 (cm2)

Dari penjelasan diatas untuk lebih lengkap bisa dilihat pada lampiran.

Tabel 3.1.4 Uji kuat tekan tegak lurus serat kayu

Be Ukuran (cm) Tegan


Tega
nd Berat Berat Kadar Beba gan
Area ngan
a Awal Oven Air n (P) (kg/
P L T mm2 (Mpa
Uj gr Gr % KN cm2)
)
i
1 14.8 4.7 4.8 307.13 266.49 15.25 2450 70.35 28.71 287.1
2 14.8 4.7 4.8 299.91 260.58 15.09 2350 63.44 27.00 270.0
3 14.8 47 4.8 306.62 268.96 14.86 2400 65.76 27.40 274.0
Rata-rata 304.55 264.68 15.07 2400 66.52 27.70 277.0

23
Gambar 3.1 Uji bahan tegak lurus serat

h. Simpulan
Berdasarkan data kuat tekan tegak lurus diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa benda uji pertama memiliki kuat tekan tegak lurus
sebesar 287.1 kg/cm², benda uji kedua memeiliki nilai kuat tekan tegak

lurusnya adalah 270.0 kg/cm² dan benda uji ketiga memiliki nilai kuat

tekan tegak lurusnya adalah 274.0 kg/cm².

3.1.5 KETEGUHAN GESER // SERAT KAYU

a. Referensi
1. Aiyub, ST. 2005. Job Sheet Laboratorium Uji Bahan I.
2. Anni Susilowati. dkk. Petunjuk Praktikum Pengujian Bahan.1996.
PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN POLITEKNIK. Bandung.
3. Sumber: SNI 03-3527-1994, Mutu Kayu Bangunan

b. Tujuan
Dapat menentukan kuat tekan geser sejajar serat berbagai jenis kayu
dan dapat menentukan dengan teliti.

c. Dasar Teori
Faktor keadaan musim, keadaan alam disekeliling pohon dan
perbedaan jenis pohon membuat bentuk dan sifat-sifat pohon berbeda-
beda. Keteguhan geser sejajar serat kayu bisa didefinisikan sebagai
suatu ukuran kekuatan kayu tersebut bergeser dari bidang yang lain.
Keteguhan geser tegak lurus arah serat nilainya lebih besar dari
keteguhan geser sejajar serat kayu.

Nilai tegangan dasar kayu dalam kaedaan basah

Kuat Tekan Geser


Kelas Kayu Sejajar Serat
(kg/cm2)

24
I >77
II 49
III 31
IV 22
V < 22
Sumber: SNI 03-3527-1994, mutu kayu bangunan

d. Peralatan dan Bahan

A. Peralatan
- Mesin tekan 50 KN
- Alat pengukur panjang
- Alat perlengkapan untuk penjepit benda uji
B. Bahan
- Kayu ukuran 7x3x2

e. Keselamatan Kerja
1. Baca doa sebelum bekerja
2. Gunakan alat sesuai fungsinya
3. Simpan alat pada tempatnya
4. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
5. Ikutilah petunjuk struktur
6. Gunakan perlengkapan keselamatan kerja

25
f. Langkah Kerja
Langkah pertama adalah benda uji diletakkan pada alat penjepit
sedemikian rupa, hingga tidak bergerak (tidak longgar) dengan
mengencangkan skrup. Dengan demikian benda uji akan terjepit.
Kemudian benda uji beserta alat penjepitnya diletakkan pada mesin
tekan dan beban tekan diberikan pada bidang ujung atas benda uji.
Beban yang diberikan secara teratur sampai benda uji pecah pada
bidang gesernya. Beban pada saat benda uji pecah dicatat sebagai beban
maksimum, dinyatakan dalam kg, sampai ketelitian 1 kg. Setelah selesai
pengujian, pada benda uji dilakukan penentuan kadar air.

g. Perhitungan

Keteguhan geser // serat kayu dihitung dengan rumus:


P
Keteguhan geser : kg/cm2
l. t

Dimana : P = Beban maksimum (kg)

p = Panjang bidang geser (cm)

l = Lebar bidang geser (cm)

Tabel 3.1.5 Uji kuat geser sejajar serat kayu


Ukuran (cm) Tega KAD Tega
No. Berat Berat Are Beba ngan
2x ngan AR
Benda Awal Oven a n (P) (Mpa
P L T Area Kg/ AIR
Uji gr gr cm2 Kn )
cm2 %
8.062
1 6.8 2 4.9 72,68 63,70 16.82 13.56 80.62
8.41 14.10
6.494
2 6,8 2 4.9 71.49 62.75
8.4
16.80 10.91 64.94
13.93
9.137
3 6,8 2 4.9 74.13 65.01
8.4
16.80 15.35 91.37
14.03

26
Rata-rata 68,92 63.82 78.98 14.02 7.898

Gambar 3.2 Uji Bahan kuat geser sejajar

h. Simpulan
Berdasarkan data perhitungan kuat geser kayu diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa nilai kuat geser dari benda uji pertama, kedua dan
ketiga adalah 80,62 , 64,94 dan 91,37 kg/ cm².

3.2 PENGUJIAN MORTAR


3.2.1 KONSISTENSI MORTAR DENGAN FLOW TABLE

a. Referensi
1. Aiyub, ST. 2005. Job Sheet Praktikum Uji Bahan I.
2. Anni Susilowati. dkk. Petunjuk Praktikum Pengujian Bahan.1996.
PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN POLITEKNIK. Bandung.
3. Ir. Yunaefi , dkk. Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan I. Bandung
1996.

27
b. Tujuan
Dapat menentukan konsistensi mortal yang dibuat dari semen
portland, air dan pasir, dan dapat melakukan pengujian dengan teliti.

c. Dasar Teori
Sebelum pengerjaan mortal dilakukan, terlebih dahulu memikirkan
kebutuhan air agar pengerjaan mortal mudah dilakukan. Jika kandungan
air terlalu banyak, maka mortal akan menjadi encer sehingga akan sulit
dikerjakan. Untuk itulah perlu pengujian konsistensi mortar dengan
flow table dengan tujuan mencari banyaknya air yang diperlukan untuk
membuat adukan. Menurut standard SNI No. C136 : 2012 batas
konsistensi berkisar antara 110%-120%.

d. Peralatan dan Bahan


A. Peralatan
- Gelas ukur
- Stop watch
- Spatula
- Mesin pengaduk yang dapat mengaduk dalam tiga kecepatan
- Flow table, cetakan dan alat pemadat (ASTM C 230-80)
- Timbangan, ketelitian 1 gram
- Cawan
B. Bahan
- Semen portland
- Air
- Pasir

e. Keselamatan Kerja
1. Baca doa sebelum bekerja
2. Gunakan alat sesuai fungsinya

28
3. Simpan alat pada tempatnya
4. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
5. Ikutilah petunjuk struktur
6. Gunakan perlengkapan keselamatan kerja

f. Langkah Kerja
1. Pembuatan mortar
Dalam pengujian ini, langkah pertama adalah pembuatan mortal.
Timbanglah semen portland 500 gram, pasir 1.500 gram, air 0,5 kali
berat semen (250 ml). Setelah itu letakkan bejana dan pengaduk pada
posisinya dalam mesin pengaduk. Masukkan semua air pengaduk
kedalam bejana. Kemudian tambahkan semen kedalam air dan jalankan
mesin pengaduk pada kecepatan rendah selama 30 detik. Masukkan
perlahan-lahan semua pasir ke dalam bejana sambil diaduk pada
kecepatan rendah (140 ± 5 rpm) selama 30 detik.
Selanjutnya hentikan mesin pengaduk dan pindahkan ke kecepatan
sedang (285 ± 10 rpm) lalu aduk selama 30 detik. Hentikan mesin
pengaduk, biarkan mortal dalam bejana dan tunggu selama 1,5 menit
sambil dorong ke bawah mortal yang menempel pada dinding bejana
dengan spatula. Kemudian aduk kembali dengan kecepatan sedang
selama 1 menit, mortal yang menempel pada dinding di dorong
kebawah.

2. Penetuan konsistensi
Persiapkan flow table, cetakan dan penumbuk pada posisinya.
Cetakan diletakkan ditengah-tengah meja (pelat) dari flow table sesuai
dengan garis-garis yang telah ada. Setelah selesai pengadukan, mortal
diisi kedalam cetakan dalam dua lapisan yang kira-kira sama tingginya,
masing-masing lapisan diratakan dengan alat penumbukan dengan cara
ditusuk sebanyak 20 kali/1 lapisan, kemudian permukaan mortal
diratakan bidang atasnya dengan bibir atas cetakan. Kemudian cetakan

29
dilepas dari mortal dengan cara diangkat perlahan-lahan. Gerakkan flow
table dengan cara memutar luas penggerak sehingga terjadi ketukan 25
kali dalam waktu 15 detik. Oleh ketukan ini mortar diatas meja akan
bergerak melebar mengisi permukaan meja sampai mencapai diameter
tertentu.

g. Pengukuran
1. Pengukuran konsistensi mortar
Konsistensi mortar ditunjukkan oleh terjadinya aliran (flow)
setelah diberi ketukan. Konsistensi mortar dinyatakan dalam persen
flow, yaitu:

D1−Do
Flow = x 100 %
Do
Dimana : Do = Diameter mortal pada waktu dicetak
Diameter bawah cetakan (±10 cm)
D1 = Diameter mortal setelah selesai ketukan, diukur pada
posisi dan dihitung harga rata ratanya.

2. Pengukuran flow dengan kaliper khusus


Apabila di pergunakan kliper yang khusus untuk mengukur persen
flow, maka besarnya flow adalah perjumlahan dari hasil pembacaan
skala pada 4 Posisi pengukuran diameter mortar dinyatakan dalam
persen.

Misalnya pada pengukuran skala kaliper menunjukkan:

pada posisi 1= 27
pada posisi 2= 28
pada posisi 3 = 27
pada posisi 4 = 29
_______________ + 30
maka flow = 111 %
Dari penjelasan diatas untuk lebih lengkap bisa dilihat pada lampiran.

Tabel 3.2.1 Data pengujian konsistensi mortar


Bahan Adukan (gr) Diameter
No Benda

Konsistensi
Jumlah Ketukan standar 110-
Uji

Air Pasir Semen 1 2 3 4 120%


1 250 1500 500 23 24 23.5 24 94.5 25 -
2 300 1500 500 25 24 24 25 98 25 -
3 350 1500 500 30 29 30 29 118 25 -

h. Simpulan
Dari hasil data pengujian konsistensi mortar diatas, maka
didapatkan pengujian kelima memerlukan air sebanyak 350 ml dan
jumlah ketukannya adalah 118`. Jadi berdasarkan konsistensi standar
yang mempunyai flow 110-120%, maka pengujian kelima tersebut
memenuhi konsistensi standar. Kita mendapatkan gambaran berapa
butuh banyak air untuk menghasilkan mortar yang baik.

3.2.2 WAKTU PENGIKATAN MORTAL (SETTING TIME)

a. Referensi
1. Aiyub, ST. 2005. Job Sheet Praktikum Uji Bahan I
2. Ir. Yunaefi. dkk. Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan 1. 1996.
PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN POLITEKNIK. Bandung.

b. Tujuan

31
Dapat menetukan waktu pengikatan mortar dengan alat vikat.
Mortar dibuat dari bahan perekat hidrolik (semen portland, air dan pasir
(agregat halus)).

c. Dasar Teori
Waktu pengikatan adalah jangka waktu yang dibutuhkan mortal
untuk mengeras atau mengikat. Pengukuran waktu dimulai dari
pembuatan mortal sampai mortal kehilangan sifat plastis atau menjadi
beku.

d. Peralatan dan Bahan


A. Peralatan
- Mesin pengaduk
- Timbangan
- Gelas ukur
- Spatula
- Stopwatch
- Alat vikat jarum berdiameter 17,5± 0,5 mm
- Cawan
- Sendok aduk
- Alat pemadat
- Mangkuk kuningan
- Sarung tangan karet
- Kaca datar 15 x 15 cm, tebal 3 mm
B. Bahan
- Semen Portland
- Pasir
- Air

e. Keselamatan Kerja
1. Baca doa sebelum bekerja

32
2. Gunakan alat sesuai fungsinya
3. Simpan alat pada tempatnya
4. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
5. Ikutilah petunjuk struktur
6. Gunakan perlengkapan keselamatan kerja

f. Langkah Kerja
Langkah pertama adalah mengaduk kembali mortar yang tersisa
dalam bejana pengaduk pada kecepatan sedang selama 30 detik, setelah
pada penentuan konsistensi yang dinginkan. Kemudian isikan cetakan
pada mortar dan padatkan dengan cara menumbuknya. Simpan cetakan
yang berisi air mortar ini dalam ruang lembab dan selama penyimpanan
tidak boleh terganggu oleh gerakan atau tergoyang. Lakukan penetuan
waktu pengikatan dan jarum diameter 2 pada alat vikat dengan cara
letakkan cetakan dibawah jarum hingga ujung jarum bersinggungan
dengan permukaan mortar. Stel jarum pentunjuk skala pada titik nol.
Kemudian lepaskan fluyer dan jarum menembus mortar. Pada saat
permulaan, pengujian penembus jarum dilakukan setiap 15 menit
sampai pada saat jarum tidak menyentuh dasar cetakan. Kemudian
lakukan pada setiap 10 menit sampai tercapai penembusan sedalam 10
mm atau kurang.

Waktu pengikatan tercapai apabila pada pengujian inijarum


diameter 2 mm hanya menembus mortar sedalam 10 mm dalam waktu
30 detik setelah pelepasan beban plunyer dan jarum. Waktu pengikatan
mortar adalah waktu semen air dan pasir dicampur dan diaduk dalam
alat pengaduk sampai saat tercapai penembusan jarum sedalam 10 mm
kedalam mortar dinyatakan dalam menit. Dan waktu penembusan
dilakukan selama 10 menit sekali.

33
g. Perhitungan

Data yang ada didalam table tersebut diplotkan kedalam grafik


untuk mengetahui berapa besar penurunannya. Dari penjelasan diatas
untuk lebih lengkap bisa dilihat pada lampiran.

Tabel 3.2.2 Data pengujian setting time

Nomor pengamatan Waktu penurunan Penurunan


penurunan (menit) (mm)

1 0 40
2 15 39
3 30 39
4 45 36
5 60 34
6 70 32
7 80 31
8 90 31
9 100 30
10 110 30
11 120 30
12 130 29
13 140 28
14 150 27
15 160 20
16 170 20
17 180 18
18 190 17
19 200 16
20 210 14
21 220 12
22 230 12
23 240 7

34
Grafik setting time
4.5
4

waktu penurunan (menit)


3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 50 100 150 200 250 300
penurunan (mm)

Gambar 3.3 Grafik pengujian setting time

h. Simpulan

Berdasarkan hasil data pengukuran waktu pengikatan mortar


dengan alat vikat, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah waktu
penurunan adalah 180 menit dan penurunannya adalah 5 mm. Jadi,
dalam waktu 180 menit tersebut mortar akan mengikat atau mengeras.

3.2.3 PENGUJIAN KETEGUHAN KUAT TEKAN MORTAR

a. Referensi
1. Aiyub, ST. 2005. Job Sheet Praktikum Uji Bahan I.

35
2. Ir. Yunaefi. dkk. Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan 1. 1996.
PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN POLITEKNIK.
Bandung.

b. Tujuan
Mampu menerangkan pengaruh kekuatan semen terhadap kekuatan
adukan dan menerangkan prosedur pelaksanaan kekuatan tekan mortar.
Mampu menghitung kekuatan tekan dari adukan mortar.

c. Dasar Teori
Menentukan kuat tekan mortar berbentuk kubus yang berukuran
5x5x5 cm. Kekuatan tekan mortar adalah ketika benda uji menerima
beban tiap satuan luas permukaan benda uji tersebut hingga
menyebabkan mortar kubus tersebut hancur. Menurut standard SNI No.
C3-6825:2012 kuat tekan mortar yang memenuhi standard adalah 18,72
kg/cm2.

d. Peralatan dan Bahan

A. Peralatan
- Mesin pengaduk
- Timbangan 0,01 gr
- Spatula
- Pisau
- Mesin penekan
- Tangki pemanas
- Cetakan kubus 5x5x5
- Pemadat plastic
- Meja pengaduk
B. Bahan
- Semen
- Pasir

36
- Air

e. Keselamatan Kerja
1. Baca doa sebelum bekerja
2. Pakai seragam praktek
3. Baca petunjuk job sheet
4. Ikutilah petunjuk instruktur
5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
6. Gunakan perlengkapan keselamatan kerja

f. Langkah Kerja
Langkah pertama adalah memepersiapkan bahan uji. Bahan yang
diambil adalah bahan hasil dari pengujian konsistensi mortar.
Kemudian mencetak mortar dengan cetakan kubus 5 x 5 x 5 cm.cetakan
diisi dalam 2 lapisan, dimana setiap lapisan dipdatkan dengan
±
menumbuk sebanyak 32 kali dalam waktu 10 detik, dengan urutan
tumbukan yang telah ditentukan.keseluruhan waktu pencetakan tidak
boleh lebih dari 2 menit. Ratakan permukaan mortar kemudian simpan
cetakan ditempat yang lembab selama 24 jam. Bukalah cetakan dan
rendamlah mortar dalam air bersih, kemudian periksalah kekuatan
mortar dengan unsur yang biasanya 3 hari.

g. Perhitungan
Rumus menghitung kuat tekan mortar sebagai berikut:
Beban maksimum
Kekuatan tekan mortar = kg/cm2
luas permukaan bendauji

Dari penjelasan diatas untuk lebih lengkap bisa dilihat pada lampiran.

Tabel 3.2.3 Data pengujian kuat tekan mortar


No Ukuran (Cm) Berat Umur Area Beban Tegangan
Benda P L T Mortar Mortar Cm2 (P) (Mpa)

37
Uji 4.
Gr Hari KN
1 265.63 13.63
5 8 5 3 hari 2400 5,68
4.
2 263.28 17.79
5 8 5 3 hari 2400 7.41
4.
3 261.30 15.85
5 8 5 3 hari 2400 6,60
Rata - Rata 263.40 3 Hari 2400 15.76 6.57

h. Simpulan
Berdasarkan data perhitungan kuat tekan mortar diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengujian pada benda uji pertama didapatkan nilai
kuat tekannya adalah 56,8 kg/cm², untuk benda uji kedua nilai kuat

tekannya adalah 74,1 kg/cm² dan benda uji ketiga adalah 66,0 kg/cm².
kuat tekan mortar rata-rata selama tiga hari adalah 65,7 kg/cm².

a. Keteguhan Lentur Mortar

ii. Referensi

1. Aiyub, ST. 2005. Job Sheet Praktikum Uji Bahan I


2. Ir. Yunaefi. dkk. Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan.
1996. PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN POLITEKNIK.
Bandung.

iii. Dasar Teori

Adukan yang digunakan dalam suatu konstruksi akan menerima beban


lentur yang diakibatkan oleh angin atau gaya dari samping lainnya. Kuat lentur
mempunyai hubungan antara daya rekat yang terdapat dalam bahan adukan.
Adukan yang memakai bahan berbeda, maka akan menghasilkan kuat lentur yang
berbeda pula karena disetiap bahan mempunyai karakteristik yang berbeda.
Dengan ikatan yang bagus antara bahan perekat hidrolis dengan bahan pengisi
akan menghasilkan kuat lentur yang berbeda.

38
iv. Tujuan

Mengetahui besarnya kekuatan lentur yang dibuat memakai benda uji


berbentuk balok dan dapat menerangkan pengujian keteguhan lentur mortar.

v. Peralatan dan Bahan

A. Peralatan B. Bahan

1. Mesin pengaduk 1. Semen portland


2. Gelas ukur 2. Pasir
3. Timbangan 3. Air
4. Stopwatch
5. Mesin uji tekan
lentur
6. Cetakan balok
7. Flow table
8. Alat ukur
9. Pisau perata
10. Alat peletakan
benda uji

vi. Keselamatan Kerja

1. Baca doa sebelum bekerja


2. Pakai seragam praktek
3. Baca petunjuk job sheet
4. Ikutilah petunjuk instruktur
5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
6. Gunakan perlengkapan keselamatan kerja

39
vii. Langkah Kerja

Langkah pertama adalah mempersiapkan cetakan, cetakan dibasahi


permukaannya dengan minyak mineral. Campuran mortar sesuai dengan
campuran konsistensi mortar,cara pembuatannya dan langkah kerjanya sama.
Kemudian benda uji dicetak dan ditumbuk 20 kali setiap lapisan cetakannya.
Selanjutnya adalah menyimpan benda pada ruang lembab selama 24 jam.
Lepaskan benda uji dari cetakan lalu rendam dalam air sampai pada saatnya
untuk pengujian keteguhan lentur. Dalam pengujian keteguhan lentur yang
perlu dilakukan adalah keluarkan benda uji dari air perendaman. Ukur
dimensi benda uji dengan teliti. Letakkan benda ui diatas kedua penumpu
dengan titiknya tepat berbeda dibawah batang pembeban. Hidupkan mesin
tekan/lentur dan beri beban dengan kecepatan 4-5 kg/detik secara merata dan
terus menerus sampai benda uji patah. Catat beban maksimum sampai benda
uji patah.

viii. Perhitungan

Keteguhan lentur mortar memakai rumus:

3PL
Tegangan lentur = kg /cm2
2 b h2
ket : P :beban lentur maksimum
L: jarak tumpuan
b: lebar benda uji
h: tinggi benda uji

40
3.2.4 Data Pengujian Kuat Lentur Mortar
Ukuran Umu
Jarak Are
No (Cm) Berat r Beba Tegang
Tumpu a
Bend Mort Mort n (P) an
an L (b x
a Uji b h l ar Gr ar Kn (Mpa)
(Cm) h)
Hari
13, 2, 243.9 408
1
6 3 9 10 6 3 hari 0 2.55 15.16
13, 2, 239.2 408
2
6 3 9 10 8 3 hari 0 3.06 18.19
13, 2, 408
3
6 3 9 10 240 3 hari 0 1.08 6.42
13, 2, 231.1 408
4
6 3 9 10 9 3 hari 0 3.17 18.45
238.7 3 408
Rata - Rata 10 0 Hari 0 2.47 14.66

ix. Kesimpulan

Berdasarkan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perhitungan rata-


rata kuat tekan mortar dari benda uji balok tersebut dengan umur selama tiga hari
adalah 14,66 kg/cm²

a. Pengujian Sifat Fisis Batu Bata Merah

x. Referensi

1. Aiyub, ST. 2005. Job Sheet Praktikum Uji Bahan I


2. Ir. Yunaefi. dkk. Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan 1. 1996. PUSAT
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN POLITEKNIK. Bandung.

41
xi. Dasar Teori

Pengujian sifat fisis batu bata merah meliputi pengujian ukuran yang
terdiri dari pengukuran panjang, lebar, tebal dan berat dan pengujian tampak luar
yang terdiri dari pengujian bidang-bidangnya, rusuk-rusuknya, warna dan
penampang. Ukuran bata merah yang sesuai dengan standar ada 2 macam, yaitu:

a. Bata merah : panjang 240 mm, lebar 115 mm, tebal 52 mm.
b. Bata merah : panjang 230 mm, lebar 110 mm, tebal 50 mm.
Tetapi ukuran batu bata merah antara terbesar dan terkecil selisih maksimumnya
yang diperbolehkan adalah panjang 10 mm, lebar 5 mm dan tebal 4 mm.
Uji tampak luar dengan cara dilihat bidang-bidangnya rata atau tidak rata,
menunjukkan retak atau tidak retak, rusuk-rusuknya siku dan tajam atau tidak,
rapuh atau tidak.
Uji warna dilakukan dengan cara mengambil warna dan melihat
permukaannya yang terdapat pada penampang potongan bata. Warnanya
dinyatakan dengan merah tua, merah muda, kekuning-kuningan, kemerah-
merahan dan sebagainya

xii. Tujuan

Tujuannya adalah bisa memahami prosedur pengujian sifat fisis batu bata
merah dan dapat menentukan mutu dari batu bata merah berdasarkan ukuran dan
tampak luarnya.

xiii. Peralatan dan Bahan

A. Peralatan
1. Alat ukur
2. Timbangan
3. Penyiku
B. Bahan
1. Batu bata untuk pemeriksaan tampak luar dan ukuran sebanyak 3
buah batu utuh.

42
xiv. Keselamatan Kerja

1. Baca doa sebelum bekerja


2. Pakai seragam praktek
3. Baca petunjuk job sheet
4. Ikutilah petunjuk instruktur
5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
6. Gunakan perlengkapan keselamatan kerja

xv. Langkah Kerja

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah Pemeriksaan ukuran batu


bata. Ukurlah panjang, lebar, dan tebal batu bata, lakukan paling sedikit 3 kali
pada tempat seperti gambar berikut:

Tentukanlah penyimpangan maksimalnya dan dinyatakan dalam mm.


Selanjutnya adalah pemeriksaan tampak luar batu bata. Pertama adalah memeriksa
bentuknya. Dalam pemeriksaan bentuk perlu dilihat hal-hal sebagai berikut:
a. Bidang datar
b. Kesikuan rusuk-rusuknya
c. Kekuatan rusuk-rusuknya
d. Keretakan
Kemudian menimbang berat batu bata utuh dengan ketelitian 10 gram.
Hitung berat rata-rata batu bata. Ukur sisi panjang batu bata dan beri tanda pada ½
panjang batu bata. Potong batu bata tepat pada tanda tersebut (½ panjang)
sehingga diperoleh 2 potong batu bata yang sama panjang. Periksa warna dari
penampang batu bata pada bekas potongan. Warna dinyatakan dengan merah tua,
merah muda, kekuningan, kemerah-merahan dll.

xvi. kesimpulan

Dari hasil data pengujian sifat fisis batu bata merah diatas dapat disimpulkan
bahwa:

43
1. Uji ukuran didapatkan:

3.2.5 Data Pengujian Sifat Fisis Batu Bata Merah

No Bata Panjang Lebar Tinggi


bata 1 17,8 cm 9,1 cm 3,8 cm
bata 2 17,8 cm 9,6 cm 3,9 cm
bata 3 17,5 cm 9,2 cm 3,6 cm
bata 4 17,7 cm 9,7 cm 3,9 cm
bata 5 17,4 cm 9,4 cm 3,9 cm
bata 6 17,4 cm 9,4 cm 3,9 cm
bata 7 17,5 cm 9,2 cm 3,9 cm
bata 8 17,3 cm 9,7 cm 3,8 cm
bata 9 17,6 cm 9,4 cm 3,9 cm
bata 10 17,7 cm 9,2 cm 4 cm

Jadi ukuran batu bata tersebut tidak sesuai dengan ukuran standar yang
berdasarkan teori diatas. Dan selisih ukurannya adalah panjang 6 cm, lebar : 2 cm
dan tinggi : 1,2 cm.

2. Uji tampak luar didapatkan bahwa kesepuluh batu bata merah tersebut
semua permukaannya tidak rata, retak semuanya, rusuk-rusuknya tidak
siku tetapi tajam semuanya.
3. Untuk warnanya setelah dipotong menjadi dua didapatkan bahwa
semuanya berwarna kekuningan.

44
b. Pengujian Kuat Tekan Batu Bata

xvii. Referensi

1. Aiyub, ST. 2005. Job Sheet Praktikum Uji Bahan I


2. Ir. Yunaefi. dkk. Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan 1. 1996. PUSAT
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN POLITEKNIK. Bandung.

xviii. Dasar Teori

Kuat tekan bata dinyatakan dengan berapa besar kemampuan bata


menerima beban maksimum sampai bata pecah. Kuat tekan bata menunjukkan
mutu dari bata. Sesuai dengan peraturan maka mutu bata disetarakan dengan
dengan kekuatan tekan rata-rata sebagai berikut.

3.2.6 Table kuat tekan bata


No Mutu Bata Kuat tekan rata-rata (kg/cm²)
1 I < 100
2 II 100 – 80
3 III 80 – 60
Sumber: SNI 15-2094-2000

xix. Tujuan

Tujuan pengujian kuat tekan batu bata adalah untuk mengetahui berapa
besar kemampuan bata untuk menerima beban maksimum sampai batas bata
tersebut pecah dan mengklasifikasikan batu bata tersebut berdasarkan kuat
tekannya. Pecahnya batu bata menandakan bahwa bata tersebut telah menerima
beban maksimum.

xx. Peralatan dan Bahan

A. Peralatan
1. Cetakan benda uji
2. Spatula

45
3. Cawan
4. Kotak plastik
5. Tangki
B. Bahan
1. Batu bata
2. Pasir
3. Semen portland
4. Air

xxi. Keselamatan Kerja

1. Bacalah doa sebelum bekerja


2. Pakailah seragam praktek
3. Bacalah petunjuk job sheet
4. Ikutilah petunjuk instruktur
5. Pergunakan alat sesuai fungsinya

xxii. Langkah Kerja

Langkah pertama yang harus dikerjakan adalah ambil batu bata yang telah
dipotong pada posisi panjang menjadi 2 (dua) bagian yang sama besar, dan
periksa tampak luar batu bata (pemeriksaan berdasarkan warna). Letakkan kedua
potongan tersebut kedalam cetakan. Jarak antara bidang batu bata dengan bidang
batu bata lainnya diberi jarak bebas setebal 1 cm, seperti gambar berikut:

Untuk menjaga agar jarak bebas tersebut tetap maka dipasang sekat-sekat
sementara dalam bentuk potongan-potongan setebal 1 cm. Isilah ruang antara
batu bata tersebut dengan adukan (spesi) 1 Pc : 3 Ps, sehingga adukan itu padat
dan menutupi seluruh bidang permukaan batu bata yang vertical. Sebelum ruang
antara diisi adukan (spesi), terlebih dahulu sekat-sekat tersebut diangkat keluar.
Diamkan selama 1 (satu) hari, kemudian benda uji dilepas dari cetakan. Rendam
benda uji dalam air bersih pada tangki pematang (curing tank) selama 24 jam atau
1 hari. Angkat benda uji dari tangki pematang dan sekat bidang-bidangnya dengan

46
kain lembab untuk menghilangkan air yang berlebihan. Tekan benda uji dalam
mesin tekan, sehingga dicapai kekuatan maksimumnya. Kecepatan penekanan
diatur sama dengan 2 (dua) kg/cm2/det.

xxiii. Perhitungan

Kuat tekan benda uji dihitung menggunakan rumus:

P
kuat tekan benda uji = kg/cm 2
A
keterangan : P : Beban maksimum ( kg )
A : luas bidang tekan ( cm2 )

No Ukuran (Cm) Teganga Teganga


Area Beban
Benda n (Mpa)/ n
P L T Cm2 (P) KN
Uji (N/mm2) (kg/cm2)
1 9,7 8.5 9.7 82.45 40.89 4.959 49.59
2 9,7 8.5 9.7 82.45 26.50 3.214 32.14
3 9,7 8.5 9.7 82.45 61.89 7.506 75.06
Rata - Rata 82.45 43.093 5.227 52.27
3.2.7 Data Pengujian Kuat Bata Merah

xxiv. Kesimpulan

Berdasarkan data perhitungan pengujian kuat tekan batu bata diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa batu bata 1 mempunyai kuat tekan 49.59 kg/cm², batu
bata 2 mempunyai kuat tekan 32.14 kg/cm² dan batu bata 3 mempunyai kuat tekan
75.06 kg/cm².

47
Kuat tekan maksimum adalah 75.06 kg/cm² dan kuat tekan minimum
adalah 32.14 kg/cm². Untuk kuat tekan rata-rata dari ketiga batu bata tersebut
adalah 52.27 kg/cm². Jadi berdasarkan data perhitungan kuat tekan batu bata, maka
batu bata tersebut termasuk kedalam Kelas III mutu bata yang ada pada teori.

c. Pengujian Penyerapan Batu Bata Merah (suction rate)

xxv. Referensi

1. Aiyub, ST. 2005. Job Sheet Praktikum Uji Bahan I


2. Ir. Yunaefi. dkk. Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan 1. 1996. PUSAT
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN POLITEKNIK. Bandung.

xxvi. Dasar Teori

Dalam pengujian ini sangat penting mengetahui daya serap air, karena itu
adalah salah satu sifat bata yang sangat berpengaruh terhadap kekuatannya ketika
akan dipakai dalam pekerjaan bata. Tujuan mengetahui daya hisap bata adalah
untuk mencegah banyak kehilangan air dari adukan yang akan dipakai dan daya
hisap tersebut harus dikontrol. Batu bata menghasilkan daya hisap yang berbeda-
beda dan akan menimbulkan tegangan diferensial dan retak. Kekuatan daya hisap
menit bisa dinyatakan berat air yang terhisap per luas pada menit pertama.

xxvii. Tujuan

Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar daya serap batu bata
(suction rate) dari batu bata yang akan diperiksa. Bisa menerangkan prosedur
pelaksanaan penyerapan batu bata. Dapat mempraktekkan pemerikasan suction
rate dengan benar dan bisa menyimpulkan hasil pemeriksaan tersebut didalam
pelaksanaan pembuatan pasangan batu bata.

xxviii. Peralatan dan Bahan

A. Peralatan

48
1. Bak air
2. Kaki penyangga
3. Talam
4. Timbangan
5. Kain lap
6. Oven
7. Stopwatch
B. Bahan
1. Air
2. Batu bata

xxix. Keselamatan

1. Bacalah doa sebelum bekerja


2. Pakailah seragam praktek
3. Bacalah petunjuk job sheet
4. Ikutilah petunjuk instruktur
5. Pergunakan alat sesuai fungsinya

xxx. Langkah Kerja

Langkah pertama adalah keringkan batu bata dalam oven yang suhunya
tetap konstan (110 5)oC, hingga berat tetap. Masukkan kaki penyangga kedalam
bak dan atur jarak as ke as ± ¾ dari panjang batu bata. Tuangkan air kedalam bak,
hingga air dalam bak mencapai ketinggian 1 (satu) cm diatas permukaan kaki
penyangga. Masukkan batu bata dalam bak dengan meletakkan pada kaki
penyangga. Perhatikan waktu memasukkan batu bata kedalam air, bidang bawah
permukaan batu bata harus bersamaan, ketika menyentuh air.

Biarkan batu bata terendam selama 1 (menit). Angkat batu bata perlahan-
lahan. Posisi batu bata sewaktu pengangkatan harus benar-benar vertical jangan
sekali-kali miring (sama halnya ketika diletakkan pada tiang penyangga). Lap

49
bidang permukaan batu bata dari kelebihan air. Timbang berat batu bata tersebut
(B gr) dan hitung Suction Rate (penyerapan) batu bata.

xxxi. Perhitungan

Perhitungan section rate memakai rumus sebagai berikut:

B−A
suction rate = ( gr /dm 2 /menit )
F
ket : A : berat batu bata ker ing oven
B : berat batu bata setelah direndam 1 menit
F : luas bidang dasar batu bata yang berhubungan dengan air

CONTOH :
A=1167 ,20 gr
B=1225 , 97 gr
F=18 x 9,4 cm=169 ,2 cm 2
=1 , 692 dm2
B− A
suction rate batu bata=
F
1225 , 97−1167 , 20
=
1 ,692
=34 ,73 (gr /dm 2 /menit )

3.2.8 Section rate batu bata


Ukuran (cm) Luas Berat Berat
No:
(dm) c kering bata Section
conto
Panjang Lebar gr ( a ) basah (b-a)/c
h
gr ( b )
1 17.8 9.4 1.6732 1137.15 1196.93 35.728
2 18 9.5 1.71 1167.37 1222.22 32.076
3 17.8 9.3 1.6554 1135.36 1219.79 51.003
4 17.8 9.8 1.7444 1166.21 1210.53 25.407
5 17.8 9.5 1.691 1177.32 1272.52 56.298
6 17.5 9.5 1.6625 1165.14 1188.26 13.907
7 17.8 9.9 1.7622 1124.04 1153.48 16.706

50
8 17.4 9.4 1.6356 1133.55 1205.68 44.100
9 17.8 9.5 1.691 1164.49 1194.89 17.978
10 18 9.4 1.692 1156.03 1209.84 31.803
Rata-rata 1.69 1152.67 1207.41 32.50

Didapatkan bahwa rata-rata suction rate dari sepuluh buah sampel tersebut
adalah 32.50 (gr/dm²/menit). Dari penjelasan diatas untuk lebih lengkap bisa
dilihat pada lampiran.

xxxii. Kesimpulan

Dalam pengujian penyerapan batu bata (suction rate) kesimpulannya


adalah daya serap batu bata berbeda-beda dan kuat hisap batu bata rata-rata pada
sepuluh buah batu bata tersebut adalah 32.50 (gr/dm²/menit).

3.3 PENGUJIAN BAJA


1.2

3.3.1 Kuat Tarik

Perkembangan penggunaan baja sebagai tulangan beton beserta


teknologinya sangat pesat bersama tingkat kebutuhannya. Hal ini merupakan
tantangan bagi ahli untuk dapat merencanakan tulangan beton dengan kekuatan
dan mutu yang lebih baik dengan tidak melupakan aspek-aspek ekonomis.

51
Kekuatan atau tegangan yang dapat dikerahkan oleh baja tergantung dari
mutu baja, tegangan leleh dan tegangan dasar dari berbagai macam baja
bangunan. Untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari baja, terutama mengenai
batas leleh, kuat tarik dan regangannya, biasanya dilakukan pengujian kuat tarik.
Umumnya hasil pengujian tersebut dapat digambarkan dalam suatu diagram yang
menyatakan hubungan antara tegangan dan regangan yang terdiri atas beberapa
daerah.

1.2.1.1 Tujuan

 mendapatkan nilai kuat tarik baja/besi beton dan parameter lainnya (Tegangan
Leleh, Tegangan Putus dan Regangan).
 Mengetahui perbedaan kuat tarik baja (Modulus Elastisitas) dari merek yang
berbeda pada diameter yang sama.
 Menambah pengetahuan tentang kuat tarik baja yang memberikan masukan
pada penggunaan tulangan baja yang minimum

1.2.1.2 Peralatan dan Bahan

Peralatan yang digunakan :


1. Mesin uji tarik (Universal Testing Machine).
2. Penggaris.
3. Jangka Sorong.
4. Micrometer

Bahan yang digunakan :


1. Baja berdiameter 16

1.2.1.3 Keselamatan Kerja

1. Pakai seragam praktek.


2. Baca petunjuk job sheet.
3. Konsentrasi pada pekerjaan.
4. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya, dan simpan pada tempatnya jika tidak
digunakan lagi.
5. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya.

52
1.2.1.4 Langkah kerja

1. Ukur Panjang baja yang akan diuji.


2. Persiapkan mesin uji Tarik baja lalu masukkan baja ke dalamnya.
3. Amati kurva proses penarikan baja. Hingga titik Tarik baja sehingga baja
putus.
4. Ukur Panjang baja setelah melalui penarikan.

1.2.1.5 Data Perhitungan

1
A16 = .π. 2
4 d

Fs
Ty =
A

Keterangan : Ty = titik leleh

A = Area (mm)

Fs = Rata rata tegangan lelah

Tabel 1 Pengujian Uji tarik besi

Panja
Dia Bera Data Keteran
ng
N Besi t Fu Tu gan
Awal Lu d. Fy
o (mm (grm Ty kN Mpa Benda
Lo (m Put (kN
) ) (Mpa) Uji
(mm) m) us )
S15. 888. 62. 87.9 437.4
1 59.5 65.5 13.3 Ts - 420
57 74 86 48 18
231.46
S15. 888. 30. 56.7 282.1
2 61 64
59.2 64.9 13
17 29 47
Ts - 420

53
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan uraian data dan penjelasan dari bab 2, maka secara keseluruhan
dapat disimpulkan dengan sebagai berikut:

1. Mutu kayu ketiga benda uji kadar air dapat diukur dari persentase kadar air
yang dikandungnya.
2. Berat jenis kayu pada pengujian berat jenis adalah tinggi, oleh karena itu
benda uji tersebut memiliki kekuatan yang tinggi karena dinding selnya
tebal dan rongga sel pembentuk pori-pori kecil.
3. Tegangan sejajar serat kayu benda uji pertama didapatkan adalah 47.96
kg/cm², tegangan sejajar serat kayu benda uji kedua 43.66 kg/cm² dan
untuk tegangan sejajar serat kayu benda uji ketiga adalah 29.30 kg/cm².
Berdasarkan bentuk-bentuk retak, maka ketiga benda uji tersebut termasuk
kedalam bentuk retak ujung.
4. Dari data pengujian kuat tekan tegak lurus kayu didapatkan benda uji
pertama memiliki nilai kuat tekan sebesar 287.1 kg/cm², benda uji kedua
memeiliki nilai kuat tekan tegak lurusnya adalah 270.0 kg/cm² dan benda
uji ketiga memiliki nilai kuat tekan tegak lurusnya adalah 274.0 kg/cm².
5. Berdasarkan data perhitungan kuat geser kayu, maka nilai kuat geser dari
benda uji pertama, kedua dan ketiga adalah 80,62 kg/ cm², 64,94 kg/ cm².
dan 91,37 kg/ cm².
6. Dari hasil data pengujian konsistensi mortar, maka didapatkan pada
pengujian keempat memerlukan air sebanyak 350 ml dan jumlah
ketukannya adalah 118, maka akan memenuhi konsistensi standar yang
mempunyai flow 110-120%.
7. Berdasarkan hasil data pengukuran waktu pengikatan mortar dengan alat
vikat, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah waktu penurunan adalah 240

54
menit dan penurunannya adalah 0,7 mm. Jadi dalam waktu 225 menit
tersebut mortar akan mengikat atau mengeras.
8. Berdasarkan data perhitungan kuat tekan mortar, didapatkan kuat tekan
mortar rata-rata selama tiga hari adalah 65,7 kg/cm².
9. Berdasarkan data perhitungan kuat lentur mortar, maka rata-rata kuat tekan
mortar dari benda uji balok tersebut dalam umur selama tiga hari adalah
14,66 kg/cm².
10. Dari hasil data pengujian sifat fisis batu bata merah didapatkan selisih
ukurannya adalah panjang 6 cm, lebar : 2 cm dan tinggi : 1,2 cm dari
ukuran aslinya. Uji tampak luar didapatkan bahwa ketiga batu bata merah
tersebut semua permukaannya tidak rata, retak semuanya, rusuk-rusuknya
tidak siku tetapi tajam semuanya. Warnanya setelah dipotong didapatkan
semuanya berwarna kuning-kemerahan.
11. Kuat tekan rata-rata dari batu bata adalah 52.27 kg/cm². Berdasarkan table
kuat tekan batu bata, maka batu bata tersebut termasuk kedalam Kelas II
mutu bata.
12. Daya serap batu bata berbeda-beda dan kuat hisap batu bata rata-rata pada
tujuh buah batu bata tersebut adalah 32.50 (gr/dm²/menit).

4.2 Saran
Saya sebagai mahasiswa Politeknik Negeri Lhokseumawe yang telah selesai
melaksanakan kegiatan praktikum uji bahan I di laboratorium teknik sipil untuk
semester III, merasakan dapat menyerap ilmu teori dan praktikum tersebut dengan
baik. Maka dari itu saya sarankan agar cara pembelajaran yang dapat membuat
mahasiswa cepat paham dipertahankan dan jika bisa ditingkatkan lagi.

55

Anda mungkin juga menyukai