Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

“PEMBUATAN TRACE JALAN HUTAN”

DISUSUN OLEH:
Tasya Ananda Urbaningrum

(G1011191205)

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan
untuk menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Pembukaan Wilayah Hutani yang
berjudul “Pembuatan Trace jalan Hutan” ini dengan tepat waktu.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi Agung
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk
kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam
yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Adapun penyusunan laporan “Pembuatan Trace Jalan Hutan” ini adalah dengan
maksudsupaya memenuhi tugas mata kuliah Pembukaan Wilayah

Dalam melakukan percobaan ini, tentunya banyak sekali hambatan yang telah
penulis rasakan, oleh sebab itu, kami berterimakasih kepada beberapa pihak terutama ibu
SikmaYanti selaku Dosen pengampuh mata kuliah Pembukaan Wilayah Hutan .

Selain itu kami juga sadar bahwa pada laporan percobaan kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan.. Dan semoga laporan “Pembuatan
Trace Jalan Hutan ini dapat memberikan manfaat tetntang tekhnik-tekhnik pembuatan jalan
hutanyang baik dan efisien.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut suatu sumber mengatakan bahwa hutan yang berada di Indonesia
merupakan hutan yang terbesar ketiga setelah Brazil dan Zaire. Dalam UU Nomor 41/1999
pasal 1 ayat (2) dikatakan bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Mengenai sumber daya alam hayati ini diperjelas lagi dalam UU Nomor 5/1990 pasal 1
ayat (1), bahwa sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati dialam yang terdiri dari
sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama
dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
Hutan Indonesia yang luas ini mengandung sumber daya alam yang begitu
melimpah. Sumber daya alam ini bisa berupa : hasil hutan kayu (HHK), hasil hutan bukan
kayu (HHBK). Hasil hutan kayu (HHK) merupakan sumber daya alam yang terdedia di
hutan berupa kayu yang berasal dari pohon-pohon yang dipanen ketika pohon tersebut telah
memiliki diameter 40 cm keatas dan ada juga salah satu sumber yang mengatakan bahwa
suatu pohon baru boleh dipanen jika diameter pohonnya telah mencapai 50 cm keatas.
Sedangkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) sumber daya alam dari hutan yang bukan kayu
seperti rotan, ekstraktif kayu, resin, gondorukem, satwa liar dan hasil hutan non-kayu
lainnya.
Dalam usaha pemanfaatan hasil sumber daya alam dari hutan tersebut perlu adanya
tahapan-tahapan sebelum melakukan pemanenan hasil hutan. Suparto (1979) mengurutkan
bagaimana kegiatan yang dilakukan dalam proses pemanenan kayu sacara berurutan
sebagai berikut :
1. Perencanaan pemanenan 5. Angkutan antara
2. Pembukaan wilayah hutan (PWH) 6. Penimbunan antara
3. Pemanenan 7. Angkutan akhir
4. Penyaradan 8. Penimbunan akhir
5. Pengumpulan kayu
Pengeloaan hutan harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Untuk mencapai pengelolaan hutan
lestari dan pemanfaatan hasil hutan yang maksimal, maka akses keluar-masuk hutan untuk
mengelola dan memelihara hutan harus tersedia dengan baik, dan hasil hutan harus dapat
dikeluarkan dengan lancar dan mudah.PWH merupakan kegiatan kehutanan yang menyediakan
prasarana/infrastruktur (jaringan jalan, log pond, base camp induk dan base camp cabang, base
camp pembinaan hutan, tempat penimbunan kayu/TPK, tempat pengumpulan kayu/TPN,
jembatan dan gorong-gorong, menara pengawas, dan lain-lain) dalam melancarkan kegiatan
pengelolaan hutan.

Ketersediaan sarana dan prasarana yang baik akan mempengaruhi terhadap


pemanfaatan hutan itu sendiri. Apabila sarana dan prasarana tersedia dengan baik maka
pemanfaatan hutan akan maksimal dan memberikan keuntungan tersendiri dalam bidang
ekonomi. Penentuan lokasi jalan merupakan suatu tahapan dalam rekayasa jalan yang
dilakukan setelah tahapan perencanaan (planning) dan sebelumnya tahap perancangan (design)
suatu jalan. Penentuan lokasi jalan adalah penentuan koridor terbaik antara dua titik yang harus
dihubungkan dengan juga mempertimbangkan lokasi-lokasi yang harus dihindari. Koridor
dapat didefinisikan sebagai bidang memanjang yang menghubungkan dua titik. Sedangkan
trase jalan adalah seri dari garis-garis lurus yang merupakan rencana dalam sumbu jalan. Dalam
penentuan lokasi jalan, terdapat dua kegiatan yaitu : Tahap pertama adalah studi penyuluhan
untuk menentukan koridor yang memenuhi syarat dan Tahap kedua adalah meliputi suatu
tinjauan yang lebih mendalam dari alternatif-alternatif koridor yang telah diidentifikasi pada
tahap sebelumnya. Hasil dari tahapan ini merupakan suatu rancangan dalam koridor terbaik
(Budiman, 1996).
Jalan hutan berfungsi sebagai prasarana pengawasan, pengangkutan bibit, material dan
hasil hutan. Dalam pemungutan hasil hutan sistem jaringan merupakan hasil dari pada ekonomi
pemanenan hasil hutan. Praktek pembuatan jalan hutan dapat bervariasi dalam suatu tempat ke
tempat lain bergantung dari banyak factor-faktor seperti keadaan medan kerja, peralatan yang
digunakan, intensitas perlakuan terhadap jalan dan sebagainya yang perlu dalam pembuatan
jalan ada keseimbangan kondisi kemiringan dan lebar. Jalan mempengaruhi kemampuan
efektif truk angkutan selain itu bahwa belokan yang lebar dan pandangan pengemudi ke depan
jauh sehingga dapat memperlancar kesiapan pengangkutan (Elias, 1995).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembuatan trace jalan hutan adalah :
1. Mengetahui perencanaan pembuatan jalan yang efisien dan efektif sesuai dengan
ketentuan – ketentuan pembuatan jalan yang baik.
2. Melatih pembacaan peta kontur.
3. Melatih cara mengklasifikasikan wilayah hutan berdasarkan tingkat kemiringan lereng.
4. Melatih dalam merencanakan jaringan jalan hutan.
5. Mengetahui cara memilih alternative pembukaan wilayah hutan yang optimal.
6. Melatih menghitung volume dan biaya galian serta timbunan sesuai dengan aligment
yang telah direncanakan.
7. Mampu menghitung biaya pembuatan jaringan jalan hutan
BAB II

Alat dan Bahan

3.1 Alat dan Bahan

1. Alat
- Penggaris
- Pensil
- Jangka
- Busur derajat
- Penghapus
- Kalkulator
2. Bahan
- Peta topografi skala 1: 2000
- Kertas milimeter block
BAB III

Pembuatan Trace
1. Pembuatan Trase Jalan dan Penentuan Titik Profil
- Membuat trase untuk menghubungkan titik A dan titik B, yang terdapat pada Peta
Topografi skala 1 : 2000 dengan langkah- langkah sebagai berikut :
- perbandingan Menentukan titik – titik profil pada trase jalan yang menghubungkan
titik A dan titik B, diberi nama dari A-1-2-3- sampai B
- Menentukan tinggi pada masing – masing titik profil, kemudian menghitung beda
tingginya
- Mengitung jarak antar titik profil dari titik profil A sampai titik profil B, dengan
mempertimbangkan beberapa ketentuan yaitu Jarak antar titik profil pada jalan lurus
maksimal 100 meter, dan pada daerah belokan diletakan 3 titik profil masing – masing
pada awal, tengah dan akhir belokan. Untuk belokan diperhalus dengan menggunakan
jangka, serta ditentukan jari jari pada belokan.
Untuk daerah lurus jarak antar titik profil dihitung berdasarkan panjang titik profil
dilihat dari penggaris kemudian dihitung berdasarkan skala.

Sedangkan untuk daerah belokan jarak dihitung dengan rumus :


Jarak (J) = α x 2  r
360
Ket : α = Besar sudut pada belokan
 = 3,14
r = Jari – jari belokan
- Setelah jarak antar profil diketahui, selanjutnya menghitung heling pada masing-
masing titik profil. Penentuan helling harus sesuai dengan syarat yang telah
ditentukan baik untuk daerah lurus maupun daerah belokan, yaitu:
✓ Untuk daerah datar max 5%
✓ Untuk daerah pegunungan sedang 6 – 7%
✓ Untuk daerah pegunungan berat 8 – 10%
✓ Untuk Belokan maksimal 5%
✓ Pada daerah belokan jari-jari minimal 50 m dan maksimal 80 m. Pada belokan
ini dibuat titik profil awal, titik tengah dan titik akhir belokan
- Menghitung helling menggunakan rumus :
Helling = Beda Tinggi / Jarak antar titik profil x 100 %
- Membuat tabel bantu pembuatan trace, serta mengisinya dengan data – data hasil
perhitungan jarak antar profil, ketinggian titik profil maupun % helling.

2. Pembuatan Penampang Memanjang


Membuat penampang memanjang dalam kertas mm blok, pembuatan penampang
memanjang berdasarkan pada trace dengan skala vertikal 1:200 dan horizontal 1:2000dengan
langkah-langkah sebagai berikut :

- Membuat dua buah garis sumbu x dan sumbu y


- Sumbu x untuk jarak antar titik profil, sedangkan sumbu y untuk ketinggianmasing-
masing titik profil
- Membuat grafik untuk penampang memanjang jalan, jarak antar titik profildisesuaikan
dengan ketinggian masing-masing profil
- Setelah penampang memanjang jalan jadi, langkah selanjutnya adalah membuattabel
untuk penampang melintang jalan .
Nomor Profil Ketinggian Titik Profil Jarak antar profil Beda tinggi Helling Ket

A 513
50 0 0 Lurus
1 513
46 1 2,17 Lurus
2 514
60 1 1,60 Lurus
3 513
40 2 5 Lurus
4 515
20 1 5 Lurus
5 514
16 0,5 3,12 Lurus
6 513,5
15,7 0 0 Belokan
7 513,5
15,7 0,5 3,18 Belokan
8 514
20 1 5 Lurus
9 515
50 0 0 Lurus
B 515

Untuk mengisi tabel penampang memanjang, hal yang harus diperhatikan adalah :
✓ Menyesuaikan nomor titik profil dengan titik profil yang telah di buat
✓ Selanjutnya, menyesuaikan jarak antar titik profil yang merupakan jarak antara dua
titik profil yang berurutan, dengan skala horizontal 1 : 2000
✓ Menentukan jarak langsung, untuk mengetahui jarak dari perencanaan yang dibuat
berdasarkan data yang didapat dari tabel bantu.
✓ Menentukan tinggi tanah di As jalan yang merupakan ketinggian tanah asal di
dalam perencanaan jaringan jalan sebelum di lakukan garis perataan.
✓ Perbedaan galian dan timbunan, didapat setelah dilakukan penarikan garis perataan.
Jika garis perataan berada diatas tanah asli berarti terdapat timbunan dan sebaliknya
✓ Helling mula-mula, merupakan persentase perbandingan antara beda tinggi di As
tanah dari dua titik profil yang berurutan dengan jarak dua titik profil yang
bersangkutan
✓ Helling garis perataan, merupakan persentase perbandingan antara beda tinggi
tanah di As jalan dari dua titik profil yang berurutan dengan jarak dua titik
✓ Jalan lurus atau belokan, digambarkan dengan kode berupa garis lurus atau
berbentuk busur
3. Pembuatan Penampang Melintang
- Menyiapkan kertas milimeter blok dan penggaris. Setiap kontur dengan ukuran
1cm menandakan 1mm pada kertas mm blok
- Membuat bidang melintang trace pada peta, bidang ini akan tergambar sesuai
dengan garis lurus yang memotong tegak lurus trace
- Memindahkan keatas kertas grafik dengan skala 1:200 (vertikal dan horisontal)
badan melintang trace pada peta tersebut
- Menentukan terlebih dahulu tinggi tanah di as jalan dan tinggi as jalan pada
penggambaran diatas mm block
- Selanjutnya penampang melintang trace digambarkan pada perpotongan tinggi
tanah pada as jalan dengan bidang melintang trace yang dipindahkan tersebut,
dengan ketentuan sebagai berikut
11
✓ Lebar badan jalan 5 meter (2,5 cm dalam kertas mm block)
✓ Lebar berm dikiri dan kanan jalan masing-masing 1,5 m (0,75 cm didalam
kertas mm block)
✓ Parit (selokan) dibuat selebar 0,25 m kiri dan kanan (0,125 cm didalam kertas
mm block)
✓ Dalam selokan 0,25 meter (0,125 cm dalam kertas mm block)
✓ Kemiringan talud 1:1 yang membentuk 45°
- Setelah jarak antara kontur sudah diketahui, selanjutnya memasukkan data-data ke
dalam tabel pembuatan penampang melintang.

4. Pembuatan Daftar Pekerjaan Tanah


- Menghitung luas bidang galian dan timbunan pada tiap-tiap profil (bentuk
segitiga, bujur sangkar, persegi panjang dll.)
- Menjumlahkan masing-masing luas bidang galian untuk mendapatkan luas total
pada satu profil.
- Mencari rata-rata bidang galian dan timbunan antara titik profil yang berdekatan.
- Mengalikan rata-rata bidang galian dan timbunan denganjarak titik profil yang
berdekatan untuk mendapatkantaksiran volume galian dan timbunan.
✓ Volume galian :Jarak profil x luas rata-rata penampang galian
✓ Volume timbunan :Jarak profil x luas rata-rata penampang timbunan
- Membuat tabel luas galian dan timbunan
- Tabel daftar pekerja tanah

5. Daftar Analisa biaya


Biaya galian dan timbuana dapat dihitung dengan cara :
- Biaya galian :Total volume galian x biaya galian/m3
- Biaya timbunan :Total volume timbunan x biaya timbunan/m3
Yang mana upah untuk :

Galian : Rp. 135.000,- /m3


Timbunan : Rp. 130.000,
BAB IV
Pembuatan Penampang Memanjang

A. Pembuatan Penampang Memanjang


Pembuatan penampang memanjang dilalukan diatas milimeter blok dengan skala 1 : 200
pada sumbu y dan skala 1 : 2000 pada sumbu x. Sumbu x untuk jarak antar profil, sedangkan
sumbu y adalah ketinggian masing – masing profil. Dengan data sebagai berikut :
- Jarak Antar Profil
A – 1 = 50 m 6 – 7 = 15,7 m
1 – 2 = 46 m 7 – 8 = 15,7 m
2 – 3 = 60 m 8 – 9 = 20 m
3 – 4 = 40 m 9 – B = 50 m
4 – 5 = 20 m
5 – 6 = 16 m
- Jarak Langsung
Didapat dengan mengkomulatifkan jarak dari titik profil A sampai titik profil B :
A – 1 = 50 m 6 – 7 = 217,7 m
1 – 2 = 66 m 7 – 8 = 233,4 m
2 – 3 = 126 m 8 – 9 = 253,4 m
3 – 4 = 166 m 9 – B = 303,4 m
4 – 5 = 186 m
5 – 6 = 202 m
- Tinggi As Tanah
Ketinggian titik profil sebelum perataan ( tinggi titik profil sesungguhnya )
A = 513 mdpl 7 = 513,5 mdpl
1 = 513 mdpl 8 = 514 mdpl
2 = 514 mdpl 9 = 515 mdpl
3 = 513 mdpl B = 515 mdpl
4 = 515 mdpl
5 = 514 mdpl
6 = 513,5 mdpl

- Tinggi As jalan
Tinggi As jalan diperoleh dari garis perataan pada penampang memanjang, dengan data
tinggi jalan setelah perataan adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Tinggi As Jalan

No. Titik Tinggi As Jalan (mdpl)


Profil

A 514

1 514

2 514

3 514

4 514

5 514

6 514

7 514

8 514

9 514

B 514

Perbedaan Galian dan Timbunan

No. Titik Profil Perbedaan Galian – Timbunan (m)


B Galian = 515 – 514 = 1
A Timbunan = 513 – 514= 1

1 Timbunan = 513 – 514= 1


2 Galian = 514 - 514 = 0

3 Timbunan = 513 – 514= 1

4 Galian = 515 – 514 = 1

5 Galian = 514 – 514 = 0

6 Timbunan = 513,5 – 514 = 0,5

7 Timbunan = 513,5 – 514 = 0,5

8 Galian = 514 - 514 = 0

9 Galian = 515 – 514 = 1


BAB IV
Pembuatan Penampang Melintang

A. Pembuatan Penampang Melintang


Pembuatan penampang melintang dilakukan pada peta topografi dengan skala 1 : 2000,
penampang melintang berupa garis tegak lurus pada masing masing – masing titik profil, yang
kemudian garis tersebut digunakan sebagai garis pembantu dalam pembuatan penampang
melintang di milimeter blok. Setiap 1 mm di peta mengartikan 1cm di milimeter blok.
Perhitungan luas penampang melintang adalah dengan menggunakan rumus bangun yang
diperoleh (segitiga, trapesium, jajar genjang, atau rumus bangun lainya) tergantung bentuk
bangun yang terdapat pada penampang melintang. Dari hasil pembuatan penampang melintang
diperoleh data sebagai berikut:

Gambar 1. Profil

Luas galian :

L1 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 3 mm x 2 mm
= 3 mm2

L2 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 3 mm x 4 mm
= 6 mm2

Luas 2 buah talud = (2 x 1⁄2 x 1,25 x 1,25mm) = 1.5625mm2

Luas total = (3 + 6 + 1.5625) = 15.634

Total galian = 15.634mm2 X 1 m2 = 625,36 m2


25
Gambar 2. Profil 1

Luas galian :
L1 (Segitiga ) =12⁄xAxT
= 1 2 ⁄ x 3 mm x 2 mm
= 3 mm2
L2 (Segitiga) =12⁄xAxT
= 1 2 ⁄ x 3 x 4 mm
= 6 mm2
Luas 2 buah talud = 2( 1 2 ⁄ x 1,25 x 1,25mm) = 1.5625 mm2
Luas total = ( 3 + 6 + 1.5625) = 15.634 mm2
Total galian = 15.634 mm2 X 1 m2 = 625,36 m2
25
Gambar 3. Profil 2

Timbunan:
L1 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 1 mm x 19 mm
= 9,5mm2
Total luas timbunan = 9,5 mm2 X 1 m2 = 0,38 m2
25

Galian :
L1 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 2 mm x 2 mm
= 2 mm2
L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 2 mm x 3 mm
= 3 mm2
Luas 1 buah talud = (1⁄2 x 1,25 x 1,25mm) = 0,78125
Luas total = ( 2 + 3 + 0,78125) = 5,78125

Total luas galian = 5,78125mm2 X 1 m2 =


0,23125
25
Gambar 4. Profil 3

Luas galian :

L1 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 x 5 mm x 9 mm
= 22,5 mm2

L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T

=1⁄2 x 5 x 2 mm
= 5mm2

L3 (Segitiga) =1⁄2 x A x T

=1⁄2 x13 x 11 mm

= 71,5mm2

L4 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 𝑥 4 x 13 mm

= 26mm2

Luas 2 buah talud = 2 𝑥 (1⁄2 x 1,25 x 1,25mm) = 15.625mm2

Luas total = ( 22,5 + 5 + 71,5 + 26 + 15.625) = 15,750

Total galian = 15,750mm2 X 1 m2 = 562,5 m2

25
Gambar 5. Profil 4

Luas timbunan :

L1 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 x 7 mm x 12 mm
= 42 mm2

L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T

=1⁄2 x 5 x 11 mm
= 27,5mm2

L3 (Segitiga) =1⁄2 x A x T

=1⁄2 x20 x 5 mm

= 50mm2

L4 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 𝑥 5 x 9 mm

= 22,5mm2

Luas total = 92mm2 X 1 m2 = 3,68m2

25

Luas galian :

L1 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 𝑥 10 x 12 mm

=60 mm2
L2 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 𝑥 10 x 12 mm

=60 mm2

L3 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 𝑥 3 x 18 mm

=27 mm2

L4 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 𝑥 4 x 3 mm

=6 mm2

Luas 1 buah talud = (1⁄2 x 1,25 x 1,25mm) = 0,78125mm2

Luas total = (60 + 60 + 27 + 6 + 0,78125) = 153,78

Total galian = 153,78mm2 X 1 m2 = 6,1512m2

25
Gambar 6. Profil 5

Luas timbunan :

L1 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 x 3 mm x 5 mm
= 7,5 mm2

L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T

=1⁄2 x 3 x 6 mm
= 9mm2

L3 (Segitiga) =1⁄2 x A x T

=1⁄2 x2 x 5 mm

= 5mm2

L4 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 𝑥 2 x 13 mm

= 13mm2

L5 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 𝑥 2 x 2 mm

= 2mm2

L6 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 𝑥 2 x 4 mm
= 4mm2

Luas talud = 0 (tidak ada talud)

Luas total = (7,5 + 9 + 5 + 13 + 2 + 4)= 40,5

Total galian = 40,5mm2 X 1 m2 =1,62m2

25
Gambar 7. Profil 6

Luas timbunan :

L1 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 x 1 mm x 2 mm
= 1 mm2

L2 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 x 1 mm x 2 mm
= 1 mm2

Luas talud = 0 ( tidak ada talud)

Luas total = (1 + 1) = 2

Total galian = 2 mm2 X 1 m2 =0,08

25
Gambar.8.profil.7

Luas galian :

L1 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 x 2 mm x 2 mm
= 2 mm2

L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T

=1⁄2 x 2 x 3 mm
= 3mm2

L3 (Segitiga) =1⁄2 x A x T

=1⁄2 x 2 x 3 mm
= 3mm2

L4 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 x 2 mm x 2 mm
= 2 mm2

Luas 2 buah talud = 2 𝑥(1⁄2 x 1,25 x 1,25mm) = 15625mm2


Luas total = (2 + 3 + 3 + 2 + 15625) = 15.635
Total galian = 15.635mm2 X 1 m2 =625,4m2
25
Gambar.9. profil 8.

Luas galian :
L1 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 2 mm x 3 mm
= 3mm2
L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 2 mm x 2 mm
= 2mm2
Luas 2 buah talud = 2 𝑥(1⁄2 x 1,25 x 1,25mm) = 15625mm2
Luas total = (3 + 2 + 15625) = 15.630

Total timbunan =15.630mm2 X 1 m2 = 625,2m2


25
Gambar.10.profil 9

Luas galian :

L1 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 x 2mm x 3 mm
= 3 mm2

L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T

= 1⁄2 x 2mm x 3 mm
= 3 mm2

L3 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 x 2mm x 3 mm
= 3 mm2

L4 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T

= 1⁄2 𝑥 2 x 17 mm

= 17mm2

Luas 2 buah talud = 2 (1⁄2 x 1,25 x 1,25mm) = 1,5625mm2

Luas total = (3 + 3 + 3 + 17 + 1,5625)= 1.5651

Total galian = 1.5651mm2 X 1 m2 =626,04m2

25
Gambar 11. Profil B

Luas Galian :

Luas total =0

Luas talud = 2 (1⁄2 x 1,25 x 1,25mm) = 1,5625mm2

Total galian = 1,56252 X 1 m2 =625m2

25
BAB VI

Daftar Pekerjaan Tanah

Daftar Pekerjaan Tanah


Daftar pekerjaan tanah dibuat berdasarkan perhitingan luas galian dan timbunan. Berikut
daftar pembantu daftar pekerjaan tanah
Table luas galian dan timbunan :

No No titik profil Luas galian (m2) Luas timbunan (m2) Total (m2)
1 A 625,36 0 625,36

2 1 625,36 0 625,36

3 2 0,23125 0,38 0,61125

4 3 562,5 0 562,5

5 4 61,512 3,68 98,312

6 5 0 1,62 1,62

7 6 0 0,08 0,08

8 7 625,4 0 625,4

9 8 625,2 0 625,2

10 9 626,04 0 626,04

11 B 625 0 625
Total 4.321,24 5,76 4.327,00245

Tabel daftar pekerja tanah :


Titik Jarak Luas penampang Luas penampang rata-rata Volume (m³)
Profil (m) melintang (m²) (m²)
Galian Timbunan Galian Timbunan Galian Timbunan

A 625,36 0

50 625,36 0 31.268 0

1 625,36 0
46 312,79 0,19 14.388,34 8,74

2 0,23125 0,38

60 281,36 0,19 16881,6 11,4

3 562,5 0

40 568,65 1,84 22,746 73,6

4 6,1512 3,68

20 3,0756 2,65 61,512 53

5 0 1,62

16 0 0,85 0 13,6

6 0 0,08

20 312,7 0,04 6,254 0,8

7 625,4 0

46 1.250,6 0 57.527,6 0

8 625,2 0

26 1.251,24 0 32.532,24 0

9 626,04 0

50 625,52 0 31.276 0

B 625 0

Total 2129,3529 161,14


BAB VII

Pengukuran

Pengukuran biaya

Besarnya biaya yang telah ditentukan untuk kegiatan pekerjaan tanah per meter kubik adalah :
Besar biaya galian per meter kubik = Rp. 135.000,-
Besar biaya timbunan per meter kubik = Rp. 130.000,-

Sehingga diperoleh hasil berdasarkan perhitungan adalah

Biaya galian = Total volume galian x biaya galian

= 2129,3529 x 135.000

= Rp 287.462.641

Biaya timbunan = Total volume timbunan x biaya timbunan

= 161,14 x 130.000

= Rp. 20.948.200

Total biaya keseluruhan = Rp . 287.462.641+ 20.948.200

= Rp. 308.410.841
BAB VIII
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari kegiatan perencanaan pembuatan trace jalan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan :
1. Tahapan pembuatan jaringan jalan antara lain adalah pembuatan trace, pembuatan
penampang memanjang jalan, pembuatan penampang melintang jalan, pembuatan
daftar pekerjaan tanah, serta penentuan biaya yang diperlukan.Dengan ketentuan
Heling untuk tanah datar 5 %, daerah pegunungan ringan 6 - 7 %, daerah
pegunungan berat 8 - 10%, dan belokan 5%.
2. Jumlah titik profil sebanyak 11 profil termasuk A dan B. Banyaknya titik profil
dimaksudkan untuk menghindari helling yang melebihi maksimum untuk tiap profil.
3. Total volume galian sebesar 2129,3529 m³ dan total volume timbunan sebesar
161,14 m³.
4. Semakin banyak atau besar galian dan timbunan, semakin besar pula volume dan
biaya pekerjaannya.
5. Total biaya keseluruhan yang diperlukan untuk kegiatan pekerjaan trace jalan
sebesar Rp. 308.410.841

5.2 Saran
1. Pembuatan jalan hutan harus dilihat dari segi ekonomi dalam hubungannya dengan
kesulitan tentang kelerangan dan temporari penggunaan jalan ini.
2. Diperlukan ketelitian dan kecermatan yang tinggi sehingga memperoleh hasil yang
baik, ketelitian dalam menentukan trace definitif adalah kunci keberhasilan dalam
pembuatan jaringan jalan.
3. Pada pembuatan trace dengan daerah bertopografi harus memiliki skala yang tepat
dan sesuai dengan gambaran dilapangan, hal ini dimaksudkan agar ketelitian dalam
perhitungan dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak terlalu menyimpang dari
keadaan yang sebenarnya.
Daftar Pustaka

Anonim. 2013. Tahapan Pemanenan ayu. OCW.usu.ac.id/pemanena-hasil-hutan/ diakses pada


tanggal 20 Desember 206 pukul 20.15 WIB

Anonim. 3009. Pembukaan Wilayah Hutan dan Keteknikan Kehutanan. Fakultas Kehutanan
Universitas Hasannudi. Makasar diakses pada tanggal 20 Desember 206 pukul 20.10
WIB

Elias, 2007. Modul 2. Pelatihan Pembukaan Wilayah Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor: Bogor.

Oka dan Suiji Kusumo, 1972, Pedoman Pembuatan Jalan Angkutan Hutan, Proyek Asisten
LPHH Perhutani: Jawa Timur.

Sofyan. 1976. Dasar-Dasar Konstruksi Jalan Hutan, Pengantar KulturTeknis Bagian 1.


Yayasan Fahutan Universitas Gajahmada: Yogyagkarta.

Anshori, Isa. 2003. Perencanaan Pembuatan Jaringan Jalan Hutan. Fakultas Kehutanan
Universitas tanjungpura Pontianak: Pontianak.

Said, Masnuri Ir, dkk. 1986. Eksploitasi Hutan. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura:
Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai