DISUSUN OLEH:
Tasya Ananda Urbaningrum
(G1011191205)
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan
untuk menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Pembukaan Wilayah Hutani yang
berjudul “Pembuatan Trace jalan Hutan” ini dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi Agung
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk
kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam
yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Adapun penyusunan laporan “Pembuatan Trace Jalan Hutan” ini adalah dengan
maksudsupaya memenuhi tugas mata kuliah Pembukaan Wilayah
Dalam melakukan percobaan ini, tentunya banyak sekali hambatan yang telah
penulis rasakan, oleh sebab itu, kami berterimakasih kepada beberapa pihak terutama ibu
SikmaYanti selaku Dosen pengampuh mata kuliah Pembukaan Wilayah Hutan .
Selain itu kami juga sadar bahwa pada laporan percobaan kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan.. Dan semoga laporan “Pembuatan
Trace Jalan Hutan ini dapat memberikan manfaat tetntang tekhnik-tekhnik pembuatan jalan
hutanyang baik dan efisien.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembuatan trace jalan hutan adalah :
1. Mengetahui perencanaan pembuatan jalan yang efisien dan efektif sesuai dengan
ketentuan – ketentuan pembuatan jalan yang baik.
2. Melatih pembacaan peta kontur.
3. Melatih cara mengklasifikasikan wilayah hutan berdasarkan tingkat kemiringan lereng.
4. Melatih dalam merencanakan jaringan jalan hutan.
5. Mengetahui cara memilih alternative pembukaan wilayah hutan yang optimal.
6. Melatih menghitung volume dan biaya galian serta timbunan sesuai dengan aligment
yang telah direncanakan.
7. Mampu menghitung biaya pembuatan jaringan jalan hutan
BAB II
1. Alat
- Penggaris
- Pensil
- Jangka
- Busur derajat
- Penghapus
- Kalkulator
2. Bahan
- Peta topografi skala 1: 2000
- Kertas milimeter block
BAB III
Pembuatan Trace
1. Pembuatan Trase Jalan dan Penentuan Titik Profil
- Membuat trase untuk menghubungkan titik A dan titik B, yang terdapat pada Peta
Topografi skala 1 : 2000 dengan langkah- langkah sebagai berikut :
- perbandingan Menentukan titik – titik profil pada trase jalan yang menghubungkan
titik A dan titik B, diberi nama dari A-1-2-3- sampai B
- Menentukan tinggi pada masing – masing titik profil, kemudian menghitung beda
tingginya
- Mengitung jarak antar titik profil dari titik profil A sampai titik profil B, dengan
mempertimbangkan beberapa ketentuan yaitu Jarak antar titik profil pada jalan lurus
maksimal 100 meter, dan pada daerah belokan diletakan 3 titik profil masing – masing
pada awal, tengah dan akhir belokan. Untuk belokan diperhalus dengan menggunakan
jangka, serta ditentukan jari jari pada belokan.
Untuk daerah lurus jarak antar titik profil dihitung berdasarkan panjang titik profil
dilihat dari penggaris kemudian dihitung berdasarkan skala.
A 513
50 0 0 Lurus
1 513
46 1 2,17 Lurus
2 514
60 1 1,60 Lurus
3 513
40 2 5 Lurus
4 515
20 1 5 Lurus
5 514
16 0,5 3,12 Lurus
6 513,5
15,7 0 0 Belokan
7 513,5
15,7 0,5 3,18 Belokan
8 514
20 1 5 Lurus
9 515
50 0 0 Lurus
B 515
Untuk mengisi tabel penampang memanjang, hal yang harus diperhatikan adalah :
✓ Menyesuaikan nomor titik profil dengan titik profil yang telah di buat
✓ Selanjutnya, menyesuaikan jarak antar titik profil yang merupakan jarak antara dua
titik profil yang berurutan, dengan skala horizontal 1 : 2000
✓ Menentukan jarak langsung, untuk mengetahui jarak dari perencanaan yang dibuat
berdasarkan data yang didapat dari tabel bantu.
✓ Menentukan tinggi tanah di As jalan yang merupakan ketinggian tanah asal di
dalam perencanaan jaringan jalan sebelum di lakukan garis perataan.
✓ Perbedaan galian dan timbunan, didapat setelah dilakukan penarikan garis perataan.
Jika garis perataan berada diatas tanah asli berarti terdapat timbunan dan sebaliknya
✓ Helling mula-mula, merupakan persentase perbandingan antara beda tinggi di As
tanah dari dua titik profil yang berurutan dengan jarak dua titik profil yang
bersangkutan
✓ Helling garis perataan, merupakan persentase perbandingan antara beda tinggi
tanah di As jalan dari dua titik profil yang berurutan dengan jarak dua titik
✓ Jalan lurus atau belokan, digambarkan dengan kode berupa garis lurus atau
berbentuk busur
3. Pembuatan Penampang Melintang
- Menyiapkan kertas milimeter blok dan penggaris. Setiap kontur dengan ukuran
1cm menandakan 1mm pada kertas mm blok
- Membuat bidang melintang trace pada peta, bidang ini akan tergambar sesuai
dengan garis lurus yang memotong tegak lurus trace
- Memindahkan keatas kertas grafik dengan skala 1:200 (vertikal dan horisontal)
badan melintang trace pada peta tersebut
- Menentukan terlebih dahulu tinggi tanah di as jalan dan tinggi as jalan pada
penggambaran diatas mm block
- Selanjutnya penampang melintang trace digambarkan pada perpotongan tinggi
tanah pada as jalan dengan bidang melintang trace yang dipindahkan tersebut,
dengan ketentuan sebagai berikut
11
✓ Lebar badan jalan 5 meter (2,5 cm dalam kertas mm block)
✓ Lebar berm dikiri dan kanan jalan masing-masing 1,5 m (0,75 cm didalam
kertas mm block)
✓ Parit (selokan) dibuat selebar 0,25 m kiri dan kanan (0,125 cm didalam kertas
mm block)
✓ Dalam selokan 0,25 meter (0,125 cm dalam kertas mm block)
✓ Kemiringan talud 1:1 yang membentuk 45°
- Setelah jarak antara kontur sudah diketahui, selanjutnya memasukkan data-data ke
dalam tabel pembuatan penampang melintang.
- Tinggi As jalan
Tinggi As jalan diperoleh dari garis perataan pada penampang memanjang, dengan data
tinggi jalan setelah perataan adalah sebagai berikut :
A 514
1 514
2 514
3 514
4 514
5 514
6 514
7 514
8 514
9 514
B 514
Gambar 1. Profil
Luas galian :
L1 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 3 mm x 2 mm
= 3 mm2
L2 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 3 mm x 4 mm
= 6 mm2
Luas galian :
L1 (Segitiga ) =12⁄xAxT
= 1 2 ⁄ x 3 mm x 2 mm
= 3 mm2
L2 (Segitiga) =12⁄xAxT
= 1 2 ⁄ x 3 x 4 mm
= 6 mm2
Luas 2 buah talud = 2( 1 2 ⁄ x 1,25 x 1,25mm) = 1.5625 mm2
Luas total = ( 3 + 6 + 1.5625) = 15.634 mm2
Total galian = 15.634 mm2 X 1 m2 = 625,36 m2
25
Gambar 3. Profil 2
Timbunan:
L1 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 1 mm x 19 mm
= 9,5mm2
Total luas timbunan = 9,5 mm2 X 1 m2 = 0,38 m2
25
Galian :
L1 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 2 mm x 2 mm
= 2 mm2
L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 2 mm x 3 mm
= 3 mm2
Luas 1 buah talud = (1⁄2 x 1,25 x 1,25mm) = 0,78125
Luas total = ( 2 + 3 + 0,78125) = 5,78125
Luas galian :
L1 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 5 mm x 9 mm
= 22,5 mm2
L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
=1⁄2 x 5 x 2 mm
= 5mm2
L3 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
=1⁄2 x13 x 11 mm
= 71,5mm2
L4 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 𝑥 4 x 13 mm
= 26mm2
25
Gambar 5. Profil 4
Luas timbunan :
L1 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 7 mm x 12 mm
= 42 mm2
L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
=1⁄2 x 5 x 11 mm
= 27,5mm2
L3 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
=1⁄2 x20 x 5 mm
= 50mm2
L4 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 𝑥 5 x 9 mm
= 22,5mm2
25
Luas galian :
L1 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 𝑥 10 x 12 mm
=60 mm2
L2 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 𝑥 10 x 12 mm
=60 mm2
L3 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 𝑥 3 x 18 mm
=27 mm2
L4 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 𝑥 4 x 3 mm
=6 mm2
25
Gambar 6. Profil 5
Luas timbunan :
L1 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 3 mm x 5 mm
= 7,5 mm2
L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
=1⁄2 x 3 x 6 mm
= 9mm2
L3 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
=1⁄2 x2 x 5 mm
= 5mm2
L4 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 𝑥 2 x 13 mm
= 13mm2
L5 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 𝑥 2 x 2 mm
= 2mm2
L6 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 𝑥 2 x 4 mm
= 4mm2
25
Gambar 7. Profil 6
Luas timbunan :
L1 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 1 mm x 2 mm
= 1 mm2
L2 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 1 mm x 2 mm
= 1 mm2
Luas total = (1 + 1) = 2
25
Gambar.8.profil.7
Luas galian :
L1 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 2 mm x 2 mm
= 2 mm2
L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
=1⁄2 x 2 x 3 mm
= 3mm2
L3 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
=1⁄2 x 2 x 3 mm
= 3mm2
L4 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 2 mm x 2 mm
= 2 mm2
Luas galian :
L1 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 2 mm x 3 mm
= 3mm2
L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 2 mm x 2 mm
= 2mm2
Luas 2 buah talud = 2 𝑥(1⁄2 x 1,25 x 1,25mm) = 15625mm2
Luas total = (3 + 2 + 15625) = 15.630
Luas galian :
L1 (Segitiga ) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 2mm x 3 mm
= 3 mm2
L2 (Segitiga) =1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 2mm x 3 mm
= 3 mm2
L3 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 x 2mm x 3 mm
= 3 mm2
L4 (Segitiga) = 1⁄2 x A x T
= 1⁄2 𝑥 2 x 17 mm
= 17mm2
25
Gambar 11. Profil B
Luas Galian :
Luas total =0
25
BAB VI
No No titik profil Luas galian (m2) Luas timbunan (m2) Total (m2)
1 A 625,36 0 625,36
2 1 625,36 0 625,36
4 3 562,5 0 562,5
6 5 0 1,62 1,62
7 6 0 0,08 0,08
8 7 625,4 0 625,4
9 8 625,2 0 625,2
10 9 626,04 0 626,04
11 B 625 0 625
Total 4.321,24 5,76 4.327,00245
A 625,36 0
50 625,36 0 31.268 0
1 625,36 0
46 312,79 0,19 14.388,34 8,74
2 0,23125 0,38
3 562,5 0
4 6,1512 3,68
5 0 1,62
16 0 0,85 0 13,6
6 0 0,08
7 625,4 0
46 1.250,6 0 57.527,6 0
8 625,2 0
26 1.251,24 0 32.532,24 0
9 626,04 0
50 625,52 0 31.276 0
B 625 0
Pengukuran
Pengukuran biaya
Besarnya biaya yang telah ditentukan untuk kegiatan pekerjaan tanah per meter kubik adalah :
Besar biaya galian per meter kubik = Rp. 135.000,-
Besar biaya timbunan per meter kubik = Rp. 130.000,-
= 2129,3529 x 135.000
= Rp 287.462.641
= 161,14 x 130.000
= Rp. 20.948.200
= Rp. 308.410.841
BAB VIII
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan perencanaan pembuatan trace jalan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan :
1. Tahapan pembuatan jaringan jalan antara lain adalah pembuatan trace, pembuatan
penampang memanjang jalan, pembuatan penampang melintang jalan, pembuatan
daftar pekerjaan tanah, serta penentuan biaya yang diperlukan.Dengan ketentuan
Heling untuk tanah datar 5 %, daerah pegunungan ringan 6 - 7 %, daerah
pegunungan berat 8 - 10%, dan belokan 5%.
2. Jumlah titik profil sebanyak 11 profil termasuk A dan B. Banyaknya titik profil
dimaksudkan untuk menghindari helling yang melebihi maksimum untuk tiap profil.
3. Total volume galian sebesar 2129,3529 m³ dan total volume timbunan sebesar
161,14 m³.
4. Semakin banyak atau besar galian dan timbunan, semakin besar pula volume dan
biaya pekerjaannya.
5. Total biaya keseluruhan yang diperlukan untuk kegiatan pekerjaan trace jalan
sebesar Rp. 308.410.841
5.2 Saran
1. Pembuatan jalan hutan harus dilihat dari segi ekonomi dalam hubungannya dengan
kesulitan tentang kelerangan dan temporari penggunaan jalan ini.
2. Diperlukan ketelitian dan kecermatan yang tinggi sehingga memperoleh hasil yang
baik, ketelitian dalam menentukan trace definitif adalah kunci keberhasilan dalam
pembuatan jaringan jalan.
3. Pada pembuatan trace dengan daerah bertopografi harus memiliki skala yang tepat
dan sesuai dengan gambaran dilapangan, hal ini dimaksudkan agar ketelitian dalam
perhitungan dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak terlalu menyimpang dari
keadaan yang sebenarnya.
Daftar Pustaka
Anonim. 3009. Pembukaan Wilayah Hutan dan Keteknikan Kehutanan. Fakultas Kehutanan
Universitas Hasannudi. Makasar diakses pada tanggal 20 Desember 206 pukul 20.10
WIB
Elias, 2007. Modul 2. Pelatihan Pembukaan Wilayah Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor: Bogor.
Oka dan Suiji Kusumo, 1972, Pedoman Pembuatan Jalan Angkutan Hutan, Proyek Asisten
LPHH Perhutani: Jawa Timur.
Anshori, Isa. 2003. Perencanaan Pembuatan Jaringan Jalan Hutan. Fakultas Kehutanan
Universitas tanjungpura Pontianak: Pontianak.
Said, Masnuri Ir, dkk. 1986. Eksploitasi Hutan. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura:
Pontianak.