Anda di halaman 1dari 8

STANDARD OPERATING PROCEDURE

No. Dokumen : Halaman/dari : 1/8


Terbitan ke : 2 Revisi ke : 1 Tgl Terbit : 03-01-2018

INVENTARISASI HUTAN ALAM


(Timber Cruising)
1. Tujuan
1.1. Mendapatkan informasi /data potensi dan stocking tegakan hutan alam pada suatu
petak atau blok RKT.
1.2. Mendapatkan informasi tambahan lapangan, meliputi aksesibilitas, topografi, sosial
ekonomi, dan tutupan lahan.

2. Ruang lingkup
Mencakup kegiatan inventarisasi hutan alam pada kawasan IUPHHK-HT PT.XXX

3. Definisi
3.1. Inventarisasi hutan alam adalah suatu tindakan untuk mengumpulkan informasi
tentang kekayaan hutan, dalam areal IUPHHK-HT PT.XXX yang meliputi
pengumpulan informasi tentang potensi tegakan dan jenis – jenis kayu komersial.
3.2. Metoda timber curising menggunakan sistim jalur dengan lebar jalur 20 meter ( 10 m
kiri dan 10 m kanan ).
3.3. Verifikasi adalah kegiatan untuk pembuktian hasil kerja timber cruising.
3.4. IS adalah besaran pengambilan contoh dalam satu luasan
3.5. Toleransi adalah batas kesalahan yang diperbolehkan.
3.6. Jalur cruising adalah jalur pengamatan untuk pengambilan data data pohon
3.7. Planning Coordinator adalah bagian dari Organisasi Planning di PT.XXX yang
merencanakan dan mengatur kegiatan operasional menuju tercapainya kelestarian
usaha pembangunan HTI.
3.8. Infrastructure Officer adalah bagian dari Planning yang melaksanakan tugas membuat
perencanaan pengaturan ruang dan pengaturan hasil dan melakukan monitoring
pelaksanaan pembangunan hti.
3.9. FMIS adalah bagian dari Planning Coordinator yang bertugas melakukan pengelolaan
data kegiatan operasional hti baik spasial maupun tabular.
3.10. Forest Licence Coordinator adalah bagian dari Planning yang bertugas menyusun data
data perijinan dan monitoring pelaksanaan bersama License & Permit yang merupakan
bagian dari Eksternal Relation yang bertugas melakukan pekerjaan yang berkaitan
dengan pengurusan ijin operasional pembangunan HTI, baik ijin jangka panjang,
STANDARD OPERATING PROCEDURE
No. Dokumen : Halaman/dari : 2/8
Terbitan ke : 2 Revisi ke : 1 Tgl Terbit : 03-01-2018

menengah ataupun tahunan serta monitoring penggunaanya


3.11. Planning Coordinator adalah bagian dari organisasi District yang bertugas
melaksanakan survey, pengukuran, pemetaan, pendataan dan pengolahannya, serta
monitoring kegiatan operasional di wilayahnya
3.12. Survey Officer adalah bagian dari Planning Coordinator District yang bertugas
melakukan pekerjaan pengukuran areal, survey lahan

4. Tanggung jawab
4.1 Planning Coordinator bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap aktivitas dan
hasil timber cruising.
4.2 Planning Coordinator bertanggung jawab terhadap operasional timber cruising dan
validitas hasil timber cruising dilapangan.
4.3 Infrastructure Officer bertanggung jawab terhadap penyediaan data-data sebagai
bahan acuan pelaksanaan timber cruising.
4.4 Kepala tim bertanggung jawab terhadap penyediaan peta kerja.
4.5 Survey Officer bertanggung jawab secara teknis dalam hal pengukuran dan
pengumpulan data lapangan.

5. Prosedur
5.1. Persiapan data.
Penyiapan peta kerja skala 1 : 20.000 dan/atau 1 : 50.000 yang memuat antara lain
jalur cruising yang akan dikerjakan dan informasi penutupan lahan berdasar citra
satelit.
5.2. Persiapan tim
Regu kerja pelaksana inventarisasi hutan terdiri dari 10 orang dengan pembagian tugas
sebagai berikut :
STANDARD OPERATING PROCEDURE
No. Dokumen : Halaman/dari : 3/8
Terbitan ke : 2 Revisi ke : 1 Tgl Terbit : 03-01-2018

- 1 orang surveyor / compasman


- 2 orang tenaga rintis sumbu jalur
- 1 orang pengenal pohon
- 2 orang penanda pohon/pengukur pohon
- 1 orang pemegang tali/pemasang patok
- 3 porter (termasuk tukang masak).
5.3. Persiapan peralatan
Persiapan peralatan yang digunakan untuk kegiatan timber cruising antara lain :
- Compass suunto
- GPS
- Pita label
- Alat ukur diameter pohon ( caliper,phi band atau meteran )
- Alat ukur tinggi ( vertex, hypsometer suunto )
- Tali meteran 25 atau 50 meter
- Tali meteran 10 meter
- Tally sheet dan atau buku eskpedisi
- Camping unit dan alat masak
- Alat tulis (clipboard, spidol, pensil)
- Parang, helm safety, sapetu safety, sarung tangan.

5.4. Pembuatan rencana jalur cruising.


Pada peta kerja dibuat rencana panjang dan arah jalur yang disesuaikan dengan
keadaan lapangan serta intensitas sampling (IS) yang digunakan. Intensitas sampling
yang digunakan adalah sebesar 5 % sehingga jarak antar jalur menjadi 400 meter.

5.5. Pelaksanaan.
5.5.1. Penentuan titik ikat
Titik ikat yang digunakan dalam kegiatan timber cruising adalah point koordinat
pada jalan/sungai/kanal yang sejalur dengan rencana jalur terdekat (menggunakan
point gps). Pada titik ikat dibuat patok dan di beri label dengan informasi :
STANDARD OPERATING PROCEDURE
No. Dokumen : Halaman/dari : 4/8
Terbitan ke : 2 Revisi ke : 1 Tgl Terbit : 03-01-2018

A. Posisi koordinat
B. Jarak titik dengan jalur terdekat.
C. Azimuth ke jalur terdekat
D. Nama ketua regu timber cruising
E. Tanggal pelaksanaan.
5.5.2. Pembuatan jalur.
A. Menentukan sumbu jalur
Sumbu jalur dibuat dengan membuat rintisan dari titik ikat sesuai azimuth yang
sudah ditentukan serta ditandai dengan pancang setinggi ± 1,5 meter dan diberi
pita label serta ditulis nomor jalur, blok, azimuth, pelaksana dan diukur dengan
meteran serta dikontrol dengan GPS.
B. Menentukan jalur pengamatan
Jalur dibuat selebar 20 meter yang terdiri dari 10 meter kiri dan 10 meter kanan
sumbu jalur.

jalur rintis

JALUR
PENGAMATAN

JALUR
PENGAMATAN

TITIK
AWAL
JALUR

10 M 10 m

5.5.3. Pengukuran jalur.


Pengukuran diameter dilakukan pada setiap jenis pohon yang berdiameter 10 cm dan
up setinggi dada ± 130 cm dari permukaan tanah atau 20 cm di atas banir.
STANDARD OPERATING PROCEDURE
No. Dokumen : Halaman/dari : 5/8
Terbitan ke : 2 Revisi ke : 1 Tgl Terbit : 03-01-2018

5.6. Pengolahan data.


5.6.1. Data hasil tiber cruising dihitung dengan menggunakan program spread sheet.
5.6.2. Out put hasil pengukuran data menghasilkan daftar rekapitulasi yang memuat
antara lain potensi tegakan, jenis pohon dan lain-lain.
STANDARD OPERATING PROCEDURE
No. Dokumen : Halaman/dari : 6/8
Terbitan ke : 2 Revisi ke : 1 Tgl Terbit : 03-01-2018

6. Lampiran
6.1 Tally sheet timber cruising
STANDARD OPERATING PROCEDURE
No. Dokumen : Halaman/dari : 7/8
Terbitan ke : 2 Revisi ke : 1 Tgl Terbit : 03-01-2018

6.2 Format Laporan LHC


REKAPITULASI HASIL CRUISING/ INVENTARISASI TEGAKAN
( Pendugaan total potensi tegakan berdasarkan sampling 5%)
Nama Perusahaan : Propinsi :
Tahun UBKT : Kabupaten :
Jumlah Petak :
Luas (Ha) : Ha Kecamatan :

KELAS DIAMETER TOTAL


No. JENIS 10 - 29 Cm 30 - 39 Cm 40 - 49 Cm 50 Cm Up
N V N V N V N V N V/Ha V
A. KELOMPOK JENIS KAYU KOMERSIAL
I. KEL. JENIS KAYU INDAH

JUMLAH - - - - - - - - - -
II. KEL. JENIS KAYU MERANTI

JUMLAH - - - - - - - - - -
III. KEL. JENIS KAYU RIMBA CAMPURAN

JUMLAH - - - - - - - - - -
JUMLAH ( A ) - - - - - - - - - -
B. KELOMPOK JENIS KAYU NON KOMERSIAL

JUMLAH ( B ) - - - - - - - - - -
JUMLAH ( A + B ) - - - - - - - - - -

Referensi
1. Permenhut P.62/Menhut-II/2008, tentang rkuphhk hti dan htr
2. Sk Menhutbun No.900/KPTS-II/1999 tentang tata cara pelaksanaan survey potensi,
pengukuran dan penataan batas areal kerja pengusahaan di bidang kehutanan.
3. Peraturan Menteri Kehutanan No : P.30/Menhut-II/2014 tentang inventarisasi hutan
menyeluruh berkala dan rencana kerja pada usaha pemanfaatan hasil hutan kayu hutan
tanaman industri
STANDARD OPERATING PROCEDURE
No. Dokumen : Halaman/dari : 8/8
Terbitan ke : 2 Revisi ke : 1 Tgl Terbit : 03-01-2018

7. Flow chart
FLOW CHART TIMBER CRUISING

Planning Dept Head


PMD FE Sect.
FOREST Head
SURVEY FOREST LICENCE Sect Head
LICENSE FMIS
FMIS
FIM
LICENCE & PERMIT

Rencana Timber Cruising dan


RK /RK
RA
U S
B

Buku URKT INPUT


DATABASE

Tida Pelaksanaan TC Pengesahanan URKT


k

Pengolahan Data

Verifikasi Data

Y
Laporan Realisasi Timber
a Cruising

Pembuatan LHC

Anda mungkin juga menyukai