net/publication/342878070
CITATIONS READS
0 3,060
1 author:
Yosep Ruslim
Universitas Mulawarman
75 PUBLICATIONS 215 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Agroforestry system biodiversity of Arabica coffee cultivation in North Toraja District, South Sulawesi, Indonesia Article Bioeconomic and environmental valuation of
dipterocarp estate forest based on local wisdom in Kutai Kartanegara, Indonesia View project
Traditional plants in forest gardens of West Kutai, Indonesia: Production and financial sustainability Article Tengkawang cultivation model in community forest using
agroforestry systems in West Kalimantan, Indonesia View project
All content following this page was uploaded by Yosep Ruslim on 12 July 2020.
Yosep Ruslim
Oktober 1998
SFMP Document No 16b (1998)
Kata Pengantar
Buku Petunjuk Dasar Dalam Timber Cruising dan Survei Topografl ini dibuat
untuk memudahkan staf perencanaan di lapangan dan pengolahan data di kantor dalam
pengumpulan data Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) dan data
topografl. Selain itu buku panduan ini dibuat berdasarkan pengalaman lapangan di
beberapa BPH di Kalimantan Timur. Sehingga diharapkan dari pengalaman-
pengalaman tersebut, terdapat keseragaman dalam pegumpulan data lapangan dan dapat
diterapkan se'cara umum di seluruh EPH.
Sampai saat ini peta kontur yang ada di HPH diperoleh peta yang berasal dari
PT. Mapindo Pramana dengan skala 1:25.000. Peta tersebut hanya dapat digunakan
untuk perencanaan global, misalnya untuk kegiatan Penataan Areal Kerja (PAK).
Sedangkan untuk perencanaan jaringan jalan utama, cabang ataupun jalan sarad secara
detail, diperlukan peta kontur dari hasil survey lapangan pada saat ITSP (Et-2). Dalam
perencanaan jaringan jalan tersebut diperlukan peta kontur dengan skala berkisar antara
1
5. 000 sampai 1 : 1 0. 000, dengan interval antara garis kontur 5 - 1 0 meter.
Peta kontur dapat digunakan dalam perencanaan jaringan jalan sarad yang
dioverlaykan dengan peta sebaran pohon komersil. Sehingga dalam pemindahan
rencana jaringan jalan utama, cabang ataupun jalan sarad yang ada di peta kontur ke
lapangan akan lebih mudah. Peta kontur dan peta pohon tersebut akan sangat berguna
dalam pengelolaan hutan yang ramah lingkungan (Ekologging).
i
SFMP Document No 16b (1998)
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
1. Kerangka Dasar 1
II. Sumber Data 2
III. Pengenalan Fungsi Alat 2
IV. Metoda Pengukuran Topografl 9
V. Pelaksanaan Di Lapangan 13
5.1. Tujuan 13
5.2. Waktu Pelaksanaan 13
5.3. Teknis Pelaksanaan Di Lapangan 13
5.4. Alat dan Bahan yang Diperlukan 14
5.5. Teknis Pelaksanaan Survei Topografl dan ITSP 14
5.5. 1. Pengumpulan Data Survey Topografl 14
5.5.2. Pengumpulan Data ITSP 15
Lampiran 26
ii
SFMP Document No 16b (1998)
KERANGKA DASAR
Kegiatan ITSP dilakukan pada saat Et-2. dimana data yang diambil adalah data ITSP
dan posisi pohon untuk menghasilkan peta pohon serta data topografi untuk
menghasilkan peta kontur. Dengan jumlah regu dan biaya yang kurang lebih sama kita
dapat sekaligus menghasilkan dua buah peta dasar. Peta dasar tersebut sangat penting
artinya untuk tahap kegiatan berikutnya, yaitu perencanaan trase jalan angkutan jalan
utama, cabang dan sarad) dengan metoda jangka, software RoadEng dan STRATIS
(Gambar 1). Sehingga diperoleh biaya yang optimal dalam kegiatan logging dan
dampak terhadap kerusakan lingkungan yang lebih kecil.
1
SFMP Document No 16b (1998)
Data yang diperlukan untuk pembuatan peta penyebaran pohon dan peta
topografi diperoleh berdasarkan hasil survey pengukuran pengukuran topografi dan
inventarisasi pohon di lapangan yaitu pada saat dilakukan kegiatan Inventarisasi
Tegakan Sebelum Penebangan (Et-2). Data tersebut dicatat pada tally sheet dan berisi
informasi sebagai berikut:
Kompas dan Klinometer yang cukup baik digunakan adalah Suunto Compass dan
Suunto Clinometer buatan FINLAND.
1. KOMXAS:
2
SFMP Document No 16b (1998)
3
SFMP Document No 16b (1998)
2. KLINOMETER:
4
SFMP Document No 16b (1998)
5
SFMP Document No 16b (1998)
Untuk memudahkan perhitungan jarak datar dapat kita gunakan tabel khusus seperti pada
Tabel 1 untuk kelerengan antara 1 - 50% dan Tabel 2 untuk kelerengan 51 -100%.
6
SFMP Document No 16b (1998)
7
SFMP Document No 16b (1998)
3. MONOPOD
Monopod berasal dari kata mono (satu/tunggal) dan pod (tiang/tongkat). Monopod
berarti tiang berkaki satu atau yang dikenal dengan tongkat. Monopod ini sangat
membantu didalam pengukuran dengan menggunakan kompas dan klinometer, biasanya
pengukuran lebih stabil (Gambar 8).
Beberapa persyaratan untuk membuat monopod:
> Monopod ini terbuat dari bahan almunium agar mudah dibawa (ringan).
> Tingginya disamakan dengan tinggi rata-rata sipengukur.
> Ada tempat diujungnya untuk menempatkan kompas dengan stabil, sehingga
kompas dapat berputar bebas untuk melakukan pengukuran sudut horizontal.
> Ada tempat untuk menempatkan klinometer dengan stabil, sehingga dapat berputar
bebas untuk melakukan pengukuran sudut vertikal.
8
SFMP Document No 16b (1998)
Tujuan utama dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan peta kontur (topografl) yang
digunakan khususnya dalam pembuatan rencana jalan hutan yaitu jalan utama (main
road), jalan cabang (secondary road) ataupun jalan sarad (skidding road).
9
SFMP Document No 16b (1998)
Tabel 3. Tally Sheet Topografi Untuk Jalur Timber Cruising (BFMP, 1998)
10
SFMP Document No 16b (1998)
11
SFMP Document No 16b (1998)
Tally sheet untuk pengambilan posisi pohon sebaiknya menggunakan buku ekspidisi.
Untuk sebelah kiri ditempelkan kertas milimeter yang diberi kotak-kotak untuk
meletakkan posisi pohon, sedangkan sebelah kanan adalah data petak ukur (PU), no.
pohon, jenis pohon, hasil pengukuran diameter, tinggi, dan koordinat pohon (X, Y)
seperti pada Tabel 5.
12
SFMP Document No 16b (1998)
V. PELAKSANAAN DI LAPANGAN
5.1. Tujuan
5.1.1. Menghitung potensi hutan per satuan luas:
5.1.1.1. Pohon komersil yang akan ditebang
5.1.2.1. Pohon komersil yang tidak mungkin ditebang
5.1.3.1. Pohon inti
5.1.4.1. Pohon dilindungi
5.2. 1. Memetakan koordinat pohon (X, Y) untuk mendapatkan peta pohon
5.3. 1. Memetakan koordinat titik topografi (X, Y, Z) untuk mendapatkan peta kontur
13
SFMP Document No 16b (1998)
14
SFMP Document No 16b (1998)
15
SFMP Document No 16b (1998)
16
SFMP Document No 16b (1998)
17
SFMP Document No 16b (1998)
18
SFMP Document No 16b (1998)
Pembagian regu kerja untuk regu pemetaan topografi dan ITSP pada kondisi topografl
yang bergelombang dan potensi kayu yang cukup padat berjumlah 11 orang seperti pada
Gambar 12 berikut ini:
Gambar 12. Pembagian regu kerja untuk regu survey topografi dan regu ITSP.
Pada kondisi topografi sedang dan potensi tidak terlalu padat, maka no
3 dan no. 9 dapat dikurangi.
19
SFMP Document No 16b (1998)
Bentuk ukuran petak ukur sesuai dengan juknis TPTI yaitu setiap petak ukur berukuran
20 x 20 m (papan catur), yang penomorannya sesuai dengan nomor terkecil sampai
yang terbesar. Awal start dalam memulai pengukuran jalur untuk setiap petak kerja
regu harus seragam. Sedangkan arah jalur selalu dari selatan ke utara Oalur ganjil) dan
utara ke selatan (jalur genap).
Gambar 13. Bentuk arah jalur selatan ke utara (jalur ganjil) dan utara ke selatan
dalur genap).
20
SFMP Document No 16b (1998)
Pada Gambar 14 berikut ini merupakan hasil pengukuran kelerengan basel line dan
jalur dengan menggunakan alat Klinometer (%).
Gambar 14. Hasil pengukuran kelerengan, jarak datar untuk baseline danjalur.
21
SFMP Document No 16b (1998)
Hasil perhitungan dari beda tinggi antara titik-titik pada masing-masing Petak Ukur
(PU), diperoleh koordinat ketinggian (Z) yaitu dengan menggunakan program aplikasi
seperti EXCEL, LOTUS, DBASE dan FOXPRO.
22
SFMP Document No 16b (1998)
Gambar 16. Hasil akhir perhitungan koordinat X, Y dan Z yang diproses secara
langsung oleh salah satu software di atas dan menghasilkan peta
kontur.
Dari hasil proses pengukuran data lapangan untuk survey topografl sampai dengan
proses pengolahan data dengan software tertentu (ARC/SEM, FI-EPLP, ROADENG,
STRATIS dll.) maka kita dapat memperoleh hasilnya yaitu peta kontur dengan
pandangan tiga dimensi (3D). Dengan model tersebut kita akan dengan mudah
membedakan bagian yang rendah (sungai) dan yang tertinggi (pematang). Dengan
bantuan Software tersebut kita dapat melihat sudut pandang keadaan/situasi topografl
kita dari berbagai sudut. Hal ini akan mempermudah perencanaan jalan utama,
cabang ataupun sarad. Misalnya jalan yang akan kita rencanakan selalu di pematang
ataupun kombinasi antara pematang dan mengikuti kontur. Tujuannya adalah untuk
memperkecil tanjakan, turunan dan menetapkan tikungan minimum, sehingga
kerusakan lingkungan ataupun tingkat erosi akan diperkecil yaitu menuju pengelolaan
hutan yang berwawasan lingkungan (Gambar 17).
23
SFMP Document No 16b (1998)
Gambar 17. Hasil overlay antara pengukuran survey topografi dari hasil
pengolahan data, dan menghasilkan pandangan 3 dimensi (3D).
24
SFMP Document No 16b (1998)
Apabila pengukuran menggunakan batas alam atau sistem kronologis, maka diperoleh
peta kontur seperti pada Gambar 18.
Gambar 18. Contoh peta kontur dari hasil pengambilan data topografi dengan
menggunakan batas alam (PT DRAMS, 1997).
25
SFMP Document No 16b (1998)
Daftar Pustaka
Anonymous (1996), Alih Teknologi Forest Inventory - End Product Linking Program
(FI-EPLP). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Balai Penelitian
Kehutanan Sarnarinda, Kerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia
(APHI).
26
SFMP Document No 16b (1998)
LAMPIRAN
27
SFMP Document No 16b (1998)
28
SFMP Document No 16b (1998)
29
SFMP Document No 16b (1998)
30
SFMP Document No 16b (1998)
31
SFMP Document No 16b (1998)
32
SFMP Document No 16b (1998)
33
SFMP Document No 16b (1998)
34
SFMP Document No 16b (1998)
35
SFMP Document No 16b (1998)
36
SFMP Document No 16b (1998)
37
SFMP Document No 16b (1998)
38
SFMP Document No 16b (1998)
39
SFMP Document No 16b (1998)
40
SFMP Document No 16b (1998)
41
SFMP Document No 16b (1998)
42