Anda di halaman 1dari 25

KEMENTRIAN RISET , TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

LAPORAN
GIS PERTAMBANGAN

LA ODE RAFSAN MUHAMMAD


F1B2 14 100

KENDARI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan kesehatan, kesempatan dan karunia-Nya yang tak henti-hentinya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, oleh
karena atas perjuangan beliaulah yang telah memperjuangkan islam mulai dari
alam kebodohan sampai alam yang terang benderang seperti apa yang kita rasakan
sekarang ini.
Dalam penulisan laporan ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan, akan tetapi dengan bantuan beberapa pihak, tantangan dan hambatan
itu dapat teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
yang terhormat Bapak/ibu dosen mata kuliah GIS Pertambangan yang telah
memberi pembekalan dari segi materi dan menginspirasi penulis untuk membuat
dan menyelesaikan laporan ini. Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih banyak
kepada teman-teman yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan
ini.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari pembaca yang positif
untuk lebih menyempurnakan laporan ini.

Kendari, juni 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….


1.2 Tujuan………………………………………………………………………….
1.3 Manfaat………………………………………………………………………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi Geografi...................................................................................

2.2 Pengertian Nikel………………………………………………………………...

BAB III METODELOGI

3.1 Data …………………………………………………………………………….

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil…………………………………………………………………………….
4.2 Pembahasan…………………………………………………………………….

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..

5.2 Saran……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System


(GIS) adalah sistem informasi yang berdasar pada data keruangan dan
merepresentasikan obyek di bumi. suatu sistem informasi yang menyajikan
informasi dan mengelola data dalam bentuk grafis dengan menggunakan peta.
Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem
manual (analog), dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan
yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi
manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi
untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey
lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan
alat tanpa komputer. Sedangkan GIS otomatis telah menggunakan computer
sebagai system pengolah data melalui proses digitasi. Sumber data digital dapat
berupa citra satelit atau foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi
Dalam hubungannya dengan teknologi komputer, Arronoff (1989) dalam Anon
(2003) mendifinisikan GIS sebagai sistem berbasis komputer yang memiliki
kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data,
manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), memanipulasi dan
analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output).
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan
(mineral, batubara, panas bumi, migas). Informasi menyangkut keberadaan
sebaran bahan galian baik secara vertikal dan horisontal merupakan elemen
penting dalam pengambilan kebijakan pada industri pertambangan yang
berkelanjutan. Informasi bahan galian ini menjadi dasar dalam penerapan
teknologi pertambangan dan pemodelan geologinya. Dalam industri
pertambangan dan geologi SIG bermanfaat sebagai alat bantu guna meningkatkan
efisiensi terkait dengan pendetilan studi suatu kawasan prospek. SIG untuk bidang
pertambangan dan geologi sangat membantu dalam penyusunan peta-peta yang
merupakan gabungan seluruh informasi terkait dengan prospek kawasan yang
diteliti dan dikembangkan.
Bijih nikel adalah jenis bahan galian yang diperoleh dari endapan nikel
laterit yang terbentuk akibat pelapukan batuan ultramafik yang mengandung nikel
0.2 – 0.4 % (Golightly, 1981). Jenis-jenis batuan tersebut antara lain olivine,
piroksin, dan amphibole (Rajesh, 2004). Nikel laterit umumnya ditemukan pada
daerah tropis, dikarenakan iklim yang mendukung terjadinya pelapukan, selain
topografi, drainase, tenaga tektonik, batuan induk, dan struktur geologi (Elias,
2001).
Selama ini eksplorasi terhadap nikel laterit dilakukan dengan mencari
singkapan ultramafik, pemetaan lapangan, pengeboran, dan analisa laboratorium
untuk mengetahui kandungan mineral dan kimiawi nikel. Namun salah satu
hambatan besar dari kegiatan tersebut adalah pada tahap pemetaan lapangan,
dimana membutuhkan waktu yang lama dan berbiaya besar, terutama untuk
daerah baru, sehingga seringkali sulit untuk dilakukan pada wilayah luas. Namun
seiring berkembangnya teknologi dalam bidang pemetaan, keterbatasan tersebut
kini dapat diatasi dengan menggunakan aplikasi dari teknologi penginderaan jauh
dan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Rajesh, 2004).
Penggunaan penginderaan jauh dalam eksplorasi pertambangan telah lama
digunakan dan sudah berkembang luas, beberapa pendekatan yang banyak
diaplikasikan antara lain, pemetaan lithologi, struktur, dan alterasi. Pemetaan
lithologi merupakan pemetaan sumberdaya mineral, dengan menarik kesimpulan
dari beberapa parameter utama yang diperoleh melalui observasi penginderaan
jauh, seperti mengidentifikasi nilai spektral batuan, penampakan struktural,
pelapukan dan bentuk daratan (landform), serta pola aliran sungai. Pemetaan
struktur didasarkan pada hubungan antara deposit mineral dengan beberapa tipe
deformasi, seperti patahan, lipatan atau struktur geologi lainnya. Sedangkan
pendekatan alterasi merupakan teknik pemetaan mineral yang mengasosiasikan
deposit mineral dengan alterasi hidrothermal dan batuan sekitar, jenis dan luasnya
zona alterasi menggambarkan tipe dari deposit mineral (Rajesh, 2004). Distribusi
spasial dari batuan hasil alterasi hidrothermal merupakan kunci utama untuk
mengetahui zona aliran dari hidrothermal dan sebagai petunjuk penting untuk
mengenali deposit mineral (Pirajno, 1992 dalam Rajesh, 2004).
Peranan GIS dalam dunia pertambangan di antaranya sebgai berikut :

1. Menentukan lokasi-lokasi pertambangan dengan memperhitungkan


keamanan para pekerja tambang dan kelestarian lingkungan.
2. Menginventarisasi manajemen dan perizinan proyek pertambangan
3. Menentukan keterdapatan lokasi bahan galian dan persebarannya

Pemetaan dan SIG memiliki peranan yang penting dalam dunia


pertambangan, serta merupakan langkah awal bagi surveyor untuk mengetahui
lokasi tambang apakah layak untuk dijadikan lokasi tambang atau tidak. Selain itu
juga, memudahkan informasi mengenai persebaran bahan tambang serta
mengontrol perizinan usaha pertambangan.

Identifikasi sebaran nikel laterit melalui teknologi penginderaan jauh


mengunakan GIS dilakukan dengan pendekatan analisis spasial pada pemetaan
geologi regional, yaitu dengan empat parameter berupa peta litologi, morfologi,
slope atau kemiringan lereng dan struktur.

1. 2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah

1. Untuk mengetahui konsep Sistem Informasi Geografis (SIG) dan


iplementasinya dalam dunia pertambangan khusunya bahan galian Nikel
2. Untuk mengetahui cara kerja dan metode kerja dalam komputer Sistem
Informasi Geografis (SIG)
3. Memudahkan kita dalam hal perbuatan Peta
1. 3 Manfaat

Agar mahasiswa dapat mengetahui SIG serta dapat mengetahui cara kerja
dan metode SIG sehingga dapat menggunakan dan mengaplisikasikannya dalam
dunia pertambangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Informasi Geografi

Sitem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System


(GIS) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data
yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu
SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani
data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi
kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000). Sedangkan menurut Anon (2001) Sistem
Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara
data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara
geogrfis di bumi (georeference). Disamping itu, SIG juga dapat menggabungkan
data, mengatur data dan melakukan analisis data yang akhirnya akan
menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan
pada masalah yang berhubungan dengan geografi.Sistem Informasi Geografis
dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog), dan sistem otomatis
yang berbasis digital komputer (Nurpilihan Bafdal, Dkk, 2011).

Konsep dasar SIG sistem yang dirancang untuk bekerja dengan data yang
tereferensi secara spesial atau kordinat-koordinat geografi. SIG memiliki
kemampuan untuk mengolah data dan melakukan operasi-operasi tertentu dengan
menampilkan dan menganalisan data. Aplikasi SIG saat ini tumbuh tidak hanya
secara jumlah aplikasi namun juga bertambah dari jenis keragaman.
Pengembangan aplikasi SIG kedepannya mengarah kepada aplikasi berbasis wep
web yang dikunal dengan SIG (Suseno Adam Dkk, 2012).

Salah satu syarat SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari
beberapa sumber antara lain peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan
sebagainya) yaitu peta dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat
dengan teknik kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti
koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya; data sistem penginderaan jauh
(antara lain citra satelit, foto udara dan sebagainya), merupakan sumber data yang
terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala dan mencakup area
tertentu; data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik
perhitungan tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut
contohnya: batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak
pengusahaan hutan; serta data GPS (Global Positioning System) memberikan
terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran
GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi satelit navigasi.
Pengolahan data yang bersumber dari GPS biasanya dilakukan dalam format
vektor (Hartoyo,dkk, 2010).

2.1.1. Komponen Sistem Informasi Geografis

Komponen-komponen pendukung SIG terdiri dari lima komponen yang


bekerja secara terintegrasi yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), data, manusia, dan metode yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perangkat Keras (hardware)

Perangkat keras SIG adalah perangkat-perangkat fisik yang merupakan


bagian dari sistem komputer yang mendukung analisis goegrafi dan pemetaan.
Perangkat keras SIG mempunyai kemampuan untuk menyajikan citra dengan
resolusi dan kecepatan yang tinggi serta mendukung operasioperasi basis data
dengan volume data yang besar secara cepat. Perangkat keras SIG terdiri dari
beberapa bagian untuk menginput data, mengolah data, dan mencetak hasil proses

b. Perangkat Lunak (software)

Perangkat lunak digunakan untuk melakukan proses menyimpan,


menganalisa, memvisualkan data-data baik data spasial maupun non-spasial.
Perangkat lunak yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah:

 Alat untuk memasukkan dan memanipulasi data SIG


 Data Base Management System (DBMS)
 Alat untuk menganalisa data-data
 Alat untuk menampilkan data dan hasil analisa

c. Data

Pada prinsipnya terdapat dua jenis data untuk mendukung SIG yaitu : Data
Spasial dan data non spasial

 Data Spasial
Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di
permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, gambar
dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor)
atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
 Data Non Spasial (Atribut)
Data non spasial adalah data berbentuk tabel dimana tabel tersebut berisi
informasi- informasi yang dimiliki oleh obyek dalam data spasial. Data
tersebut berbentuk data tabular yang saling terintegrasi dengan data spasial
yang ada.
d. Manusia

Manusia merupakan inti elemen dari SIG karena manusia adalah


perencana dan pengguna dari SIG. Pengguna SIG mempunyai tingkatan seperti
pada sistem informasi lainnya, dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan
mengelola sistem sampai pada pengguna yang menggunakan SIG untuk
membantu pekerjaannya sehari-hari.

2.1.2. Analisis Spasial

Secara umum, analisis spasial adalah suatu teknik atau proses yang
melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika (matematis) yang dilakukan
dalam rangka mencari atau menemukan potensi hubungan atau pola‐pola yang
(mungkin) terdapat di antara unsur-unsur geografis (yang terkandung dalam data
digital dengan batas-batas wilayah studi tertentu. Detail, tipe, implementasi atau
jenis aktual fungsi analisis spasial dapat dijumpai di banyak teori dan perangkat
lunak SIG, pengolahan citra digital, remote sensing, fotogrametri, model
permukaan digital dan CAD (Adam, 2012).

Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan


menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut analisa
spasial. Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering
digunakan dengan istilah analisa spasial, tidak seperti sistem informasi yang lain
yaitu dengan menambahkan dimensi ‘ruang (space)’ atau geografi. Kombinasi ini
menggambarkan atribut - atribut pada bermacam fenomena seperti umur
seseorang, tipe jalan, dan sebagainya, yang secara bersama dengan informasi
seperti dimana seseorang tinggal atau lokasi suatu jalan. Analisa Spasial dilakukan
dengan mengoverlay dua peta yang kemudian menghasilkan peta baru hasil
analisis (Handayani,dkk, 2005).

Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data
spasial, data yang berorientasi geografis. Data ini memiliki sistem koordinat
tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang
berbeda dari data yang lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi
deskriptif (atribut) yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Infromasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik


koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk di
antaranya informasi datum dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi nonspasial, suatu lokasi
yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya.

2.2 Pengertian Nikel

Nikel adalah komponen yang banyak ditemukan dalam meteorit dan


menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya.Meteorit
besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan Nikel berkadar 5-25%.Nikel
diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario,
sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan Nikel dunia.

Unsur Nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit.Nikel


ditemukan dalam mineral pentlandit, dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan
butiran kecil bersama pyrhotin dan kalkopirit.Nikel biasanya terdapat dalam tanah
yang terletak di atas batuan basa.

Di Indonesia, tempat ditemukan Nikel adalah Sulawesi tengah dan Sulawesi


Tenggara. Nikel yang dijumpai berhubungan erat dengan batuan peridotit.Logam
yang tidak ditemukan dalam peridotit itu sendiri, melainkan sebagai hasil lapukan
dari batuan tersebut.Mineral Nikelnya adalah garnerit.

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28.Nikel mempunyai sifat tahan karat.Dalam keadaan
murni, Nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam
lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan Nikel, krom
dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan
pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah
dan gedung, serta komponen industri.

2.2.1 Kaitan Antara Nikel dan GIS.

Kaitan antara GIS dan keterdapatan nikel sebenarnya sama untuk semua
bahan galian baik itu mineral, batubara dan minyak bumi dimana informasi
menyangkut keberadaan sebaran bahan galian mineral, batubara dan minyak bumi
baik secara vertikal dan horisontal merupakan elemen penting dalam pengambilan
kebijakan pada industri pertambangan yang berkelanjutan. Informasi bahan galian
ini menjadi dasar dalam penerapan teknologi pertambangan dan pemodelan
geologinya. Dalam industri pertambangan dan geologi SIG bermanfaat sebagai
alat bantu guna meningkatkan efisiensi terkait dengan pendetilan studi suatu
kawasan prospek. SIG untuk bidang pertambangan dan geologi sangat membantu
dalam penyusunan peta-peta yang merupakan gabungan seluruh informasi terkait
dengan prospek kawasan yang diteliti dan dikembangkan.

Analisa kesesuaian lokasiPemetaan mineral bahan galian guna


mengidentifikasi zone potensial (zona prospek mineral)

 Identifikasi terkait struktur geologi


 Penyusunan database geologi
 Peta-peta yang mendukung eksplorasi
 Penyajian, griding, konturing dari nilai parameter lapangan
 Georeferen
 Pemetaan topografi & fisiografi
 Pemrosesan citra satelit
 Klasifikasi citra
 Penyajian data log-sumur
 Digitasi dan atribut
 Pembuatan peta tematik
 Penyipan peta kerja
 Analisa data dan pelaporan
 Pemetaan permukaan
 Analisa pemetaan mineral dan batuan
 Penyusunan peta tematik geologi
BAB III
METODELOGI

3.1 Data

3.1.1 Input Data

Proses input data digunakan untuk menginputkan data spasial dan


data non-spasial. Data spasial biasanya berupa peta analog. Untuk SIG
harus menggunakan peta digital sehingga peta analog tersebut harus
dikonversi ke dalam bentuk peta digital dengan menggunakan alat
digitizer. Selain proses digitasi dapat juga dilakukan proses overlay
dengan melakukan proses scanning pada peta analog.
Data yang di perlukan untuk menentukan lokasi sebaran endapan
bahan galian nikel dengan menggunakan Sitem Informasi Geografi (SIG)
terdiri dari empat parameter data yaitu data litologi, morfologi, kemiringan
lereng, dan struktur, di mana masing-masing data telah di beri nilai atau
bobot sebagai berikut :
a. Data lithoogi
Jenis batuan bobot
Batuan beku 3
Batuan sendimen 2
Batuan metamorf 1

b. Data morfologi
Jenis morfologi bobot
landai 3
curam 2
terjal 1
c. Kemiringan lereng
Tingkat kemiringan (ͦ) bobot
0 - 30 3
30 - 60 2
60 - 90 1

d. Data Struktur
Jarak dengan struktur ( m ) bobot
Dekat (0- 10) 3
Sedang (10-20) 2
Jauh ( > 30 ) 1

3.1.2 Manipulasi Data


Tipe data yang diperlukan oleh suatu bagian SIG mungkin perlu
dimanipulasi agar sesuai dengan sistem yang dipergunakan. Oleh karena
itu SIG mampu melakukan fungsi edit baik untuk data spasial maupun
non-spasial.
3.1.3 Manajemen Data
Setelah data spasial dimasukkan maka proses selanjutnya adalah
pengolahan data non-spasial. Pengolaha data non-spasial meliputi
penggunaan DBMS untuk menyimpan data yang memiliki ukuran besar.
3.1.4 Analisis Proximity
Analisis Proximity merupakan analisis geografi yang berbasis pada
jarak antar layer. SIG menggunakan proses buffering (membangun lapisan
pendukung di sekitar layer dalam jarak tertentu) untuk menentukan
dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada.
3.1.5 Analisis Overlay
Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang
berbeda. Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang
membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan secara fisik.
Adapun nilai bobot dari overlay adalah sebagi berikut :

Overlay nikel bobot


rendah 3-5
sedang 5-7
tinggi 7-9

3.1.6 Visualisasi
Untuk beberapa tipe operasi geografis, hasil akhir terbaik
diwujudkan dalam peta atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk
menyimpan dan memberikan informasi geografis.untuk itu output dari
data- data yang telah ada akan menghasilkan tiga peta yaitu peta geologi,
peta morfologi dan peta struktur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL

Berdasarkan data litologi, morfologi, kemiringan lereng dan


struktur yang digunakan sebagai parameter untuk menentukan lokasi yang
berpotensi memiliki sumber daya dan cadangan bahan galian nikel di
provinsi sulawesi tenggara terdapat tiga output peta sebagai acuan untuk
mengidentifikasi loksi endapan nikel laterit menggunakan Sitem Informasi
Geografi (SIG).

4.1.1 Peta Geologi


4.1.2 Peta Morfologi
4.1.3 Peta Struktur
4.2. PEMBAHASAN

Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat


memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang
dihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference), Anon (2001).

analisis spasial adalah suatu teknik atau proses yang melibatkan sejumlah
hitungan dan evaluasi logika (matematis) yang dilakukan dalam rangka mencari
atau menemukan potensi hubungan atau pola‐pola yang (mungkin) terdapat di
antara unsur-unsur geografis (yang terkandung dalam data digital dengan batas-
batas wilayah studi tertentu.

Kaitan antara GIS dan keterdapatan nikel sebenarnya sama untuk semua
bahan galian baik itu mineral, batubara dan minyak bumi dimana informasi
menyangkut keberadaan sebaran bahan galian mineral, batubara dan minyak bumi
baik secara vertikal dan horisontal merupakan elemen penting dalam pengambilan
kebijakan pada industri pertambangan yang berkelanjutan. Informasi bahan galian
ini menjadi dasar dalam penerapan teknologi pertambangan dan pemodelan
geologinya.

Berdasarkan dari hasil identifikasi analisi spasial Sistem Informasi


geografi (SIG) untuk menentukan lokasi sebaran bahan galian nikel di daerah
Sulawesi tenggara menggunakan tiga peta yaitu peta geologi, peta morfologi dan
peta struktur, dimana masing-masing peta telah di beri nilai atau bobot untuk
nantinya akan di overlay.

4.1.1 Peta Geologi

Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu
daerah /wilayah / kawasan dengan tingkat kualitas yang tergantung pada skala
peta yang digunakan dan menggambarkan informasi sebaran, jenis dan sifat
batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan potensi sumber daya
mineral serta energy yang disajikan dalam bentuk gambar dengan warna, simbol
dan corak atau gabungan ketiganya.

Berdasarkan dari hasil identifikasi peta geologi untuk daerah yang


berpotensi memiliki bahan galian nikel praktikan mengambil lima lokasi
penampang sebagai acuan untuk identifikasi, dimana kelima penampang tersebut
merupakan daerah yang memiliki jenis batuan ultra basa dan ultra mafik sebagai
pembawa mineral nikel ( ni ).
Kelima Penampang yang di identifikasai telah diberi nilai atau bobot
sebagi berikut :

penampang Jenis batuan Nilai/ bobot


Penampang 1 Batuan beku 3
Penampang 2 Batuan beku 3
Penampang 3 Batuan beku 3
Penampang 4 Batuan beku 3
Penampang 5 Batuan beku 3

4.1.2 Peta Morfologi

Peta morfologi adalah peta yang menujukan penampakan roman muka


bumi dan aspek- aspek yang mempengaruhinya. Selain itu morfologi juga di
defenisikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk bentang alam.

Berdasarkan dari hasil identifikasi peta morfologi untuk daerah yang


berpotensi memiliki bahan galian nikel praktikan mengambil lima lokasi
penampang sebagai acuan untuk identifikasi, dimana kelima penampang tersebut
merupakan daerah yang memiliki jenis batuan ultra basa dan ultra mafik sebagai
pembawa mineral nikel ( ni ).

Kelima Penampang yang di identifikasai telah diberi nilai atau bobot


sebagi berikut :

penampang Jenis morfologi Nilai/ bobot


Penampang 1 terjal 2
Penampang 2 terjal 2
Penampang 3 curam 1
Penampang 4 landai 3
Penampang 5 landai 3

4.1.3. Peta Struktur

Peta singkapan, yaitu peta yang umumnya berskala besar, mencantumkan


lokasi ditemukannya batuan padat, yang dapat memberikan sejumlah keterangan
dari pemboran beserta sifat batuan dan kondisi strukturalnya. Peta ini digunakan
untuk menentukan lokasi, misalnya material yang berupa pecahan batu, dapat
ditemukan langsung di bawah permukaan.
Peta struktur, adalah peta dengan garis-garis kedalaman yang
dikonstruksikan pada permukaan sebuah lapisan tertentu yang berada di bawah
permukaan. Peta ini memiliki skala sedang hingga besar.

Struktur geologi merupakan bentuk-bentuk geometri yang terdapat di kulit


bumi yang terbentuk karena pengaruh gaya-gaya endogen, baik berupa tekanan
maupun tarikan. Ada tiga jenis struktur geologi yang dikenal, yaitu kekar, sesar,
dan juga lipatan. Adapun para meter yang menjadikan peta ini sebagai salah satu
peta pengamatan potensi keterdapatan nikel karena keterdapatan nikel dalam
pengamatan struktur geologi umumnya berada pada lingkungan struktur sesar.

Berdasarkan dari hasil identifikasi peta Struktur untuk daerah yang


berpotensi memiliki bahan galian nikel praktikan mengambil lima lokasi
penampang sebagai acuan untuk identifikasi, dimana kelima penampang tersebut
merupakan daerah yang memiliki jenis batuan ultra basa dan ultra mafik sebagai
pembawa mineral nikel ( ni ).

penampang Jarak dengan struktur ( Nilai/ bobot


m)
Penampang 1 Dekat (0- 10) 3
Penampang 2 Jauh (>30 ) 1
Penampang 3 Sedang ( 10- 20) 2
Penampang 4 Dekat (0- 10) 3
Penampang 5 Dekat (0- 10) 3

4.1.4. Analisis Overlay

Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda.
Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih
dari satu layer untuk digabungkan secara fisik

Berdasarkan ketiga peta dari hasil analisi spasial peta geologi, peta
morfologi dan peta struktur dapat di peroleh nilai overlay sebagi berikut :

No penampang Bobot Bobot Bobot overlay bobot


Peta Peta morfologi peta struktur
geologi
1 Penampang 1 3 2 3 tinggi 8
2 Penampang 2 3 2 1 sedang 6
3 Penampang 3 3 1 2 sedang 6
4 Penampang 4 3 3 3 tinggi 9
5 Penampang 5 3 3 3 tinggi 9
BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

1. Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System


(GIS) adalah sistem informasi yang berdasar pada data keruangan dan
merepresentasikan obyek di bumi. suatu sistem informasi yang
menyajikan informasi dan mengelola data dalam bentuk grafis dengan
menggunakan peta.
2. Secara umum, analisis spasial adalah suatu teknik atau proses yang
melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika (matematis) yang
dilakukan dalam rangka mencari atau menemukan potensi hubungan atau
pola‐pola yang (mungkin) terdapat di antara unsur-unsur geografis (yang
terkandung dalam data digital dengan batas-batas wilayah studi
tertentu. Detail, tipe, implementasi atau jenis aktual fungsi analisis spasial
dapat dijumpai di banyak teori dan perangkat lunak SIG, pengolahan
citra digital, remote sensing, fotogrametri, model permukaan digital dan
CAD.
3. Berdasarkan data litologi, morfologi, kemiringan lereng dan struktur yang
digunakan sebagai parameter untuk menentukan lokasi yang berpotensi
memiliki sumber daya dan cadangan bahan galian nikel di provinsi
sulawesi tenggara terdapat tiga output peta sebagai acuan untuk
mengidentifikasi loksi endapan nikel laterit menggunakan Sitem
Informasi Geografi (SIG).
4. Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang
berbeda. Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang
membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan secara fisik

Berdasarkan dari hasil analsis overlay dapat di simpulkan bahwa


daerah yang memiliki potensi bahan galian nikel di provinsi sulawesi
tenggara yaitu pada penampang satu, penampang 4 dan penampang 5.
Sedangkan pada daerah penampang 2 dan penampang 3 potensi
keterdapatan bahan galian nikel cukup sedang.
5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum sistim informasi
geografis ( SIG ) kali ini adalah sebagai berikut :

1. Pada praktikum berikutnya di harapkan di lakukan di laboratorium


komputer agar kegiatan praktikum bisa berjalan secara maksimal.
2. Di harapkan praktikum berikutnya di dampingi oleh asisten dosen agar
praktikan mampu mempelajari serta menguasai sistem informasi
geografis( GIS ) dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, D., Soelistijadi, R., dan Sunardi. 2005. Pemanfaatan Analisis


Spasialuntuk Pengolahan Data Spasial Sistem Informasi
Geografi.http://teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id [8 Maret 2014].

Anonim. 2007. Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar. GIS


Konsorsium Aceh Nias. Banda Aceh.

Bilaludin Khalil. 2010. Panduan dasar ArcGIS. Tropenbos International


Indonesia Programme. Bogor.

Eddy Prahasta. 2010. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep


Dasar.Informatika. Bandung.

Sabrina Siregar, 2010. Pengenalan Sofware ArcGIS. Jurusan TMIP FTIP


Unpad.Bandung.

Sanyoto Sajiman. 2006. Modul Pelatihan sistem informasi Geografis


SIGInformatika. Bandung.

Hartoyo, G.M.E., Nugroho, Y., Bhirowo, A., dan Bilaludin Kkhalil. 2010. Modul

Pelatihan Sistem Infromasi Geografi (SIG) Tingkat


Dasar. http://www.tropenbos.org [8 Maret 2014].

Anda mungkin juga menyukai