Anda di halaman 1dari 5

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Potensi Tegakan Pohon


IV.2
IV.3 Wd
IV.4 Kerapatan Jalan, Spasi Jalan dan Keterbukaan Areal
Melalui hasil pengukuran dilapangan maka didapatkan Suatu Tally Sheet
Pengukuran Jaringan Jalan sebagaimana terlampir. Hasil ini yang kemudian
dilakukan perhitungan Kerapatan Jalan, Spasi Jalan dan Keterbukaan Areal
menggukan rumus sebagaimana yang telah ditentukan pada buku panduan
praktikum. Di bawah ini disajikan perhitungan Kerapatan Jalan, Spasi Jalan dan
Keterbukaan Areal yaitu sebagai berikut :
1. Kerapatan Jalan
Kerapatan jalan utama merupakan hasil bagi panjang jalan angkut dijalan
utama terhadap luasan areal hutan produktifnya. Berikut ini perhitungannya :
Panjang jalan
WD=
Luasan areal hutan produktif
a. Kerapatan Jalan Utama (Wdu)
Hasil pengukuran panjang jalan utama yaitu 875 m dengan luasan hutan
produktif yaitu 4,72 Ha. Maka perhitungan sebagai berikut :
875 m
WDu= =¿
4,72 Ha
WDu=185,381 m/ Ha

b. Kerapatan Jalan Cabang (WDc)


Hasil pengukuran panjang jalan cabang yaitu 240 m dengan luasan hutan
produktif yaitu 4,72 Ha. Maka perhitungan sebagai berikut :
240 m
WDc= =¿
4,72 Ha
WDc=50,847 m/Ha

Berdasarkan pengukuran dari peta jaringan jalan hutan Jurusan Keutanan,


jenis jalan angkutan yang terdapat terdiri atas jalan utama, jalan cabang, dan jalan
sarad. Panjang jalan utama adalah yaitu 875 m, dan panjang jalan cabang di dalam
adalah sebesar 240 m. Luas areal areal hutan produktif adalah sebesar 4,72 Ha.
Kerapatan jalan utama adalah sebesar 185,381 m/Ha dan kerapatan jalan
cabang adalah sebesar 50,847 m/Ha. Kerapatan jalan utama dan jalan cabang
Jurusan Kehutanan memiliki kerapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kerapatan jalan yang umum digunakan di hutan alam tropika (10-25
m/ha).

2. Spasi Jalan (WA)


Spasi jalan (WA) adalah jarak rata-rata antar jalan angkutan yang
dibangun dalam suatu areal hutan. Dalam perhitungan ini terdapat dua jenis jalan
angkutan yang dibuat. Berdasarkan rumus yang telah ditentukan yaitu sebagai
berikut :
10000
WA=
WD
a. Spasi Jalan Utama
Spasi jalan utama dicari dengan menggunakan hasil pada perhitungan
kerapatan jalan utama. Besarnya kerapatan jalan utama adalah 185,381 m/Ha
sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut :
10000
WA=
185,381m/ Ha
WA=53,943 m
b. Spasi Jalan Cabang
Spasi jalan cabang dicari dengan menggunakan hasil pada perhitungan
kerapatan jalan cabang. Besarnya kerapatan jalan utama adalah 50,847 m/Ha
sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut :
10000
WA=
50,847 m/Ha
WA=196,667 m
Spasi jalan dapat digunakan untuk mengetahui jarak sarad rata-rata ke
jalan utama dan jalan cabang, untuk mengetahui jarak sarad maksimum, dan untuk
mengetahui jarak sarad rata-rata baik pada penyaradan satu arah maupun
penyaradan dua arah. Spasi jalan sangat berhubungan dengan kerapatan jalan
hutan. Semakin tinggi kerapatan jalan hutan maka spasi jalannya akan semakin
kecil. Spasi jalan utama di dalam areal hutan produktif Jurusan Kehutanan adalah
sebesar 53,943 m, dan spasi jalan cabangnya adalah sebesar 196,667 m.

3. Keterbukaan Areal
Keterbukaan areal merupakan banyaknya hutan yang terbuka akibat
pembangunan prasarana hutan terutama pembuatan jalan hutan. Jalan hutan yang
panjang membuat semakin besarnya keterbukaan suatu areal hutan. Dalam
perhitungan keterbukaan areal berikut ini disajikan berdasarkan rumus yang telah
ditentukan dalam buku panduan :

( WDu x Lu ) +(WDc x Lc)


Keterbukaan Areal=
10000
( 185,38 m/ Ha x 6 m ) +( 50,85m/ Ha x 3,4 m)
Keterbukaan Areal=
10000
( 1112,29 m2 /Ha ) +(172,88 m2 / Ha)
Keterbukaan Areal=
10000
1285,17
Keterbukaan Areal=
10000
Keterbukaan Areal=0,129 Ha
Keterbukaan Areal ( % )=12,85 %

Keterbukaan areal dalam pengelolaan hutan alam pada umumnya terjadi


karena pembuatan jaringan jalan angkutan dan prasarana PWH lainnya, seperti
TPK, TPn, dan base camp. Luas keterbukaan areal akibat kegiatan PWH sangat
dipengaruhi oleh kerapatan jalan (m/ha) dan spasi jalan hutan (terutama lebar
jalan dan lebar tebang matahari di kedua sisi kiri dan kanan jalan hutan).
Keterbukaan tanah berdasarkan sifat dan waktunya dalam pengelolaan hutan
dibedakan menjadi keterbukaan tanah yang bersifat permanen dan keterbukaan
tanah sementara (Suryoprabowo, 2003).

Keterbukaan tanah permanen umumnya terjadi karena pembangunan


prasarana PWH yang dipergunakan untuk jangka waktu lama (≥ 5 tahun) seperti
jaringan jalan untuk melayani pengangkutan hasil hutan, TPK, dan base camp.
Keterbukaan hutan permanen akan mengurangi luas permukaan tanah untuk
pertumbuhan hutan (Elias, 2008). Keterbukaan areal akibat pembuatan jaringan
jalan hutan di Jurusan Kehutanan adalah sebesar 0,129 Ha atau 12,85%.
Keterbukaan hutan tersebut masih dalam kondisi keterbukaan yang sedang karena
berada di diatas 10%.
DAFTAR PUSTAKA

Suryoprabowo DD. 2003. Produksi dan Biaya Pembuatan Jalan Angkutan Hasil
Hutan di HPH PT. Suka Jaya Makmur (Alas Kusuma Group),
Kalimantan Barat.[Skripsi]. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Elias. 2008. Pembukaan Wilayah Hutan. Bogor : IPB press.

Anda mungkin juga menyukai