Anda di halaman 1dari 12

PERENCANAAN INVENTARISASI

HUTAN DI KESATUAN
PENGELOLAAN HUTAN (KPH)
KULIAH INVENTARISASI HUTAN
SEMESTER GENAP 2021/2022
YUDHISTIRA ORA
PERENCANAAN INVENTARISASI
Tahapan perencanaan inventarisasi:
1. Pengumpulan peta
2. Melakukan perencanaan areal: (penapisan areal berdasarkan
penutupan lahan)
3. Menentukan jumlah dan penyebaran klaster dan petak ukur.
4. Perencanaan titik ikat 1 (T1)
5. Pembuatan peta kerja inventarisasi dengan skala 1:50.000 atau
1:100.000
6. Perencanaan lama dan waktu inventarisasi
7. Perencanaan regu kerja (Ketua tim, pengenal pohon, tim perintis,
tim logistik, dsb)
8. Perencanaan biaya
9. Perencanaan peralatan dan perlengkapan inventarisasi (alat
navigasi, alat ukur tinggi dan diameter pohon, alat ukur panjang
area/roll meter, kamera, dsb)
Peta yang dikumpulkan dalam kegiatan
Inventarisasi hutan di KPH:
• Peta RBI (Peta rupa bumi)
• Peta areal kerja KPHL/KPHP,
• Peta kawasan hutan
• Peta perizinan di dalam kawasan hutan,
• Peta penutupan lahan, dan
• Citra satelit resolusi tinggi minimal liputan 2 tahun terakhir.
Jika citra satelit resolusi tinggi tidak tersedia maka dapat digunakan
citra satelit resolusi sedang.
Merencanakan areal yang akan diinventarisasi
• Melakukan penapisan terhadap peta penutupan lahan dengan
membedakan kawasan yang berpenutupan hutan dan non hutan.
areal yang akan diinventarisasi untuk disurvei ke lapangan adalah
kawasan yang masih berhutan dan tidak dibebani perizinan.
• Melakukan stratifikasi berdasarkan tipe hutan yang data dan
informasinya bersumber dari peta penutupan lahan yang
dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) kelas tipe hutan yaitu: hutan lahan
kering primer (spt hutan di NTT), hutan lahan kering sekunder, hutan
rawa primer, hutan rawa sekunder, hutan mangrove primer, hutan
mangrove sekunder, dan hutan tanaman.
Menentukan jumlah klaster
• Jumlah klaster yang akan diinventarisasi pada masing-masing stratum kelas
penutupan hutan ditentukan berdasarkan intensitas sampling sebesar
0,056 %.
• Setelah ditentukan jumlah klaster pada setiap stratum yang akan
diinventarisasi maka peletakan dan penyebaran klaster dilakukan secara
sistematik dengan penentuan klaster awal secara random dan jarak antar
klaster berikutnya adalah sejauh 3 km x 3 km.
• Semua klaster dicatat titik koordinatnya agar memudahkan dalam
pencarian pada saat di lapangan.
• Luas minimal stratum untuk bisa ditempatkan satu klaster adalah 900 ha
untuk hutan lahan kering, sedangkan untuk hutan rawa dan hutan
mangrove minimal seluas 200 ha.
Perencanaan titik ikat
Titik ikat merupakan obyek-obyek di lapangan yang wujud dan sifatnya
permanen dan tidak berubah. Titik ikat dapat berupa:
• Titik-titik pasti yaitu: titik triangulasi dan jaringan titik kontrol.
• Titik markan yaitu: percabangan sungai, persimpangan jalan,
jembatan, tugu, atau tanda-tanda lainnya yang tergambar di dalam
peta.
Pertimbangan dalam menentukan titik ikat adalah titik yang paling
dekat dengan titik klaster dan mudah dicari di lapangan. Koordinat titik
ikat di lapangan dicatat koordinat geografis, ditentukan arah azimuth ke
titik pusat klaster (T2) serta jarak datarnya.
Contoh penempatan titik ikat:
Pembuatan peta kerja
• Peta kerja inventarisasi hutan di KPH dibuat dengan skala 1:50.000
atau 1:100.000 yang berisi informasi minimal berupa: rencana titik
ikat (T1) (koordinat, azimuth ke T2, jarak datar ke T2), desain sampling
klaster (koordinat, penyebaran klaster, dan nomor urut klaster), fungsi
kawasan hutan, penutupan lahan, jaringan jalan, sungai, dan
perkampungan/desa/permukiman.
Perencanaan waktu dan lama inventarisasi
• Dalam hal lokasi kegiatan berada pada provinsi yang berbeda, maka
koordinasi dan pengumpulan data di provinsi diperlukan waktu selama 3
hari.
• Koordinasi dan pengumpulan data di kabupaten diperlukan waktu selama 3
hari.
• Waktu untuk mencapai titik ikat (T1) klaster dan ke titik pusat klaster (T2)
adalah berkisar antara 1 s/d 3 hari sesuai dengan aksesibilitas menuju
lokasi.
• Satu regu kerja dalam menginventarisasi satu klaster pada hutan lahan
kering dibutuhkan waktu selama 3 hari untuk pengamatan dan
perpindahan lokasi antar klaster, sedangkan pada hutan rawa dan hutan
mangrove dibutuhkan waktu selama 4 hari.
Perencanaan regu kerja
Jumlah regu kerja yang diperlukan tergantung jumlah klaster yang
diamati, persebaran klaster, kondisi hutan, dsb. Untuk panduan,
perencanaan jumlah regu kerja sebagai berikut:
• Sampai dengan 5 klaster : 1 regu kerja
• 6 – 10 klaster : 2 regu kerja
• 11 – 15 klaster : 3 regu kerja,
• demikian seterusnya dengan interval 5 klaster.
Jumlah personil dalam satu regu kerja berjumlah 9 (sembilan) orang
yang terdiri dari:
• Tenaga teknis 3 (tiga) orang, yaitu:
- Ketua regu 1 orang
- Anggota 2 orang
• Tenaga kerja 6 (enam) orang, yaitu:
- Pengenal pohon 1 orang
- Tenaga rintis 2 orang
- Tenaga logistik 2 orang
- Juru masak 1 orang

Anda mungkin juga menyukai