Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN PRAKTIKUM

EKOLOGI PESISIR DAN LAUT


Tanggal 5-7 Oktober 2023 di Pantai Bungus, Padang

EKOSISTEM MANGROVE
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508
pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumberdaya pesisir yang
sangat besar, baik hayati maupun nonhayati. Pesisir merupakan wilayah perbatasan
antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini dipengaruhi oleh proses-proses yang
ada di darat maupun yang ada di laut. Wilayah demikian disebut sebagai ekoton, yaitu
daerah transisi yang sangat tajam antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1983 dalam
Kaswadji, 2001). Sebagai daerah transisi, ekoton dihuni oleh organisme yang berasal
dari kedua komunitas tersebut, yang secara berangsur-angsur menghilang dan diganti
oleh spesies lain yang merupakan ciri ekoton, dimana seringkali kelimpahannya lebih
besar dari dari komunitas yang mengapitnya. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan
mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi
ekologis dan ekonomis.
Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain: pelindung garis pantai, mencegah
intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat
asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi
aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya
antara lain: penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan
penghasil bibit. Begitu pentingnya ekosistem mangrove ini sehingga keberadaan perlu
dilestarikan.
Pada praktikum kali ini topik yang diangkat adalah ekosistem mangrove di
Bungus Kota Padang. Tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mahasiswa mengetahui cara-cara mentransek vegetasi mangrove
2. Mahasiswa mampu mengenali dan mengidentifikasi jenis-jenis mangrove
3. Mahasiswa mampu mengenali dan mengidentifikasi biota-biota perairan yang hidup
didalam ekosistem mangrove

2. Alat dan bahan yang dibutuhkan (per kelompok)


Alat
1. Meteran/tali rafia (+ 20 meter)
2. Sarung tangan kain (4 pasang)
3. Meteran baju/kain (2 buah)
4. Parang (1 buah)
5. Kamera
6. Alat tulis
Bahan
1. Kantong plastic
2. Koran

3. Pengambilan data dalam plot


a. Vegetasi mangrove
Untuk mendapatkan gambaran suatu hutan mangrove, dibutuhkan berbagai
informasi mengenai struktur hutan yang meliputi komposisi spesies, keragaman, tinggi
dan diameter tegakan pohon, basal area dan kerapatan pohon. Informasi tersebut
diperoleh melalui pengambilan data yang mewakilkan suatu luasan area kerja, atau
disebut plot. Bentuk plot dapat berupa lingkaran atau persegi dengan luas area yang
dapat disesuaikan dengan luas lokasi studi (Gambar 1). Informasi yang diperoleh dalam
plot dapat menjadi data dasar lapangan (ground truth) yang digunakan untuk pembuatan
informasi spasial.
Prosedur pengambilan data mangrove dalam plot (transek line plot) yaitu:
• Berbagai pengukuran dapat dilakukan dalam satu plot sehingga metode ini
memberikan informasi komposisi spesies mangrove, struktur komunitas dan biomasa
pohon.
• Membuat jalur transek pengamatan pada setiap stasiun ditarik secara acak tegak lurus
memotong kontur dari garis pantai menuju ke arah daratan menggunakan tali rapia;
• Jumlah plot tersebut sudah mewakili karena mengacu pada Kepmen LH nomor 201
tahun 2004 menyatakan jumlah plot untuk mengetahui kepadatan vegetasi mangrove
menggunakan metode transek garis dan plot petak paling kurang 3 plot.
• Selanjutnya menarik jalur analisis keanekaragaman mangrove dibuat dengan lebar 10
m yang didalamnya terbagi ke dalam sub petak (nested plot) yang disesuaikan
dengan kriteria tingkat pertumbuhan mangrove yaitu:
a. 10 x 10 m untuk tingkat pohon (diameter batang > 10 cm dan tinggi >1,3m)
b. 5 x 5 m untuk tingkat pancang (diameter batang 4-10 cm dan tinggi > 1m)
c. 2 x 2 m untuk anakan (diameter batang < 4 cm dan tinggi < 1 m)
• Seluruh vegetasi mangrove yang masuk di dalam lingkaran plot dihitung mengikuti
acuan.
• Jenis mangrove yang diukur dibagi berdasarkan umur / ukuran tegakan, yaitu pohon,
pancang (lingkaran tegakan < 4 cm) dan semai (tinggi pohon < 1 cm).
• Catatlah dan fotolah jenis mangrove (daun,bunga, akar, batang dan buah),
diameter batang, jumlah anakan.
Gambar 1. Bentuk transek dan yang digunakan dalam survey mangrove

Teknik Pengukuran vegetasi mangrove

Gambar 2. Tinggi dan diameter batang


b. Biota mangrove
Prosedur pengamatan fauna akuatik (transek line plot) yaitu:
a. Buat transek kecil 10 m x 10 m (penempatan secara acak)
b. Identifikasi jenis fauna yang berasosiasi dilakukan secara langsung di lapangan jika
ada jenis yang sulit diidentifikasi sebaiknya dibawa ke laboratorium.
c. Catat jumlah dan jenis kelompok biota tersebut (moluska, krustacea, ikan dan
sebagainya).
d. Ambillah foto masing-masing biota tersebut.
Kunci Identifikasi Mangrove di Teluk Buo Padang
1. Rhizopora apiculate
2. Bruguiera gymnorrhiza

3. Ceriops tagal
4. Sonneratia ovate
5. Scyphiphora hydrophyllacea
6. Aegiceras corniculatum
7. Lumnitzera littorea

Anda mungkin juga menyukai