Selamat datang dalam program pembelajaran interaktif pemanenan hasil hutan dengan
pokok bahasan pembukaan wilayah hutan (PWH)
I. Pengertian PWH
A. Definisi PWH
B. Tujuan PWH
Tujuan dilakukannya pembukaan wilayah hutan adalah untuk mempermudah
kegiatan penataan hutan, tindakan-tindakan pembinaan hutan (penanaman,
pemeliharaan, penjarangan), pencegahan terhadap gangguan hutan dan
pemanenan hasil hutan terutama penyaradan dan pengangkutan kayu.
C. Fungsi PWH
PWH mempunyai fungsi diantaranya:
i. Mempermudah kegiatan penataan hutan
a. Membuat tata batas dalam dan luar hutan
b. Tata batas dalam membagi areal hutan ke dalam blok-blok.
ii. Mempermudah pengukuran prestasi kerja, peralatan dan bahan-bahan
yang keluar masuk hutan.
iii. Mempermudah kegiatan pembinaan hutan.
iv. Mempermudah kegiatan pemanenan hasil hutan (penebangan,
penyaradan, pengumpulan, pengangkutan dan penimbunan)
v. Mempermudah pengawasan hutan.
vi. Mempermudah perlindungan hutan (terhadap kebakaran, serangan
hama dan penyakit hutan)
vii. Memungkinkan hutan sebagai tempat rekreasi yang mudah dicapai.
viii. Di daerah yang terisolasi/terpencil, PWH dapat merupakan bagian
yang penting dari infrastruktur daerah tersebut, bahkan dapat
merupakan pionir pengembangan wilayah.
Klik masing-masing aspek untuk penjelasan lebih lanjut dan klik tombol back untuk
kembali ke halaman sebelumnya
Aspek ekologis,
Sedapat mungkin meminimalkan kerusakan terhadap ekosistem hutan akibat adanya
pembukaan wilayah hutan. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:
A. Kerusakan tegakan tinggal: yaitu jumlah pohon yang rusak akibat adanya
konstruksi pembukaan wilayah hutan (PWH), dengan satuan (pohon/ha).
B. Alur atau sungai, yaitu jumlah alur atau sungai yang mungkin
dilewati/dilintasi akibat adanya konstruksi PWH, dengan satuan (buah).
C. Erosi, yaitu laju erosi yang mungkin terjadi akibat adanya konstruksi PWH,
dengan satuan (ton/ha/tahun).
D. Nilai estetika, yaitu nilai atau keindahan dari landscape (bentang alam) yang
terganggu akibat konstruksi PWH yang dibuat, dengan satuan persen
(interval skala)
E. Biodiversity, yaitu jumlah jenis atau keanekaragaman hayati dan sumberdaya
genetik lainnya yang mungkin hilang akibat konstruksi PWH, dengan satuan
(jumlah jenis/ha).
Aspek ekonomis,
Sedapat mungkin keuntungan yang diperoleh perusahaan semaksimal mungkin dan
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan konstruksi (pembangunan) dan operasional
dengan adanya jaringan PWH menjadi minimal. Adapun indikator yang dilihat
adalah sebagai berikut :
A. Keuntungan: yaitu pendapatan yang diperoleh perusahaan pada areal hutan
yang dibuka karena adanya jaringan PWH, dengan satuan (Rp/m3).
B. Biaya pembuatan jalan: yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan jalan
(Rp/m3)
Aspek Sosial,
Klik masing-masing aspek untuk penjelasan lebih lanjut dan klik tombol back untuk
kembali ke halaman sebelumnya.
Dari segi teknis, PWH yang baik adalah PWH yang dapat digunakan:
a. Secara terus-menerus
b. Mempunyai kapasitas daya dukung jalan angkutan yang tinggi
c. Membentuk suatu jaringan jalan yang menjangkau seluruh areal hutan.
d. Dapat dipakai untuk pengangkutan kayu, barang, material dan personil ke
dalam maupun ke luar areal hutan dengan kecepatan yang tinggi setiap saat
2. Pertimbangan aspek ekonomis, yaitu biaya yang harus dikeluarkan selama jangka
waktu pemakaian prasarana PWH :
a. Besarnya investasi PWH
b. Biaya pembuatan dan pemeliharaan jalan angkutan
c. Biaya pengangkutan kayu
d. Biaya tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya
Dari segi ekonomis, prasarana PWH yang baik adalah PWH yang dapat
dipergunakan untuk semua kegiatan pengelolaan untuk semua kegiatan
pengelolaanh utan secara lancar dengan biaya yang dibebankan pada tiap unit
produksi kayu yang dihasilkan minimal atau yang mendatangkan keuntungan
total maksimal.
Ditinjau dari aspek teknis, ekonomis, ekologis, dan sosial budaya, konsep PWH
yang ideal adalah:
a. PWH yang dapat melayani seluruh areal hutan dengan baik
b. PWH yang investasi dan biaya operasionalnya minimal dan mendatangkan
keuntungan maksimal
c. PWH yang paling sedikit menimbulkan kerusakan lingkungan
d. PWH yang memberikan manfaat sosial-budaya dan ekonomi yang maksimal
bagi masyarakat di sekitar hutan.
Klik masing-masing parameter untuk penjelasan lebih lanjut dan klik tombol back
untuk mebali ke halaman sebelumnya
1) Kerapatan Jalan
Kerapatan jalan (WD) adalah panjang jalan rata-rata dalam satuan meter per hektar
(m/ha).(m/ha). Rumus Umum Kerapatan Jalan:
L m
WD
F ha
2) Spasi Jalan
Spasi jalan (S atau WA) adalah jarak rata-rata antara jalan angkutan kayu yang
dinyatakan dalam satuan meter atau hectometer.
Jarak jalan dalam model jaringan jalan ideal disajikan Gambar di bawah ini:
Jumlah TPN dan lokasi TPN sangat tergantung dari besarnya jarak/spasi jalan dan
bentuk setting pemanenan kayu yang dilayani oleh TPN yang bersangkutan.
Berdasarkan model ideal PWH terdapat hubungan antara kerapatan jalan dan spasi
jalan sebagai berikut:
WD WA 10.000
10.000
WA
WD
10.000
WD
WA
3) Persen PWH
E%
Fer
100%
F
Dimana :
Fer = areal hutan yang terbuka akibat pembuatan jalan (ha)
F = luas areal hutan yang dibuka dalam areal hutan produktif (ha)
WA 2500
Reo atau Reo
4 WD
Ret
Tcorr
Rem
Ret
Vcorr
Reo
Gabungan kedua faktor koreksi tersebut disebut faktor koreksi PWH dan disingkat
KG, dimana:
KG Vcorr Tcorr
Arifin dan Suparto (1980) mengatakan nilai faktor KG di hutan jati di Jawa adalah
sebagai berikut:
1. Di daerah datar (lereng 0 – 5o ) : KG = 11,454 – 22,660
2. Di daerah landai (lereng 5 – 15o ) : KG = 1,472 – 2,90
3. Di daerah curam (>15o ) : KG = 1,501 – 2,960
VI. Pengertian Base Camp
Klik tombol berikut untuk uraian lebih lanjut
A. Definisi base camp
B. Tujuan pembangunan base camp
C. jenis base camp
i. Pengertian
a. Definisi jaring jalan hutan
4. Pola jaringan acak dengan jarak dan arah yang tidak teratur/tak
terencanakan
5. Pola jaringan jalan cincin. Bisa digunung atau cekungan besar yang
dikelilingi gunung-gunung/sungai, danau.
a. Jalan Lembah
Jalan lembah adalah jalan yang terdapat di lembah.
Kelebihan jalan lembah :
1. Mudah dibuat
2. Tidak banyak galian dan timbunan
3. Kayu yang disarad ke jalan lembah adalah kayu yang disarad
turun.
Kelemahan :
1. Sering harus membuat jembatan
2. Pada musim hujan kemungkinan terendam air banjir sehingga
jalan jembatan rusak.
b. Jalan punggung
c. Jalan kontur
Jalan kontur ialah jalan yang mengikuti kontur. Jalan kontur dibuat
apabila lereng cukup lebar dan landai.
Kayu yang diangkut berasal dari kayu yang disarad naik dan turun
lereng.
2. Jalan utama
Jalan utama merupakan sekmen jalan hutan yang berfungsi melayani
lalu lintas untuk memperlancar kegiatan pengelolaan hutan secara
umum.
Ciri-ciri jalan utama sebagai berikut:
1. Jalan utama merupakan sekmen jalan hutan yang menghubungkan
bagian-bagian wilayah hutan yang dikelola satu sama lainnya, dan
menghubungkan bagian-bagian hutan tersebut dengan jalan
koridor.
2. Jalan utama dibangun untuk pemakaian dalam jangka waktu yang
lama, jadi merupakan jalan permanen.
3. Jalan utama menampung arus angkutan hasil hutan dari jalan
cabang
4. Jalan utama mempunyai dua jalur lalu lintas
5. Jalan utama harus dapat dilewati truk pengangkut kayu
6. Standar jalan utama adalah jalan hutan yang diperkeras dan
dirancang dengan rancangan geometri untuk kecepatan kendaraan
40 km/jam di daerah datar dan 20 km/jam di daerah pegunungan.
7. Jalan utama dipelihara secara rutin
3. Jalan cabang
Jalan cabang merupakan sekmen jalan hutan yang berfungsi membuka
bagian wilayah hutan dan melayani kegiatan-kegiatan dalam bagian
hutan yang bersangkutan
Ciri-ciri jalan cabang:
1. Jalan cabang menghubungkan bagian hutan dengan jalan utama dan
menghubungkan antara petak-petak yang berada dalam bagian
hutan.
2. Sekmen jalan cabang merupakan jalan yang bersifat
permanent.
3. Sekmen jalan cabang harus dapat dilewati truk pengangkut
kayu
4. Sekmen jalan cabang berfungsi menampung arus angkutan kayu
dari jalan ranting dan menampung arus angkutan kayu yang disarad
dari areal di kiri-kanan jalan cabang yang bersangkutan.
5. Jalan cabang mempunyai satu jalur lalu lintas
6. Standar jalan cabang umumnya diperkeras dengan rancangan
geometri untuk kecepatan kendaraan 25 km/jam di daerah datar dan
12 km/jam untuk daerah pegunungan.
7. Jalan cabang dipelihara secara rutin
4. Jalan ranting
Sekmen jalan ranting merupakan jalan simpang dari jalan cabang,
yang bertujuan menembus/membuka hutan di dalam petak-petak
untuk memperpendek jarak penyaradan.
5. Jalan sarad
Jaringan jalan sarad berfungsi sebagai alat pembukaan tegakan.
Jaringan jalan sarad melayani keperluan menyarad kayu dari tunggak
ke tepi jalan cabang atau jalan ranting atau ke TPN.Jaringan jalan
sarad berfungsi untuk memudahkan dan memperlancar kegiatan
penanaman, pemeliharaan dan penjarangan hutan serta perlindungan
hutan.
Ciri-ciri jalan sarad sebagai berikut:
1. Jalan sarad menghubungkan tempat tumbuh pohon individual
dengan jalan cabang, jalan ranting dan TPN.
2. Sekmen jalan sarad tidak dapat dilewati truk pengangkut kayu,
hanya dapat dilewati alat sarad seperti traktor, sapi, skyline dan
oleh manusia dalam penyaradan dengan sistem kuda-kuda.
3. Sekmen jalan sarad tidak diperkeras dan dibuat hanya dengan
menghilangkan vegetasi diatasnya. Gali timbun tanah yang besar
untuk pembuatan jalan sarad tidak diijinkan.
4. Sekmen-sekmen jalan sarad tidak boleh dibuat terlalu lebar.
Umumnya lebih lebar sedikit dari lebar alat sarad yang
dipergunakan.
5. Lereng memanjang jalan sarad maksimum 30%
6. Kecepatan alat/kendaraan penyarad umumnya rendah, misalnya
maksimum 5 km/jam untuk traktor crawler dan maksimum 10
km/jam untuk skidder.
7. Jalan sarad tidak dipelihara.
8. Tindakan pencegahan erosi lebih lanjut harus dilakukan pada jalan
sarad yang baru selesai dipergunakan untuk penyaradan.
Pengertian
i. Jalan hutan adalah jalan angkutan di hutan rawa berupa jalan rel
yang diperlukan untuk mengangkut kayu atau hasil hutan ke tempat
pengeumpulan hasil hutan (TPn/TPK) atau ke tempat pengolahan
hasil hutan.
ii. Jalan induk rel adalah jalan utama rel yang dirancang untuk
pengangkutan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata 7 km/jam, dan
dipergunakan selama kegiatan pemanenan berlangsung.
Ketentuan Umum
a. Spesifikasi jalan hutan rel yang ditetapkan untuk setiap jalan induk
rel dan jalan cabang rel adalah sebagai berikut :
1. Bahan untuk membuat konstruksi jalan rel terdiri atas rel besi,
paku rel, besi sambungan, mur, baut dan kayu bantalan
2. Bagian atas berupa rel besi dengan spesifikasi :
a. Panjang : 6m
b. Tinggi : 6,5 m
c. Berat : 7 kg/cm
d. Lebar badan rel bagian atas : 4 cm
e. Lebar badan rel bagian bawah : 6 cm
f. Jarak antara lajur rel dengan rel : 80 cm
3. Konstruksi bagian atas dari bantalan kayu adalah sebagai
berikut
a. Tersusun atas 1 -5 lapisan bantalan kayu, tergantung
kondisi medan
b. Jarak rata-rata bantalan kayu melintang pada lapisan
ganjil
i. Lapisan I : 0,30 m – 0,70 m
ii. Lapisan III : 1,00 m – 1,80 m
iii. Lapisan V : 1,70 m – 2,00 m
c. jarak rata-rata antara bantalan kayu yang searah rel
pada lapisan genap
i. Lapisan II : 0,90 m
ii. Lapisan IV : 1,10 m
d. Skema susunan bantalan ( hl 19)
4. Ukuran bantalan jalan rel:
2. Jari-jari panjang : 110 – 220 cm, diameter 10 – 20 cm
3. Bujur panjang : 350 – 860 cm, diameter 12 – 30 cm
4. Galang panjang : 150 – 350 cm, diameter 12 - 40 cm
5. Sepatu panjang : 330 – 360 cm, diameter 17 – 40 cm
6. Laci-laci panjang : 330 – 360 cm, diameter 17 – 26 cm
5. Kebutuhan kayu bulat bantalan per km:
a) Lapisan I : 15 – 45 m3
b) Lapisan II : 40 – 80 m3
c) Lapisan III :30 – 70 m3
d) Lapisan IV : 25 – 55 m3
e) Lapisan V : 53 – 85 m3
b. Pemasangan dan pemakaian jalan rel hutan ditetapkan sesuai
dengan blok / petak kerja yang termasuk dalam rencana kerja
perusahaan tahun berjalan.
c. Jalan angkutan yang dibuat untuk mengangkut kayu bulat/log dari
atau menuju petak tebang direncanakan atau diupayakan sebagai
angkutan dengan jarak terpendek
d. Pembuatan jalan angkutan di luar blok tebangan pada periode RKT
tahun berjalan agar mengikuti ketentuan teknis dan administratif
yang berlaku yaitu melaporkan rencana pembuatan jalan tersebut
kepada instansi kehutanan di daerah.
e. Jenis kayu yang dipakai untuk membuat bantalan diusahakan
berasal dari kayu-kayu yang ada di areal yang akan dibuat jalan rel
dan berasal dari jenis-jenis kayu yang tidak komersial, cukup kuat,
awet dan aman bagi terselenggaranya pengangkutan kayu.
V. TPN dan TPK
Pengertian dan definisi Tempat Pengumpulan Kayu (TPn) adalah tempat untuk
menumpuk kayu hasil penyaradan dari petak tebangan yang kemudian kayu
tersebut siap untuk diangkut ke tujuan akhirnya, misalnya tempat penimbunan
kayu di hutan, atau di industri. Tempat pengumpulan kayu ini disiapkan
dengan membersihkan batang pohon, tunggak dan kayu tumbang, sehingga ada
ruang bagi traktor atau alat muat untuk bergerak dan menyusun atau memuat
kayu ke atas truck. Tempat pengumpulan kayu ini luasnya tergantung pada ukuran
dan jumlah alat sarad, juga ukuran alat muat dan ukuran serta jumlah alat angkutan
yang digunakan.
TPN antara
TPN antara adalah tempat pengumpulan kayu yang lokasinya berada di dalam tegakan yang
sedang dipanen, yang berfungsi untuk mengefisiensikan penyaradan (meningkatkan
produktivitas penyaradan) dan meminimalkan kerusakan tanah dan tegakan tinggal akibat
penyaradan. TPN antara mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Lokasi TPN antara berada dalam tegakan dan terletak di jalan sarad
(2) TPN antara diperlukan bila topografi terlalu berat, jarak sarad terlalu jauh, dan sortimen
kayu yang disarad berukuran kecil sehingga tidak sesuai dengan kapasitas alat sarad
(3) TPN antara pada umumnya dibuat tanah yang agak datar dan berukuran kecil, tujuannya
hanya untuk mengumpulkan kayu yang akan disarad.
(4) TPN antara dibuat hanya untuk dipakai pada waktu penyaradan saja dan tanahnya tidak
diperkeras
TPN
TPN adalah tempat pengumpulan kayu di tepi jalan angkutan yang berfungsi untuk
menampung kayu yang disarad dari dalam tegakan.
Ciri-ciri TPN adalah sebagai berikut:
(1) Lokasinya berada di tepi jalan angkutan, pada umumnya di tepi jalan cabang dan jalan
ranting.
(2) Tempat yang dipilih untuk lokasi TPN harus cukup datar dan strategis untuk
menampung kayu yang disarad dari dalam tegakan dan untuk melayani tahapan
pengangkutan selanjutnya.
(3) Ukuran TPN disesuaikan dengan jumlah volume kayu yang dilayaninya, tempat
melepaskan muatan akat sarad, tempat pemontongan batang, tempat pengulitan kayu,
tempat pengumpulan kayu dan tempat maneuver alat muat dan kendaraan pengangkutan
kayu. TPN umumnya berukuran 25x25 m2 sampai 25x40 m2.
(4) TPN dibuat sebelum pemanenan kayu dimulai dan dilengkapi dengan saluran drainase
yang baik.
(5) TPN merupakan muara jaringan jalan sarad, tempat berakhirnya penyaradan kayu,
tempat pemuatan kayu di dalam hutan dan titik awal pengangkutan jarak jauh.
(6) Kegiatan pemotongan batang dan pengulitan umumnya dilakukan di TPN.
(7) TPN dibuat untuk dipakai sementara saja, jadi bersifat tidak permanen. Setelah
pemanenan kayu selesai harus dilakukan tindakan pencegahan erosi di tempat bekas
TPN.
TPK antara
TPK antara adalah tempat penimbunan kayu yang dibuat di antara rute pengangkutan kayu
dari TPN ke TPK akhir. TPKantara dibuat untuk mengatasi masalah cuaca (sering terjadi
hujan local yang lebat tetapi hanya sebentar saja), dan masalah efisiensi pengangkutan kayu
yang terlalu jauh (lebih dari 60 km).
Ciri-ciri dari TPK antara adalah sebagai berikut:
(1) Merupakan terminal kayu antara yang berfungsi sebagai tempat pergantian alat angkut
antara pengangkutan kayu dari TPN ke TPK antara dan dari TPK antara ke TPK akhir.
(2) Lokasi TPK antara yang dipilih harus cukup datar dan luas, serta lokasinya berada di tepi
jalan utama dan strategis untuk menampung kayu-kayu yang diangkut dari minimal satu
blok/bagian hutan.
(3) TPK antara bersifat semi permanen sampai permanen, oleh karena itu lantai tanah TPK
antara perlu dilengkapi drainase yang baik dan dipadatkan atau diperkeras.
(4) Ukuran TPK antara lebih kecil dari TPK akhir. TPK antara umumnya berikuran + 2.500
m2 .
TPK akhir
TPK akhir adalah tempat penimbunan kayu terakhir pada modus pengangkutan kayu lewat
darurat.Dalam pengusahaan hutan alam tropika di Kalimantan lokasi TPK akhir umumnya
dipilih terletak di tepi sungai, dan di Sumatera lokasi TPK akhir umumnya dipilih letaknya
di tepi sungai atau dekat lalu lintas/jalan umum. Sedangkan di Sulawesi, Maluku dan Papua
lokasi TPK akhir umumnya terletak di tepi laut. Ciri-ciri TPK akhir adalah sebagai berikut:
(1) Lokasi TPK akhir pada umumnya terletak dekat log pond, loading point, atau lintas/jalan
umum
(2) Lokasinya stratergis untuk menampung arus angkutan kayu dari dalam hutan dan
meneruskan pengangkutan kayu ke tempat tujuan akhirnya.
(3) TPK akhir bersifat permanen, lantainya dipadatkan atau diperkeras dan dilengkapi
dengan saluran drainase yang baik.
(4) Keguatan scaling (pengukuran), grading (penentuan kualitas) kayu bulat dan
penumpukan kayu sesuai dengan sortimen dan kualitas kayu bulat biasanya dilakukan di
TPK akhir.
(5) Ukuran TPK akhir umumnya berkisar antara 4.000 – 10.000 m2.
CD 2: PEMANENAN HASIL HUTAN
Selamat datang dalam program pembelajaran interaktif pemanenan hasil hutan dengan
pokok bahasan pemanenan hasil hutan
A. Pengertian
Kegiatan pemanenan kayu meliputi penebangan, penyaradan, muat bongkar dan
pengangkutan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan baik secara manual maupun
mekanis. Sistem pemanenan kayu secara mekanis banyak dipilih karena
menghasilkan produktivitas alat yang tinggi dibandingkan secara manual dan
ketersediaan tenaga kerja yang relatif sedikit di mana hal ini umum di luar
pulau Jawa dengan areal hutan yang luas (Anonim, 1998).
C. Alat Sederhana
i. Kapak
ii. Baji
iv. Kikir
i. Kapak
a. Pengertian kapak
b. Bagian-bagian kapak
1) Kepala kapak
Keterangan gambar:
2.
3.
Modifikasi dari bentuk pipi (sisi keping) sngat
beraneka ragam menurut selera pemakai dan
kebiasaan setempat.
2) Tangkai kapak
i. Pengertian
ii. Baji
Baji adalah suatu alat berbentuk seperti kapak atau segi empat dengan
mata baji yang tidak tajam.Bagian punggung lebih tebal dari bagian
mata baji.Bagian ini adalah bagian yang dipukulkan, sehingga mata baji
dapat masuk ke dalam takik balas.
Baji terbuat dari bahan plastik, besi atau logam yang kuat dan ringan,
aluminium berbentuk pipih, menebal kearah pangkal, Baji baik adalah
yang terbuat dari aluminium yang bertangkai kayu. Barat baji sekitar
650 gramdan ada juga yang dari fiberglass. Di beberapa tempat, tertuma
di hutan jati, dapat ditemui baji dari kayu yang dibuat sendiri oleh
blandong/penebang.Baji ini biasanya tidak kuat.
Pengertian:
Dahulu gergaji dibuat dari besi yang ditempa, keping-keping gergaji
dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi keras, tegang dan elastis.
Sekarang gergaji dibuat dengan cara dicetak dari baja yang homogen
dengan campuran sebanyak-banyaknya 0,8 – 1 % CO2 (Zat asam
Arang), 0,05 % S (Belerang), P (Phosphor), selain itu dicampur
Chromiun, Nikel dan Vanadium dengan kadar tertentu untuk
memperoleh pengerasan, penentuan yang dikehendaki dan tahan karat.
a. Gergaji belah
b. Gergaji potong
Ukuran gergaji
Gigi-gigi gergaji harus berdiri tegak sama tinggi dan semua puncaknya
rata yang membentuk garis lengkungan permukaan gigi dengan radius
tertentu.
Tebal daun gergaji pada bagian punggung lebih tipis dari pada bagian
permukaan gigi, dimaksudkan unutk mengurangi pesekan dan
terjepitnya daun gergaji ketika dipakai.
Tangkai gergaji
Biasanya dibuat dari kayu dengan bentuk bulat lurus atau bulat
lengkung. Tangkai yang baik adalah yang dapat dilepas dan dipasang
kembali.
Klik tombol next untuk melanjutkan ke halaman selanjutnya, klik
tombol back unmtuk kembali ke halaman sebelumnya
1. Kerangka
2. Daun gergaji
3. Tangkai
pengencang
iv. Kikir
Kikir adalah suatu alat untuk menajamkan gigi – gigi rantai gergaji
mesin.Dan untuk memperoleh sudut penajaman yang benar dan
merata.Bentuk kikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kikir bulat
dan kikir segitiga.
D. Alat Modern
iii. Harvester
iv. Clipping dan Shearing Tools.
Gergaji mesin adalah motor dua tak dengan satu silinder, tenaga
pengeraknya berasal dari perputaran poros engkel melalui penarikan
tali starter. Sistem penyalaannya bersumber dari arus induksi magnet
yang dialirkan melalui busi.
Gergaji rantai digunakan untuk membuat takik rebah dan takik balas,
dan untuk memotong bagian-bagian kayu lainnya, baik dalam kegiatan
pembersihan cabang, penebangan maupun pembagian batang.
Klik tombol next untuk melanjutkan ke halaman selanjutnya, klik tombol back unmtuk
kembali ke halaman sebelumnya
Alat Pengaman
Bekerja dengan gergaji rantai mengandung bahaya. Pada gergaji rantai modern terdapat
beberapa alat pengaman khusus. Gergaji rantai yang tidak dilengkapi dengan alat-alat
pengaman sebaiknya tidak digunakan.
Alat ini adalah alat penebang modern, yaitu berupa traktor yang
dilengkapi dengan peralatan pemotongan kayu yang mekanis, dan
biasanya hanya digunakan untuk menebang pohon.
iii. Harvester
1. Kapak
Kapak digunakan untuk berbagai kegiatan dalam
penebangan, untuk mengoperasikannya kapak tidak
:
begitu sulit, akan tetapi kapak harus senantiasa tajam
a. Mengampak satu sisi pohon saja, dengan cara ini arah rebah
masih dapat ditentukan
b. Mengampak dua sisi berlawanan, dimulai dengan membuat
takik (A) sesuai arah rebah pohon, sesudah itu dikapak lgi pada
sisi berlawanan (B) agak tinggi sedikit dan dalamnya kira-kira
setengah diameter pohon. Semua pohon terpotong sehingga tidak
terjadi pecah-pecah.
Gambar 25. Mengampak
dua sisi berlawanan
c. Mengampak sekeling pohon hingga pohon tersebut rebah, Cara ini banyak membuang
kayu dan arah rebah pohon tidak dapat ditentukan berlawanan
Pada prinsipnya sama dengan cara menggunakan kapak, hanya pada gergaji dibantu dengan
baji, agar gergaji tidak terjepit dan arah rebah dapat dikontrol. Dalam menggunakan baji
jangan dipukul secara paksa hal ini akan mempercepat rebahnya pohon sebelum serat-serat
semua terpotong. Akibatnya bisa pecah-pecah pada batang atau kemungkinan kecelakaan
pada si penebang pohon itu sendiri.
Penggunaan gergaji ini mempercepat penebangan, hanya bagi penggunaan alat ini harus
memiliki pengetahuan mengetahui seluk beluk mesin. Sebelum menghidupkan mesin gergaji,
terlebih dahulu kita kontrol bagian-bagian mesin motor atau bagian-bagian rantai gergaji,
termasuk bahan bakar dan pelumas (oli), Setelah itu baru kerjakan langkah-langkah berikut :
a. Tombol di – on kan
b. Starter dihidupkan
c. Chek oli dengan memijit tombol, supaya oli bisa keluar melalui rantai gergaji yang
berputar
d. Selanjutnya gergaji mesin siap digunakan dengan terlebih dahulu menancapkan taji
bagian bawah rantai pada batang yang akan ditebang.
Untuk menjaga keselamatan selama bekerja, seorang penebang seharusnya memakai
perlengkapan penebangan yang lengkap. Perlengkapan tersebut antara lain :
a. Jaket (pakaian) khusus yang dirancang untuk kegiatan pemotongan kayu.
b. Celana panjang
c. Sepatu lapangan
d. Helm pengaman
e. Pelindung muka
f. Penutup telinga
g. Sarung tangan
III.Perawatan Terhadap Alat Pemanenan Hasil Hutan Kayu
Klik sub pokok materi berikut untuk melanjutkan
A. Ketentuan-ketentuan dalam perawatab alat
Dalam kegiatan pemanenan hasil hutan dipergunakan berbagai peralatan dan
tentunya peralatan ini harus senantiasa kuat, awet dan efesien serta selalu
dalam keadaan siap pakai. Oleh karena itu maka setelah memakai alat harus
dilakukan perawatan.Perawatan yang cermat terhadap setiap alat – alat sangat
penting untuk dapat bekerja secara effisien dan dalam perawatan harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
B. Pemeliharaan Kapak
Setelah dipergunakan, kapak perlu diasah supaya tetap tajam, untuk
pengasahan diperlukan gurinda batu pengasah dan kikir.
Ukuran-ukuran tebal keping tajam untuk kayu keras dan lunak setelah
pengasahan dengan gurinda maka dilakukan pengasahan dengan batu
pengasah, supaya sisa logam sepanjang lengkung tajam jadi hilaing atau
bersih. Apabila ada yang gompal perlu diratakan terlebih dahulu, kemudian
dikikir, supaya tidak berkarat, harus diberi pelumas dan disimpan dalam
sarung pelindung
Keterangan:
1. Pengasahan sehari-hari dengan batu asahan.
2. Alat pengukur lengkungan kampak.
3. Cara mengikir kampak.
4. Daerah penggerindaan kampak.
5. Menggerinda lancipan lengkung dengan gerakan kirikanan dan sebaliknya.
6. Gerakan atas bawah
Klik tombol next untuk ke halaman selanjutnya, klik tombol back untuk kembali ke
halaman sebelumnya
Dalam melaksanakan pekerjaan di hutan, kita sering mengalami kerusakan alat, agar
pekerjaan tidak terhenti maka perlu pemahami perbaikan peralatan yang rusak tersebut.
Kapak salah satu alat bantu dalam pekerjaan di hutan, karenanya anda harus dapat
memperbaiki sendiri jika terjadi kerusakan, umpamanya pada tangkai kapak terjadi
kerusakan dan berikut ini bagaimana membuat / memelihara tangkai kapak.
Tangkai kapak hendaknya terbuat dari jenis-jenis kayu yang memenuhi persyaratan,
elastis, kuat ringan serta mudah didapat dan dikerjakan, kering supaya tidak mengalami
perubahan. Jenis-jenis kayu yang baik untuk tangkai kapak antara lain, Walikukun
Schoutenis ovata, Segawe Adennathera microsperma, Waru Hibiscus tiliaceus, Sonobrits
Dalbergia latifolia, Delingsem Homalium tomentosum, Laban Vitex pubescens, Sawo
kecik Manilkara kauki, Tanjang Mimosaps elengi, Sawo Manila Achras zapota, Pasang
Quercus sop
Bentuk tangkai kapak dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan kepanjangan tangan,
mudah dipegangmudah digerakkan dan elastis sehingga pemakai tidak cepat lelah.
Untuk jenis kapak yang mempunyai lengkungan tajam dua, bentuk tangkainya adalah
lurus, sedangkan yang berlengkungan tajam satu mempunyai bentuk seperti huruf S.
Dalam pembuatan dan pemasangan tangkai kapak perlu disediakan perlengkapan dan
bahan-bahan sebagai berikut:
Pola dapat dibuat dari karton, hard board, triplex atau seng berukuran sesuai dengan panjang
lengan si pemakai. Setelah pola digambar pada kayu tarahan, kemudia digergaji, diperhalus
dengan golok sesuai pola. Untuk memberi bentuk diperlukan kikir kayu dan penghalusannya
dipergunakan pecahan kaca dan ampelas.
Setelah pembuatan tangkai kapak selesai, maka dilakukan pemasangan kepala kapak pada
tangkainya, periksa kedua tumit keping tajam seudah sejajar dengan ujung tangkai atau
belum.
C. Pemeliharaan gergaji Tangan
Untuk mendapatkan hasil kerja dan mutu kayu yang tinggi maka gergaji harus
dipelihara dengan baik, sudut penajaman dan besar giwaran harus sama.
6) Giwaran / Penggiwar
Dibuat dari besi yang dipergunakan untuk menggiwar gigi gergaji yang
telah ditajamkan.
9) Sikat baja
Dipergunakan untuk membersihkan kikir dan serbuk - serbuk pengkiran
yang melekat pada guratan-guratan kikir.
Klik tombol next untuk melanjutkan, klik tombol back untuk kembali ke halaman
sebelumnya
Setelah digunakan, gergaji setiap hari harus dibersihkan, ditajamkan dan digiwar jika
telah tumpul. Tiap minggu perlu diperiksa mengenai: permukaan gigi, besar giwaran
dan sudut tajam. Apabila ada gigi yang rusak, maka harus dikembalikan dahulu pada
posisi nol, kemudian gergaji dipasang pada penjepit untuk diratakan ujung giginya
dengan serut, ditajamkan dengan kikir searah dengan garis pola dan digerakan
kearah luar badan dengan gerakan arah berputar.
Terakhir menggiwar gigi yang diukur besarnya dengan menggunakan setting meter.
Letakan gergaji mendatar pada lantai atau digantung pada diding dalam kedudukan
yang lurus agar tegangan tidak cepat menjadi lemah. Gigi gergaji harus ditutup dan
kalau disimpan lama perlu diberi pelumas.
Beberapa teknik tertentu memang dibutuhkan untuk mengasah mata gergaji menjadi
gergaji yang tajam dan baik. Mengasah gergaji tidak sekedar membuat semua jajaran
mata gergaji menjadi lebih runcing akan tetapi kita perlu memperhatikan beberapa
detail yang akan sangat besar pengaruhnya untuk kemudahan menggunakan gergaji
tangan.
Klik tombol next untuk melanjutkan, klik tombol back untuk kembali ke halaman
sebelumnya
Kelurusan bilah gergaji
Bilah gergaji harus benar-benar lurus tanpa bengkok sehingga pada waktu gerakan
menggergaji garis potong yang akan dihasilkan terjaga ukurannya dan tenaga yang
dibutuhkan untuk mendorong ataupun menarik gergaji tidak terlalu besar, terutama
pada waktu garis potong sudah memiliki kedalaman tertentu. Bilah gergaji yang
bengkok bisa berakibat garis potong menjadi lebih besar dan hasil gergaji tidak
halus/rata.
Klik tombol next untuk melanjutkan, klik tombol back untuk kembali ke halaman
sebelumnya
Ruang Gerak
Jika diamati dari dekat anda perhatikan bahwa semua mata gergaji bengkok,
mempunyai sudut tertentu dari bilah gergaji. Dan susunannya selalu berbanding sama.
Misalnya mata gergaji urutan genap akan bengkok ke kiri dan mata gergaji urutan
ganjil bengkok ke kanan. Sudut ini juga tidak ditentukan secara acak.terdapat alat
khusus untuk mengatur sudut mata gergaji yang disebut Gripper (paling tidak itu
istilah yang saya ketahui).
Gripper membengkokkan mata gergaji satu persatu sehingga terdapat ruang gerak
untuk bilah gergaji pada waktu gerakan menggergaji.Lebih besar sudut yang
dihasilkan lebih besar lebar garis potong pada kayu.
i. Rantai gergaji
Rantai harus selalu tajam dan terpelihara baik. Dengan rantai yang
tumpul dan tidak terpelihara secara baik akan memerlukan waktu yang
lama, usaha serta bahan bakar yang lebih banyak untuk penyelesaian
tugas. Rantainya akan cepat aus, merusak batang pengantar, bahkan
sampai dapat menyebabkan mesin bekerja lebih lama. Lagi pula dapat
meningkatkan bahaya kecelakaan karena tendangan-tendangan akan
lebih sering terjadi. Dengan menggergaji lebih cepat waktu situasi
ancaman bahayapun berkurang, dan keletihan yang meningkat
mengakibatkan pekerja lebih mudah mengalami kecelakaan
Klik tombol next untuk melanjutkan, klik tombol back untuk kembali ke
halaman sebelumnya
(3) Busi
Busi dibersihkan seminggu sekali periksa celah antara kedua kutub
dengan pengukur celah busi dan bila perlu disesuaikan menurut ukuran
kira-kira 0,5 mm
(4) Karburator
Gergaji rantai biasanya menggunakan karburator membran yang
mempunyai :
Bila tali starter atau pegas stater putus, maka langkah-langkah perbaikan
adalah sebagai berikut:
Gambar 46. Mengganti tali starter
Keterangan gambar:
1. Mengganti tali starter
2. Mengganti pegas
(a) Bukalah sekrup penutupnya
(b) Keluarkan talinya
(c) Keluarkan pegas yang rusak dari tempat kedudukan pegas
(d) Pegas baru tersedia dalam kaset
(e) Letakan kasetnya di atas tempat kedudukan pegas dan doronglah
pegasnya ke posisi yang tepat
B. Tujuan
Tujuan dari pemanenan adalah
1. Meningkatkan nilai tambah dari hutan
2. Mendapatkan produk hasil hutan yang dibutuhkan masyarakat
3. Memberi kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitar hutan
4. Memberikan kontribusi kepada devisa negara
5. Membuka akses wilayah
C. Teknik penebangan
Penebangan merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan hasil
hutan/kayu, meliputi tindakan yang diperlukan untuk memotong kayu dari
tunggaknya secara aman dan efisien (Suparto, 1979). Tujuan penebangan
adalah untuk mendapatkan bahan baku untuk keperluan industri perkayuan
dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan arah rebah
pohon, yaitu:
1. Kondisi pohon : kondisi pohon yang dimaksud disini adalah posisi
pohon (normal atau miring): kesehatan pohon (gerowong atau
terdapat cacat-cacat lain yang mempengaruhi rebahnya pohon);
bentuk tajuk dan keberadaan banir.
2. Kondisi lapangan di sekitar pohon : kondisi lapangan ini meliputi
keadaan vegetasi di sekitar pohon yang akan ditebang, termasuk
keadaan tumbuhan bawah, lereng, rintangan (jenis-jenis pemanjat,
tunggak dan batu-batuan).
3. Keadaan cuaca pada saat penebangan. Apabila hujan turun dan
angin kencang, maka semua kegiatan harus dihentikan.
Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali
Keterangan :
1. Penebang menentukan arah rebah.
2. Penebang memeriksa bagian bawah pohon dan membersihkan kotoran
serta kulit kayu dalam persiapan untuk chainsaw.
3. Liana yang menempel pada pohon harus selalu dipotong.
4. Sementara itu helper membersihkan tumbuh-tumbuhan di sekitar pohon
dan jalur keselematan.
5. Penebang mulai undercut pada sudut yang benar untuk arah rebah yang
dinginkan
Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali
Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali
Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali
d. Tipe-tipe takik rebah
Tipe - tipe takik rebah dapat dilihat pada ilustrasi berikut, klik gambar untuk membuka label
nama dan keterangannya.
Takik rebah tipe konvensional, dapat dibuat dengan gergaji dan kapak
Takik rebah tipe Humboldt, pembuatan dengan gergaji
Takik rebah tipe paralel, pembuatan dengan kombinasi kapak dan gergaji
Bertangga, prinsipnya sama dengan tipe paralel, digunakan untuk pohon berdiameter lebih
besar.
Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali
1) Untuk pohon berdiameter kurang dari 25 cm, cukup dengan membuat keratan datar
sedalam lebih kurang seperlima diameter pohon.
2) Untuk pohon berdiameter antara 25 – 40 cm dibuat takik rebah berbentuk segitiga dengan
perbandingan alas terhadap mulut 2 : 1.
3) Untuk pohon berdiameter lebih dari 40 cm, alas takik rebah dibuat sedalam lebih kurang
sepertiga diameter pohon, dengan perbandingan atas terhadap mulut 1 : 1 atau
membentuk sudut 45 derajat
4) Untuk pohon yang berdiameter lebih besar lagi, pada bagian tengah alas takik rebah
dibuat lengkungan kedalam dan dikiri kanan luarnya dibuat takik tambahan.
Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali
f. Membuat takik balas
Setelah tekik rebah dibuat kita juga membuat takik balas. Takik balas adalah keratan datar
yang dibuat dari arah yang berlawanan dengan takik rebah, dengan maksud agar kekuatan
serat-serat kayu pada bagian tersebut menjadi lemah sehingga mempermudah rebanya pohon.
Takik balas harus dibuat lebih tinggi dari pada alas takik rebah kira-kira 1/10 diameter
pohon, dalamnya pengeratan tergantung besarnya diameter pohon yaitu antara 6/10 – 7/10
diameter pohon.
Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali
Keteraangan :
a. Takik tambahan
b. Takik balas
Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali
Hutan di jawa didominasi oleh jati dengan sistem silvikultur tebang habis permudaan
buatan. Penebangan jati di Jawa umumnya mempergunakan alat-alat penebangan
konvensional, misalnya gergaji tangan, baji dan lain-lainnya. Tetapi saat sekarang sudah
banyak mempergiunakan alat-alat mekanis, seperti gergaji mesin (chain saw). Di dalam
sistem penebangan memerlukan tahapan-tahapan sebagai berikut yang meliputi:
a. Persiapan lapangan
Pengesahan tebang harus dikeluarkan pada bulan 10 – 11 tahun sebelumnya, sehingga
dapat dimulai berbagai persiapan – persiapan lapangan meliputi :
1) Perbaikan jalan, jembatan, pembuatan rumuh tempat pengumpulan (TP)
2) Ulangi babat batas keliling dan batas blok
3) Pemeriksaan nomor pohon berdasarkan daftar klem, ulangi memberi tanda
dipoghon, jika ada pohon yang hilang, dicuri maka dicatat dalam daftar klem.
4) Persiapan diatas harus sudah selesai pada bulan Pebruari sehingga penebangan
dipat dikerjakan pada bulan Maret.
Secara umum penebangan pohon di luar jawa dikerjakan oleh para pemegang konsensi hutan
dengan menggunakan alat-alat serba mekanis. Pada hakekatnya semua pelaksanaan
penebangan didahulu dengan perencanaan yang matang. Terlebih pada hutan di luar jawa,
perlu adanya penelitian pada areal hutan yang diolah/ditebang.Petugas surveyor memegang
peranan penting dalam menentukan areal yang dapat di eksploitasi, termasuk pembuatan
jalan angkutan nantinya. Penebangan di luar Jawa sistem yang dipakai adalah Sistem Tebang
Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dan diameter 50 cm ketas yang ditebang demi terwujudnya
kelstarian hutan. Pihak Dinas kehutanan Kabupaten/Kota serta Propinsi memegang peranan
penting dalam pengawasn terhadap pelaksanaan dilapangan.
Dalam kegiatan penebangan di hutan alam di luar Jawa perlu diperhatikan ketentuan-
ketentuan yang telah berlaku.Berdasarkan petunjuk teknis pelaksanaan Tebang Pilih Tanam
Indonesia (TPTI), disebutkan bahwa pohon yang ditebang adalah pohon-pohon jenis
komersial (seperti meranti, agathis, dll) sesuai dengan batas diameter yang ditetapkan.Batas
diameter yang diijinkan adalah 50 cm ke atas untuk hutan produksi tetap dan 60 cm ke atas
untuk hutan produksi terbatas. Pohon-pohon yang akan ditebang ini harus diberi tanda silang
warna merah dan tanda arah rebah pada pohon yang bersangkutan. Selain itu pohon-pohon
tersebut berada pada Rencana Karya Tahunan (RKT) yang telah disyahkan dan dilakukan
pada setiap blok secara berurutan. Dengan demikian tidak diperkenankan melakukan
penebangan di luar RKT yang telah disyahkan.
Penebangan dilaksanakan oleh regu-regu penebang, pada petak tebangan dalam blok
RKT yang telah disahkan dan dilakukan secara berurutan.
Penebangan pohon dimulai dengan membuat arah rebah dan takik rebah dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat arah rebah pohon yang tepat.
1) Diusahakan agar arah rebah diarahkan pada tempat-tempat yang sedikit mungkin
merusak pohon inti dan pohon induk.
2) Diarahkan ke arah bukit atau tempat yang datar dan searah dengan jalan sarad yang
telah disiapkan dengan maksud ubtuj memudahkan penyaradan kayu dari tempat
penebangan ke tempat pengumpulan (TPn). Diupayakan agar arah rebah
menghindari arah rebah ke jurang arau tempat yang curam, karena menyebabkan
kayu hasil penebangan patah, pecah dan sulit dan atau tidak dapat disarad oleh
traktor.
b. Diupayakan agar takik rebah serendah mungin sehingga tonggak pohon hampir rata
dengan tanah. Untuk mendapatkan suatu kayu yang tinggi maka arah rebah pohon
diusahakan sedemikian rupa agar batang pohon tidak patah atau pecah. Setiap pohon
yang telah ditebang agar dicatat dalam buku ukur dan cara pencatatan agar dilakukan
sesuai ketentuan Penatausahaan Hasil Hutan (PUHH)
Pembagian batang (bucking) adalah pemotongan batang pohon setelah ditebang menjadi
sortimen-sortimen dengan ukuran tertentu. Tujuan dari”bucking” atau pembagian batang
untuk mendapatkan nilai tambah (added value) pohon kayu bulat bernilai tinggi dan laku
dipasaran dengan penerapkan manajement batang per batang.
Pembagian batang tergantung pada adanya sarana bagi daerah yang menggunakan alat
konvensional, pembagian batang dilakukan ditempat tebang, sedang bagi daerah- daerah
yang menggunakan gergaji mesin / mekanis, umumnya dilakukan di tempat pengumpulan
atau ditepi jalan angkutan.
Pada kedua bontos bagian batang, diterakan tanda-tanda sesuai dengan ketentuan dalam
penatausahaan hasil hutan.Apabila tanda-tanda tersebut mengalami kerusakan atau tidak
dapat terbaca, wajib diperbaiki atau diterakan kembali.
Klik tombol next untuk menuju halaman selanjutnya, dan tombol back
untuk kembali ke halaman sebelumnya
Pembagian batang pada umunya dilakukan di tempat penebangan, hal ini dimaksudkan :
a. Untuk mengurangi berat, berarti kayu yang disarad keluar harus betul-betul kayu yang
laku dijual, sehingga bagian yang tidak laku dijual dapat ditinggal ditempat tabangan,
Juga untuk menyesuaikan kapasitas alat sarad.
b. Mambuang bagian yang cacat atau berpenyakit.
c. Untuk mempercepat penjualan, dengan jalan menyediakan ukuran-ukuran kayu yang
banyak diminta pasar
Gambar 62. Pemotongan/bucking yang tepat pada titik di mana
pohon mulai bercabang.
- arah rebah
b. Untuk batang yang melintang diatasmeragukan
parit, cara pemotonganya baik menggunakan gergaji
potong maupun gergaji mesin dapat dilakukan dari atas sedalam lebih kurang sepertiga
diameter pohon kemudian dari bawah sampai putus.
Gambar 64. Pemotongan batang melintang di atas parit
c. Untuk batang yang berada diatas rintangan, maka pemotongan dengan gergaji potong
langsung dari atas samapi putus dengan bagian ujungnya disanggah, sedangkan kalau
menggunakan gergaji mesin dilakukan dengan cara menusukan ujung rantai pada bagian
tengah dengan pemotongan arah bawah, dilaknjutkan dari atas sampai putus.
d. Untuk batang yang lebih besah besar dari panjang keping rantai gergaji, dilakukan
dengan cara setiap kali menggeser kedudukan gergaji dalam satu bidang yang datar (
rata)
Untuk menghindari serangan hama (sejenis kumbang jenis ambrosia) pada jenis-jenis kayu
yang rentan (ramin dan pisang-pisang) maka dilakukan penyemprotan obat kimia (campuran
abuki dan minyak tanah) menggunakan alat semprot gendong. Bahan kimia yang digunakan
untuk pengawetan/pengobatan kayu di dalam hutan selalu berpedoman pada ketentuan WHO
dan FSC (FSC Pesticide Guidance).
V. Sistem Penyaradan.
Klik sub topik berikut ini untuk uraian materi selengkapnya
A. Pengertian
B. Penentuan Jarak Sarad
C. Jarak sarad Ekonomis
D. Jenis penyaradan berdasarkan tenaga yang digunakan
E. Teknik penyaradan pada berbagai medan.
F. Jenis penyaradan berdasarkan pada alat bantu yang digunakan
G. Jenis penyaradan berdasarkan pada jenis kayu yang disarad
H. Jenis penyaradan dengan sistem kabel
Pengertian
Penyaradan ( skidding atau yarding) adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat
tebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn) atau ke pinggir jalan angkutan. Kegiatan ini
merupakan kegiatan pengangkutan jarak pendek.
Untuk mengurangi kerusakan lingkungan (tanah maupun tegakan tinggal) yang ditimbulkan
oleh kegiatan penyaradan maka penyaradan dilakukan sesuai dengan arah penyaradan yang
sudah direncanakan di atas peta kerja, selain itu juga dimaksudkan agar prestasi kerja yang
dihasilkan cukup tinggi. Perencanaan jalan sarad ini dilakukan satu tahun sebelum kegiatan
penebangan dimulai. Letak jalan sarad ini harus ditandai dilapangan sebagai acuan bagi
pengemudi atau penyarad kayu. Hal ini terutama berlaku untuk penyaradan yang
menggunakan traktor.
Kegiatan penyaradan dilakukan secara manual dan hanya sedikit sekali yang dilakukan
dengan alat mekanis (maksimal 10%).Kayu gelondongan ditarik oleh tenaga manusia ke atas
kuda-kuda (sepasang papan sejajar seperti selancar terbuat dari kayu yang sangat kuat) yang
telah disiapkan pada jalan sarad.Kayu yang berada di atas kuda-kuda kemudian ditarik ke
tempat pengumpulan oleh sekelompok orang yang biasanya terdiri dari 6-8 orang (satu regu
dalam anak petak tebang).Penarikan berlangsung sampai ke tempat pengumpulan kayu
(TPn).Jajaran sortimen kayu di TPn dibuat agak meninggi (lerengan) mendekati rel untuk
mempermudah pemuatan.
Penyaradan merupakan rangkaian kegiatan penebangan hutan yang erat kaitannya dengan
pengangkutan. Semakin jauh jarak saradnya maka akan semakin memperpendek jarak
pengangkutan. Oleh karena itu kerapatan jalan berpengaruh terhadap jarak sarad rata-rata
yang optimal.
Kerapatan jalan adalah panjang jalan rata-rata per/hektar dari luas wilayah hutan. Disamping
kerapatan jalan, jarak sarad juga dipengaruhi oleh lapangan. Jarak sarad pada lapangan yang
bergelombang akan berbeda dengan jarak sarad pada lapangan datar.
Cantoh :
Apabila luas petak yang didinginkan 100 ha, kerapatan jalan yang terdapat pada petak seluas
100 ha tersebut 22 m / ha dan keadaan lapangannya bergelombang dan miring, maka jarak
sarad rata-rata dapat dihitung sebagai berikut :
5,5
S = Km = 0,25 km = 250 m
22
Cara ini merupakan cara yang paling tua, sederhana dan murah. Cara ini
dilakukan di lapangan yang miring dengan jarak sarad bervariasi antara 400 –
700 m. Panjang kayu maksimum 6 m. Pada penyaradan dengan cara ini kayu
tidak dikupas kulitnya. Alat yangdapat digunakan untuk menggulingkan kayu
disebut Ngglebek/nggledek
B. Sistem kuda-kuda.
Cara ini merupakan cara yang paling tua, sederhana dan murah. Cara ini
dilakukan di lapangan yang miring dengan jarak sarad bervariasi antara 400 – 700
m. Panjang kayu maksimum 6 m. Pada penyaradan dengan cara ini kayu tidak
dikupas kulitnya. Alat yangdapat digunakan untuk menggulingkan kayu disebut
Ngglebek/nggledek Penyaradan dengan sistem kuda-kuda memerlukan jalur
lintasan kuda-kuda yanglebarnya 3 – 4 m. Jalur lintasan ini biasanya dibuat
dengan cara menumpuk secaramelintang kayu-kayu yang berdiameter kecil ( < 10
cm),
Hewan yang banyak digunakan dalam pekerjaan penyaradan ini antara lain sapi,
kuda, keledai, kerbau dan gajah. Diantara jenis hewan tersebut, yang mungkin paling
sesuai pada derah tropis adalah sapi, sedangkan gajah digunakan di Thailand serta
kuda pada beberapa negara Eropah tempo dulu.
Penyaradan kayu dengan sapi sudah lama dilakukan di hutan jati di Jawa, yaitu
semenjak pemanenan yang pertama dilakukan. Ukuran kayu yang disarad berukuran
antara 2 – 4 m. Jarak sarad kurang dari 750 m. Penyaradan dengan sapi menggunakan
alat bantu yang disebut dengan kesser atau rakitan. Kesser adalah alat yang menopang
salah satu ujung kayu di tanah, sedangkan rakitan adalah alat yang dipasang di leher
sapi yang gunanya untuk mengikat beban yang disarad. Penyaradan dengan sapi dapat
menggunakan hanya 1 ekor sapi atau berpasangan. Produktivitas penyaradan dengan
sapi relatif rendah, yaitu sebesar 0,75 – 0,85 m3/jam pada jarak sarad antara 400 –
600 m. Sapi termasuk hewan yang kurang tahan terhadap panas, sehingga
penggunaan sapi tidak sampai sepanjang hari, umumnya hanya sampai pukul 11.00
WIB.
Keuntungan :
Kerugian :
a) Kapasitas yang disarad sedikit terbatas
b) Tidak dapat digunakan pada topografi yang miring
c) Produktifitasnya rendah
Penyaradan kayu dengan cara ini adalah memanfaatkan gaya gravitasi bumi. Cara
penyaradan seperti antara lain:
A. Peluncuran
B. Wire skidding
Penyaradan kayu menggunakan traktor sangat cocok untuk tebang pilih, hanya saja
gangguan terhadap tanah cukup besar, untuk itu jenis traktor yang akan digunakan
harus disesuaikan dengan keadaan tanah di lokasi kegiatan. Satu regu penyarad
dengan traktor biasanya terdiri dari 2- 3 orang. Produktivitas penyaradan
menggunakan traktor dengan tenaga sebesar 140 – 240 HP sebesar 50 – 100 m3/hari
dengan waktu kerja efektif adalah 7 jam sehari.
Wheel skidder adalah traktor yang dirancang khusus untuk penyaradan kayu. Sedangkan
crawler skidder disamping dapat digunakan untuk menyarad kayu, alat ini juga digunakan
utnuk membuat jalan atau membongkar tunggak, karena alat ini dilengkapi dengan pisau
(blade). Pada umumnya traktor yang digunakan untuk menyarad kayu dilengkapi dengan
winch di belakangnya, yaitu alat yang berfungsi menarik kayu dengan cara menggulung
kawat baja diikatkan pada kayu. Merk traktor yang banyak dipakai di Indonesia adalah
Caterpillar danKomatsu
Kayu-kayu yang terletak di daerah yang datar, ujung yang diikat dengan chocker ditarik
mendekati towing winch, sehingga baguian kayu yang diikat terangkat sedikit, kemudian
ditarik.
b) Penyaradan menurun
Untuk kayu-kayu pada daerah datar, ujung yang diikat ditarik mendekati towing winch
sehingga sebagian yang diikat terangkat sedikit kemudian ditarik
Untuk kayu-kayu pada lokasi naik, disarad dengan ujung batang yang berada paling atas
yang diikat kemudian ditarik.
Apabila traktor tidak mampu menarik, maka kayu ditarik dengan winch. Traktor diam
dan winch menarik. Kemampuan tarik winch umumnya lebih besar dari kemampuan
tarik traktor
2) Pan Skidding adalah cara penyaradan kayu yang disarad bagian depan tidak
berhubungan dengan tanah, karena bersandar pada keser atau pan. Hal ini dimaksudkan
agar selama penyaradan bagian depan dari kayu tidak merombak permukaan tanah.
Caranya, pada kayu yang sudah dipasang chooker saru sampai tiga lebih batang kayu,
kemudiam pada bagian depannya diletakan di atas pan yang sudah dihubungkan melalui
hook ke bagian belakang traktor, barulah dilakukan penyaradan.
Arch / sulky tersebut merupakan alat tambahan sehingga memungkikan kabel pengikat
kayu yang disarad akan menjadi dua kali lipat lebih besar dari sebelumnya.
Caranya, pada beberapa kayu yang akan disarad sudah dipasang choker kemudian
dihubungkan dengan kabel benang baja pada arch yang langsung kabel tersebut
berhubungan dengan drum yang terdapat pada bagian belakang traktor, Sedangkan arch
dihubungkan dengan universal joint pada bagian belakang traktor, kemudian dilakukan
penyaradan.
Penyaradan kayu dengan sistem kabel dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:
a) Sistem Highlead
Sistem ini hanya menggunakan satu tiang penyanggah (spar tree), dan paling sesuai untuk
tebang habis. Penyaradan sistem highlead ini yarder sebagai motor penggeraknya yang
dilengkapi dengan drum-drum menggandeng kebel (menarik atau mengulur kabel). Pada
yarder terdapat dua macam drum. Drum pertama digunakan untuk menarik kayu ( main
line), sedangkan drum kedua dipakai untuk mengulurkan kabel.
Langkah pertama sebelum memasang choker pada kayu yang akan disarad kendurkan dulu /
ulurkan dahulu kabel pada drum pertama, dan tarik kabel pada drum kedua setelah
pemasangan choker pada kayu yang akan disarad.
Selanjutnya ditarik kebel main line pada drum pertama dan ulurkan kabel pada drum kedua.
Setelah sampai dekat spartree matikan drum pertama dan ulurkan kabel pada drum kedua.
Secara perlahan-lahan turunkan kayu dengan cara mengulur drum pertama sedikit demi
sedikit, lepaslah choker dari kayu yang disarad.
Sistem ini minimal mempunyai 2 tiang penyangga. Kayu yang disarad tidak menyentuh
tanah, sedangkan pada higlead salah satu ujung kayu menyentuh tanah. Sky line umumnya
diterapkan pada lapangan yang topografinya cukup curam atau berada diantara dua bukit
kayu-kayu yang akan disarad. Jika dibandingkan dengan sistem highlead, keadaan medan
untuk sky line cukup berat.
Pengangkutan melalui udara sangat jarang dilakukan karena dipandang tidak ekonomis. Cara
pengangkutan ini dilakukan karena medan yang sangat berat sedangkan kayu bernilai
ekonomis tinggi. Pengangkutan melalui udara lebih banyak bersifat pengangkutan antara,
karena jika memungkinkan medannya maka pengangkutan lewat udara akan dilanjutkan
dengan air atau darat.
Secara garis besar pengangkutan melalui udara dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Sistem balon
2) Sistem Helikopter
Pengangkutan melaui air banyak dijumpai diluar Jawa misalnya Sumatera dan Kalimantan
karena di pulau tersebut banyak terdapat sungai-sungai besar yang dapat digunakan sebagai
prasarana transportasi.
Cara pengangkutan melaui air merupakan cara yang paling murah dan efisien dibandingkan
dengan cara-cara pengangkutan yang lainnya.
Keuntungan pengangkutan melalui air antara lain :
1) Biayanya murah persatuan meter kubik kayu yang diangkut.
2) Cara muat dan bongkar mudah, bahkan tidak memerlukan banyak pekerja.
3) Jika memungkinkan kayu dapat diangkut sebanyak-banyaknya dengan cara ini.
4) Tidak ada kendaraan yang harus pulang kembali, jadi tidak kehilangan bahan bakar. Hal
ini dapat dijumpai pada kayu yang dirakit dan dihanyutkan.
Walaupun mempunyai banyak kelebihan, namun pengangkutan melalui air mempunyai
kelemahan-kelemahan.
1). Kayu-kayu dinaikkan ke kapal ponton terlebih dahulu baru diangkut. Cara ini dilakukan
pada jenis-jenis kayu yang tenggelam ”sinker” atau pengangkutan kayu antar pulau.
a) Pengngkutan kayu dengan ponton lebih cepat dan kayu yang diangkut relatif bersih
b) Pengangkutan dengan ponton tidak menyebabkan sungai menjadi kotor
c) Pengangkutan kayu lebih fleksibel, baik jumlah besar mapun kecil
2). Kayu-kayu dirakit kemudian dihanjutkan mengikuti arus air sungai, cara ini merupakan
paling murah pada umumnya jenis-jenis kayu “floater“ terapung.
Pengangkutan cara kedua dapat dibagi lagi, yaitu :
a) Kayu-kayu dilepas sama sekali sehinga tidak dapat dikontrol atau dikemudikan.
b) Kayu satu dengan yang lainnya tidak diikat tetapi pada pinggirnya dibatasi dengan
ikatan-ikatan kayu yang digunakan untuk mengendalikannya ( sistem kandang)
c) Semua kayu terikat satu sama lainnya (rakit) sehingga sangat mudah
mengemudikannya. Untuk mempercepat pengnagkutan rakit ditarik dengan perahu
motor (tug boat).
Pengangkutan lewat darat biasanya realtif mahal jika dibandingkan lewat air karena
memerlukan prasarana jalan, sarana dan bahan bakar.
Pengangkutan deangan rail dijumpai pada derah-daerah yang kedaan lapangannya relatif
datar, tidak berawa-rawa dan sedikit dijumpai sungai-sungai besar. Misalnya dihutan jati di
Jawa.
Untuk menarik kayu yang dimuat pada lori-lori dipergunakan locomotif bahkan dibeberapa
tempat lori tersebut didorong oleh tenaga manusia atau ditarik oleh hewan ( kuda, sapi).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengkutan dengan rail adalah:
1) Letak jaringan jalan rail
2) Kontruksinya
3) Pemeliharaan locomotif
4) Pemilihaan jenis lorinya.
Penentuan letak jaringan jalan rail harus dilakukan secermat mungkin, Kekeliruan dalam
penentuan jalan rail akan memperbesar biaya pengangkutan.
Diusahakan sedemikian rupa agar jalan ini dibuat sependek mungkin untuk mencapai tempat
– tempat penimbunan kayu / pengolahan kayu dengan tetap mempertimbangkan persyaratan
teknis yang terlah ditentukan.
Pertimbangan topografi lapangan perlu diperhatikan pada jaringan jalan rail. Jaringan jalan
rail memerlukan lapangan relatif datar. Tanjakan yang diperkenankan adalah 60 (Haryanto,
1980).
Untuk memenuhi kriteria diatas maka perlu dilakukan pemeriksaan trace sementara. Hasil
dari pemeriksaan trase sementara ini nanti dipilih alternatif trace yang paling baik, dalam segi
teknis maupun ekonomi dapat dipertanggung jawabkan.
Topografi areal hutan umumnya tidak ringan, Karena dituntut untuk membuat jaringan jalan
rail yang mempunyai tanjakan dan turunan yang ringan, maka kegiatan galian dan timbunan
merupakan pekerjaan yang utama.
Klik tombol next untuk melanjutkan
Secara sistematis konstruksi pembuatan jalan rail dapat diuaraikan sebagai berikut:
1) Pekerjaan pada tanahnya yaitu berupa penentuan mengenai profil, pembuatan talud dan
selokan.
2) Pekerjaan bangunan di atasnya yaitu berupa penaburan kerikil dan bantalan, pemasangan
rail dan bantalan dan hal-hal yang berhubungan dengan perlengkapan jalan rail.
Pemilihan jenis lokomotif erat kaitanya dengan barat beban yang akan ditarik. Daya tarik
beban locomotif dinyatakan dalam HP (Horse Power). Semakin besar beban yang ditarik
maka semakin bebasr pula HP nya.
Pemilihan bahan bakar yang dipergunakan locomotif perlu dipikirkan. Berdasarkan somber
powernya locomotif dibedakan antara lain loco yang digerakan mesin dan loco yang
digerakan oleh mesin diesel.
Loco yang digerakan oleh mesin uap umumnya dipakai di kehutanan. Hal ini disebabkan
bahan bakar dari kayu yang tersedia cukup banyak di hutan. Kelemahan dari loco uap adalah
duiperlukannya waktu yang lama untuk menghasilkan panas yang cukup untuk menarik
beban.
Loco dengan mempergunakan bahan bakar solar lebih praktis dan lebih licah. Kekuatan yang
dimiliki loco disel ini adalah menghasilkan power yang cukup besar. Ditinjau dari segi
pengaruh keaman hutan terhadap terjadinya bahaya kebakaran hutan loco jenis ini lebih
menawarkan keselamatan dari pada loco uap.
Lori untuk mengangkut beban kayu haurs dibuat secara kuat, mampu menanggung beban di
atasnya dan tahan menghadapi poncangan dengan rail.
Lebar lori tertentu, sesuai lebar railnya, tetapi panjang lori bisa disesuaikan dengan kayu
yang diangkut.
Pada saat ini pengangkutan dengan mempergunakan truk lebih disukai di kehutanan.
Hal ini disebabkan karena :
1) Mampu menghadapi topografi yang agak berat. Truk dapat naial tanjakan sampai 15 %.
2) Pembuatan jalan truk lebih muraj dibandingkan jalan rail hal ini disebabkan sedikitnya
pekerjaan galian dan timbunan. Disamping hal tersebut proses pembuatan lebih
sederhana bahkan kadang-kadang hanya mengembangan jalan setapak yang telah ada.
3) Waktu operasi kendaraan lebih lama dibandingkan waktu berhenti. Hal ini disebabkan
waktu muat dan bongkar lebih cepat jika dibandingkan dengan mempergunakan rail.
4) Truk dapat dirancang dengan memuat kayu lebih banyak yang dilengkapi dengan trailer.
5) Truk untuk memuat kayu dapat dilengkapi dengan loader yaitu alat muat yang bisa
dikerjakan sendriri oleh sopir sehingga tidak memerlukan banyak pekerja.
6) Truk bisa menyesuaikan diri dengan perubahan potensi hutan. Hal ini bisa dilihat pada
truk yang beoperasi pada petak lain setelah petak tempat beroperasi sebelumnya telah
kosong.
7) Investasi pengnagkutan dengan truk lebih kecil dibandingkan dengan rail, sehingga untuk
perusahaan-perusahaan hutan yang bagaimanapun truk masih dapat dipakai.
Gambar 88. Pengangkutan kayu melalui darat
Klik sub pokok bahasan berikut ini untuk pembelajaran lebih lanjut
A. Pengertian
B. Tujuan
Pengertian
Pembalakan ramah lingkungan merupakan bentuk terjemahan bebas dari istilah Reduced
Impact logging (RIL). Pembalakan ramah lingkungan ini merupakan “rangkaian kegiatan
dalam rangka usaha meningkatkan teknik pemungutan hasil hutan berupa kayu dengan
lebih memperhatikan aspek lingkungan”. Titik berat dari pembalakan ramah lingkungan
adalah terletak pada aspek perencanaan dan konsistensi untuk mengikuti perencanaan itu
sendiri. Pembalakan ramah lingkungan merupakan bagian kecil dari upaya menuju suatu
pengelolaan hutan yang lestari, oleh karena itu teknik RIL ini semestinya tidak dipandang
sebagai suatu hal yang baru, akan tetapi lebih merupakan hal yang sudah seharusnya
dilaksanakan oleh HPH dalam mengelola areal konsesi mereka.
Tujuan
Ada beberapa tahapan kegiatan utama dari rangkaian kegiatan pembalakan ramah
lingkungan:
1. Inventarisasi dan pemetaan
2. Perencanaan
a) Areal produksi
b) Areal non produksi
c) Jalan cabang
d) TPn
e) Jalan sarad
f) Arah rebah pohon
g) Penandaan di lapangan
3. Operasional
a) Pembukaan jalan cabang
b) Pembukaan TPn dan jalan sarad
c) Penebangan
d) Penyaradan
e) Pengulitan di TPn
f) Pengangkutan
4. Paska panen
a) Penilaian/evaluasi
b) Rehabilitasi
Inventarisasi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi potensi berupa data pohon serta
data topografi pada areal yang akan dilaksanakan penebangan, sebagai informasi awal
yang akan di olah menjadi sebuah peta.
Pemetaan bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara visual tentang keadaan lokasi
rencana tebangan yang berupa kontur, sebaran pohon, serta informasi geografis lainnya,
sehingga dapat memudahkan para perencana untuk merencanakan segala kegiatan yang
berhubungan dengan penebangan.
Cara kerja
a. Pengambilan data pohon
Kegiatan inventarisasi ini berupa pengambilan data lapangan berupa data pohon pada
areal yang akan dilakukan penebangan.
Secara teknis inventarisasi ini adalah cruising 100% yang sering dilaksanakan oleh
HPH, data-data yang diperlukan adalah berupa diameter, jenis serta koordinat lokal
pohon.
b. Pengambilan data topografi
Data topografi yaitu dengan pengambilan data helling setiap perubahan kontur pada
jalur cruising. Juga diperlukan data topografi baseline pada batas petak tebangan.
Data helling baseline diambil pada setiap perubahan kontur dan mengitari petak
tebang dengan searah jarum jam. Untuk keperluan perencanaan RIL ini akan
diaplikasikan program Sistem Informasi Pohon dan Topografi (SIPTOP), dimana
dengan program ini data pohon dan topografi tersebut akan diolah dan dihasilkan peta
overlay sebaran pohon beserta topografinya.
2. Perencanaan
Perencanaan dalam hal ini adalah perancangan kegiatan penebangan berdasarkan peta
yang dihasilkan dari kegiatan inventarisasi. Perencanaan yang dimaksud adalah rencana
penempatan jalan cabang, TPn, jalur jalan sarad, kawasan lindung beserta buffer zone,
lokasi jembatan dan gorong-gorong serta rencana arah rebah pohon.
Dari kegiatan perencanaan ini ditujukan agar dihasilkan suatu desain/rancangan rencana
detail penebangan yang telah disepakati oleh semua seksi di camp, sehingga dapat
dijadikan suatu pedoman dalam melaksanakan pekerjaan oleh masing-masing seksi.
Cara Kerja
a. Mempersiapkan peta SIPTOP areal yang akan dilaksanakan penebangan
b. Melakukan delineasi pada peta tersebut untuk jalan, jalan sarad, TPn dan arah rebah
pohon yang sesuai dengan rencana jaringan jalan sarad.
c. Melaksanakan penandaan di lapangan pada tempat-tempat yang telah dilakukan
delineasi pada peta.
Pembukaan jalan cabang bertujuan untuk memberikan fasilitas prasarana angkutan log
dari TPn di dalam blok tebangan menuju lokasi-lokasi tempat penumpukan kayu di luar
blok tebangan.
Cara kerja
a. Membuat konstruksi jalan cabang pada jalur-jalur yang telah direncanakan pada saat
kegiatan perencanaan.
b. Pembukaan jalur jalan, yaitu kegiatan pemotongan dan pembersihan jalur jalan dari
pohon/semak, tonggak-tonggak kayu serta akar-akar.
c. Grading, adalah kegiatan konstruksi pada jalur jalan yang telah dibuka, kegiatan
pokoknya adalah perataan badan jalan dengan memotong dan mengisi tanah pada
jalur jalan yang bergelombang. Pengangkutan tanah biasanya menggunakan excavator
dan buldozer untuk jarak pendek, dan menggunakan dump truck untuk jarak jauh.
d. Pemadatan, adalah sebuah proses meningkatkan kapasitas jalan untuk menerima
beban yang akan melewatinya.
e. Pengerasan jalan, apabila jalan cabang dirancang untuk “all weather roads” maka
diperlukan pengerasan jalan dengan menggunakan batu atau kerikil. Material
pengerasan jalan ini biasanya diangkut dari tempat-tempat penggalian disekitar jalan
yang sedang dibangun.
f. Penyempurnaan jalan dengan pembentukan bahu jalan menjadi miring, pembuatan
saluran pembuangan air (drainage), instalasi gorong-gorong dll.
Peralatan yang diperlukan
a. Chain saw
b. Buldozer
c. Excavator
d. Motor grader
e. Compactor
f. Dump truck
Tujuan penebangan dalam konsep RIL adalah untuk mendapatkan kayu atau log dengan
kualitas yang baik, mengutamakan keselamatan penebang, tidak meninggalkan limbah
yang terlalu banyak serta meminimalkan kerusakan lingkungan pada lokasi tebangan
(tanah, air serta tegakan tinggal).
Cara Kerja
Tujuan pembukaan jalan sarad dan TPn adalah memberikan fasilitas kepada traktor
penyarad untuk menarik kayu dari lokasi rebahnya pohon serta mengumpulkannya pada
lokasi yang telah ditentukan.
Cara kerja
Merencanakan jalan sarad:
a. Jalan sarad didesain mengikuti kontur dan menuju kelompok-kelompok pohon
panen
b. Jalan sarad harus menghindari daerah curam/jurang serta daerah lembab/paya
c. Jalan sarad harus menghindari sungai/kali/alur. Dan jika terpaksa harus dibuatkan
jembatan penyeberangan sementara.
d. Jalan sarad didesain untuk dipergunakan seintensif mungkin
e. Jalan sarad tidak boleh masuk areal kawasan lindung dan daerah penyangganya
f. Lebar jalan sarad maksimum 4 meter.
Teknis pembuatan jalan sarad:
a. Chain saw man bergerak mendahului buldozer untuk menebang semua pohon dengan
diameter 15 cm keatas yang berada pada jalur-jalur penyaradan atau lokasi TPn.
Pemotongan batang pohon diusahakan serendah mungkin atau rata dengan tanah.
b. Traktor bergerak untuk mendorong dan membersihkan batang-batang kayu yang
berada pada jalur penyaradan.
c. Pisau traktor diangkat dari permukaan tanah setinggi kurang lebih 0.5 m
d. Diusahakan seminimal mungkin untuk mendorong lapisan tanah pada jalur-jalur
penyaradan.
6. Penyaradan
Penyaradan merupakan aktivitas penarikan kayu dari lokasi rebahnya pohon menuju
tempat-tempat pengumpulan kayu sementara (TPn), yang merupakan bagian dari
rangkaian kegiatan pemungutan kayu pada kegiatan operasional logging
Tujuan dari penyaradan dalam konteks RIL ini adalah mengumpulkan kayu hasil
tebangan dari lokasi rebahnya pohon ke TPn dengan meminimalkan terbukanya lantai
hutan dan kerusakan pada tegakan tinggal
Cara kerja
a. Operasi penyaradan dimulai setelah pembuatan jalan sarad dan penebangan selesai
b. Penyaradan dimulai dari batang kayu/log terdekat
c. Pembantu operator traktor memasang kabel pengikat pada log
d. Pembantu tersebut memberi kode kepada operator traktor untuk mengambil posisi
winching
e. Pembantu operator menarik kabel winch dan mengaitkannya pada kabel pengikat
pada log yang akan di winch
f. Pembantu operator pindah ke tempat yang aman dan memberi kode bahwa winching
dapat dimulai
g. Pada waktu winching, traktor harus pada posisi diam dan tetap berada di jalan sarad
h. Setelah winching selesai, muatan log disarad di jalan sarad menuju TPn
i. Pembantu mencari log lain dengan bantuan peta pemanenan kayu.
Hal-hal yang harus dihindari pada saat melakukan penyaradan:
Pemasangan paku S adalah pemasangan plat besi/plastik berbentuk huruf S pada kedua
ujung log atau bontos.
Pengulitan kayu ini bertujuan agar kayu/log yang ditebang tidak diserang oleh serangga
pengebor kayu (borer) sehingga kualitas kayu tidak menurun, seperti diketahui bahwa
kulit kayu pada log merupakan tempat tinggal dan berbiak serangga pengebor kayu
(borer) tersebut.
Pemasangan paku S ini bertujuan untuk menghindari semakin parahnya pecah ujung
pada log, sehingga menurunkan kualitas log itu sendiri.
Cara kerja
Pengulitan kayu dilakukan oleh satu orang atau lebih pada sebatang log dengan
menggunakan alat semacam linggis yang bermata pipih dan lebar untuk mencongkel
kulit kayu agar lepas dari batang/log. Pengulitan dilakukan dengan sistem prioritas:
“first come first service” hanya khusus untuk kayu-kayu jenis Meranti.
Pemasangan paku S dilakukan oleh satu orang pada semua log di TPn yang mengalami
gejala pecah ujung (split). Paku S dipukul dengan palu pada posisi melintang di bagian
kayu yang retak/pecah.
8. Pengangkutan
Pengangkutan adalah merupakan rangkaian kegiatan transportasi kayu/log dari TPn di
dalam blok tebangan dengan menggunakan logging truck menuju TPK atau logpond di
luar blok tebangan.
Tujuan dari pengangkutan ini adalah untuk mengumpulkan log dari dalam blok tebangan
menuju lokasi-lokasi penumpukan kayu/logpond/TPK diluar blok tebangan untuk
menunggu tranportasi selanjutnya menuju industri pengolahan kayu (pabrik).
Cara kerja
a. Menentukan lokasi estafet bongkar muat log dari blok tebangan sampai log pond
seefektif mungkin untuk penghematan biaya.
b. Menggunakan sistem prioritas: “first come first out” untuk jenis-jenis yang kurang
awet
c. Memuat log yang telah dikuliti dengan menggunakan loader ke atas logging truck
sesuai dengan kapasitas dan kemampuan alat.
d. Menjalankan logging truck yang telah terisi log menuju lokasi TPK yang telah
ditentukan dan membongkar log pada TPK tersebut untuk transportasi selanjutnya.
Rehabilitasi paska panen ini bertujuan untuk sedapat mungkin mencegah kerusakan yang
lebih parah pada areal bekas tebangan tersebut, karena areal bekas tebangan tersebut
masih merupakan aset kekayaan HPH untuk masa rotasi tebangan berikutnya.
Cara Kerja