Anda di halaman 1dari 121

PEMANENAN HASIL HUTAN

CD 1: PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

Selamat datang dalam program pembelajaran interaktif pemanenan hasil hutan dengan
pokok bahasan pembukaan wilayah hutan (PWH)

Klik menu pokok bahasan berikut ini untuk melanjutkan.

I. Pengertian PWH
A. Definisi PWH

PWH didefinisikan sebagai salah satu kegiatan pengelolaan hutan yang


menyediakan prasarana/infrastruktur untuk melancarkan kegiatan
pengelolaan hutan, sehingga dapat terwujud pengelolaan hutan lestari.

PWH secara keseluruhan merupakan prasyarat bagi kelancaran


perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam produksi hutan dan PWH
bertugas menciptakan kondisi yang lebih baik dalam pengelolaan hutan serta
meningkatkan fungsi sosial dan ekonomi dari hutan.

Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) bertujuan menciptakan kondisi yang baik


agar persyaratan pengelolaan hutan lestari dapat terwujud. Tanpa PWH yang
baik pengelolaan hutan yang lestari sulit dapat dicapai, karena prasarana atau
infrastruktur pendukung yang tidak memadai berakibat pada
terganggunya seluruh kegiatan pemanenan hasil hutan dan pembinaan
hutan serta perlindungan hutan

B. Tujuan PWH
Tujuan dilakukannya pembukaan wilayah hutan adalah untuk mempermudah
kegiatan penataan hutan, tindakan-tindakan pembinaan hutan (penanaman,
pemeliharaan, penjarangan), pencegahan terhadap gangguan hutan dan
pemanenan hasil hutan terutama penyaradan dan pengangkutan kayu.
C. Fungsi PWH
PWH mempunyai fungsi diantaranya:
i. Mempermudah kegiatan penataan hutan
a. Membuat tata batas dalam dan luar hutan
b. Tata batas dalam membagi areal hutan ke dalam blok-blok.
ii. Mempermudah pengukuran prestasi kerja, peralatan dan bahan-bahan
yang keluar masuk hutan.
iii. Mempermudah kegiatan pembinaan hutan.
iv. Mempermudah kegiatan pemanenan hasil hutan (penebangan,
penyaradan, pengumpulan, pengangkutan dan penimbunan)
v. Mempermudah pengawasan hutan.
vi. Mempermudah perlindungan hutan (terhadap kebakaran, serangan
hama dan penyakit hutan)
vii. Memungkinkan hutan sebagai tempat rekreasi yang mudah dicapai.
viii. Di daerah yang terisolasi/terpencil, PWH dapat merupakan bagian
yang penting dari infrastruktur daerah tersebut, bahkan dapat
merupakan pionir pengembangan wilayah.

II. Kriteria dan Indikator PWH


Untuk mendapatkan alternatif jaringan jalan (PWH) terbaik, dibuat kriteria penilaian,
yakni : 1. Aspek ekologis, 2. Aspek ekonomis, 3. Aspek Sosial.

Klik masing-masing aspek untuk penjelasan lebih lanjut dan klik tombol back untuk
kembali ke halaman sebelumnya

Aspek ekologis,
Sedapat mungkin meminimalkan kerusakan terhadap ekosistem hutan akibat adanya
pembukaan wilayah hutan. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:
A. Kerusakan tegakan tinggal: yaitu jumlah pohon yang rusak akibat adanya
konstruksi pembukaan wilayah hutan (PWH), dengan satuan (pohon/ha).
B. Alur atau sungai, yaitu jumlah alur atau sungai yang mungkin
dilewati/dilintasi akibat adanya konstruksi PWH, dengan satuan (buah).
C. Erosi, yaitu laju erosi yang mungkin terjadi akibat adanya konstruksi PWH,
dengan satuan (ton/ha/tahun).
D. Nilai estetika, yaitu nilai atau keindahan dari landscape (bentang alam) yang
terganggu akibat konstruksi PWH yang dibuat, dengan satuan persen
(interval skala)
E. Biodiversity, yaitu jumlah jenis atau keanekaragaman hayati dan sumberdaya
genetik lainnya yang mungkin hilang akibat konstruksi PWH, dengan satuan
(jumlah jenis/ha).

Aspek ekonomis,
Sedapat mungkin keuntungan yang diperoleh perusahaan semaksimal mungkin dan
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan konstruksi (pembangunan) dan operasional
dengan adanya jaringan PWH menjadi minimal. Adapun indikator yang dilihat
adalah sebagai berikut :
A. Keuntungan: yaitu pendapatan yang diperoleh perusahaan pada areal hutan
yang dibuka karena adanya jaringan PWH, dengan satuan (Rp/m3).

B. Biaya pembuatan jalan: yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan jalan
(Rp/m3)

C. Biaya operasional pengangkutan: yaitu biaya operasi alat angkutan yang


melintasi jaringan PWH (Rp/m3)

Aspek Sosial,

indikator yang dilihat adalah sebagai berikut :

A. Pencurian kayu: yaitu potensi banyaknya kejadian pencurian kayu dengan


adanya PWH, dengan satuan Jumlah kasus/tahun (interval skala.)

B. Mobilitas masyarakat sekitar kawasan hutan: yaitu intensitas penggunaan


sarana dan prasarana PWH bagi masyarakat untuk memanfaatkan PWH untuk
transportasi ke sarana umum (sekolah, pasar, kerja, dl), dengan satuan
orang/hari (interval skala).

C. Akses ke dalam hutan: Intensitas masyarakat masuk ke areal hutan


(mengambil HHBK, ritual, wisata, dl), dengan satuan orang/hari (interval
skala).

D. Pendapatan masyarakat: Tambahan pendapatan masyarakat bila ada


jaringan PWH, dengan satuan (Rp/tahun)

III.Pertimbangan dalam Pembangunan PWH


Ada 4 (empat) aspek yang dijadikan pertimbangan dalam kegiatan pembukaan
wilyah hutan yaitu: 1, Pertimbangan aspek teknis, 2. Pertimbangan aspek ekonomis,
3. Pertimbangan aspek ekologi, 4. Pertimbangan aspek sosial budaya

Klik masing-masing aspek untuk penjelasan lebih lanjut dan klik tombol back untuk
kembali ke halaman sebelumnya.

1. Pertimbangan aspek teknis:


Diantaranya:
a. Sifat penggunaan prasarana PWH:
1) Permanen
Usia pemanfaatan infrastruktur lebih dari 5 (lima) tahun
2) Semi permanen
Usia pemanfaatan infrastruktur lebih antara 1 (satu) sampai dengan 5
(lima) tahun
3) Tidak permanen
Usia pemanfaatan infrastruktur kurang dari 1 (satu) tahun
b. Kapasitas daya dukung jalan angkutan kayu
c. Kepadatan dan jalur lalu lintas pengangkutan
d. Arah transport, jangkauan dan kecepatan transport.

Dari segi teknis, PWH yang baik adalah PWH yang dapat digunakan:
a. Secara terus-menerus
b. Mempunyai kapasitas daya dukung jalan angkutan yang tinggi
c. Membentuk suatu jaringan jalan yang menjangkau seluruh areal hutan.
d. Dapat dipakai untuk pengangkutan kayu, barang, material dan personil ke
dalam maupun ke luar areal hutan dengan kecepatan yang tinggi setiap saat

2. Pertimbangan aspek ekonomis, yaitu biaya yang harus dikeluarkan selama jangka
waktu pemakaian prasarana PWH :
a. Besarnya investasi PWH
b. Biaya pembuatan dan pemeliharaan jalan angkutan
c. Biaya pengangkutan kayu
d. Biaya tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya
Dari segi ekonomis, prasarana PWH yang baik adalah PWH yang dapat
dipergunakan untuk semua kegiatan pengelolaan untuk semua kegiatan
pengelolaanh utan secara lancar dengan biaya yang dibebankan pada tiap unit
produksi kayu yang dihasilkan minimal atau yang mendatangkan keuntungan
total maksimal.

3. Pertimbangan aspek ekologi:


a. Kerusakan terhadap lingkungan
b. Kerusakan bentang alam
c. Bahaya erosi dan longsor
d. Penurunan kualitas air
e. Sedimentasi.
Aspek ekologi harus mulai diperhatikan sejak perencanaan dalam:
a. Mendesain penataan areal hutan
b. Menentukan areal untuk produksi kayu dan areal nonproduksi kayu
c. Mendesain PWH, dan
d. Pemilihan sistem pemanenan kayu.

4. Pertimbangan aspek sosial budaya


a. Fungsi prasarana PWH sebagai infrastruktur umum
b. Pengembangan social ekonomi
c. Membuka daerah yang terisolir
d. Sebagai pionir pengembangan wilayah
e. Pengembangan sosial ekonomi
f. Meningkatkan akses masyarakat sekitar hutan terhadap hasil hutan non kayu
g. Memperhatikan tempat-tempat yang dianggap keramat dan kemungkinan
hutan yang berfungsi sebagai tempat rekreasi

Ditinjau dari aspek teknis, ekonomis, ekologis, dan sosial budaya, konsep PWH
yang ideal adalah:
a. PWH yang dapat melayani seluruh areal hutan dengan baik
b. PWH yang investasi dan biaya operasionalnya minimal dan mendatangkan
keuntungan maksimal
c. PWH yang paling sedikit menimbulkan kerusakan lingkungan
d. PWH yang memberikan manfaat sosial-budaya dan ekonomi yang maksimal
bagi masyarakat di sekitar hutan.

IV. Bentuk-Bentuk Kegiatan PWH

Secara umum kegiatan ini terdiri dari :


1. Perencanaan sumbu jalan (trase)
2. Pembuatan jalan dan prasarana lainnya

PWH meliputi kegiatan – kegiatan pembuatan prasaran/infrastruktur, yaitu terdiri


dari :
1. Jaringan jalan angkutan
2. Jembatan dan gorong-gorong
3. Base Camp
4. Tempat Pengumpulan Kayu (TPN)
5. Tempat Penimbunaan Kayu (TPK)
6. Menara Pengawas
7. Dan lain sebagainya

V. Parameter Penilaian PWH


Untuk mengetahui suatu jaringan jalan yang sudah ada atau yang direncanakan, telah
dikembangkan beberapa parameter penilai, yaitu :
1. Kerapatan jalan (WD)
2. Spasi jalan (WA)
3. Persen PWH (E)
4. Jarak sarad rata-rata (RE)

Klik masing-masing parameter untuk penjelasan lebih lanjut dan klik tombol back
untuk mebali ke halaman sebelumnya

1) Kerapatan Jalan
Kerapatan jalan (WD) adalah panjang jalan rata-rata dalam satuan meter per hektar
(m/ha).(m/ha). Rumus Umum Kerapatan Jalan:

L m 
WD   
F  ha 

Dimana : L = panjang jalan angkutan kayu (m)


F = Luas areal hutan produktif (ha)

2) Spasi Jalan
Spasi jalan (S atau WA) adalah jarak rata-rata antara jalan angkutan kayu yang
dinyatakan dalam satuan meter atau hectometer.
Jarak jalan dalam model jaringan jalan ideal disajikan Gambar di bawah ini:

Gambar 1. Model Ideal Pembukaan Wilayah Hutan


Informasi mengenai spasi jalan berguna untuk mengetahui jarak rata- rata antara dua
jalan utama, antara dua jalan cabang, dua jalan ranting,dua jalan cabang, dua jalan
ranting, dan untuk mengetahui jarak sarad maksimum dan jarak sarad rata-rata dari
tunggak sampai ke TPN

Pada perencanaan PWH khususnya perencanaan jaringan jalan hutan,informasi spasi


jalan optimal adalah sangat penting dalam rangka merencanakan lokasi jalan utama
dan merencanakan lokasi jalan utama dan jalan cabang, jalan ranting serta
merencanakan luas, jumlah dan jarak antara TPN serta lokasi TPN yang optimal.

Jumlah TPN dan lokasi TPN sangat tergantung dari besarnya jarak/spasi jalan dan
bentuk setting pemanenan kayu yang dilayani oleh TPN yang bersangkutan.
Berdasarkan model ideal PWH terdapat hubungan antara kerapatan jalan dan spasi
jalan sebagai berikut:

WD  WA  10.000
10.000
WA 
WD
10.000
WD 
WA

WD = Kerapatan jalan, WA = Spasi jalan

3) Persen PWH

Persen PWH adalah persen keterlayanan/keterbukaan suatu wilayah hutan yang


disebabkan oleh pembuatan jalan (PWH).

E%  
Fer
 100%
F

Dimana :
Fer = areal hutan yang terbuka akibat pembuatan jalan (ha)
F = luas areal hutan yang dibuka dalam areal hutan produktif (ha)

4) Jarak Sarad Rata-Rata


a. Jarak sarad rata-rata secara (REO) berdasarkan model PWH yang ideal

WA 2500
Reo  atau Reo 
4 WD

b. Jarak sarad rata-rata terpendek (REm) adalah jarak terpendek rata-rata


sebenarnya di lapangan dari tunggak sampai dengan TPN terdekat
c. Jarak sarad rata sebenarnya (REt) adalah jarak sarad rata-rata yang sebenarnya
ditempuh di lapangan dari tunggak sampai dengan TPN.
Dalam rangka mendapatkan jarak sarad rata-rata yang sebenarnya dari kerapatan
jalan, Segebanden (1964) menganjurkan memakai dua faktor koreksi, yaitu:
a. Tcorr yang mengoreksi jarak sarad di lapangan yang menyimpang dari jarak sarad
rata-rata teoritis
Tcorr ini mengoreksi jarak sarad, dimana kayu tidak disarad melalui jalan
terpendek ke jalan angkutan atau landing, melainkan melalui jalan yang lebih
panjang, karena adanya halangan-halangan di tengah jalan seperti kemiringan
lapangan, tanah rata, tegakan dll

Ret
Tcorr 
Rem

b. Vcorr yang mengoreksi penyimpangan jaringan jalan angkutan di lapangan yang


menyimpang dari model PWH ideal

Ret
Vcorr 
Reo

Gabungan kedua faktor koreksi tersebut disebut faktor koreksi PWH dan disingkat
KG, dimana:

KG  Vcorr  Tcorr

FAO (1974) menyarankan agar didalam pembukaan wilayah di negara


berkembang dipergunakan nilai KG sebagai berikut :
1.Untuk di daerah datar : KG = 1,6 – 2,0
2.Untuk di daerah sedang dan berbukit : KG = 2,0 – 2,8
3.Untuk di daerah pegunungan dan curam : KG = 2,8 – 3,6
4.Untuk di daerah pegunungan dan sangat curam : KG >3,6

Arifin dan Suparto (1980) mengatakan nilai faktor KG di hutan jati di Jawa adalah
sebagai berikut:
1. Di daerah datar (lereng 0 – 5o ) : KG = 11,454 – 22,660
2. Di daerah landai (lereng 5 – 15o ) : KG = 1,472 – 2,90
3. Di daerah curam (>15o ) : KG = 1,501 – 2,960
VI. Pengertian Base Camp
Klik tombol berikut untuk uraian lebih lanjut
A. Definisi base camp
B. Tujuan pembangunan base camp
C. jenis base camp

klik masing-masing utnuk penjelasan lebih lanjut.

A. Definisi base camp


Base camp merupakan pusat tempat untuk melayani, merencanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan pengelolaan hutan.

B. Tujuan pembangunan base camp


Tujuan pembangunan base camp adalah sebagai berikut:
1. Sebagai kantor yang melayani pelaksanaan semua kegiatan di lapangan,
gudang bengkel tinggal karyawan
2. Sebagai tempat mengatur administrasi pengusahaan hutan di lapangan
3. Sebagai tempat perencanaan, penyediaan dan pengendalian supply
logistic, bahan bakar, suku cadang dan peralatan pengelolaan hutan dan
lain-lain.

C. jenis base camp


Berdasarkan fungsi dan lokasi base camp di dalam pengelolaan hutan dikenal
jenis base camp, yaitu:
1. Base camp induk yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Lokasi base camp induk terletak di tempat yang strategis untuk akses
ke dalam wilayah hutan yang dikelola.Pada umumnya terletak di tepi
jalan utama sebelum sampai ke jalan koridor
b. Bangunan base camp induk bersifat permanen
c. Base camp induk mempunyai fasilitas kantor utama, perumahan
karyawan tetap, persedian air bersih, bengkel, gudang suku cadang,
gudang bahan bakar dan gudang logistic, serta fasilitas tambahan
lainnya seperti : klinik kesehatan, prasarana pendidikan, prasarana
rekreasi dan olah raga dan prasana peribadatan.

Gambar 2. Camp induk


2. Base camp cabang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Lokasi base camp cabang terletak di dalam blok/bagian hutan,
misalnya dalam suatu blok RKL, yang berfungsi untuk melayani segala
kebutuhan kegiatan pengelolaan hutan di dalam blok-blok RKT yang
dilayaninya.
b. Base camp cabang umumnya lebih kecil dari base camp induk dan
mempunyai fasilitas yang lebih sedikit, misalnya hanya mempunyai
kantor, perumahan karyawan dan gudang
c. Bangunan base camp cabang bersifat semi permanen
Gambar 3. Camp cabang

3. Base camp Tarik yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


a. Lokasi base camp Tarik berpindah-pindah, sesuai dengan perpindahan
lokasi kegiatan pemanenan kayu di dalam blok tebangan. Umumnya
lokasi base camp tarik di sekeliling petak-petak tebangan, sehingga
para pekerja yang bekerja dalam kegiatan penebangan dan penyaradan
dapat dengan mudah pulang pergi dari base camp tarik/tempat
tinggalnya di dalam hutan ke tempat kerjanya di dalam blok/petak
tebangan
b. Base camp tarik melayani segala kebutuhan untuk kegiatan penebangan
dan penyaradan kayu di petak tebangan, dan merupakan tempat
istirahat/menginap para pekerja di lapangan
c. Bangunan base camp tarik bersifat sementara
d. Base camp tarik dapat dipindahkan ke tempat lain dengan cara ditarik
dengan truk trailer atau traktor
e. Fasiitas pada camp tarik sangat minim, misalnya tiap unit camp tarik
hanya terdiri dari satu ruangan untuk istirahat/tidur dan satu ruangan
dapur. Umumnya dalam satu lokasi base camp tarik terdiri dari 3-5 unit
camp tarik.
Gambar 4. Camp Tarik

4. Base camp pembinaan hutan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


a. Bangunan base camp pembinaan hutan bersifat permanen
b. Lokasi base camp pembinaan hutan pada umumnya di tempat yang
strategis di antara blok-blok hutan dan mempunyai akses yang baik ke
blok-blok atau bagian-bagian hutan, sehingga memudahkan
pengangkutan bibit dan pekerja pembinaan hutan ke kompartemen-
kompartemen yang berada di dalam blok hutan yang dibina
c. Di sekitar base camp pembinaan hutan umumnya terdapat lokasi
persemaian, arboretum, kebun pangkas, dan kebun benih/tegakan benih
d. Fasilitas base camp pembinaan hutan terdiri dari bangunan kantor
administrasi, tempat tinggal karyawan tetap, gudang peralatan, dan
gudang penyimpanan bahan-bahan untuk kebutuhan pembinaan hutan
dan persemaian.
Gambar 5. Camp Pembinaan

VI. Jalan Hutan


Lahan hutan produksi, secara makro berdasarkan kondisi tanahnya dapat dibedakan
menjadi lahan kering dan lahan rawa, dimana dalam kegiatan pembuatan jalan
angkutan kayu akan sangat berbeda.

Klik masing-masing kondisi tanah untuk mempelajari lebih lanjut.

A. PEMBUATAN JALAN HUTAN DI KAWASAN HUTAN LAHAN


KERING

Klik sub pokok bahasan berikut untuk penjelasannya masing-masing

i. Pengertian
a. Definisi jaring jalan hutan

Jaringan jalan hutan adalah kumpulan sekmen-sekmen jalan


angkutan yang sambung menyambung satu sama lain dan
membentuk suatu jaringan jalan yang terpadu. Sambungan
sekmen-sekmen jalan tersebut dapat berupa jalan lurus, dan
belokan jalan
b. Jaring jalan hutan yang efisien

Jaringan jalan yang efisien umumnya merupakan jaringan


jalan yang terdiri dari sekmen-sekmen jalan lurus dan sejajar
satu sama lain dan sedikit belokannya, mempunyai pola
jaringan jalan utama, jalan cabang, jalan ranting dan jalan
sarad yang didesain lokasinya secara sistematis dan optimal.

c. Pola jaring jalan hutan yang ideal


Pola jaringan jalan yang ideal merupakan pola jaringan jalan
yang membuka wilayah hutan secara merata dan menyeluruh,
sehingga semua tempat dapat diakses dengan cepat dan mudah
Pola jaring jalan hutan yang ideal

d. Faktor yang mempengaruhi bentuk pola jaringan jalan

Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk pola jaringan jalan


dan lokasi jalan adalah:
1. Topografi
2. Geologi
3. Iklim
4. Tanah
5. Sistem pemanenan kayu yang dipergunakan.
Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut, tata letak/pola jaringan
jalan kadang-kadang terpaksa menyimpang dari keadaan
idealnya, sehingga mempengaruhi tingginya kerapatan
jalan/panjangnya jalan angkutan yang dibangun dan persen
areal/wilayah yang dapat dilayani jaringan jalan tersebut

ii. Pola jalan di daerah datar


1. Jalan-jalan sejajar menuju ke satu titik/pusat
2. Jalan-jalan angkutan sejajar menuju kesatu jalan induk dengan
sudut antara jalan induk dengan jalan cabang 35o

3. Jalan-jalan angkutan sejajar menuju ke beberapa titik pusat.

4. Jalan-jalan sejajar menyudut dengan membelah blok hutan.

iii. Pola Jalan di Daerah Pegunungan


1. Jalan-jalan hutan sejajar di daerah lereng yang panjang
dihubungkan dengan jalan sejajar menanjak.
2. Jika lereng sempit, maka teknik pembukaan wilayah hutan dua
jalan yaitu jalan punggung dan jalan lembah.

3. Jika lembahnya sedang digunakan pola jalan sejajar menuruni


lereng

4. Pola jaringan acak dengan jarak dan arah yang tidak teratur/tak
terencanakan
5. Pola jaringan jalan cincin. Bisa digunung atau cekungan besar yang
dikelilingi gunung-gunung/sungai, danau.

iv. Lokasi dan Tipe Jalan Angkutan


Berdasarkan lokasi jalan dapat dibedakan 3 tipe jalan:
a. Jalan Lembah
b. Jalan Punggung
c. Jalan Kontur

Klik masing-masing tipe untuk penjelasan lebih lanjut

a. Jalan Lembah
Jalan lembah adalah jalan yang terdapat di lembah.
Kelebihan jalan lembah :
1. Mudah dibuat
2. Tidak banyak galian dan timbunan
3. Kayu yang disarad ke jalan lembah adalah kayu yang disarad
turun.

Kelemahan :
1. Sering harus membuat jembatan
2. Pada musim hujan kemungkinan terendam air banjir sehingga
jalan jembatan rusak.

b. Jalan punggung

Gambar 6. Penampang melintang jalan punggung

Jalan punggung ialah jalan yang menyusuri punggung bukit.


Kelebihan jalan punggung :
1. Keadaannya kering, sehinga intensitas pemakaiannya lebih tinggi
2. Biaya pemeliharaannya lebih rendah
Kelemahan jalan punggung :
1. Banyak galian dan timbunan
2. Biayanya lebih mahal dari pembuatan jalan lembah
3. Kayu yang diangkut melalui jalan ini harus disarad naik lereng

c. Jalan kontur
Jalan kontur ialah jalan yang mengikuti kontur. Jalan kontur dibuat
apabila lereng cukup lebar dan landai.
Kayu yang diangkut berasal dari kayu yang disarad naik dan turun
lereng.

Gambar 7. Penampang melintang jalan kontur

Dalam perencanaan jaringan jalan angkutan, pertimbangan/pemilihan


lokasi bangunan lainnya, seperti lokasi jembatan, lokasi TPK, lokasi
log pond, lokasi base camp, lokasi camppond, lokasi base camp,
lokasi camp pembinaan harus dilakukan secara simultan/pada waktu
yang sama.
Demikian pula pertimbangandalam pemilihan sistem pemanenan kayu
yang akan dipergunakan, urutan lokasidipergunakan, urutan lokasi
areal hutan tiap RKT dan
petak/kompartemen yang akan dipanen, yang akan ditanami, yang
akan dipelihara dan dijarangi

v. Jenis-Jenis Jalan dalam Jaringan Jalan


Jenis-jenis jalan PWH berdasarkan fungsi dan standar teknisnya dapat
dibedakan atas:
1. Jalan koridor
2. Jalan utama
3. Jalan cabang
4. Jalan ranting, dan
5. Jalan sarad

Tujuan dibedakannya jenis-jenis jalan tersebut adalah agar diperoleh


manfaat yang maksimal dan efisien dalam membangun suatu jaringan
jalan.

Standar sekmen-sekmen jalan yang direncanakan dalam jaringan jalan


ditentukan sesuai dengan fungsi pelayanannya terhadap pembukaan
wilayah dan daya dukungnya terhadap lalu lintas angkutan kayu yang
melalui sekmen-sekmen jalan yang bersangkutan

Klik masing-masing jenis jalan untuk penjelasan masing-masing:


1. Jalan koridor
Jalan koridor merupakan sekmen jalan hutan yang bersifat permanen
yang menghubungkan areal hutan yang dikelola dengan lalu lintas
jalan umum atau sungai.
Ciri-ciri jalan koridor adalah sebagai berikut:
1. Jalan koridor merupakan sekmen jalan hutan yang
menghubungkan arael hutan yang dikelola dengan lalu lintas
umum
2. Lokasi jalan koridor berada di luar areal hutan yang dikelola.
3. Jalan koridor merupakan jalan hutan yang dibangun untuk
pemakaian jangka waktu yang lama atau bersifat permanen.
4. Kapasitas daya dukung jalan koridor harus mampu menampung
arus angkutan hasil hutan dari jalan utama.
5. Jalan koridor harus dapat dilewati truk pengangkut kayu.
6. Standar jalan koridor adalah jalan hutan yang diperkeras dan
dirancang dengan rancangan geometri minimal sama dengan
standar teknis jalan utama.
7. Jalan koridor minimal mempunyai dua jalur lalu lintas.
8. Jalan koridor dipelihara secara rutin.

2. Jalan utama
Jalan utama merupakan sekmen jalan hutan yang berfungsi melayani
lalu lintas untuk memperlancar kegiatan pengelolaan hutan secara
umum.
Ciri-ciri jalan utama sebagai berikut:
1. Jalan utama merupakan sekmen jalan hutan yang menghubungkan
bagian-bagian wilayah hutan yang dikelola satu sama lainnya, dan
menghubungkan bagian-bagian hutan tersebut dengan jalan
koridor.
2. Jalan utama dibangun untuk pemakaian dalam jangka waktu yang
lama, jadi merupakan jalan permanen.
3. Jalan utama menampung arus angkutan hasil hutan dari jalan
cabang
4. Jalan utama mempunyai dua jalur lalu lintas
5. Jalan utama harus dapat dilewati truk pengangkut kayu
6. Standar jalan utama adalah jalan hutan yang diperkeras dan
dirancang dengan rancangan geometri untuk kecepatan kendaraan
40 km/jam di daerah datar dan 20 km/jam di daerah pegunungan.
7. Jalan utama dipelihara secara rutin
3. Jalan cabang
Jalan cabang merupakan sekmen jalan hutan yang berfungsi membuka
bagian wilayah hutan dan melayani kegiatan-kegiatan dalam bagian
hutan yang bersangkutan
Ciri-ciri jalan cabang:
1. Jalan cabang menghubungkan bagian hutan dengan jalan utama dan
menghubungkan antara petak-petak yang berada dalam bagian
hutan.
2. Sekmen jalan cabang merupakan jalan yang bersifat
permanent.
3. Sekmen jalan cabang harus dapat dilewati truk pengangkut
kayu
4. Sekmen jalan cabang berfungsi menampung arus angkutan kayu
dari jalan ranting dan menampung arus angkutan kayu yang disarad
dari areal di kiri-kanan jalan cabang yang bersangkutan.
5. Jalan cabang mempunyai satu jalur lalu lintas
6. Standar jalan cabang umumnya diperkeras dengan rancangan
geometri untuk kecepatan kendaraan 25 km/jam di daerah datar dan
12 km/jam untuk daerah pegunungan.
7. Jalan cabang dipelihara secara rutin

4. Jalan ranting
Sekmen jalan ranting merupakan jalan simpang dari jalan cabang,
yang bertujuan menembus/membuka hutan di dalam petak-petak
untuk memperpendek jarak penyaradan.

Ciri-ciri jalan ranting sebagai berikut:


1. Sekmen jalan ranting membuka petak dan melayani kegiatan-
kegiatan pengelolaan hutan di dalam petak yang bersangkutan.
2. Sekmen jalan ranting berfungsi menghubungkan antar
kompartemen-kompartemen dan antar TPN-TPN.
3. Sekmen jalan ranting dibangun untuk dipakai sementara saja,
sehingga bersifat tidak permanen atau semi permanen.
4. Jalan ranting harus dapat dilewati truk pengangkut kayu
5. Kapasitas jalan ranting harus mampu menampung volume
pengangkutan kayu dari areal kiri-kanan jalan yang bersangkutan.
6. Sekmen jalan ranting merupakan sekmen jalan hutan yang
melayani pengangkutan kayu dari TPN-TPN ke jalan cabang.
7. Jalan ranting hanya mempunyai satu jalur lalu lintas
8. Jalan ranting umumnya tidak diperkeras
9. Jalan ranting dipelihara secara periodik, disesuaikan dengan beban
penggunaannya.
10. Jika jalan hutan tersebut sudah tidak akan dipergunakan lagi, maka
jalan tersebut harus ditutup. Penutupan jalan tersebut harus disertai
tindakan pencegahan kerusakan lingkungan yang berlanjut akibat
erosi pada jalan yang ditinggalkan

5. Jalan sarad
Jaringan jalan sarad berfungsi sebagai alat pembukaan tegakan.
Jaringan jalan sarad melayani keperluan menyarad kayu dari tunggak
ke tepi jalan cabang atau jalan ranting atau ke TPN.Jaringan jalan
sarad berfungsi untuk memudahkan dan memperlancar kegiatan
penanaman, pemeliharaan dan penjarangan hutan serta perlindungan
hutan.
Ciri-ciri jalan sarad sebagai berikut:
1. Jalan sarad menghubungkan tempat tumbuh pohon individual
dengan jalan cabang, jalan ranting dan TPN.
2. Sekmen jalan sarad tidak dapat dilewati truk pengangkut kayu,
hanya dapat dilewati alat sarad seperti traktor, sapi, skyline dan
oleh manusia dalam penyaradan dengan sistem kuda-kuda.
3. Sekmen jalan sarad tidak diperkeras dan dibuat hanya dengan
menghilangkan vegetasi diatasnya. Gali timbun tanah yang besar
untuk pembuatan jalan sarad tidak diijinkan.
4. Sekmen-sekmen jalan sarad tidak boleh dibuat terlalu lebar.
Umumnya lebih lebar sedikit dari lebar alat sarad yang
dipergunakan.
5. Lereng memanjang jalan sarad maksimum 30%
6. Kecepatan alat/kendaraan penyarad umumnya rendah, misalnya
maksimum 5 km/jam untuk traktor crawler dan maksimum 10
km/jam untuk skidder.
7. Jalan sarad tidak dipelihara.
8. Tindakan pencegahan erosi lebih lanjut harus dilakukan pada jalan
sarad yang baru selesai dipergunakan untuk penyaradan.

B. PEMBUATAN JALAN REL DI DAERAH RAWA

Klik sub pokok bahasan berikut untuk penjelasannya masing-masing

Pengertian

i. Jalan hutan adalah jalan angkutan di hutan rawa berupa jalan rel
yang diperlukan untuk mengangkut kayu atau hasil hutan ke tempat
pengeumpulan hasil hutan (TPn/TPK) atau ke tempat pengolahan
hasil hutan.
ii. Jalan induk rel adalah jalan utama rel yang dirancang untuk
pengangkutan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata 7 km/jam, dan
dipergunakan selama kegiatan pemanenan berlangsung.

Gambar 8. Rel kayu di daerah rawa


iii. Jalan cabang rel adalah jalan pembantu rel yang dibuat untuk
pengangkutan jarak pendek dengan kecepatan rata-rata 4km/jam
yang dipergunakan selama kegiatan pemanenan berlangsung
iv. Jalan sarad hutan rawa adalah jalan hutan sementara yang terbuat
dari kayu dan digunakan untuk kegiatan penyaradan kayu bulat
(log) selama pemanenan berlangsung. Jalan ini disebut juga jalan
kuda-kuda
v. Rambu jalan adalah tanda-tanda lalu lintas yang berada di tepi jalan
angkutan rel yang berguna untuk keperluan tata hutan atau
keselamatan lalu lintas
vi. Intensitas pembukaan wilayah hutan adalah perbandingan antara
panjang jalan (m) dengan luas areal unit kerja daerah produksi(ha)
dengan satuan m/ha

Ketentuan Umum
a. Spesifikasi jalan hutan rel yang ditetapkan untuk setiap jalan induk
rel dan jalan cabang rel adalah sebagai berikut :
1. Bahan untuk membuat konstruksi jalan rel terdiri atas rel besi,
paku rel, besi sambungan, mur, baut dan kayu bantalan
2. Bagian atas berupa rel besi dengan spesifikasi :
a. Panjang : 6m
b. Tinggi : 6,5 m
c. Berat : 7 kg/cm
d. Lebar badan rel bagian atas : 4 cm
e. Lebar badan rel bagian bawah : 6 cm
f. Jarak antara lajur rel dengan rel : 80 cm
3. Konstruksi bagian atas dari bantalan kayu adalah sebagai
berikut
a. Tersusun atas 1 -5 lapisan bantalan kayu, tergantung
kondisi medan
b. Jarak rata-rata bantalan kayu melintang pada lapisan
ganjil
i. Lapisan I : 0,30 m – 0,70 m
ii. Lapisan III : 1,00 m – 1,80 m
iii. Lapisan V : 1,70 m – 2,00 m
c. jarak rata-rata antara bantalan kayu yang searah rel
pada lapisan genap
i. Lapisan II : 0,90 m
ii. Lapisan IV : 1,10 m
d. Skema susunan bantalan ( hl 19)
4. Ukuran bantalan jalan rel:
2. Jari-jari panjang : 110 – 220 cm, diameter 10 – 20 cm
3. Bujur panjang : 350 – 860 cm, diameter 12 – 30 cm
4. Galang panjang : 150 – 350 cm, diameter 12 - 40 cm
5. Sepatu panjang : 330 – 360 cm, diameter 17 – 40 cm
6. Laci-laci panjang : 330 – 360 cm, diameter 17 – 26 cm
5. Kebutuhan kayu bulat bantalan per km:
a) Lapisan I : 15 – 45 m3
b) Lapisan II : 40 – 80 m3
c) Lapisan III :30 – 70 m3
d) Lapisan IV : 25 – 55 m3
e) Lapisan V : 53 – 85 m3
b. Pemasangan dan pemakaian jalan rel hutan ditetapkan sesuai
dengan blok / petak kerja yang termasuk dalam rencana kerja
perusahaan tahun berjalan.
c. Jalan angkutan yang dibuat untuk mengangkut kayu bulat/log dari
atau menuju petak tebang direncanakan atau diupayakan sebagai
angkutan dengan jarak terpendek
d. Pembuatan jalan angkutan di luar blok tebangan pada periode RKT
tahun berjalan agar mengikuti ketentuan teknis dan administratif
yang berlaku yaitu melaporkan rencana pembuatan jalan tersebut
kepada instansi kehutanan di daerah.
e. Jenis kayu yang dipakai untuk membuat bantalan diusahakan
berasal dari kayu-kayu yang ada di areal yang akan dibuat jalan rel
dan berasal dari jenis-jenis kayu yang tidak komersial, cukup kuat,
awet dan aman bagi terselenggaranya pengangkutan kayu.
V. TPN dan TPK
Pengertian dan definisi Tempat Pengumpulan Kayu (TPn) adalah tempat untuk
menumpuk kayu hasil penyaradan dari petak tebangan yang kemudian kayu
tersebut siap untuk diangkut ke tujuan akhirnya, misalnya tempat penimbunan
kayu di hutan, atau di industri. Tempat pengumpulan kayu ini disiapkan
dengan membersihkan batang pohon, tunggak dan kayu tumbang, sehingga ada
ruang bagi traktor atau alat muat untuk bergerak dan menyusun atau memuat
kayu ke atas truck. Tempat pengumpulan kayu ini luasnya tergantung pada ukuran
dan jumlah alat sarad, juga ukuran alat muat dan ukuran serta jumlah alat angkutan
yang digunakan.

Klik masing-masing sub pokok bahasan berikut untuk uraian selanjutnya

TPN antara

TPN antara adalah tempat pengumpulan kayu yang lokasinya berada di dalam tegakan yang
sedang dipanen, yang berfungsi untuk mengefisiensikan penyaradan (meningkatkan
produktivitas penyaradan) dan meminimalkan kerusakan tanah dan tegakan tinggal akibat
penyaradan. TPN antara mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Lokasi TPN antara berada dalam tegakan dan terletak di jalan sarad
(2) TPN antara diperlukan bila topografi terlalu berat, jarak sarad terlalu jauh, dan sortimen
kayu yang disarad berukuran kecil sehingga tidak sesuai dengan kapasitas alat sarad
(3) TPN antara pada umumnya dibuat tanah yang agak datar dan berukuran kecil, tujuannya
hanya untuk mengumpulkan kayu yang akan disarad.
(4) TPN antara dibuat hanya untuk dipakai pada waktu penyaradan saja dan tanahnya tidak
diperkeras

TPN

TPN adalah tempat pengumpulan kayu di tepi jalan angkutan yang berfungsi untuk
menampung kayu yang disarad dari dalam tegakan.
Ciri-ciri TPN adalah sebagai berikut:
(1) Lokasinya berada di tepi jalan angkutan, pada umumnya di tepi jalan cabang dan jalan
ranting.
(2) Tempat yang dipilih untuk lokasi TPN harus cukup datar dan strategis untuk
menampung kayu yang disarad dari dalam tegakan dan untuk melayani tahapan
pengangkutan selanjutnya.
(3) Ukuran TPN disesuaikan dengan jumlah volume kayu yang dilayaninya, tempat
melepaskan muatan akat sarad, tempat pemontongan batang, tempat pengulitan kayu,
tempat pengumpulan kayu dan tempat maneuver alat muat dan kendaraan pengangkutan
kayu. TPN umumnya berukuran 25x25 m2 sampai 25x40 m2.
(4) TPN dibuat sebelum pemanenan kayu dimulai dan dilengkapi dengan saluran drainase
yang baik.
(5) TPN merupakan muara jaringan jalan sarad, tempat berakhirnya penyaradan kayu,
tempat pemuatan kayu di dalam hutan dan titik awal pengangkutan jarak jauh.
(6) Kegiatan pemotongan batang dan pengulitan umumnya dilakukan di TPN.
(7) TPN dibuat untuk dipakai sementara saja, jadi bersifat tidak permanen. Setelah
pemanenan kayu selesai harus dilakukan tindakan pencegahan erosi di tempat bekas
TPN.

TPK antara

TPK antara adalah tempat penimbunan kayu yang dibuat di antara rute pengangkutan kayu
dari TPN ke TPK akhir. TPKantara dibuat untuk mengatasi masalah cuaca (sering terjadi
hujan local yang lebat tetapi hanya sebentar saja), dan masalah efisiensi pengangkutan kayu
yang terlalu jauh (lebih dari 60 km).
Ciri-ciri dari TPK antara adalah sebagai berikut:
(1) Merupakan terminal kayu antara yang berfungsi sebagai tempat pergantian alat angkut
antara pengangkutan kayu dari TPN ke TPK antara dan dari TPK antara ke TPK akhir.
(2) Lokasi TPK antara yang dipilih harus cukup datar dan luas, serta lokasinya berada di tepi
jalan utama dan strategis untuk menampung kayu-kayu yang diangkut dari minimal satu
blok/bagian hutan.
(3) TPK antara bersifat semi permanen sampai permanen, oleh karena itu lantai tanah TPK
antara perlu dilengkapi drainase yang baik dan dipadatkan atau diperkeras.
(4) Ukuran TPK antara lebih kecil dari TPK akhir. TPK antara umumnya berikuran + 2.500
m2 .

TPK akhir

TPK akhir adalah tempat penimbunan kayu terakhir pada modus pengangkutan kayu lewat
darurat.Dalam pengusahaan hutan alam tropika di Kalimantan lokasi TPK akhir umumnya
dipilih terletak di tepi sungai, dan di Sumatera lokasi TPK akhir umumnya dipilih letaknya
di tepi sungai atau dekat lalu lintas/jalan umum. Sedangkan di Sulawesi, Maluku dan Papua
lokasi TPK akhir umumnya terletak di tepi laut. Ciri-ciri TPK akhir adalah sebagai berikut:
(1) Lokasi TPK akhir pada umumnya terletak dekat log pond, loading point, atau lintas/jalan
umum
(2) Lokasinya stratergis untuk menampung arus angkutan kayu dari dalam hutan dan
meneruskan pengangkutan kayu ke tempat tujuan akhirnya.
(3) TPK akhir bersifat permanen, lantainya dipadatkan atau diperkeras dan dilengkapi
dengan saluran drainase yang baik.
(4) Keguatan scaling (pengukuran), grading (penentuan kualitas) kayu bulat dan
penumpukan kayu sesuai dengan sortimen dan kualitas kayu bulat biasanya dilakukan di
TPK akhir.
(5) Ukuran TPK akhir umumnya berkisar antara 4.000 – 10.000 m2.
CD 2: PEMANENAN HASIL HUTAN

Selamat datang dalam program pembelajaran interaktif pemanenan hasil hutan dengan
pokok bahasan pemanenan hasil hutan

Klik menu pokok bahasan berikut ini untuk melanjutkan.

I. Mengenal Alat-Alat Pemanenan Hasil Hutan

Klik sub pokok bahasan berikut untuk uraian lebih lanjut

A. Pengertian
Kegiatan pemanenan kayu meliputi penebangan, penyaradan, muat bongkar dan
pengangkutan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan baik secara manual maupun
mekanis. Sistem pemanenan kayu secara mekanis banyak dipilih karena
menghasilkan produktivitas alat yang tinggi dibandingkan secara manual dan
ketersediaan tenaga kerja yang relatif sedikit di mana hal ini umum di luar
pulau Jawa dengan areal hutan yang luas (Anonim, 1998).

Kegiatan pemanenan kayu harus memperhatikan aspek teknis, ekonomis, dan


ekologis. Pada umumnya pelaksanaan pemanenan kayu di Indonesia tersebar di
beberapa lokasi, bahkan tempat pengumpulan kayu memiliki areal yang cukup
luas, jarak kayu yang disarad dan diangkut cukup jauh, dan jarak antara
tumpukan kayu yang satu dengan yang lain cukup jauh pula (Sitorus, 2000).

B. Tujuan penggunaan alat-alat pemanenan hasil hutan


Penggunaan peralatan pemanenan kayu sangat membantu perusahaan dalam
pencapaian tujuan, yaitu:
1. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan;
2. Melaksanakan jenis pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh tenaga
manusia;
3. Hal tersebut dilakukan karena alasan efisiensi, keterbatasan tenaga kerja,
keamanan dan faktor ekonomi lainnya (Anonim, 1984; Suhartana dan
Yuniawati, 2007; Suhartana et al, 2007).
Agar tujuan dapat tercapai, perlu adanya pemilihan alat yang tepat guna,
ekonomis dan sesuai dengan kondisi pekerjaan. Pemilihan alat yang tidak
sesuai dapat berakibat tidak tercapainya tujuan yang diharapkan dan dapat
menyebabkan kerusakan pada alat itu sendiri.

C. Alat Sederhana

Yang termasuk peralatan pemanenan kayu sederhana antara lain:

i. Kapak

ii. Baji

iii. Gergaji Tangan.

iv. Kikir

Klik gambar untuk penjelasan masing-masing alat

i. Kapak

a. Pengertian kapak

Kapak adalah suatu alat dari baja dan bertangkaian kayu.Kapak


terdiri dua bagian yaitu kepala kapak dan tangkai kapak.Mata
kampaknya tajam dan punggungnya datar atau
melengkung.Alat ini selain digunakan untuk membuat takik
rebah, pemukul baji dan pembersihan cabang

b. Bagian-bagian kapak

Klik bagian gambar kapak untuk penjelasan bagian


tersebut

1) Kepala kapak

i. Bagian-bagian kepala kapak

Letakkan mouse diatas gambar untuk nama


bagian-bagian kepala kapak
Bagian-bagian kepala kapak :

Keterangan gambar:

Gambar 9. Kepala kapak

ii. Bentuk kepala kapak

Bentuk kapak yang umum digunakan di


Indonesia ialah yang mempunyai satu
sisi lengkung tajam, sedang yang dua
sisi lengkung tajam banyak digunakan di
Amerika.

Bentuk keping tajam kapak terdiri dari


tiga macam, yaitu; cembung, datar dan
cekung.

2.

Gambar 10. Bentuk keping tajam

3.
Modifikasi dari bentuk pipi (sisi keping) sngat
beraneka ragam menurut selera pemakai dan
kebiasaan setempat.

Gambar 11. Bentuk sisi keping

iii. Jenis kapak

Menurut beratnya. Kepala kapak dibagi dalam


tiga golongan :

1. Kapak berat, lebih dari 1400 gram


2. Kapak sedang, 1200 – 1400 gram
3. Kapak ringan, kurang dari 1200 gram

Berat kapak sebaiknya disesuaikan dengan


pemakainya. Untuk jenis kapak berat dengan
bentuk pipi (sisi keping) datar atau cembung
sebaiknya digunakan untuk jenis-jenis kayu
keras. Sedang bagi kapak dengan bentuk sisi
keping cekung digunakan untuk jenis-jenis kayu
lunak.

Jenis kapak yang umum digunakan di daerah-


daerah adalah wadung atau beliung, mempunyai
barat antara 1500 – 4200 gram. Wadung selain
berfungsi sebafai kapak juga dapat dipakai
untuk membuat kayu persegi, karena posisi
kepala wadung dapat dirubah-rubah menurut
kebutuhan. Kapak di dareah-daerah biasanya
dibuat oleh bengkel besi dan umumnya
termasuk jenis kapak dengan sisi keping datar.

2) Tangkai kapak

i. Pengertian

Tangkai kapak dibuat sedemikian rupa sehingga


merupakan kepanjangan dari pada tangan,
mudah dipegang, mudah digerakan dan elastis,
sehingga pemakainya tidak cepat lelah.
Untuk jenis kapak yang mempunyai lengkung
tajam dua, bentuk tangkainya adalah lurus,
sedangkan yang berlengkungan tajam satu
mempunyai bentuk seperti huruf S.
Panjang tangkai kapak disesuaikan dengan
panjang lengan pemakai, untuk pekerja
Indonesia berkisar antara 60 – 75 cm.

Gambar 12 . Ukuran kapak

Tipe kapak dapat dibedakan berdasarkan bobot


kapak dan jumlah mata kapak
ii. Jenis tangakai kapak

Berdasarkan bobotnya kapak dapat


diklasipikasikan sebagai berikut :

1) Kapak yang berat : lebih dari 1400 gram


2) Kapak yang sedang : antara 1200 – 1400
gram
3) Kapak yang ringan : kurang dari 1200 gram

Berdasarkan jumlah mata kapak, maka dikenal


kapak bermata satu dan kapak bermata dua. Alat
ini biasanya digunakan untuk pengeprasan
banir, membuat mulut takik,membersihkan
cabang dan kadang-kadang berfungsi sebagai
pemukul baji.

ii. Baji

Baji adalah suatu alat berbentuk seperti kapak atau segi empat dengan
mata baji yang tidak tajam.Bagian punggung lebih tebal dari bagian
mata baji.Bagian ini adalah bagian yang dipukulkan, sehingga mata baji
dapat masuk ke dalam takik balas.

Baji terbuat dari bahan plastik, besi atau logam yang kuat dan ringan,
aluminium berbentuk pipih, menebal kearah pangkal, Baji baik adalah
yang terbuat dari aluminium yang bertangkai kayu. Barat baji sekitar
650 gramdan ada juga yang dari fiberglass. Di beberapa tempat, tertuma
di hutan jati, dapat ditemui baji dari kayu yang dibuat sendiri oleh
blandong/penebang.Baji ini biasanya tidak kuat.

Jumlah dan ukuran baji yang digunakan tergantung kepada besar


kecilnya pohon yang ditebang dan posisi pohon terhadap arah
rebah.Makin besar diameternya dan makin miring berdirinya pohon
tersebut, diperlukan baji yang makin banyak, 3-5 buah.Terutama bagi
arah rebah yang berlawanan dengan kemiringan pohon.

Baji berguna untuk merobohkan pohon dan mendorong batang supaya


gergaji tidak terjepit waktu digunakan, maka baji dipasang pada bagian
punggung gergaji, kemudia berangsur-angsur dimasukan dengan var
dipukul menggunakan punggung kapak.

Baji dapat dibuat dari kayu, plastik, besi atau aluminium

iii. Gergaji Tangan.

Pengertian:
Dahulu gergaji dibuat dari besi yang ditempa, keping-keping gergaji
dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi keras, tegang dan elastis.
Sekarang gergaji dibuat dengan cara dicetak dari baja yang homogen
dengan campuran sebanyak-banyaknya 0,8 – 1 % CO2 (Zat asam
Arang), 0,05 % S (Belerang), P (Phosphor), selain itu dicampur
Chromiun, Nikel dan Vanadium dengan kadar tertentu untuk
memperoleh pengerasan, penentuan yang dikehendaki dan tahan karat.

Pada bagian tengah memanjang daun gergaji, terdapat semacam


tulang, dimaksudkan untuk mencegah mudah menggeliatnya gergaji
waktu dipakai.

Klik tombol next untuk melanjutkan ke halaman selanjutnya, klik


tombol back unmtuk kembali ke halaman sebelumnya

Macam-macam bentuk gigi gergaji

Menurut bentuk gigi dan peruntukannya, jenis gergaji dibedakan


dalam dua jenis:

a. Gergaji belah

Dipergunakan terutama untuk memotong kayu pada arah


tangensial (memanjang searah serat) dengan gigi-giginya miring
kearah yang sama, pengeratannya hanya pada satu arah.

Contoh: Gergaji untuk membuat papan.

b. Gergaji potong

Dipergunakan untuk memotong kayu pada arah radial (memotong


tegak lurus arah serat), pengeratan pada dua arah.

Gergaji potong menurut bentuk giginya dibagi dalam dua


golongan, yaitu:

1) Bentuk gigi M, gigi mahkota atau Hobelzaher (Hz), yang


terdiri dari dua macam gigi yang berfungsi untuk mengerat dan
menggaruk.

2) Bentuk gigi segitiga, bentuk ini umum digunakan karena


bentuknya sederhana dan mudah dipelihara, sudut puncaknya
sebesar 38 derajat.

Modifikasi dari bentuk gigi segitiga adalah:

1) Gergaji dengan gigi segitiga tidak berselang (Sg), kaki dari


gigi yang satu bersambung dengan gigi berikutnya

Gambar 14. Gergaji bentuk gigi Sg

2) Gergaji dengan gigi segitiga berselang datar (Sgd), antara satu


gigi dengan gigi yang lainnya terdapat selang datar yang
dalam. Bentuk gigi Sgd lebih baik dari bentuk Sg, karena
adanya ruang untuk serbuk gergaji sehingga penarikan akan
diperingan.
Gambar 15. Gergaji bentuk gigi Sgd

3) Gergaji dengan gigi segitiga berselang lengkung (Sgl),


keuntungan dari gigi bentuk ini bahwa ruangan tempat
menampung serbuk gergaji besar serta pengeluaran serbuk
gergaji lebih mudah.

Gambar 16. Gergaji bentuk gigi Sgl

Klik tombol next untuk melanjutkan ke halaman selanjutnya, klik


tombol back unmtuk kembali ke halaman sebelumnya

Ukuran gergaji

Panjang gergaji yang digunakan perlu disesuaikan dengan diameter


pohon atau batang yang akan dipotong. Untuk diameter pohon kecil,
panjang gergaji adalah sama dengan 1,0 m + besarnya diameter pohon.

Gambar 17. Panjang gergaji untuk pohon diameter kecil

Untuk pohon-pohon berdiameter (1m keatas) sebaiknya panjang


gergaji minimal dua kali besar diameter pohon atau batang yang akan
dipotong.

Lebar daun gergaji disesuaikan dengan ukuran panjang guna


mendapatkan tegangan yang membentuk kekuatan pada keping
gergaji, kalau terlalu lebar akan menyulitkan pemasangan baji,
senaliknya bila terlalu sempit daun gergaji akan mudah menggeliat.

Gigi-gigi gergaji harus berdiri tegak sama tinggi dan semua puncaknya
rata yang membentuk garis lengkungan permukaan gigi dengan radius
tertentu.

Dengan adanya permukaan gigi yang lengkung, tekanan gergaji dapat


dipusatkan pada gigi-gigi yang sedang momotong.

Bentuk punggung gergaji pada jenis gergaji segitiga pada umumnya


rata, sedang pada jenis Hz melengkung. Bentuk ini lebih baik karena
penarikannya lebih ringan, juga pemasangan baji akan lebih mudah.

Gambar 18. Bentuk punggung gergaji

Tebal daun gergaji pada bagian punggung lebih tipis dari pada bagian
permukaan gigi, dimaksudkan unutk mengurangi pesekan dan
terjepitnya daun gergaji ketika dipakai.

Klik tombol next untuk melanjutkan ke halaman selanjutnya, klik


tombol back unmtuk kembali ke halaman sebelumnya

Tangkai gergaji

Biasanya dibuat dari kayu dengan bentuk bulat lurus atau bulat
lengkung. Tangkai yang baik adalah yang dapat dilepas dan dipasang
kembali.
Klik tombol next untuk melanjutkan ke halaman selanjutnya, klik
tombol back unmtuk kembali ke halaman sebelumnya

Gergaji busur ( Bow-saw)

Adalah gergaji potong untuk satu orang yang mempunyai manfaat


serba guna, baik untuk keperluan rumah tangga maupun dihutan, yaitu
untuk menebang, mrmotong-motong, membersihkan cabang, ranting
dan sebagainya.
Dua bagian penting dari gergaji busur yaitu :
1) Kerangka (frame);
Dibuat dari bahan besi atau aluminiumm berbentuk lengkung
menyerupai busur
2) Daun gergaji (blade)
Dibuat dari bahan tertentu, dengan bentuk gigi yang telah
standarisasi oleh pabrik. Tegangan daun gergaji diperoleh dari
tegangan kerangkanya. Untuk mengatur tegangan yang dikehendaki
dapat dilakukan dengan mengencangkan kerangka atau daun gergaji
tersebut.
Untuk pemasangan dan pelepasan daun gergaji digunakan tangkai
pengencang yang terdapat pada pangkal kerangkanya. Panjang daun
gergaji dinyatakan oleh panjang daun gergaji, berkisar antara 21 “ –
48 “ ( 533 mm – 1219 mm) dengan berat seluruhnya antara 0,6 kg –
1,9 kg).

Saat ini gergaji busur baru dianjurkan untuk digunakan dalam


pembuatan kayu bakar dihutan-hutan jati bagi sortimen kecil, diameter
antara 5 – 15 cm atau juga digunakan untuk penebangan dalam
penjarangan.

1. Kerangka
2. Daun gergaji
3. Tangkai
pengencang
iv. Kikir

Kikir adalah suatu alat untuk menajamkan gigi – gigi rantai gergaji
mesin.Dan untuk memperoleh sudut penajaman yang benar dan
merata.Bentuk kikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kikir bulat
dan kikir segitiga.

Gambar 21. Kikir

Cara menajamkan gigi-gigi adalah searah dengan gerak kikir yang


mengenai gigi rantai yaitu mengarah ke luar.Hal ini dimaksud untuk
mempercepat ketajaman dan tidak memboroskan bagian gigi yang
cepat habis/aus, karena di asah ke dua arah

D. Alat Modern

Yang termasuk peralatan pemanenan kayu sederhana antara lain:

i. Gergaji Mesin (Gergaji rantai).

ii. Feller (penebang)

iii. Harvester
iv. Clipping dan Shearing Tools.

Klik sub pokok bahasan berikut untuk melanjutkan uraian materi

i. Gergaji Mesin (Gergaji rantai).

Gergaji mesin adalah motor dua tak dengan satu silinder, tenaga
pengeraknya berasal dari perputaran poros engkel melalui penarikan
tali starter. Sistem penyalaannya bersumber dari arus induksi magnet
yang dialirkan melalui busi.

Gergaji rantai digunakan untuk membuat takik rebah dan takik balas,
dan untuk memotong bagian-bagian kayu lainnya, baik dalam kegiatan
pembersihan cabang, penebangan maupun pembagian batang.

Pada dasarnya gergaji terdiri dari 3 bagian utama, yaitu mesin


penggerak, bilah pemadu (penghantar) dan rantai gergaji.

Pada tahun 1970-an jenis gergaji yang banyak digunakan adalah


gergaji buatan Amerika, seperti Mculloch, Homelite, Pioneer, Echo
dsb, tetapi merek-merek tersebut sebenarnya kurang cocok untuk
postur orang Asia termasuk Indonesia, disamping itu jenis tersebut
bobotnya terlalu berat. Gergaji rantai buatan Eropa merupakan gergaji
yang relatif ringan dan kecil, sehingga relatif sesuai untuk ukuran
tubuh orang Asia. Merek-merek gergaji buatan eropa antara lain
adalah STIHL, Dolmar, Hosquarna, Uran, dsb. Pada saat ini model
yang paling umum adalah gergaji yang terbuat dari bahan ringan,
kekuatan mesin berkisar antara 10 – 12 HP dan panjang bilah
penghantarnya antara 24 – 30 inchi.

Klik tombol next untuk melanjutkan ke halaman selanjutnya, klik


tombol back unmtuk kembali ke halaman sebelumnya
Bagian-bagian dari gergaji mesin

1) Mesin atau motor sebagai sumber tenaga


Klik bagian-bagaian gerhaji mesin untuk penjelasannya
a) Karburator, tidak memakai pelampung melainkan menggunakan membran pemopa
dan membran pengatur. Keistimewaannya ialah mempunyai sifat seperti karburator
pada mesin kapal terbang yang tidak terpengaruh oleh posisi mesin.
b) Kopling sentrifugal, sehingga dapat mengatur sendiri sesuai dengan kecepatan
perputaran.
c) Retor (Kipas pendingin) yang berputar menghebuskan udara kepada mesin.
d) Saringan udara untuk menyaring udara yang masuk supaya kotoran tidak ikut masuk.
e) Busi dan platina sebagai sumber tenaga, setelah tali starter ditarik.
f) Saringan bahan bakar untuk manjaga agar bahan bakar tidak kemasukan kotoran
g) Roda rantai sebagai tempat berputarnya rantai gergaji ketika dipakai.

Klik tombol next untuk melanjutkan ke halaman selanjutnya, klik tombol back unmtuk
kembali ke halaman sebelumnya

2) Rantai gergaji yang digerakan oleh sumber tenaga, terdiri dari :


a) Keping rantai atau kerangka rantai (bar atau blade) yaitu tempat kaki rantai
meluncur pada saluran dari baja dan mempunyai alur tampat kedudkan rantai gergaji,
ukurannya bermacam-macam antara lain : 40, 50, 60, dan 80 cm.
b) Rantai penyambung (Connecting link), menghubungkan pemotong dengan kaki
rantai yang membuat seluruh bagian-bagiab rantai menjadi kokoh dan kuat. Rantai
yang baik mempunyai gigi penggerat yang sama.
c) Kaki rantai (Drive link) berhubungan denganspoket yang terletak di luar kopling
bagian rumah kopling, bila spoket berputar kaki rantai ikut berputar.
d) Pemotong, bersisi tajam dengan bagian atas yang datar.
Bagian-bagian utama gergaji rantai

1. Pegangan depan (front handle)


2. Rantai gigi ( Saw chain)
3. Batang pengantar (Guide bar)
4. Pencekam (Spikes ) untuk pohon
kecil tidak mutlak
5. Tombol katup udara atau cuk ( Choke)
6. Pegangan belakang (rear handle)
7. Kunci katup gas atau trotel (throttle)
8. Pengantar gas (Throttle control trigger)
9. Tombol hidup / mati
Gambar 22 : Bagian-bagian utama gergaji rantai
10. Starter

Alat Pengaman
Bekerja dengan gergaji rantai mengandung bahaya. Pada gergaji rantai modern terdapat
beberapa alat pengaman khusus. Gergaji rantai yang tidak dilengkapi dengan alat-alat
pengaman sebaiknya tidak digunakan.

1) Pelindung pegangan dengan rem rantai melindungi


tangan kiri dan menghentikan rantai
pada waktu terjadi tandangan belakang
2) Penangkapan rantai (Chain catcher)
menangkap rantai jika putus
3) Pelindung pegangan belakang
melindungi tangan kanan
4) Kunci tombol katub gas
mencegah rantai gergaji mulai
bergerak mendadak tak sengaja
5) Alat peredam getaran
mencegah timbulnya penyakit getaran
pada tangan.
6) Pentutup batang pengantar
mencegah kerusakan pada gergajirantai
Gambar 23. Alat pengaman
pada waktu pengangkutan
ii. Feller (penebang)

Alat ini adalah alat penebang modern, yaitu berupa traktor yang
dilengkapi dengan peralatan pemotongan kayu yang mekanis, dan
biasanya hanya digunakan untuk menebang pohon.

iii. Harvester

Alat sama dengan feller, tetapi alat dirancang untuk menebang,


membersihkan cabang dan membagi batang secara otomatis.

Gambar 27. Pemanenan kayu dengan harvester

iv. Clipping dan Shearing Tools.

Alat pemotong dari alat tebang ini berupa pisau atau


gunting.Kegunaan alat ini terutama untuk memotong pohon dalam
rangka membuat jalan strip.
II. Mengoperasikan Alat-Alat Pemanenan Hasil Hutan Kayu
Klik gambar alat pemanen untuk penjelasan cara penggunaannya masing-
masing

1. Kapak
Kapak digunakan untuk berbagai kegiatan dalam
penebangan, untuk mengoperasikannya kapak tidak
:
begitu sulit, akan tetapi kapak harus senantiasa tajam

Gambar 24. Mengampak


satu sisi pohon

Beberapa cara penebangan dengan kapak, yaitu :

a. Mengampak satu sisi pohon saja, dengan cara ini arah rebah
masih dapat ditentukan
b. Mengampak dua sisi berlawanan, dimulai dengan membuat
takik (A) sesuai arah rebah pohon, sesudah itu dikapak lgi pada
sisi berlawanan (B) agak tinggi sedikit dan dalamnya kira-kira
setengah diameter pohon. Semua pohon terpotong sehingga tidak
terjadi pecah-pecah.
Gambar 25. Mengampak
dua sisi berlawanan
c. Mengampak sekeling pohon hingga pohon tersebut rebah, Cara ini banyak membuang
kayu dan arah rebah pohon tidak dapat ditentukan berlawanan

Gambar 26. Mengampak sekeliling pohon


2. Gergaji tangan

Pada prinsipnya sama dengan cara menggunakan kapak, hanya pada gergaji dibantu dengan
baji, agar gergaji tidak terjepit dan arah rebah dapat dikontrol. Dalam menggunakan baji
jangan dipukul secara paksa hal ini akan mempercepat rebahnya pohon sebelum serat-serat
semua terpotong. Akibatnya bisa pecah-pecah pada batang atau kemungkinan kecelakaan
pada si penebang pohon itu sendiri.

3. Gergaji rantai (Chain saw)

Penggunaan gergaji ini mempercepat penebangan, hanya bagi penggunaan alat ini harus
memiliki pengetahuan mengetahui seluk beluk mesin. Sebelum menghidupkan mesin gergaji,
terlebih dahulu kita kontrol bagian-bagian mesin motor atau bagian-bagian rantai gergaji,
termasuk bahan bakar dan pelumas (oli), Setelah itu baru kerjakan langkah-langkah berikut :

a. Tombol di – on kan
b. Starter dihidupkan
c. Chek oli dengan memijit tombol, supaya oli bisa keluar melalui rantai gergaji yang
berputar
d. Selanjutnya gergaji mesin siap digunakan dengan terlebih dahulu menancapkan taji
bagian bawah rantai pada batang yang akan ditebang.
Untuk menjaga keselamatan selama bekerja, seorang penebang seharusnya memakai
perlengkapan penebangan yang lengkap. Perlengkapan tersebut antara lain :
a. Jaket (pakaian) khusus yang dirancang untuk kegiatan pemotongan kayu.
b. Celana panjang
c. Sepatu lapangan
d. Helm pengaman
e. Pelindung muka
f. Penutup telinga
g. Sarung tangan
III.Perawatan Terhadap Alat Pemanenan Hasil Hutan Kayu
Klik sub pokok materi berikut untuk melanjutkan
A. Ketentuan-ketentuan dalam perawatab alat
Dalam kegiatan pemanenan hasil hutan dipergunakan berbagai peralatan dan
tentunya peralatan ini harus senantiasa kuat, awet dan efesien serta selalu
dalam keadaan siap pakai. Oleh karena itu maka setelah memakai alat harus
dilakukan perawatan.Perawatan yang cermat terhadap setiap alat – alat sangat
penting untuk dapat bekerja secara effisien dan dalam perawatan harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

A. Kapan melakukan perawatan.

Lebih baik merawat sesuatu alat secara sering pada tingkat-tingkat


kerusakan kecil dari pada menunggu sampai suatu reparasi besar, karena
perawatan. alat-alat pada jangka waktu tertentu secara teratur.

B. Dimana perawatan alat dilakukan.

Penerangan yang cukup adalah sangat penting. Perawatan terbaik


dilakukan pada suatu bengkel kerja dengan jendela yang besar sebagai
sumber penerangan atau dengan penerangan buatan. Pekerja-pekerja yang
mengerjakan pekerjaan pemeliharaan alat-alat di hutan harus dilindungi
terhadap angin, hujan atau sinar matahari yang kuat.

C. Apakah yang dikerjakan pertama-tama.

Sebelum perawatan dimulai, alat-alat mesti bebas dan kotoran, gemuk,


karat atau resin. Kertas ampelas besi akan menghilangkan karat. Terpentin
(atau spiritus putih) meniadakan resin, Parafin (kerosin atau minyak disel)
menghilangkan kotoran dan gemuk.

B. Pemeliharaan Kapak
Setelah dipergunakan, kapak perlu diasah supaya tetap tajam, untuk
pengasahan diperlukan gurinda batu pengasah dan kikir.

Pengasahan menggunakan gurinda dilakukan dengan memutar roda gurinda


ke arah luar dari lengkung tajam, selama pengasahan roda gurinda harus selalu
basah dan perputaran tidak boleh terlalu cepat, hal ini untuk menjaga supaya
kapak tidak cepat panas yang akan mengkibatkan kekerasan baja berubah.

Pengasahan dilakukan sedemikian rupa sehingga kira-kira 1 cm dari lengkung


tajam mendapat tekanan yang sama. Untuk kapak normal, tebal pipi pada 6
cm dari lengkung tajam berkisar antara 8 – 12 mm. Tebal keping tajam 10 mm
dari lengkung tajam untuk kayu keras adalah 4 mm, sedang untuk kayu lunak
3 mm. Tebal keping tajam 5 mm dari tepi lingkung tajam untuk kayu keras
adalah 3 mm dan untuk kayu lunak 2 mm. Tebal keping tajan 2,5 – 3 mm dari
tepi lengkung tajam untuk kayu keras 1 mm. Tebal keping tajam 1,5 – 2,0 mm
dari tepi lengkung tajam untuk kayu lunak adalah 1 mm

Ukuran-ukuran tebal keping tajam untuk kayu keras dan lunak setelah
pengasahan dengan gurinda maka dilakukan pengasahan dengan batu
pengasah, supaya sisa logam sepanjang lengkung tajam jadi hilaing atau
bersih. Apabila ada yang gompal perlu diratakan terlebih dahulu, kemudian
dikikir, supaya tidak berkarat, harus diberi pelumas dan disimpan dalam
sarung pelindung

Gambar 28 : Perawatan kapak sehari-hari

Keterangan:
1. Pengasahan sehari-hari dengan batu asahan.
2. Alat pengukur lengkungan kampak.
3. Cara mengikir kampak.
4. Daerah penggerindaan kampak.
5. Menggerinda lancipan lengkung dengan gerakan kirikanan dan sebaliknya.
6. Gerakan atas bawah
Klik tombol next untuk ke halaman selanjutnya, klik tombol back untuk kembali ke
halaman sebelumnya

Pembuatan Tangkai kapak.

Dalam melaksanakan pekerjaan di hutan, kita sering mengalami kerusakan alat, agar
pekerjaan tidak terhenti maka perlu pemahami perbaikan peralatan yang rusak tersebut.
Kapak salah satu alat bantu dalam pekerjaan di hutan, karenanya anda harus dapat
memperbaiki sendiri jika terjadi kerusakan, umpamanya pada tangkai kapak terjadi
kerusakan dan berikut ini bagaimana membuat / memelihara tangkai kapak.

Tangkai kapak hendaknya terbuat dari jenis-jenis kayu yang memenuhi persyaratan,
elastis, kuat ringan serta mudah didapat dan dikerjakan, kering supaya tidak mengalami
perubahan. Jenis-jenis kayu yang baik untuk tangkai kapak antara lain, Walikukun
Schoutenis ovata, Segawe Adennathera microsperma, Waru Hibiscus tiliaceus, Sonobrits
Dalbergia latifolia, Delingsem Homalium tomentosum, Laban Vitex pubescens, Sawo
kecik Manilkara kauki, Tanjang Mimosaps elengi, Sawo Manila Achras zapota, Pasang
Quercus sop

Bentuk tangkai kapak dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan kepanjangan tangan,
mudah dipegangmudah digerakkan dan elastis sehingga pemakai tidak cepat lelah.

Untuk jenis kapak yang mempunyai lengkungan tajam dua, bentuk tangkainya adalah
lurus, sedangkan yang berlengkungan tajam satu mempunyai bentuk seperti huruf S.

Dalam pembuatan dan pemasangan tangkai kapak perlu disediakan perlengkapan dan
bahan-bahan sebagai berikut:

a. Kayu ukuran 80 x 8 x 3,5 cm


b. Pola tangkai kapak
c. Gergaji tangan
d. Golok
e. Kikir kayu
f. Pecahan kaca dan ampelas

Potongan kayu dengan panjang 80 cm dan diameter 20 – 25 cm dipergunakan sebagai


bahan tarahan.
Gambar 29. Kayu tarahan untuk tangkai kapak

Pola dapat dibuat dari karton, hard board, triplex atau seng berukuran sesuai dengan panjang
lengan si pemakai. Setelah pola digambar pada kayu tarahan, kemudia digergaji, diperhalus
dengan golok sesuai pola. Untuk memberi bentuk diperlukan kikir kayu dan penghalusannya
dipergunakan pecahan kaca dan ampelas.

Gambar 30. Cara pembuatan tangkai kapak

Setelah pembuatan tangkai kapak selesai, maka dilakukan pemasangan kepala kapak pada
tangkainya, periksa kedua tumit keping tajam seudah sejajar dengan ujung tangkai atau
belum.
C. Pemeliharaan gergaji Tangan
Untuk mendapatkan hasil kerja dan mutu kayu yang tinggi maka gergaji harus
dipelihara dengan baik, sudut penajaman dan besar giwaran harus sama.

Alat-alat pemeliharaan gergaji tangan.


1) Meja pengikir
Dibuat dari kayu dengan ukuran :
Panjang : 200 – 300 cm
Lebar : 60 cm
Tebal daun meja : 5 cm
Kaki meja : 15 x 10 x 80 cm
Laci : 30 x 20 7 cm
2) Kikir datar
Tangkainya dari kayu berbentuk bulat, panjang 20 cm, lebar 1,5 – 2 cm,
guratan searah, tepi kikir bulat atau persegi. Untuk Sgl dipakai kikir datar
bertepi persegi sedang untuk jenis Sgl dipakai yang bertepi bulat.

Gambar 32. Kikir datar

3) Penjepit atau tanggem


Terbuat dari kayu, dipasang pada meja pengikiran yang digunakan untuk
menjepit keping gergaji yang akan ditajamkan, dilengkapi dengan keping
bola dari seng dengan garis – garis untuk arah penajaman yang berbentuk
sudut 60 – 70 derajat.

Gambar 33. Penjepit atau tanggem


4) Serut atau pemasak
Dilengkapi dengan kikir, digunakan untuk meratakan permukaan tinggi
yang akan ditajamkan.

Gambar 34. Serut atau pemasak


5) Pengukur sudut puncak
Terbuat dari logam, dipergunakan untuk mengukur besar sudut puncak
dan sudut tajam, masing-masing berukuran 30, 60 dan 70 derajat.

Gambar 35. Pengukur sudut puncak

6) Giwaran / Penggiwar
Dibuat dari besi yang dipergunakan untuk menggiwar gigi gergaji yang
telah ditajamkan.

Gambar 36. Giwaran / penggiwar


7) Palu atau pemukul
Dipergunakan untuk mengembalikan giwaran gigi pada posisi nol
Gambar 37. Palu atau pemukul
8) Setting meter
Dipergunakan untuk mengukur besar giwaran

Gambar 38. Setting meter

9) Sikat baja
Dipergunakan untuk membersihkan kikir dan serbuk - serbuk pengkiran
yang melekat pada guratan-guratan kikir.

Gambar 39. Sikat baja

10) Bata pengasah


Dipergunakan untuk mengasah daun gigi dan keping gigi, sebaiknya batu
pengasah ini dibuat dari carborundum.

11) Depth gange


Dipergunakan untuk mengukur dalamnya gigi penggaruk gergaji
Hobelzahn (Hz)

12) Pemotongan dan pencetak gigi (Pondsaparat)


Dipergunakan untuk memotong dan mencetak kembali gigi-gigi gergaji
yang rusak akibat pemeliharaan dan pengikiran yang tidak tepat.

Klik tombol next untuk melanjutkan, klik tombol back untuk kembali ke halaman
sebelumnya

Cara mengasah gergaji

Setelah digunakan, gergaji setiap hari harus dibersihkan, ditajamkan dan digiwar jika
telah tumpul. Tiap minggu perlu diperiksa mengenai: permukaan gigi, besar giwaran
dan sudut tajam. Apabila ada gigi yang rusak, maka harus dikembalikan dahulu pada
posisi nol, kemudian gergaji dipasang pada penjepit untuk diratakan ujung giginya
dengan serut, ditajamkan dengan kikir searah dengan garis pola dan digerakan
kearah luar badan dengan gerakan arah berputar.
Terakhir menggiwar gigi yang diukur besarnya dengan menggunakan setting meter.
Letakan gergaji mendatar pada lantai atau digantung pada diding dalam kedudukan
yang lurus agar tegangan tidak cepat menjadi lemah. Gigi gergaji harus ditutup dan
kalau disimpan lama perlu diberi pelumas.

Beberapa teknik tertentu memang dibutuhkan untuk mengasah mata gergaji menjadi
gergaji yang tajam dan baik. Mengasah gergaji tidak sekedar membuat semua jajaran
mata gergaji menjadi lebih runcing akan tetapi kita perlu memperhatikan beberapa
detail yang akan sangat besar pengaruhnya untuk kemudahan menggunakan gergaji
tangan.

Klik tombol next untuk melanjutkan, klik tombol back untuk kembali ke halaman
sebelumnya
Kelurusan bilah gergaji
Bilah gergaji harus benar-benar lurus tanpa bengkok sehingga pada waktu gerakan
menggergaji garis potong yang akan dihasilkan terjaga ukurannya dan tenaga yang
dibutuhkan untuk mendorong ataupun menarik gergaji tidak terlalu besar, terutama
pada waktu garis potong sudah memiliki kedalaman tertentu. Bilah gergaji yang
bengkok bisa berakibat garis potong menjadi lebih besar dan hasil gergaji tidak
halus/rata.

Klik tombol next untuk melanjutkan, klik tombol back untuk kembali ke halaman
sebelumnya

Barisan Mata Gergaji


Pengasahan harus memperhatikan hasil akhir pada posisi mata gergaji.Semua ujung
mata gergaji harus terletak pada satu garis lurus dengan sekecil mungkin
toleransi.Begitu pula dasar sudut mata gergaji juga harus tetap berada pada satu garis
lurus.
Ketidakrataan posisi barisan mata gergaji berarti tidak semua mata gergaji bekerja
maksimal.Hanya mata gergaji paling tinggi yang bekerja memotong kayu.Situasi ini
membuat penggergajian lebih berat dan lebih lama.Juga bisa membuat gergaji lebih
cepat tumpul terutama pada mata gergaji tertinggi.

Gambar 40. Ketidakrataan barisan mata gergaji

Ruang Gerak
Jika diamati dari dekat anda perhatikan bahwa semua mata gergaji bengkok,
mempunyai sudut tertentu dari bilah gergaji. Dan susunannya selalu berbanding sama.
Misalnya mata gergaji urutan genap akan bengkok ke kiri dan mata gergaji urutan
ganjil bengkok ke kanan. Sudut ini juga tidak ditentukan secara acak.terdapat alat
khusus untuk mengatur sudut mata gergaji yang disebut Gripper (paling tidak itu
istilah yang saya ketahui).

Gripper membengkokkan mata gergaji satu persatu sehingga terdapat ruang gerak
untuk bilah gergaji pada waktu gerakan menggergaji.Lebih besar sudut yang
dihasilkan lebih besar lebar garis potong pada kayu.

Gambar 41 : Ruang gerak gergaji


Mengapa ini perlu?
Apabila sudut mata gergaji terlalu kecil pada lebar bilah gergaji akan membuat
bilah gergaji terjepit pada waktu gerakan menggergaji dan karena besarnya
gesekan antara bilah gergaji dengan sisi kayu yang dibelah/dipotong sehingga
timbul bekas hitam seperti terbakar atau mengkilap yang bisa membuat proses
finishing kurang memuaskan.
Sumber :http://www.tentangkayu.com
D. Pemeliharaan gergaji rantai (chain saw).
Pemeliharaan sangat penting dilakukan karena akan memberi pengaruh yang
besar terhadap penentuan kapasitas ataupun keawetan alat.

Bagian-bagian gergaji yang perlu dipelihara adalah:

i. Rantai gergaji

Rantai harus selalu tajam dan terpelihara baik. Dengan rantai yang
tumpul dan tidak terpelihara secara baik akan memerlukan waktu yang
lama, usaha serta bahan bakar yang lebih banyak untuk penyelesaian
tugas. Rantainya akan cepat aus, merusak batang pengantar, bahkan
sampai dapat menyebabkan mesin bekerja lebih lama. Lagi pula dapat
meningkatkan bahaya kecelakaan karena tendangan-tendangan akan
lebih sering terjadi. Dengan menggergaji lebih cepat waktu situasi
ancaman bahayapun berkurang, dan keletihan yang meningkat
mengakibatkan pekerja lebih mudah mengalami kecelakaan

Klik tombol next untuk melanjutkan, klik tombol back untuk kembali ke
halaman sebelumnya

ii. Batang pengantar dan gigi atau roda penggerak

1) Untuk memelihara rantai gergaji dalam keadaan baik, maka


batang pengantar (a) dan gigi penggerak (b) atau roda
penggerak (c) harus juga dalam keadaan baik. Sama halnya
keadaan ujung atau gigi depan penggerak (d) yang sering
menjadi satu dengan batang pengantarnya.

2) Paling sedikit batang pengantar harus diputar sekali sehari.

3) Bersihkan alurnya sekali sehari.

4) Lubang minyak harus dibersihkan sekalai sehari.

5) Bersihkan lubang gemuk ujung gigi penggerak (a) dan gunakan


sebuah pompa gemuk bantalan (b) sampai gemuk keluar dari
gigi penggerak.

6) Setidak-tidaknya seminggu sekali batang pengantar diperiksa


kalau ada serabut (a). baungkan serabut tersebut dengan kikir
pipih.

Gambar 42. Batang pengantar dan gigi atau roda


penggerak

atau roda penggerak


Klik tombol next untuk melanjutkan, klik tombol back untuk kembali ke
halaman sebelumnya

iii. Pemeliharaan mesin

(1) Saringan udara


Saringan udara kotor menurunkan kemampuan mesin dan membuat
starnya sulit, saringan udara harus dibersihkan sekurang-kurangnya
sekali sehari. Jika banyak debu dan kotoran disekitarnya bahkan harus
dibersihkan lebih sering dalam sehari.
Bukalah tutup saringan. Cucilah saringan dalam air sabun atau minyak
tanah dengan menggunakan sikat kecil. Bawalah selau sebuah saringan
cadangan jika masuk hutan.
Gambar 43. Saringan udara

(2) Sudu-sudu kipas pendingin dan sirip pendingin


silinder
Jika kipas pendingin (a) dan blok silinder serta sirip kepala blok
silinder tertutup debu gergajian serta kotoran, mesinnya dapat menjadi
panas dan dapt pecah. Untuk itu sedikit-dikitnya seminggu sekali,
sudu-sudu kipas pendingin perlu dibersihkan dengan sebatang ranting
kayu atau obeng.

Gambar 44. Sudu-sudu kipas pendingin

(3) Busi
Busi dibersihkan seminggu sekali periksa celah antara kedua kutub
dengan pengukur celah busi dan bila perlu disesuaikan menurut ukuran
kira-kira 0,5 mm

(4) Karburator
Gergaji rantai biasanya menggunakan karburator membran yang
mempunyai :

(a) Sekrup kecepatan rendah ’L” (low ; sekrup penyetel stationer)


(b) Sekrup kecepatan tinggi ”H” ( high; sekrup penyetel utama)
(c) Sekrup pnyetel trotel ”T” ( throttel; sekrep pengatur kecepatan
stasioner)
(d) Karburatol disetel untuk mencapai kapasitas maksimum dengan
penggunaan bahan bakar sehemat mungkin. Jika perlu diadakan
penyetelan, maka hal ini harus dilakukan di bengkel. Bagi yang
berpengalaman dapat melakukannya di dalam hutan. Mesinnya
harus panas dan saringan udaranya bersih. Pertama ”L” dan ”H”
ditutup, kemudian dibuka sampai satu putaran penuh. Berikut ”T”
disetel sedemikian rupa agar mesin tidak berhenti maupun rantai
tidak bergerak, bila mesin berputar stasioner. Bila trotel dibuka,
adakan penyetelan sedikit demi sedikit sampai mesin berjalan
lancar dan cepat. Stel ”H” sampai mesin berjalan lancar selama
menggergaji.

Gambar 45. Busi dan Karburator

d. Mengganti tali starter atau pegas stater

Bila tali starter atau pegas stater putus, maka langkah-langkah perbaikan
adalah sebagai berikut:
Gambar 46. Mengganti tali starter

Keterangan gambar:
1. Mengganti tali starter

(a) Bukalah sekrup penutup


(b) Keluarkan tali yang putus
(c) Pasanglah tali baru pada rotornya dan tambatkan dengan cermat
(d) Masukkan ujung tali yang lainnya melalui lubang pada penutup dan
lubung pada pemeganmg tali, lalu dismpul dua kali.
(e) Lilitkan tali pada rotor
(f) Tarik tali keluar kira-kira dua lilitan.
(g) Peganglah rotor tali dalam posisinya.
(h) Lilitkan tali pada rotor
(i) Pasang dan tutup kembalipada gergaji
Gambar 47. Mengganti pegas

2. Mengganti pegas
(a) Bukalah sekrup penutupnya
(b) Keluarkan talinya
(c) Keluarkan pegas yang rusak dari tempat kedudukan pegas
(d) Pegas baru tersedia dalam kaset
(e) Letakan kasetnya di atas tempat kedudukan pegas dan doronglah
pegasnya ke posisi yang tepat

IV. Penebangan Pohon


Klik sub pokok materi berikut ini untuk melanjutkan
A. Definisi:
Secara Umum
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kegiatan pemanenan hasil hutan
adalah semua pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan
penyiapan pohon atau kayu yang masih berdiri sehingga dapat dibawa keluar
dari hutan baik masih merupakan pohon utuh maupun sudah merupakan
potongan-potongan (sudah dibagi-bagi di hutan); kadang-kadang dibawa
kesuatu tempat pengumpulan di pinggir hutan atau langsung dibawa ke
halaman pabrik pengolahannya (Haryanto).
Pemanenan hasil hutan juga merupakan suatu kegiatan pemanfaatan hutan
untuk menghasilkan kayu guna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam
hal ini kegiatan pemanenan hanya merupakan langkah awal dari kegiatan
pemanfaatan kayu, yaitu sebagai penyedia kayu bulat yang akan diolah lagi
menjadi barang jadi. Oleh karena itu di dalam pemanenan itu terdapat langkah
awal yang harus diperhatikan, yakni penebangan
Menurut para ahli
Menurut para pakar, definisi pemanenan kayu adalah:
1. Conway,1978 : “Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan
yang bertujuan untuk memindahkan kayu dari hutan ketempat
pengolahan kayu”.
2. Suparto, 1982 : “Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan
kehutanan yang mengubah pohon menjadi bentuk yang dapat
dipindahkan ke lokasi lain sehingga bermanfaat bagi kehidupan
ekonomi dan kebudayaan masyarakat”.
3. Grammel, 1988 : “Pemanenan kayu adalah pemanfaatan yang rasional
dan penyiapan suatu bahan baku dari alam menjadi sesuatu yang siap
dipasarkan untuk bermacam-macam kebutuhan manusia”.
4. TPTI, 1993, Penebangan adalah kegiatan pengambilan kayu pohon
dalam tegakan yang berdiameter sama atau lebih besar dari diameter
yang ditetapkan.
5. Elias (2002), Sistem pemanenan: Sekelompok cara yang umumnya
merupakan kombinasi metode penebangan, angkutan minor/major, dan
tenaga penggerak kegiatan utama untuk memindahkan tegakan dari
tempat tumbuhnya tegakan menuju tempat yang dikehendaki.

B. Tujuan
Tujuan dari pemanenan adalah
1. Meningkatkan nilai tambah dari hutan
2. Mendapatkan produk hasil hutan yang dibutuhkan masyarakat
3. Memberi kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitar hutan
4. Memberikan kontribusi kepada devisa negara
5. Membuka akses wilayah

C. Teknik penebangan
Penebangan merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan hasil
hutan/kayu, meliputi tindakan yang diperlukan untuk memotong kayu dari
tunggaknya secara aman dan efisien (Suparto, 1979). Tujuan penebangan
adalah untuk mendapatkan bahan baku untuk keperluan industri perkayuan
dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik.

Pada dasarnya kegiatan penebangan pohon terdiri dari 3 kegiatan, yaitu :


1. Persiapan dan pembersihan tumbuhan bawah, 2. Penentuan arah
rebah dan 3. Membuat titik rebah

Klik masing0masing kegiatan untuk informasi lebih lanjut.

1. Persiapan dan pembersihan tumbuhan bawah.


Tujuannya adalah untuk : mempermudah kegiatan penebangan dan
mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan alat dan mempermudah
pekerjaan penebangan.

Sebelum mulai melakukan penebangan ada beberapa hal yang perlu


diperhatikan, yaitu:
1) Keadaan pohon : batangnya sehat, sedikit atau banyak cacat
(growong), bentuk tajuk symetris atau berat sebelah.
2) Keadaan lapangan : arah lereng, ada tidaknya rintangan baik yang
berupa batu-batu besar, ada tidaknya tunggak-tunggak, batang-batang
roboh, parit, arah penyaradan, maupun ada tidaknya sesuatu yang
perlu dilindungi, yang dapat berupa suatu bangunan atau pohon-
pohon tertentu.

2. Penentuan arah rebah


Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan arah rebah pohon
antara lain topografi, angin dan keadaan pohon itu sendiri.
Sebelum penebangan dimulai perlu dilakukan penandaan terhadap pohon
yang akan ditebang dan pohon yang tidak boleh ditebang. Penandaan ini
harus dilakukan pada setiap pohon yang dimaksud dengan menggunakan
cat atau bahan lain yang tahan lama.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan arah rebah
pohon, yaitu:
1. Kondisi pohon : kondisi pohon yang dimaksud disini adalah posisi
pohon (normal atau miring): kesehatan pohon (gerowong atau
terdapat cacat-cacat lain yang mempengaruhi rebahnya pohon);
bentuk tajuk dan keberadaan banir.
2. Kondisi lapangan di sekitar pohon : kondisi lapangan ini meliputi
keadaan vegetasi di sekitar pohon yang akan ditebang, termasuk
keadaan tumbuhan bawah, lereng, rintangan (jenis-jenis pemanjat,
tunggak dan batu-batuan).
3. Keadaan cuaca pada saat penebangan. Apabila hujan turun dan
angin kencang, maka semua kegiatan harus dihentikan.

Keberhasilan penebangan sangat ditentukan oleh arah rebah pohon.


Arah rebah yang benar akan menghasilkan kayu sesuai dengan yang
diinginkan dan kecelakan kerja dapat dihindari serta kerusakan
terhadap lingkungan dapat ditekan, sedangkan apabila arah rebah yang
ditentukan tidak benar, maka kayu akan rusak dan kemungkinan
terjadinya kecelakaan sangat besar serta pohon yang rebah akan
merusak lingkungan sekitarnya.

Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali

Ketentuan arah rebah

Cara memastikan arah rebah sesuai dengan yang dikehendaki dapat


dilakukan dengan memasukan kepala kapak ke bagian tengah takik
rabah, berarti ujung tangkai kapak menunjukan arah yang seharusnya
dituju atau dengan cara berdiri membelakangi takik rebah dan melihat
lurus ke depan. Sehingga arah rebah dapat ditentukan dengan tepat
sesuai dengan pandangan mata.
Gambar 48. Jalan Lembah

Gambar 49. Menentukan arah rebah

Keterangan :
1. Penebang menentukan arah rebah.
2. Penebang memeriksa bagian bawah pohon dan membersihkan kotoran
serta kulit kayu dalam persiapan untuk chainsaw.
3. Liana yang menempel pada pohon harus selalu dipotong.
4. Sementara itu helper membersihkan tumbuh-tumbuhan di sekitar pohon
dan jalur keselematan.
5. Penebang mulai undercut pada sudut yang benar untuk arah rebah yang
dinginkan

3. Persiapan dan pembersihan tumbuhan bawah.


a. Pengertian titik rebah

Selain arah rebah pohon, faktor yang menentukan keberhasilan


penebangan adalah pembuatan takik rebah dan takik balas.Takik
rebah adalah kowakan yang dibuat serendah mungkin pada
pangkal batang, dengan maksud agar sisi bagian tersebut
manjadi lemah kehilangan penunjang sehingga pohon mudah
rebah ke arah yang telah ditentukan.

Sebelum takik rebah dibuat, untuk pohon-pohon yang mempunyai


banir perlu dilakukan pemotongn (pengeprasan) banir, yaitu
memotong banir sehingga diameter pangkal mendekati diameter
batang kayu.Tujuan dari pengeprasan banir adalah untuk
memudahkan pembuatan takik rebah dan takik balas.

Pembuatan takik rebah dapat dilakukan dengan alat konvensional


yaitu gabungan kapak gergaji potong atau gergaji mesin. Takik
rebah terdiri dari alas takik rebah yang dibuat dengan pemotongan
arah mendatar, atap takik rebah dibuat arah pemotongan miring
hingga bertemu dengan alas takik.

Takik rebah dibuat serendah mungkin, dengan alas mendatar


sedalam ± 0,3 diameter pohon.

Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali

b. Fungsi titik rebah

Fungsi takik rebah adalah sebagai berikut :

1) Mengarahkan rebahan pohon yang ditebang


2) Mengendalikan batang yang sedang rebah sesuai bentuk takik
3) Penuntun terciptanya suatu engsel setelah takik balas dibuat
dan menentukan takik rebah
4) Mencegah terjadinya ungkitan pada tunggul

Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali

c. Bagian-bagian titik rebah

Bagian-bagian takik rebah dapat dilihat pada gambar 50 di bawah


ini

Letakkan cursor mouse di atas gambar untuk menampilkan


label nama bagian titik rebah

A : Alas takik rabah

B : Atap takik rabah

C : Mulut takik rebah

C : Mulut takik rebah

Gambar 50. Bagian-bagian takik rebah

Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali
d. Tipe-tipe takik rebah

Tipe - tipe takik rebah dapat dilihat pada ilustrasi berikut, klik gambar untuk membuka label
nama dan keterangannya.

Gambar 51. Tipe takik rebah

A = Takik rebah tipe konvensional


B = Takik rebah tipe Humboldt
C = Takik rebah tipe paralel
D = Bertangga, prinsipnya sama dengan tipe paralel

Takik rebah tipe konvensional, dapat dibuat dengan gergaji dan kapak
Takik rebah tipe Humboldt, pembuatan dengan gergaji
Takik rebah tipe paralel, pembuatan dengan kombinasi kapak dan gergaji
Bertangga, prinsipnya sama dengan tipe paralel, digunakan untuk pohon berdiameter lebih
besar.

Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali

e. Pembuatan takik rebah berbagai diameter pohon

1) Untuk pohon berdiameter kurang dari 25 cm, cukup dengan membuat keratan datar
sedalam lebih kurang seperlima diameter pohon.
2) Untuk pohon berdiameter antara 25 – 40 cm dibuat takik rebah berbentuk segitiga dengan
perbandingan alas terhadap mulut 2 : 1.
3) Untuk pohon berdiameter lebih dari 40 cm, alas takik rebah dibuat sedalam lebih kurang
sepertiga diameter pohon, dengan perbandingan atas terhadap mulut 1 : 1 atau
membentuk sudut 45 derajat

Gambar 52b. Pohon Gambar 52c. Pohon


Gambar 52a. Pohon
berdiameter antara berdiameter lebih
diameter kurang dari
Gambar 52. Tipe takik rebah berdasarkan diameter pohon

4) Untuk pohon yang berdiameter lebih besar lagi, pada bagian tengah alas takik rebah
dibuat lengkungan kedalam dan dikiri kanan luarnya dibuat takik tambahan.

Gambar 53. Takik Rebah pohon berdiameter besar


( A. Takik rebah, B. Takik tambahan, C. Takik balas)
Gambar 54. a). Takik rebah terlalu tinggi, pemborosan kayu b). Takik rebah arah meragukan
c). Takik rebah terlalu tinggi dan miring, pemborosan kayu dan arah meragukan

Gambar 55. Takik rebah yang menyimpang dari ketentuan

Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali
f. Membuat takik balas
Setelah tekik rebah dibuat kita juga membuat takik balas. Takik balas adalah keratan datar
yang dibuat dari arah yang berlawanan dengan takik rebah, dengan maksud agar kekuatan
serat-serat kayu pada bagian tersebut menjadi lemah sehingga mempermudah rebanya pohon.
Takik balas harus dibuat lebih tinggi dari pada alas takik rebah kira-kira 1/10 diameter
pohon, dalamnya pengeratan tergantung besarnya diameter pohon yaitu antara 6/10 – 7/10
diameter pohon.

A. Takik Rebah B. Takik Balas C. Bagian kayu yang dipertahankan


Gambar 56. Takik balas

Macam macam takik balas yang menyimpang dari ketentuan


b) Takik balas terlalu rendah, arah rebah membalik b) Takik balas miring ke
bawah, arah rebah membalik c) Takik balas miring keatas mempersulit
robohnya pohon d) Takik balas
c) sama tinggi membayakan, menurunkan kualitas ( ada yang tercabut)

D. Menebang pohon berbagai ukuran diameter.

Berikut ini beberapa teknik menebang pohon berbagai ukuran diameter


1) Penebangan pohon kecil ( diameter < 60 cm ), menebang pohon yang relatif kecil tidak
begitu sulit jika dibandingkan dengan pohon yang mepunyai diameter besar. Adapun
urutan kerja dalam menebang pohon kecil adalalah sebagai berikut :
(a) Tentukan arah rebah (1)
(b) Buat takik rebah (2), tidak lebih dari 1/3 diameter pohon dengan cara :
(c) Buat potongan miring (3)
(d) Buat potongan horizontal (4)
(e) Buat potongan lateral (5)
(f) Sisakan kayu sebagai engel (6)
(g) Takik balas horintal, 5 – 10 cm diatas takik rebah (7)

Gambar 58. Menebang pohon berdiameter kecil

Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali

2) Penebangan pohon besar (diameter > 60 cm ), pohon yang berukuran besar


mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, akan tetapi menebangan pohon besar juga
memerlukan keterampilan memadai, karena itu dalam menebang akan berdampak
terhadap areal sekitarnya. Adapun tahapan kerja dalam menebang pohon besar
adalalah sebagai berikut
(1) Buat takik rebah (b), tidak lebih dari ½ diameter pohon dengan cara.
(2) Buat potongan miring (c)
(3) Buat potongan horinzontal (d)
(4) Buat potongan lateral (e)
(5) Sisakan kayu sebagai engel (f)
(6) Takik balas horizontal, 10 – 20 cm diatas takik rebah.

Keteraangan :
a. Takik tambahan
b. Takik balas

59. Menebang pohon berdiameter besar

Klik tombol next untuk melanjutkan, dan tombol back untuk kembali

3) Membersihkan cabang-cabang, setelah pohon rebah pekerjaan selanjutnya cabang-


cabang dibersihkan dari batangnya dengan menggunakan kapak atau gergaji busur
untuk cabang-cabang kecil, dengan gergaji potong atau mesin bagi cabang-cabang
yang besar. Pembersihan cabang-cabang sebaiknya dimulai dari pangkal batang terus
ke ujung terutama kalau memakai gergaji mesin.

E. Sistem Penebangan Hutan di Jawa

Hutan di jawa didominasi oleh jati dengan sistem silvikultur tebang habis permudaan
buatan. Penebangan jati di Jawa umumnya mempergunakan alat-alat penebangan
konvensional, misalnya gergaji tangan, baji dan lain-lainnya. Tetapi saat sekarang sudah
banyak mempergiunakan alat-alat mekanis, seperti gergaji mesin (chain saw). Di dalam
sistem penebangan memerlukan tahapan-tahapan sebagai berikut yang meliputi:
a. Persiapan lapangan
Pengesahan tebang harus dikeluarkan pada bulan 10 – 11 tahun sebelumnya, sehingga
dapat dimulai berbagai persiapan – persiapan lapangan meliputi :
1) Perbaikan jalan, jembatan, pembuatan rumuh tempat pengumpulan (TP)
2) Ulangi babat batas keliling dan batas blok
3) Pemeriksaan nomor pohon berdasarkan daftar klem, ulangi memberi tanda
dipoghon, jika ada pohon yang hilang, dicuri maka dicatat dalam daftar klem.
4) Persiapan diatas harus sudah selesai pada bulan Pebruari sehingga penebangan
dipat dikerjakan pada bulan Maret.

b. Persiapan tempat Pengumpulan


Kegiatan persiapan tempat pengumpulan bisa diperinci sebagai berikut:
1) Persiapan tenaga kerja (blandong, penyarad)
2) Persiapan alat kerja yang meliputi gergaji potong, tempat gergaji, mal bantalan,
ter, kawat penyogok, bat asah.
3) Persiapan alat kerja administratif antara lain papan tulis yang dilengkapi peta 1 :
10.000, buku kemajuan pekerjaan, kalender, daftar hadir blandong, daftar
inventaris, tarif upah, ikhtisar persediaan kayu, lemari obat untuk P3K, rak buku
meja kursi dan blangko-blangko DK.
Blangko-blangko DK untuk kegiatan pemungutan hasil hutan jenisnya cukup banyak
antara lain:
DK 301 = Daftar penerimaan kayu bernomor
DK 302 = Daftar penerimaan kayu tak bernomor dan hasil hutan lainnya
DK 303 = Daftar penghelaan kayu
DK 303a= daftar penghelaan hasil hutan
DK 304 = Daftar pengangkutan
DK 4\304a = Daftar pengangkutan antara
c. Pelaksanaan Tebangan
Penebangan dapat dilakanakan jika telah keluar Surat Perintah Tebang Habis yang
dikeluarkan oleh Administratur / KKPH
Penebangan dimulai dari blok terjauh dengan ketentuan- ketentuan sebagai berikut:
1) Setiap pohon harus diselesaikan lebih dahulu, sebelum blandong diperkenankan
menebang pohon berikutnya.
2) Setiap blok harus diselesaikan lebih dahulu sebelum pindah ke blok lain.
3) Penebangan pohon dimulai dari pohon yang berdiameter kecil
Cara menebang pohon diusahan seefisien mungkin mengingat jati termasuk kayu
mewah. Arah rebah harus ditentukan secara tepat, takik rebah dibuat serendah
mungkin ( 0 – 15 cm) dengan menggunakan gergaji tangan atau gergaji mesin.
Setelah pohon rebah, mandor memberi tanda dengan menggunakan ter pada tonggak,
yaitu: nomor tebang, nomor urut menebang, nomor pohon, tanggal menebang, nama
dan tempat tinggal blandong dan paraf mandor.

Gambar 60. Tunggak Pohon

F. Sistem Penebangan Hutan di Luar Jawa

Secara umum penebangan pohon di luar jawa dikerjakan oleh para pemegang konsensi hutan
dengan menggunakan alat-alat serba mekanis. Pada hakekatnya semua pelaksanaan
penebangan didahulu dengan perencanaan yang matang. Terlebih pada hutan di luar jawa,
perlu adanya penelitian pada areal hutan yang diolah/ditebang.Petugas surveyor memegang
peranan penting dalam menentukan areal yang dapat di eksploitasi, termasuk pembuatan
jalan angkutan nantinya. Penebangan di luar Jawa sistem yang dipakai adalah Sistem Tebang
Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dan diameter 50 cm ketas yang ditebang demi terwujudnya
kelstarian hutan. Pihak Dinas kehutanan Kabupaten/Kota serta Propinsi memegang peranan
penting dalam pengawasn terhadap pelaksanaan dilapangan.

Dalam kegiatan penebangan di hutan alam di luar Jawa perlu diperhatikan ketentuan-
ketentuan yang telah berlaku.Berdasarkan petunjuk teknis pelaksanaan Tebang Pilih Tanam
Indonesia (TPTI), disebutkan bahwa pohon yang ditebang adalah pohon-pohon jenis
komersial (seperti meranti, agathis, dll) sesuai dengan batas diameter yang ditetapkan.Batas
diameter yang diijinkan adalah 50 cm ke atas untuk hutan produksi tetap dan 60 cm ke atas
untuk hutan produksi terbatas. Pohon-pohon yang akan ditebang ini harus diberi tanda silang
warna merah dan tanda arah rebah pada pohon yang bersangkutan. Selain itu pohon-pohon
tersebut berada pada Rencana Karya Tahunan (RKT) yang telah disyahkan dan dilakukan
pada setiap blok secara berurutan. Dengan demikian tidak diperkenankan melakukan
penebangan di luar RKT yang telah disyahkan.

Klik tombol nect untuk melanjutkan ke halaman berikutnya,


tombol back untuk

Pelaksanaan TPTI harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah tercantum dalam SK


Dirjen Pengusahaan Hutan Nomor. 151/KPTS/IV-BPHH/1993 tanggal Oktober 1993.

Didalam SK tersebut ditetapkan hal-hal sebagai berikut:


a. Kegiatan penebangan tahun berjalan hingga boleh dilakukan pada blok atau petak
tabangan sesuai dengan rencana Karya Tahunan (RKT) tahun berjalan yang telah
ditetapkan dan disahkan oleh Direktur jenderal Bina Produksi Kehutanan c.q Kepala
Dinas Kehutanan Propinsi setempat.
b. Kegiatan penebangan harus berpedoman pada RKT tahun berjalan yang telah ditetapkan
dan disahkan oleh Direktur jenderal Bina Produksi Kehutanan c.q Kepala Dinas
Kehutanan Propinsi setempat.
c. Pohon yang boleh ditebang adalah pohon jenis niagawi yang telah diberi tanda label
warna merah, hasil pelaksanaan Inventarisasi tegakan Sebelum Penebangan (ITSP).
d. Dalam pelaksanaan kegiatan penebangan dilapangan, terdapat pohon-pohon yang tidak
boleh ditebang, yaitu:
1) Pohon-pohon yang tidak diberi lebel tanda merah.
2) Pohon-pohon yang telah ditetapkan sebagai pohon inti, pohon induk dan pohon yang
dilindungi dengan label warna kuning.
3) Pohon-pohon yang dianggap keramat oleh masyarakat.
4) Semua pohon yang termasuk dalam jarak radius 50 m dari (sumber mata air, suaka
alam atau suaka margasatwa, jalur vegetasi sepanjang jalan raya/propinsi dan semua
pohon dalam jarak 50 m dari tepi kiri dan kanan sungai yang lebarnya > 10 m dan
atau daerah yang bernilai estetika/ilmiah, serta semua pohon yang masuk dalam jarak
200m dari pantai laut.

Klik tombol nect untuk melanjutkan ke halaman berikutnya,


tombol back untuk
Untuk pelaksanaan TPTI diperlukan persiapan-persiapan, yaitu:
a. Penyiapan Peta Kerja
Berdasarkan peta kerja RKT tahun berjalan yang telah disahkan dan peta kerja skala 1 :
10.000, penyebaran pohon skala 1 : 2.000 sebagai pedoman kerja pelaksanaan kegiatan
penebangan untuk blok dan petak kerja tahunan. Pada peta 1 : 10.000 tersebut
digambarkan jalan angkutan baik jalam utama maupun jalan cabang serta arah jalan sarad
yang dibuat berdasarkan data hasil kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

b. Penyiapan Sarana Pelaksanaan


Peralatan untuk kegiatan penebangan, penyaradan, pengupasan, dan pengangkutan kayu
bulat disediakan dalam jumlah yang cukup memadai, yang disesuaikan dengan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Penebangan dilaksanakan oleh regu-regu penebang, pada petak tebangan dalam blok
RKT yang telah disahkan dan dilakukan secara berurutan.

Penebangan pohon dimulai dengan membuat arah rebah dan takik rebah dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat arah rebah pohon yang tepat.
1) Diusahakan agar arah rebah diarahkan pada tempat-tempat yang sedikit mungkin
merusak pohon inti dan pohon induk.
2) Diarahkan ke arah bukit atau tempat yang datar dan searah dengan jalan sarad yang
telah disiapkan dengan maksud ubtuj memudahkan penyaradan kayu dari tempat
penebangan ke tempat pengumpulan (TPn). Diupayakan agar arah rebah
menghindari arah rebah ke jurang arau tempat yang curam, karena menyebabkan
kayu hasil penebangan patah, pecah dan sulit dan atau tidak dapat disarad oleh
traktor.
b. Diupayakan agar takik rebah serendah mungin sehingga tonggak pohon hampir rata
dengan tanah. Untuk mendapatkan suatu kayu yang tinggi maka arah rebah pohon
diusahakan sedemikian rupa agar batang pohon tidak patah atau pecah. Setiap pohon
yang telah ditebang agar dicatat dalam buku ukur dan cara pencatatan agar dilakukan
sesuai ketentuan Penatausahaan Hasil Hutan (PUHH)

G. Teknik Pembagian Batang


Klik sub pokok materiberikut untuk uraian selengkapnya.
a. Pengertian Pembagian batang (Bucking)
b. Hal-hal yang mempengaruhi pembagian batang
c. Cara pembagian batang

Pengertian Pembagian batang (Bucking)


Setelah anda memahami teknik penebangan dan langkah selanjutnya kegiatan pemanenan
hasil hutan / kayu berupa pembagian batang .

Pembagian batang (bucking) adalah pemotongan batang pohon setelah ditebang menjadi
sortimen-sortimen dengan ukuran tertentu. Tujuan dari”bucking” atau pembagian batang
untuk mendapatkan nilai tambah (added value) pohon kayu bulat bernilai tinggi dan laku
dipasaran dengan penerapkan manajement batang per batang.

Bucking atau pemotongan batang menjadi sortimen-sortimen berukuran tertentu,


dilaksanakan dengan menggerakkan gergaji mesin dari atas ke bawah sampai batang
putus.Dalam keadaaan tertentu, digunakan baji yang berukuran lebih kecil daripada yang
digunakan untuk menebang.

Hal-hal yang mempengaruhi pembagian batang


Beberapa hal yang mempengaruhi pembagian batang antara lain:
a. Adanya syarat yang diminta oleh pasar
b. Adanya politik penjualan kayu
c. Adanya kemungkinan penyaradan dan pengangkutan
d. Adanya industri yang mengerjakan kayu
e. Adanya pesanan dari perusahaan
Gambar 61. Meningkatkan volume produksi kayu melalui pemotongan
secara benar

Pembagian batang tergantung pada adanya sarana bagi daerah yang menggunakan alat
konvensional, pembagian batang dilakukan ditempat tebang, sedang bagi daerah- daerah
yang menggunakan gergaji mesin / mekanis, umumnya dilakukan di tempat pengumpulan
atau ditepi jalan angkutan.

Pada kedua bontos bagian batang, diterakan tanda-tanda sesuai dengan ketentuan dalam
penatausahaan hasil hutan.Apabila tanda-tanda tersebut mengalami kerusakan atau tidak
dapat terbaca, wajib diperbaiki atau diterakan kembali.

Klik tombol next untuk menuju halaman selanjutnya, dan tombol back
untuk kembali ke halaman sebelumnya

Pembagian batang pada umunya dilakukan di tempat penebangan, hal ini dimaksudkan :
a. Untuk mengurangi berat, berarti kayu yang disarad keluar harus betul-betul kayu yang
laku dijual, sehingga bagian yang tidak laku dijual dapat ditinggal ditempat tabangan,
Juga untuk menyesuaikan kapasitas alat sarad.
b. Mambuang bagian yang cacat atau berpenyakit.
c. Untuk mempercepat penjualan, dengan jalan menyediakan ukuran-ukuran kayu yang
banyak diminta pasar
Gambar 62. Pemotongan/bucking yang tepat pada titik di mana
pohon mulai bercabang.

Cara pembagian batang


Dengan gergaji potong dimulai dari bagian atas ke bawah, pada batang berdiameter besar,
dilakukan dengan cara berdiri sampai kira-kira batas lutut diteruskan samapai berlutut.
Tarikan gergaji dilakukan dengan gerakan disamping badan.
a. Untuk batang yang ujungnya tergantung, dapat dilakukan dengan cara memasang ganjal
pada bagian ujungnya, pemotongan dilakukan dari atas ke bawah atau dengan membuat
keratan dari bawah lebih kurang sedalam sepertiga batang yang kemudian dilanjutkan
dari atas sampai putus.

Gambar 63. Pemotongan batang yang bergantung

- arah rebah
b. Untuk batang yang melintang diatasmeragukan
parit, cara pemotonganya baik menggunakan gergaji
potong maupun gergaji mesin dapat dilakukan dari atas sedalam lebih kurang sepertiga
diameter pohon kemudian dari bawah sampai putus.
Gambar 64. Pemotongan batang melintang di atas parit

c. Untuk batang yang berada diatas rintangan, maka pemotongan dengan gergaji potong
langsung dari atas samapi putus dengan bagian ujungnya disanggah, sedangkan kalau
menggunakan gergaji mesin dilakukan dengan cara menusukan ujung rantai pada bagian
tengah dengan pemotongan arah bawah, dilaknjutkan dari atas sampai putus.

Gambar 65. Pemotongan batang dengan gergaji mesin

d. Untuk batang yang lebih besah besar dari panjang keping rantai gergaji, dilakukan
dengan cara setiap kali menggeser kedudukan gergaji dalam satu bidang yang datar (
rata)

Gambar 66. Pemotongan batang berdiameter besar


Setelah pohon ditebang, dilakukan pembagian batang sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan
yaitu sekitar 4-6 m. Pada saat yang sama, diukur diameter pada kedua ujungnya serta panjang
log. Hasil pengukuran dicatat pada tally sheet dan label yang ditempelkan pada penampang
kayu yang berisikan informasi jenis, nomor kayu, nomor pohon dan nomor petak.

Pembagian batang pada batang yang menggantung letaknya, pemotongannya dilakukan


mulai dari atas ke bawah sampai sedalam ± 0,3 diameter batang. Selanjutnya dengan
memasukkan ujung keping rantai ke bagian tengah batang, gergaji mesin digerakkan ke
bawah, atau dapat juga dari bagian bawah batang menuju ke atas sampai menyambung
dengan keratan yang di atas.

Untuk menghindari serangan hama (sejenis kumbang jenis ambrosia) pada jenis-jenis kayu
yang rentan (ramin dan pisang-pisang) maka dilakukan penyemprotan obat kimia (campuran
abuki dan minyak tanah) menggunakan alat semprot gendong. Bahan kimia yang digunakan
untuk pengawetan/pengobatan kayu di dalam hutan selalu berpedoman pada ketentuan WHO
dan FSC (FSC Pesticide Guidance).

V. Sistem Penyaradan.
Klik sub topik berikut ini untuk uraian materi selengkapnya
A. Pengertian
B. Penentuan Jarak Sarad
C. Jarak sarad Ekonomis
D. Jenis penyaradan berdasarkan tenaga yang digunakan
E. Teknik penyaradan pada berbagai medan.
F. Jenis penyaradan berdasarkan pada alat bantu yang digunakan
G. Jenis penyaradan berdasarkan pada jenis kayu yang disarad
H. Jenis penyaradan dengan sistem kabel

Pengertian
Penyaradan ( skidding atau yarding) adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat
tebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn) atau ke pinggir jalan angkutan. Kegiatan ini
merupakan kegiatan pengangkutan jarak pendek.

Untuk mengurangi kerusakan lingkungan (tanah maupun tegakan tinggal) yang ditimbulkan
oleh kegiatan penyaradan maka penyaradan dilakukan sesuai dengan arah penyaradan yang
sudah direncanakan di atas peta kerja, selain itu juga dimaksudkan agar prestasi kerja yang
dihasilkan cukup tinggi. Perencanaan jalan sarad ini dilakukan satu tahun sebelum kegiatan
penebangan dimulai. Letak jalan sarad ini harus ditandai dilapangan sebagai acuan bagi
pengemudi atau penyarad kayu. Hal ini terutama berlaku untuk penyaradan yang
menggunakan traktor.

Kegiatan penyaradan dilakukan secara manual dan hanya sedikit sekali yang dilakukan
dengan alat mekanis (maksimal 10%).Kayu gelondongan ditarik oleh tenaga manusia ke atas
kuda-kuda (sepasang papan sejajar seperti selancar terbuat dari kayu yang sangat kuat) yang
telah disiapkan pada jalan sarad.Kayu yang berada di atas kuda-kuda kemudian ditarik ke
tempat pengumpulan oleh sekelompok orang yang biasanya terdiri dari 6-8 orang (satu regu
dalam anak petak tebang).Penarikan berlangsung sampai ke tempat pengumpulan kayu
(TPn).Jajaran sortimen kayu di TPn dibuat agak meninggi (lerengan) mendekati rel untuk
mempermudah pemuatan.

Penentuan Jarak Sarad


Jarak sarad adalah jarak antara kayu rebah sehabis penebangan sampai dengan tempat
dimana kayu siap diangkut oleh truk atau kendaraan lainnya.

Penyaradan merupakan rangkaian kegiatan penebangan hutan yang erat kaitannya dengan
pengangkutan. Semakin jauh jarak saradnya maka akan semakin memperpendek jarak
pengangkutan. Oleh karena itu kerapatan jalan berpengaruh terhadap jarak sarad rata-rata
yang optimal.

Kerapatan jalan adalah panjang jalan rata-rata per/hektar dari luas wilayah hutan. Disamping
kerapatan jalan, jarak sarad juga dipengaruhi oleh lapangan. Jarak sarad pada lapangan yang
bergelombang akan berbeda dengan jarak sarad pada lapangan datar.

Jarak sarad Ekonomis


Hubungan antara jarak sarad rata-rata yang optimal dengan kerapatan jalan dan keadaan
lapangan menurut Bendz ( 1973), dirumuskan sebgai berikut :
A
S =
D
Keterangan :

S = jarak sarad rata-rata (km

D = kerapatan jalam (m/ha)

A = faktor efisiensi jalan yang ditentukan sebagai berikut :

Angka 5 – 6 : lapangan bergelombang kadang-kadang


miring

Angka 7 – 8 : sangat miring, bentuk lapangan tidak


teratur

Cantoh :

Apabila luas petak yang didinginkan 100 ha, kerapatan jalan yang terdapat pada petak seluas
100 ha tersebut 22 m / ha dan keadaan lapangannya bergelombang dan miring, maka jarak
sarad rata-rata dapat dihitung sebagai berikut :

5,5
S = Km = 0,25 km = 250 m

22

Jenis penyaradan berdasarkan tenaga yang digunakan


I. Penyaradan dengan menggunakan tenaga menusia dibedakan atas beberapa cara
yaitu:
A. Cara mengguling :

Cara ini merupakan cara yang paling tua, sederhana dan murah. Cara ini
dilakukan di lapangan yang miring dengan jarak sarad bervariasi antara 400 –
700 m. Panjang kayu maksimum 6 m. Pada penyaradan dengan cara ini kayu
tidak dikupas kulitnya. Alat yangdapat digunakan untuk menggulingkan kayu
disebut Ngglebek/nggledek

B. Sistem kuda-kuda.

Cara ini merupakan cara yang paling tua, sederhana dan murah. Cara ini
dilakukan di lapangan yang miring dengan jarak sarad bervariasi antara 400 – 700
m. Panjang kayu maksimum 6 m. Pada penyaradan dengan cara ini kayu tidak
dikupas kulitnya. Alat yangdapat digunakan untuk menggulingkan kayu disebut
Ngglebek/nggledek Penyaradan dengan sistem kuda-kuda memerlukan jalur
lintasan kuda-kuda yanglebarnya 3 – 4 m. Jalur lintasan ini biasanya dibuat
dengan cara menumpuk secaramelintang kayu-kayu yang berdiameter kecil ( < 10
cm),

Gambar 68. Penyaradan dengan


kuda-kuda
D. Cara Pemikulan
Cara ini biasa dipergunakan untuk
menyarad kayu-kayu yang
berdiameter tidak terlalu besar.
Tergantung dari ukuran batang kayu,
pemikulan dapat dilakukan 1 – 2
orang yaitu dipanggul atau
dikerjakan oleh 6 -10 orang
Gambar 69. Penyaradan dengan
pemikulan

2). Penyaradan dengan menggunakan tenaga dengan tenaga hewan

Hewan yang banyak digunakan dalam pekerjaan penyaradan ini antara lain sapi,
kuda, keledai, kerbau dan gajah. Diantara jenis hewan tersebut, yang mungkin paling
sesuai pada derah tropis adalah sapi, sedangkan gajah digunakan di Thailand serta
kuda pada beberapa negara Eropah tempo dulu.

Penyaradan kayu dengan sapi sudah lama dilakukan di hutan jati di Jawa, yaitu
semenjak pemanenan yang pertama dilakukan. Ukuran kayu yang disarad berukuran
antara 2 – 4 m. Jarak sarad kurang dari 750 m. Penyaradan dengan sapi menggunakan
alat bantu yang disebut dengan kesser atau rakitan. Kesser adalah alat yang menopang
salah satu ujung kayu di tanah, sedangkan rakitan adalah alat yang dipasang di leher
sapi yang gunanya untuk mengikat beban yang disarad. Penyaradan dengan sapi dapat
menggunakan hanya 1 ekor sapi atau berpasangan. Produktivitas penyaradan dengan
sapi relatif rendah, yaitu sebesar 0,75 – 0,85 m3/jam pada jarak sarad antara 400 –
600 m. Sapi termasuk hewan yang kurang tahan terhadap panas, sehingga
penggunaan sapi tidak sampai sepanjang hari, umumnya hanya sampai pukul 11.00
WIB.

Keuntungan :

a) Biaya lebih murah


b) Tidak memerlukan keahlian khusus
c) Mudah dan sederhana

Kerugian :
a) Kapasitas yang disarad sedikit terbatas
b) Tidak dapat digunakan pada topografi yang miring
c) Produktifitasnya rendah

Gambar 70. Penyaradan menggunakan tenaga hewan

3). Penyaradan dengan menggunakan gaya gravitasi.

Penyaradan kayu dengan cara ini adalah memanfaatkan gaya gravitasi bumi. Cara
penyaradan seperti antara lain:
A. Peluncuran

Penyaradan kayu dengan


peluncuran hanya dapat dilakuan di
daerah yang curam(kelerengan
lebih dari 40 %). Panjang kayu dan
diameter kayu yang diluncurkan
sangatterbatas, berkisar antara 4 – 6
m dan diameter kurang dari 40 cm.
Jarak sarad untukpenyaradan
dengan peluncur tidak lebih dari
300 m. Peluncur yang digunakan
dapat dibuatdari kayu, logam atau
plastik, bahkan pada awalnya
Gambar 71. Penyaradan dengan
media peluncuran berupa parit.
sistem gravitasi

B. Wire skidding

Wire skidding adalah penyaradan kayu menggunakan sistem kabel yang


paling sederhana. Dengan cara ini diperlukan kawat baja sebagai lintasan
pembawa kayu (carriage) dan pohon penyanga (spar tree). Carriage dapat
berupa kayu bercabang, sling atau logam. Pada pelaksanaan dilapangan,
umumnya digunakan carriage.Kedua ujung kayu diikatkan pada masing-
masing carriage, sehingga posisi kayu sejajar dengan kawat lintasan dan
selama operasi kayu tidak begitu berayun-ayun. Kayu yang disarad dengan
wire skidding panjangnya berkisar antara1 –3 m, demikian juga diameternya.
Tingkat kerusakan kayu akibat penyaradan dengan cara ini cukup besar,
karena sistem ini tidak dilengkapi dengan rem.

Untuk mengatasi hal ini diperlukan penahan dilereng bawah (tempat


pengumpulan).

Kekuatan benturan kayu terhadap batang penahan tergantung pada :


(a) Perbedaan tinggi antara panggung atas dan panggung bawah.
(b) Ukuran kayu yang disarad dan panjang bentangan
4). Penyaradan dengan menggunakan tenaga mesin.

Semakin meningkatnya kebutuhan kayu serta adanya perkembangan teknologi, maka


penyaradan kayu juga mengalami peningkatan sistem dan cara-cara yang dipakai
yaitu dengan menggunakan tenaga mesin. Pertimbangan yang mendorong
dilakukannya cara penyaradan dengan menggunakan tenaga mesin adalah karena
adanya tuntutan syarat pasar yang tidak dapat dipenuhi apabila tetap menggunakan
cara-cara penyaradan yang tradisional.

Tuntutan dan syarat pasar tersebut adalah:


(a) Ukuran yang mencakup diameter dan panjang
(b) Jumlah kebutuhan kayu
(c) Keterbatasan tenaga kerja
(d) Kondisi lapangan / topografi yang cukup berat

Penyaradan dengan traktor.

Penyaradan kayu dengan menggunakan traktor sangat populer dalam kegiatan


pemanenan kayu di hutan alam (IUPHHK/HPH) di Indonesia. Penyaradan dengan
cara ini sudah dimulai pada tahun 1970-an.

Untuk menghindari kerusakan lingkungan, penggunaan traktor pada daerah yang


mempunyai lereng lebih dari 30 %, walaupun secara teknis traktor masih mampu
bekerja pada kemiringan sampai 40 %.

Penyaradan kayu menggunakan traktor sangat cocok untuk tebang pilih, hanya saja
gangguan terhadap tanah cukup besar, untuk itu jenis traktor yang akan digunakan
harus disesuaikan dengan keadaan tanah di lokasi kegiatan. Satu regu penyarad
dengan traktor biasanya terdiri dari 2- 3 orang. Produktivitas penyaradan
menggunakan traktor dengan tenaga sebesar 140 – 240 HP sebesar 50 – 100 m3/hari
dengan waktu kerja efektif adalah 7 jam sehari.

Jenis traktor yang umum digunakan di Indonesia adalah :

a) traktor beroda ban (wheel skidder)


b) traktor berban bulat/rantai (crawler skidder).

Wheel skidder adalah traktor yang dirancang khusus untuk penyaradan kayu. Sedangkan
crawler skidder disamping dapat digunakan untuk menyarad kayu, alat ini juga digunakan
utnuk membuat jalan atau membongkar tunggak, karena alat ini dilengkapi dengan pisau
(blade). Pada umumnya traktor yang digunakan untuk menyarad kayu dilengkapi dengan
winch di belakangnya, yaitu alat yang berfungsi menarik kayu dengan cara menggulung
kawat baja diikatkan pada kayu. Merk traktor yang banyak dipakai di Indonesia adalah
Caterpillar danKomatsu

Teknik penyaradan pada berbagai medan.


a) Penyaradan kayu pada lokasi datar.

Kayu-kayu yang terletak di daerah yang datar, ujung yang diikat dengan chocker ditarik
mendekati towing winch, sehingga baguian kayu yang diikat terangkat sedikit, kemudian
ditarik.

Gambar 72. Penyaradan di daerah datar

b) Penyaradan menurun

Untuk kayu-kayu pada daerah datar, ujung yang diikat ditarik mendekati towing winch
sehingga sebagian yang diikat terangkat sedikit kemudian ditarik

Gambar 73. Menarik kayu di daerah menurun


c) Penyaradan kayu pada lokasi naik

Untuk kayu-kayu pada lokasi naik, disarad dengan ujung batang yang berada paling atas
yang diikat kemudian ditarik.

Gambar 74. Menarik kayu pada lokasi naik

Apabila traktor tidak mampu menarik, maka kayu ditarik dengan winch. Traktor diam
dan winch menarik. Kemampuan tarik winch umumnya lebih besar dari kemampuan
tarik traktor

Gambar 75. Menarik kayu dengan winch


Jenis penyaradan berdasarkan pada alat bantu yang digunakan
Berdasarkan hubungan antara kayu yangh disarad dengan tanah dibedakan atas:
1) Penyaradan dengan mengguling
Cara ini merupakan cara yang paling tua, sederhana dan murah. Cara ini dilakukan di
lapangan yang miring dengan jarak sarad bervariasi antara 400 – 700 m. Panjang kayu
maksimum 6 m. Pada penyaradan dengan cara ini kayu tidak dikupas kulitnya. Alat
yangdapat digunakan untuk menggulingkan kayu disebut Ngglebek/nggledek.

Gambar 76. Penyaradan cara ground skidding

2) Pan Skidding adalah cara penyaradan kayu yang disarad bagian depan tidak
berhubungan dengan tanah, karena bersandar pada keser atau pan. Hal ini dimaksudkan
agar selama penyaradan bagian depan dari kayu tidak merombak permukaan tanah.
Caranya, pada kayu yang sudah dipasang chooker saru sampai tiga lebih batang kayu,
kemudiam pada bagian depannya diletakan di atas pan yang sudah dihubungkan melalui
hook ke bagian belakang traktor, barulah dilakukan penyaradan.

Gambar 77. Penyaradan cara pan skidding

Penyaradan dengan sistem kuda-kuda memerlukan


jalur lintasan kuda-kuda yanglebarnya 3 – 4 m. Jalur
lintasan ini biasanya dibuat dengan cara menumpuk
secaramelintang kayu-kayu yang berdiameter kecil (
3) Arch / Sulky skidding adalah merupakan cara penyaradan kayu yang sebagian besar dari
kayu disarad terangkat dari permukaan tanah, sehingga sebagian permukaan kayu bagian
belakang saja yang masih berhubungan dengan tanah.

Gambar 78. Penyaradan cara arch / sulky skidding

Arch / sulky tersebut merupakan alat tambahan sehingga memungkikan kabel pengikat
kayu yang disarad akan menjadi dua kali lipat lebih besar dari sebelumnya.
Caranya, pada beberapa kayu yang akan disarad sudah dipasang choker kemudian
dihubungkan dengan kabel benang baja pada arch yang langsung kabel tersebut
berhubungan dengan drum yang terdapat pada bagian belakang traktor, Sedangkan arch
dihubungkan dengan universal joint pada bagian belakang traktor, kemudian dilakukan
penyaradan.

Jenis penyaradan berdasarkan pada jenis kayu yang disarad


1) Shortwood system
Sistem ini dimaksudkan jika perkerjaan pembuatan sortimen dilakukan didalam hutan,
jadi kayu yang disarad adalah kayu dalam bentuk potongan atau sostimen jadi.
2) Treelength system
Dalam sistem ini kayu yang disarad adalah seluruh batang sampai lepas cabang. Sistem
ini lebih populer dilakukan setelah adanya skidder.
3) Fulltree system
Dalam sistem ini pohon yang sudah ditebang seluruhnya disarad termasuk batang,
cabang dan tajuknya ke tepi jalan abgkutan atau bahkan lebih jauh
Jenis penyaradan dengan sistem kabel
Penyaradan kayu dengan sistem kabel pada dasarnya dilakukan untuk daerah - daerah yang
bertopografi berat, pembuatan jalan yang mahal, dan daerah dimana alat penyarad lain tidak
dapat digunakan untuk mengeluarkan kayu dari hutan. Pada prinsipnya penyaradan dengan
sistem kabel adalah kayu ditarik dengan menggunakan kabel yang digerakan oleh unit tenaga
yang stasioner (tetap). Pengoperasian sistem kabel menuntut keterampilan pekerja yang
terlatih dan potensi tegakan yang tinggi. Sistem ini sangat sesuai digunakan untuk tebang
habis. Satu unit sistem kabel biasanya terdiri dari 5 – 10 orang, yang masing-masing
mempunyai tugas antara lain sebagai operator mesin, pemberi aba-aba dan chokerman.
Keuntungan:
a) Pemusatan tenaga dan daya tarik yang besar.
b) Tidak dipengaruhi oleh kondisi lapangan. Pada lapangan yang berbukit dimana traktor
tidak dapat digunakan, maka dengan kabel kegiatan penyaradan dapat dilakukan.
c) Dapat digunakan menaiki atau menuruni lereng.
Kelemahan:
a) Biaya awal, biaya tetap dan biaya operasi cukup tinggi.
b) Membutuhkan tempat pengumpulan kayu dan jalan sarad (lorong kabel) yang relatif
banyak.
c) Jarak sarad terbatas, yaitun sepanjang kabel yang terdapat dalam drum.
d) Jarak sarad berbentuk garis lurus, sehingga semua pohon yang berada pad garis tersebut
kemungkinan akan rusak.

Penyaradan kayu dengan sistem kabel dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:

a) Sistem Highlead

Sistem ini hanya menggunakan satu tiang penyanggah (spar tree), dan paling sesuai untuk
tebang habis. Penyaradan sistem highlead ini yarder sebagai motor penggeraknya yang
dilengkapi dengan drum-drum menggandeng kebel (menarik atau mengulur kabel). Pada
yarder terdapat dua macam drum. Drum pertama digunakan untuk menarik kayu ( main
line), sedangkan drum kedua dipakai untuk mengulurkan kabel.

Langkah pertama sebelum memasang choker pada kayu yang akan disarad kendurkan dulu /
ulurkan dahulu kabel pada drum pertama, dan tarik kabel pada drum kedua setelah
pemasangan choker pada kayu yang akan disarad.
Selanjutnya ditarik kebel main line pada drum pertama dan ulurkan kabel pada drum kedua.
Setelah sampai dekat spartree matikan drum pertama dan ulurkan kabel pada drum kedua.
Secara perlahan-lahan turunkan kayu dengan cara mengulur drum pertama sedikit demi
sedikit, lepaslah choker dari kayu yang disarad.

Gambar 79. Penyaradan sistem high lead

b) Sistem Sky Line

Sistem ini minimal mempunyai 2 tiang penyangga. Kayu yang disarad tidak menyentuh
tanah, sedangkan pada higlead salah satu ujung kayu menyentuh tanah. Sky line umumnya
diterapkan pada lapangan yang topografinya cukup curam atau berada diantara dua bukit
kayu-kayu yang akan disarad. Jika dibandingkan dengan sistem highlead, keadaan medan
untuk sky line cukup berat.

Cara kerja sistem skyline adalah sebagai berikut :


(1) Kedudukan drum pertama dan turunkan choker dalam keadaan kosong.
(2) Tarik drum kedua supaya shoker dapat sampai ke wilayah yang akan dilakukan
pemasangan choker.
(3) Pasang choker pada kayu-kayu yang akan disarad.
(4) Tarik kayu dengan menggulung kabel pada drum pertama dan kendorkan/ ulur kabel pada
drum kedua.
(5) Perlahan-lahan turunkan kayu dengan mengulur sedikit demi sedikit kabel pada drum
pertama kemudian lepaskan chokernya.

Gambar 80. Penyaradan sistem sky line

c) Sistem Monocable Pancang


Sistem kerja monocable pancang adalah sebagai berikut slink / kabel diikat ke kayu besar
untuk menarik log dari tempat penebangan menuju ke TPN. Dibandingkan sistem dengan
highlead dan skyland, pada sistem ini tingkat kerusakan log dan tingkat kerusakan pohon di
sekitar lokasi pohon yang ditebang lebih rendah.

Cara kerja sistem monocable pancang


(1) Mesin penggerak (Dong Feng) dihubungkan ke pohon besar sebagai pengikat.
(2) Untuk mempermudah pengaturan gerak log maka dipasang winch pada bebrapa posisi
tertentu seperti pada gambar
(3) Ujung log dilukai untuk memasang kabel pengikat (slink) sehingga posisi kabel pengikat
menjadi kuat dan tidak bergeser
(4) Log akan bergerak menuju TPN
Gambar 82. Bagian-bagian
Gambar 81. Sistem monocable
monocable

Gambar 83. Pemasangan winch Gambar 84. Penarikan log


pancang dengan monocabel
Gambar perbandingan kerusakan areal penebangan a) menggunakan monocable pancang, b)
menggunakan buldozer

Gambar 85. Perbandingan lokasi bekas penyaradan dengan


monocable
Selain ketiga sistem penyaradan kabeldandibuldozer
atas masih terdapat bermacam-macam sistem
penyaradan kabel yang merupakan modifikasi dari kedua sistem diatas. Sistem penyarad
tersebut adalah :
(a) Sistem Tight Lining
(b) Sistem High Line
(c) Sistem Slack Line
(d) Sistem Nort Bend

VI. Sistem Pengangkutan


Menurut tempatnya prasarana angkutan hasil hutan dibagi menjadi tiga yaitu: angkutan
melalui darat, air dan udara. Tempat prasarana angkutan hasil hutan dipilih berdasarkan
keadaan lapngan dan keadaan alamnya sehingga diperoleh alternatif biaya yang paling
minimal.

Klik masing-masing prasaeana untuk penjabaran lebih lanjut

1. Pengangkutan melalui udara

Pengangkutan melalui udara sangat jarang dilakukan karena dipandang tidak ekonomis. Cara
pengangkutan ini dilakukan karena medan yang sangat berat sedangkan kayu bernilai
ekonomis tinggi. Pengangkutan melalui udara lebih banyak bersifat pengangkutan antara,
karena jika memungkinkan medannya maka pengangkutan lewat udara akan dilanjutkan
dengan air atau darat.

Secara garis besar pengangkutan melalui udara dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Sistem balon
2) Sistem Helikopter

2. Pengangkutan Melalui Air.

Pengangkutan melaui air banyak dijumpai diluar Jawa misalnya Sumatera dan Kalimantan
karena di pulau tersebut banyak terdapat sungai-sungai besar yang dapat digunakan sebagai
prasarana transportasi.

Cara pengangkutan melaui air merupakan cara yang paling murah dan efisien dibandingkan
dengan cara-cara pengangkutan yang lainnya.
Keuntungan pengangkutan melalui air antara lain :
1) Biayanya murah persatuan meter kubik kayu yang diangkut.
2) Cara muat dan bongkar mudah, bahkan tidak memerlukan banyak pekerja.
3) Jika memungkinkan kayu dapat diangkut sebanyak-banyaknya dengan cara ini.
4) Tidak ada kendaraan yang harus pulang kembali, jadi tidak kehilangan bahan bakar. Hal
ini dapat dijumpai pada kayu yang dirakit dan dihanyutkan.
Walaupun mempunyai banyak kelebihan, namun pengangkutan melalui air mempunyai
kelemahan-kelemahan.

Kelemahan pengangkutan melalui air antara lain :

1) Pada waktu sungai banjir akan mengalami kesulitan dalam pengendalian /


pengontrolannya.
2) Tergantung dengan jumlah volume air. Umumnya pengangkutan melalaui air mengalami
penundaan pada musim kemarau, karena jumlah air yang tersedia sulit untuk
pengangkutan kayu.
3) Jika kayu yang diangkut berukuranpanjang maka akan mengalami kesulitan
pengendaliannya.
4) Kemungkinan terjadi penurunan kualita selama perjalan atau terlalu lamanya terendam di
dalam air menyebabkan penurunan kualita kayu.

Klik tombol next untuk melanjutkan

Cara pengangkutan melalui air ada dua macam, yaitu:

1). Kayu-kayu dinaikkan ke kapal ponton terlebih dahulu baru diangkut. Cara ini dilakukan
pada jenis-jenis kayu yang tenggelam ”sinker” atau pengangkutan kayu antar pulau.
a) Pengngkutan kayu dengan ponton lebih cepat dan kayu yang diangkut relatif bersih
b) Pengangkutan dengan ponton tidak menyebabkan sungai menjadi kotor
c) Pengangkutan kayu lebih fleksibel, baik jumlah besar mapun kecil
2). Kayu-kayu dirakit kemudian dihanjutkan mengikuti arus air sungai, cara ini merupakan
paling murah pada umumnya jenis-jenis kayu “floater“ terapung.
Pengangkutan cara kedua dapat dibagi lagi, yaitu :
a) Kayu-kayu dilepas sama sekali sehinga tidak dapat dikontrol atau dikemudikan.
b) Kayu satu dengan yang lainnya tidak diikat tetapi pada pinggirnya dibatasi dengan
ikatan-ikatan kayu yang digunakan untuk mengendalikannya ( sistem kandang)
c) Semua kayu terikat satu sama lainnya (rakit) sehingga sangat mudah
mengemudikannya. Untuk mempercepat pengnagkutan rakit ditarik dengan perahu
motor (tug boat).

3. Pengangkutan Lewat darat.

Pengangkutan lewat darat biasanya realtif mahal jika dibandingkan lewat air karena
memerlukan prasarana jalan, sarana dan bahan bakar.

Menurut jenis kendaraan pengangkutannya umumnya pengangkutan darat dibagi menjadi


tiga, yaitu :
1) Pengangkutan dengan pedati
2) Pengangkutan dengan truk
3) Pengangkutan dengan rail
Pengangkutan dengan pedati masih dijumpai dihutan jati di Jawa, namun cara ini lambat laun
tergeser seiring perkembangan teknologi trsportasi darat.

Pengangkutan deangan rail dijumpai pada derah-daerah yang kedaan lapangannya relatif
datar, tidak berawa-rawa dan sedikit dijumpai sungai-sungai besar. Misalnya dihutan jati di
Jawa.

Untuk menarik kayu yang dimuat pada lori-lori dipergunakan locomotif bahkan dibeberapa
tempat lori tersebut didorong oleh tenaga manusia atau ditarik oleh hewan ( kuda, sapi).

Klik tombol next untuk melanjutkan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengkutan dengan rail adalah:
1) Letak jaringan jalan rail
2) Kontruksinya
3) Pemeliharaan locomotif
4) Pemilihaan jenis lorinya.
Penentuan letak jaringan jalan rail harus dilakukan secermat mungkin, Kekeliruan dalam
penentuan jalan rail akan memperbesar biaya pengangkutan.

Diusahakan sedemikian rupa agar jalan ini dibuat sependek mungkin untuk mencapai tempat
– tempat penimbunan kayu / pengolahan kayu dengan tetap mempertimbangkan persyaratan
teknis yang terlah ditentukan.

Pertimbangan topografi lapangan perlu diperhatikan pada jaringan jalan rail. Jaringan jalan
rail memerlukan lapangan relatif datar. Tanjakan yang diperkenankan adalah 60 (Haryanto,
1980).

Untuk memenuhi kriteria diatas maka perlu dilakukan pemeriksaan trace sementara. Hasil
dari pemeriksaan trase sementara ini nanti dipilih alternatif trace yang paling baik, dalam segi
teknis maupun ekonomi dapat dipertanggung jawabkan.

Topografi areal hutan umumnya tidak ringan, Karena dituntut untuk membuat jaringan jalan
rail yang mempunyai tanjakan dan turunan yang ringan, maka kegiatan galian dan timbunan
merupakan pekerjaan yang utama.
Klik tombol next untuk melanjutkan

Secara sistematis konstruksi pembuatan jalan rail dapat diuaraikan sebagai berikut:
1) Pekerjaan pada tanahnya yaitu berupa penentuan mengenai profil, pembuatan talud dan
selokan.
2) Pekerjaan bangunan di atasnya yaitu berupa penaburan kerikil dan bantalan, pemasangan
rail dan bantalan dan hal-hal yang berhubungan dengan perlengkapan jalan rail.
Pemilihan jenis lokomotif erat kaitanya dengan barat beban yang akan ditarik. Daya tarik
beban locomotif dinyatakan dalam HP (Horse Power). Semakin besar beban yang ditarik
maka semakin bebasr pula HP nya.

Pemilihan bahan bakar yang dipergunakan locomotif perlu dipikirkan. Berdasarkan somber
powernya locomotif dibedakan antara lain loco yang digerakan mesin dan loco yang
digerakan oleh mesin diesel.

Loco yang digerakan oleh mesin uap umumnya dipakai di kehutanan. Hal ini disebabkan
bahan bakar dari kayu yang tersedia cukup banyak di hutan. Kelemahan dari loco uap adalah
duiperlukannya waktu yang lama untuk menghasilkan panas yang cukup untuk menarik
beban.

Loco dengan mempergunakan bahan bakar solar lebih praktis dan lebih licah. Kekuatan yang
dimiliki loco disel ini adalah menghasilkan power yang cukup besar. Ditinjau dari segi
pengaruh keaman hutan terhadap terjadinya bahaya kebakaran hutan loco jenis ini lebih
menawarkan keselamatan dari pada loco uap.

Lori untuk mengangkut beban kayu haurs dibuat secara kuat, mampu menanggung beban di
atasnya dan tahan menghadapi poncangan dengan rail.

Lebar lori tertentu, sesuai lebar railnya, tetapi panjang lori bisa disesuaikan dengan kayu
yang diangkut.

Klik tombol next untuk melanjutkan


Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil saran bahwa pengangkutan dengan
rail bisa dilakukan dengan syarat.
1) Produksi kayu dari hutan terus menerus dan dalam jumlah banyak serta aeral hutannya
berpotensi tinggi.
2) Kayu yang akan diangkut cukup banyak tersedia disuatu tempat.
3) Tidak cukup jalan umum dan pembuatan jalan rail lebih murah.
Kapasitas pengangkutan dengan truk lebih kecil dibandingkan dengan pengangkutan lewat
rail. Namun demikian seiring dengan kemajuan teknologi transportsi pengangkutan dengan
truk lebih disukai karena lebih lincah.

Klik tombol next untuk melanjutkan

Pada saat ini pengangkutan dengan mempergunakan truk lebih disukai di kehutanan.
Hal ini disebabkan karena :
1) Mampu menghadapi topografi yang agak berat. Truk dapat naial tanjakan sampai 15 %.
2) Pembuatan jalan truk lebih muraj dibandingkan jalan rail hal ini disebabkan sedikitnya
pekerjaan galian dan timbunan. Disamping hal tersebut proses pembuatan lebih
sederhana bahkan kadang-kadang hanya mengembangan jalan setapak yang telah ada.
3) Waktu operasi kendaraan lebih lama dibandingkan waktu berhenti. Hal ini disebabkan
waktu muat dan bongkar lebih cepat jika dibandingkan dengan mempergunakan rail.
4) Truk dapat dirancang dengan memuat kayu lebih banyak yang dilengkapi dengan trailer.
5) Truk untuk memuat kayu dapat dilengkapi dengan loader yaitu alat muat yang bisa
dikerjakan sendriri oleh sopir sehingga tidak memerlukan banyak pekerja.
6) Truk bisa menyesuaikan diri dengan perubahan potensi hutan. Hal ini bisa dilihat pada
truk yang beoperasi pada petak lain setelah petak tempat beroperasi sebelumnya telah
kosong.
7) Investasi pengnagkutan dengan truk lebih kecil dibandingkan dengan rail, sehingga untuk
perusahaan-perusahaan hutan yang bagaimanapun truk masih dapat dipakai.
Gambar 88. Pengangkutan kayu melalui darat

Klik tombol next untuk melanjutkan

Biaya pengangkutan kayu lewat darat dipengaruhi oleh faktor-faktor :


1) Jarak angkutan
2) Standard dan kualitas jalan
3) Alat mauat bongkar
4) Ukuran kayu
5) Kapasitas muat
Semakin jelak kondisi faktor-faktor tersebut maka biaya akan semakin tinggi, Misalnya jalan
yang tersedia cukup parah keadaannya atau jarak angkut semakinm jauh baka biayanya akan
semakin tinggi.

VII. Kegiatan Penebangan di Hutan


VIII. Pelaksanaan Reduce Impac Logging (RIL) dalam Pemanenan/Eksploitasi
Hutan.

Klik sub pokok bahasan berikut ini untuk pembelajaran lebih lanjut

A. Pengertian
B. Tujuan

C. Tahapan kegiatan pembalakan ramah lingkungan

D. Inventarisasi dan pemetaan

Pengertian
Pembalakan ramah lingkungan merupakan bentuk terjemahan bebas dari istilah Reduced
Impact logging (RIL). Pembalakan ramah lingkungan ini merupakan “rangkaian kegiatan
dalam rangka usaha meningkatkan teknik pemungutan hasil hutan berupa kayu dengan
lebih memperhatikan aspek lingkungan”. Titik berat dari pembalakan ramah lingkungan
adalah terletak pada aspek perencanaan dan konsistensi untuk mengikuti perencanaan itu
sendiri. Pembalakan ramah lingkungan merupakan bagian kecil dari upaya menuju suatu
pengelolaan hutan yang lestari, oleh karena itu teknik RIL ini semestinya tidak dipandang
sebagai suatu hal yang baru, akan tetapi lebih merupakan hal yang sudah seharusnya
dilaksanakan oleh HPH dalam mengelola areal konsesi mereka.

Tujuan

Pembalakan ramah lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari kegiatan


operasional pemungutan hasil hutan berupa kayu pada suatu kegiatan logging. Dengan
demikian diharapkan agar:

1) Pekerjaan menjadi lebih efisien


2) Lingkungan hutan terjaga kualitasnya dengan tidak banyak terjadi kerusakan pada
areal bekas tebangan.
3) Keselamatan kerja terjamin dengan menekan tingkat kecelakaan seminimal mungkin

Tahapan kegiatan pembalakan ramah lingkungan

Ada beberapa tahapan kegiatan utama dari rangkaian kegiatan pembalakan ramah
lingkungan:
1. Inventarisasi dan pemetaan
2. Perencanaan
a) Areal produksi
b) Areal non produksi
c) Jalan cabang
d) TPn
e) Jalan sarad
f) Arah rebah pohon
g) Penandaan di lapangan
3. Operasional
a) Pembukaan jalan cabang
b) Pembukaan TPn dan jalan sarad
c) Penebangan
d) Penyaradan
e) Pengulitan di TPn
f) Pengangkutan
4. Paska panen
a) Penilaian/evaluasi
b) Rehabilitasi

klik tombol next untuk melanjutkan

Inventarisasi dan pemetaan


Inventarisasi adalah suatu kegiatan survey pada petak tebangan sebelum
dilaksanakannya penebangan dengan melakukan pengukuran pohon (diameter setinggi
dada, tinggi pohon dan posisi pohon terhadap koordinat lokal) serta pengukuran data
topografi lapangan yang berupa data helling pada setiap perubahan kontur.
Pemetaan adalah kegiatan pengolahan data hasil inventarisasi menjadi bentuk sebuah
peta yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk kegiatan perencanaan selanjutnya.

Inventarisasi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi potensi berupa data pohon serta
data topografi pada areal yang akan dilaksanakan penebangan, sebagai informasi awal
yang akan di olah menjadi sebuah peta.

Pemetaan bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara visual tentang keadaan lokasi
rencana tebangan yang berupa kontur, sebaran pohon, serta informasi geografis lainnya,
sehingga dapat memudahkan para perencana untuk merencanakan segala kegiatan yang
berhubungan dengan penebangan.

Cara kerja
a. Pengambilan data pohon
Kegiatan inventarisasi ini berupa pengambilan data lapangan berupa data pohon pada
areal yang akan dilakukan penebangan.
Secara teknis inventarisasi ini adalah cruising 100% yang sering dilaksanakan oleh
HPH, data-data yang diperlukan adalah berupa diameter, jenis serta koordinat lokal
pohon.
b. Pengambilan data topografi
Data topografi yaitu dengan pengambilan data helling setiap perubahan kontur pada
jalur cruising. Juga diperlukan data topografi baseline pada batas petak tebangan.
Data helling baseline diambil pada setiap perubahan kontur dan mengitari petak
tebang dengan searah jarum jam. Untuk keperluan perencanaan RIL ini akan
diaplikasikan program Sistem Informasi Pohon dan Topografi (SIPTOP), dimana
dengan program ini data pohon dan topografi tersebut akan diolah dan dihasilkan peta
overlay sebaran pohon beserta topografinya.

klik tombol next untuk melanjutkan

2. Perencanaan
Perencanaan dalam hal ini adalah perancangan kegiatan penebangan berdasarkan peta
yang dihasilkan dari kegiatan inventarisasi. Perencanaan yang dimaksud adalah rencana
penempatan jalan cabang, TPn, jalur jalan sarad, kawasan lindung beserta buffer zone,
lokasi jembatan dan gorong-gorong serta rencana arah rebah pohon.

Dari kegiatan perencanaan ini ditujukan agar dihasilkan suatu desain/rancangan rencana
detail penebangan yang telah disepakati oleh semua seksi di camp, sehingga dapat
dijadikan suatu pedoman dalam melaksanakan pekerjaan oleh masing-masing seksi.

Cara Kerja
a. Mempersiapkan peta SIPTOP areal yang akan dilaksanakan penebangan
b. Melakukan delineasi pada peta tersebut untuk jalan, jalan sarad, TPn dan arah rebah
pohon yang sesuai dengan rencana jaringan jalan sarad.
c. Melaksanakan penandaan di lapangan pada tempat-tempat yang telah dilakukan
delineasi pada peta.

Peralatan yang diperlukan


a. Alat tulis menulis
b. Cat dan Kuas
c. Parang
d. Meteran , Kompas
Gambar 98. Contoh peta rencana pemanenan

klik tombol next untuk melanjutkan


3. Pembukaan jalan cabang
Pembukaan jalan cabang adalah kegiatan konstruksi prasarana angkutan log (jalan) dari
TPn di dalam blok tebangan menuju jalan utama. Jalan cabang ini bisa untuk cuaca
kering saja atau untuk segala cuaca tergantung kondisi yang diinginkan. Kondisi jalan
harus mampu dilewati kendaraan berat pada kecepatan sedang selama berlangsungnya
masa tebang.

Pembukaan jalan cabang bertujuan untuk memberikan fasilitas prasarana angkutan log
dari TPn di dalam blok tebangan menuju lokasi-lokasi tempat penumpukan kayu di luar
blok tebangan.

Cara kerja

a. Membuat konstruksi jalan cabang pada jalur-jalur yang telah direncanakan pada saat
kegiatan perencanaan.
b. Pembukaan jalur jalan, yaitu kegiatan pemotongan dan pembersihan jalur jalan dari
pohon/semak, tonggak-tonggak kayu serta akar-akar.
c. Grading, adalah kegiatan konstruksi pada jalur jalan yang telah dibuka, kegiatan
pokoknya adalah perataan badan jalan dengan memotong dan mengisi tanah pada
jalur jalan yang bergelombang. Pengangkutan tanah biasanya menggunakan excavator
dan buldozer untuk jarak pendek, dan menggunakan dump truck untuk jarak jauh.
d. Pemadatan, adalah sebuah proses meningkatkan kapasitas jalan untuk menerima
beban yang akan melewatinya.
e. Pengerasan jalan, apabila jalan cabang dirancang untuk “all weather roads” maka
diperlukan pengerasan jalan dengan menggunakan batu atau kerikil. Material
pengerasan jalan ini biasanya diangkut dari tempat-tempat penggalian disekitar jalan
yang sedang dibangun.
f. Penyempurnaan jalan dengan pembentukan bahu jalan menjadi miring, pembuatan
saluran pembuangan air (drainage), instalasi gorong-gorong dll.
Peralatan yang diperlukan

a. Chain saw
b. Buldozer
c. Excavator
d. Motor grader
e. Compactor
f. Dump truck

klik tombol next untuk melanjutkan

4. Penebangan dan pembagian batang


Penebangan adalah kegiatan pemotongan/perebahan pohon pada arah rebah yang telah
ditentukan, beserta pembagian seksi batang (cross cutting) yang merupakan bagian dari
suatu rangkaian kegiatan pemungutan kayu pada kegiatan operasional logging.

Tujuan penebangan dalam konsep RIL adalah untuk mendapatkan kayu atau log dengan
kualitas yang baik, mengutamakan keselamatan penebang, tidak meninggalkan limbah
yang terlalu banyak serta meminimalkan kerusakan lingkungan pada lokasi tebangan
(tanah, air serta tegakan tinggal).

Cara Kerja

a. Penebangan dimulai sesuai dengan urutan penebangan yang telah direncanakan di


atas peta, yaitu dengan mulai menebang pohon-pohon yang berada dekat dengan TPn.
b. Pemeriksaan keadaan lokasi penebangan, penentuan arah rebah pohon, persiapan
tempat kerja, pembuatan jalur penyelamatan dan pemberi peringatan.
c. Pembuatan takik rebah dan takik balas pada tunggak serendah mungkin
d. Pembersihan batang dari cabang-cabang dan pemotongan tajuk pohon
e. Pembersihan batang dari banir pohon
f. Pengukuran dan pemotongan batang sesuai dengan permintaan perusahaan
g. Memasang nomor pohon pada tunggak dan pada ujung batang log
h. Menuju pohon lain yang akan ditebang.

Usahakan pada saat melaksanakan penebangan untuk menghindari:


a. Pohon rebah memotong sungai atau masuk areal kawasan lindung
b. Kerusakan yang berlebihan pada pohon inti, permudaan dan pohon yang dilindungi
Peralatan yang diperlukan
a. Chain saw
b. Bahan bakar
c. Pelumas
d. Baji
e. Helm pengaman
f. Masker/pelindung muka

klik tombol next untuk melanjutkan

5. Pembukaan jalan sarad dan TPn


Pembukaan jalan sarad dan TPn adalah kegiatan pembersihan pohon dan semak yang
akan menghalangi jalur jalan sarad atau lokasi TPn. Jalan sarad merupakan prasarana
perlintasan kayu hasil penebangan yang sifatnya tidak permanen, sehingga jalan sarad
dibuat sesederhana dan seminimal mungkin akan tetapi memadai untuk dipergunakan
sebagai fasilitas keluarnya kayu hasil tebangan hingga berakhirnya kegiatan tebangan
pada petak tersebut. Jalan sarad dan TPn dibuka berdasarkan perencanaan di atas peta
dan mematuhi/mengikuti tanda-tanda yang diberikan di lapangan.

Tujuan pembukaan jalan sarad dan TPn adalah memberikan fasilitas kepada traktor
penyarad untuk menarik kayu dari lokasi rebahnya pohon serta mengumpulkannya pada
lokasi yang telah ditentukan.

Cara kerja
Merencanakan jalan sarad:
a. Jalan sarad didesain mengikuti kontur dan menuju kelompok-kelompok pohon
panen
b. Jalan sarad harus menghindari daerah curam/jurang serta daerah lembab/paya
c. Jalan sarad harus menghindari sungai/kali/alur. Dan jika terpaksa harus dibuatkan
jembatan penyeberangan sementara.
d. Jalan sarad didesain untuk dipergunakan seintensif mungkin
e. Jalan sarad tidak boleh masuk areal kawasan lindung dan daerah penyangganya
f. Lebar jalan sarad maksimum 4 meter.
Teknis pembuatan jalan sarad:
a. Chain saw man bergerak mendahului buldozer untuk menebang semua pohon dengan
diameter 15 cm keatas yang berada pada jalur-jalur penyaradan atau lokasi TPn.
Pemotongan batang pohon diusahakan serendah mungkin atau rata dengan tanah.
b. Traktor bergerak untuk mendorong dan membersihkan batang-batang kayu yang
berada pada jalur penyaradan.
c. Pisau traktor diangkat dari permukaan tanah setinggi kurang lebih 0.5 m
d. Diusahakan seminimal mungkin untuk mendorong lapisan tanah pada jalur-jalur
penyaradan.

Peralatan yang diperlukan


a. Kapak/parang
b. Chain saw
c. Traktor

klik tombol next untuk melanjutkan

6. Penyaradan
Penyaradan merupakan aktivitas penarikan kayu dari lokasi rebahnya pohon menuju
tempat-tempat pengumpulan kayu sementara (TPn), yang merupakan bagian dari
rangkaian kegiatan pemungutan kayu pada kegiatan operasional logging

Tujuan dari penyaradan dalam konteks RIL ini adalah mengumpulkan kayu hasil
tebangan dari lokasi rebahnya pohon ke TPn dengan meminimalkan terbukanya lantai
hutan dan kerusakan pada tegakan tinggal

Cara kerja

a. Operasi penyaradan dimulai setelah pembuatan jalan sarad dan penebangan selesai
b. Penyaradan dimulai dari batang kayu/log terdekat
c. Pembantu operator traktor memasang kabel pengikat pada log
d. Pembantu tersebut memberi kode kepada operator traktor untuk mengambil posisi
winching
e. Pembantu operator menarik kabel winch dan mengaitkannya pada kabel pengikat
pada log yang akan di winch
f. Pembantu operator pindah ke tempat yang aman dan memberi kode bahwa winching
dapat dimulai
g. Pada waktu winching, traktor harus pada posisi diam dan tetap berada di jalan sarad
h. Setelah winching selesai, muatan log disarad di jalan sarad menuju TPn
i. Pembantu mencari log lain dengan bantuan peta pemanenan kayu.
Hal-hal yang harus dihindari pada saat melakukan penyaradan:

a. Melakukan penyaradan pada waktu hujan dan tanah masih basah


b. Traktor penyarad bergerak ke luar jalan sarad
c. Pada waktu menyarad, pisau traktor menyentuh/mengupas tanah dan melukai pohon
di kiri-kanan jalan sarad
d. Traktor masuk ke dalam kawasan lindung

Peralatan yang diperlukan


a. Traktor type ?
b. Winch
c. Kabel pengikat log

klik tombol next untuk melanjutkan

7. Pengulitan kayu (debarking) dan pemasangan paku “S”


Pengulitan kayu adalah kegiatan pengupasan kulit kayu pada log yang sudah ditebang
dan berada di TPn yang berada di dalam blok tebangan.

Pemasangan paku S adalah pemasangan plat besi/plastik berbentuk huruf S pada kedua
ujung log atau bontos.

Pengulitan kayu ini bertujuan agar kayu/log yang ditebang tidak diserang oleh serangga
pengebor kayu (borer) sehingga kualitas kayu tidak menurun, seperti diketahui bahwa
kulit kayu pada log merupakan tempat tinggal dan berbiak serangga pengebor kayu
(borer) tersebut.

Pemasangan paku S ini bertujuan untuk menghindari semakin parahnya pecah ujung
pada log, sehingga menurunkan kualitas log itu sendiri.

Cara kerja

Pengulitan kayu dilakukan oleh satu orang atau lebih pada sebatang log dengan
menggunakan alat semacam linggis yang bermata pipih dan lebar untuk mencongkel
kulit kayu agar lepas dari batang/log. Pengulitan dilakukan dengan sistem prioritas:
“first come first service” hanya khusus untuk kayu-kayu jenis Meranti.

Pemasangan paku S dilakukan oleh satu orang pada semua log di TPn yang mengalami
gejala pecah ujung (split). Paku S dipukul dengan palu pada posisi melintang di bagian
kayu yang retak/pecah.

Peralatan yang diperlukan


a. Linggis
b. Paku S
c. Palu

klik tombol next untuk melanjutkan

8. Pengangkutan
Pengangkutan adalah merupakan rangkaian kegiatan transportasi kayu/log dari TPn di
dalam blok tebangan dengan menggunakan logging truck menuju TPK atau logpond di
luar blok tebangan.

Tujuan dari pengangkutan ini adalah untuk mengumpulkan log dari dalam blok tebangan
menuju lokasi-lokasi penumpukan kayu/logpond/TPK diluar blok tebangan untuk
menunggu tranportasi selanjutnya menuju industri pengolahan kayu (pabrik).

Cara kerja
a. Menentukan lokasi estafet bongkar muat log dari blok tebangan sampai log pond
seefektif mungkin untuk penghematan biaya.
b. Menggunakan sistem prioritas: “first come first out” untuk jenis-jenis yang kurang
awet
c. Memuat log yang telah dikuliti dengan menggunakan loader ke atas logging truck
sesuai dengan kapasitas dan kemampuan alat.
d. Menjalankan logging truck yang telah terisi log menuju lokasi TPK yang telah
ditentukan dan membongkar log pada TPK tersebut untuk transportasi selanjutnya.

Peralatan yang diperlukan


a. Loader type?
b. Logging truck type?

klik tombol next untuk melanjutkan

9. Rehabilitasi paska panen


Rehabilitasi paska panen adalah serangkaian kegiatan pada areal bekas tebangan yang
menitik beratkan pada kegiatan pembersihan alur-alur air atau badan air lainnya yang
tersumbat oleh limbah penebangan (cabang, ranting, tanah dll), pemungutan sampah-
sampah polutan (kaleng, plastik dll), serta penanaman kembali plot-plot tanah kosong
atau perlu pengayaan/rehabilitasi jika diperlukan.

Rehabilitasi paska panen ini bertujuan untuk sedapat mungkin mencegah kerusakan yang
lebih parah pada areal bekas tebangan tersebut, karena areal bekas tebangan tersebut
masih merupakan aset kekayaan HPH untuk masa rotasi tebangan berikutnya.

Cara Kerja

a. Pembersihan alur air dan badan air lainnya


Angkat semua sampah penebangan yang berupa cabang & ranting pohon serta
timbunan material berupa tanah atau batu yang menyumbat aliran badan air dengan
menggunakan alat Excavator.
b. Pemungutan sampah polutan
Kumpulkan semua barang-barang bekas yang berbahan plastik, kaleng dan lain-lain
ke dalam satu lubang lalu timbun lubang tersebut. Atau mengumpulkan semua
barang-barang bekas tersebut dan mengangkutnya kembali ke camp induk untuk
proses daur ulang misalnya.
c. Pengayaan/rehabilitasi plot-plot tanah kosong
1) Melakukan inventarisasi luasan dan lokasi plot-plot tanah kosong yang perlu
pengayaan/rehabilitasi
2) Jalur penanaman dibuat Barat – Timur
3) Dimensi lubang tanam disesuaikan dengan ukuran polybag bibit, prinsipnya pada
saat bibit ditanam leher akar tertutup tanah.
4) Lubang tanam terlebih dahulu diisi dengan top soil
5) Lakukan penanaman rehabilitasi dengan menggunakan tanaman jenis pioneer lokal
atau jenis buah-buahan ( jarak tanam 4 x 2 m) pada lokasi terbuka dan relatif luas
misalnya bekas TPn, TPK atau bekas camp sementara.
6) Lakukan penanaman pengayaan pada plot-plot yang kurang permudaan dengan
menggunakan jenis-jenis komersil dengan jarak tanam 5 x 5 m

Peralatan yang diperlukan


a. Excavator
b. Karung untuk mengumpulkan kaleng, plastik dll
c. Parang
d. Cangkul
e. Linggis besar
f. Keranjang
g. Meteran
h. Ajir

Anda mungkin juga menyukai