Pendahuluan
Pengelolaan hutan selalu ditujukan untuk mendapatkan manfaat optimum.
Memahami manfaat hutan, mengandung arti harus dilakukannya penilaian terhadap
semua jenis manfaat yang dapat dihasilkan oleh hutan tersebut, baik yang bersifat
manfaat nyata (tangible) maupun tidak nyata (intangible).
Ekosistem hutan
memiliki banyak unsur dengan hubungan yang komplek, sehingga di dalam kerangka
penilaian hutan dibuat suatu klasifikasi sumber manfaat menurut pendekatan
ekosistem yang terdiri atas empat kelas, yaitu (1) flora, (2) fauna, (3) fungsi
ekosistem, dan (4) sosial budaya. Manfaat yang bersumber dari empat hal tersebut
dapat berwujud (a) barang hasil hutan, (b) jasa dan fungsi ekologis, dan (c) simbolik
atau atribut.
Sedangkan tata nilai hutan mengacu kepada perkembangan mutakhir saat kini,
yang disusun menurut klasifikasi jenis nilai sebagai berikut:
a. Nilai guna (use value) yang terdiri atas:
- Nilai guna langsung
- Nilai guna tidak langsung
b. Nilai pilihan masa akan datang (option value)
c. Nilai keberadaan (existence value)
Jenis manfaat penggunaan langsung dikelompokkan atas (1) bahan baku
industri, (2) bahan bangunan, (3) sumber energi, (4) pangan (makanan), (5) obat,
(6) hiasan dan peliharaan, air (7) air konsumsi rumah tangga. Khusus untuk Hutan
Tanaman Industri (HTI), penilaian dilakukan terhadap tegakan pohon sebagai bahan
baku industri.
Nilai tegakan sangat berguna dan diperlukan dalam pengusahaan hutan sebagai
suatu kegiatan ekonomi yang ditetapkan melalui proses penetapan yang disebut
penilaian hutan (forest appraisal)
a
(1 + i)w - 1
Ket.
a = nilai bersih yang diterima pada akhir rotasi
(Rp/vol)
w = umur rotasi jenis (th)
i = tingkat suku bunga (%)
Pengukuran volume pohon dan kondisi lahan/tapak tidak perlu dilakukan pada
semua pohon, namun cukup dengan mengukur pada beberapa pohon contoh (teknik
sampling). Penentuan pohon contoh dan kondisi lahan/tapak dilakukan dengan
memperhatikan keterwakilan terhadap (a) jenis, (b) kelas umur, dan (c) topografi.
Teknik sampling yang bisa digunakan antara lain adalah random, systematik,
stratified, atau cluster tergantung tingkat keakuratan (validitas) data yang ingin
dicapai yang sangat dipengaruhi oleh biaya, waktu dan tenaga kerja. Bahan dan alat
yang digunakan dalam teknik sampling antara lain adalah:
1. Peta lokasi, Peta vegetasi dan atau Potret Udara
2. GPS
3. Kompas
4. Patok
5. Tambang
6. Meteran
7. Abney level atau lainnya (alat pengukur lahan)
2.2. Tahap Penilaian Ekonomi terhadap Kuantifikasi Biofisik yang Telah
Dihitung / Penghitungan Nilai Tegakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suatu nilai tegakan (NT /
SV = stumpage value) adalah (a) jenis pohon, kualita, ukuran dan kerapatan
tegakan, (b) accessibility (kemudahan untuk mencapai), (c) permintaan, (d) bentuk
penjualan, dan (e) jangka waktu penjualan.
SV = Sp (Lc + Mc + D) M
M = PR x Sp
1 + PR
Ket.
SV = Nilai tegakan (Rp/m3)
Sp = Harga jual produk (Rp/m3)
Lc = Biaya pemanenan (Rp/m3)
Mc = Biaya pengolahan (industri) (Rp/m3)
D = penyusutan (Rp/m3)
M = batas keuntungan dan resiko usaha (Rp/m3)
PR = profit ratio
IPB
(1996)
menggunakan
rumus
untuk
Si = (Pi x Vi) Ci
S = ( (Pi x Vi) x V) C
Vi
Ket.
Si = nilai tegakan jenis pohon i (Rp/ha)
Pi = harga jual kayu jenis i dalam negeri (Rp/m3)
Vi = volume produksi jenis kayu i (m3/ha)
Ci = biaya produksi, termasuk penyusutan, amortasi, bunga (Rp/ha)
FV1t = Ca (1+i)t
FV2t = Ct (1+i)t 1
i
SVt = FV1t + FV2t
DAFTAR PUSTAKA
Astana, S. 1982. Penaksiran Nilai Tegakan Hutan Alam di Propinsi Sulwesi Selatan.
Fakultas Kehutanan IPB.
Davis, L.S. and K.N. Johnson. 1987. Forest Management. Third Edition. McGrawHill Book Company. New York.
IPB. 1996. kajian Rente Ekonomi Menuju Cara Perhitungan yang Baku Kerjasama
antara Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen
Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan IPB.