Pengampu :
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
rahmat dan hidayahnya, buku Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Hutan (IUH) telah
selesai disusun. Buku petunjuk ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan praktikum
Ilmu Ukur Hutan bagi mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
Pemahaman teori tentang ilmu ukur hutan akanlah menjadi lengkap jika
dibarengi dengan pelaksanaan praktek di lapangan. Menyadari keterbatasan waktu dan
sarana yang ada, aplikasi penerapan ilmu ukur hutan dilakukan secara “sederhana” tanpa
mengurangi kaidah keilmuan yang ada. Pelaksanaan praktikum ini meliputi kegiatan
pengenalan alat ukur kayu, pemahaman penggunaan alat ukur kayu dan pengukuran data
primer. Data primer diperoleh langsung oleh mahasiswa dari beberapa tempat yang
dirasakan dapat menjadi obyek pengamatan. Harapannya dengan disusun buku petunjuk
ini, mahasiswa dapat memahami dan menerapkan semua teori yang didapat di bangku
perkuliahan. Buku petunjuk praktikum IUH tahun 2022 ini merupakan revisi dari buku
petunjuk praktikum sebelumnya um.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
membantu dalam penyusunan petunjuk praktikukum ini. Penyusun menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyusunan petukjuk praktikum ini, untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan di masa yang akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
Tata tertib Praktikum .... .............................................................................. iv
Kontrak Praktikum ..................................................................................... v
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah Ilmu Ukur Hutan wajib
mengikuti kegiatan praktikum setiap acara kegiatan. Ketidak hadiran dalam
salah satu acara kegiatan, mendapat nilai nol.
2. Praktikum akan dibimbing oleh koordinator dan atau dosen pengasuh yang
dibantu oleh co-assisten praktikum.
3. Praktikum dilakukan di dalam kelas dan praktek lapangan.
4. Peserta praktikum harus hadir tepat waktu, keterlambatan hadir tidak dapat
ditolelir, dan dianggap mendapatkan nilai nol dalam praktikum tersebut.
5. Setiap individu mahasiswa diharuskan untuk dapat melakukan dan memahami
semua cara kerja dan pengolahan data acara praktikum.
6. Setiap selesai praktikum, diharuskan membuat lembar kerja yang disyahkan oleh
assosten / co Ass yang dilampirkan pada setiap penulisan laporan.
7. Tidak ada kegiatan praktikum atau quiz susulan.
iv
KONTRAK PRAKTIKUM
1. Praktikum dilaksanakan sebanyak sembilan kali tatap muka, dan wajib dihadiri
oleh semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah Ilmu Ukur Hutan.
2. Alat praktikum yang digunakan disediakan oleh Laboratorium Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bahan praktikum yang digunakan
berupa tegakan pohon, tumpukan kayu kecil/kayu bakar, tumpukan kayu olahan
di depot kayu, dan alat tulis.
3. Persentase nilai praktikum adalah 30 % dari nilai mata ajaran; dimana
perhitungan nilai akhir praktikum adalah penjumlahan dari nilai quiz, nilai
laporan praktikum.
4. Pelaporan praktikum dilakukan per-individu atau per-kelompok sesuai dengan
arahan yang diberikan oleh pembimbing praktikum.
5. Pelaporan praktikum diserahkan paling lambat 7 hari setelah pelaksanaan
praktikum, lewat dari batas itu nilai laporan dianggap nol.
6. Format laporan meliputi : Cover, I. Pengantar, II. Tujuan Praktikum, III. Bahan
dan Alat, IV. Prosedur Kerja, V. Hasil dan Pembahasan, VI. Kesimpulan dan
Saran; dijilid warna hijau plastik; ditik dengan kompoter huruf times roman 12.
7. Ukuran kertas yang digunakan kertas A4 dengan ketentuan : kiri 4 cm, atas 3
cm, kanan 3 cm, dan bawah 3 cm.
v
PRAKTIKUM 1
A. DASAR TEORI
Pita ukur dapat terbuat dari besi yang pipih atau dari kain atau plastik. Satuan
yang biasa digunakan adalah centimeter atau sampai milimeter. Pengukuran diameter
pohon dapat dilakukan dengan mengukur kelililingnya, kemudian dikonversi ke dalam
diameter; atau langsung mengkonversi ukuran diameternya pada pita ukur. Pita ukur
yang mengandung satuan diameter yang telah dikonversi dari keliling disebut Phi-band.
Kebaikan dari pita ukur adalah mudah dibawa kemana-mana, dan murah. Alat
ukur ini baik digunakan untuk penghitungan riap. Kerugian dari alat ini pengerjaannya
lebih lambat jika dibanding dengan pengkleman, dan juga pengukuran volume dengan
diameter dari pita ukur akan membuat pengukuran isi menjadi lebih besar.
2. Garpu Pohon
1
Alat ini sangat cekatan untuk pengukuran pohon yang berdiri dengan ukuran diameter
tidak terlalu besar, misalnya sampai diameter maksimum 40 cm. Garpu pohon
digunakan untuk inventarisasi atau untuk pengukuran diameter pohon yang tidak terlalu
membutuhkan kecermatan atau ketelitian ukuran dari masing-masing pohon.
Apitan pohon biasanya terbuat dari kayu atau logam berupa tangkai/mistar yang
dibagi bertingkat-tingkat dengan dua kaki. Kaki yang satu diam dan bersatu dengan
tangkai, sedangkan kaki lainnya dapat digeser-geser sepanjang tangkai/mistar. Kedua
kaki alat ini harus sejajar satu sama lainnya pada waktu pengukuran, dan panjang
kakinya lebih panjang sedikit dari setengah panjang mistar. Tangkai atau mistarnya
dapat dibagi dalam tingkatan-tingkatan satuan ukuran sesuai kebutuhan pemakainya.
Pengukuran dilakukan dengan memasukan batang yang akan diukur diantara dua
kaki alat tersebut. Kemudian kaki yang dapat digerakkan digeser-geser sampai batang
yang diukur terjepit diantara dua kaki tersebut. Ukuran diameter batang yang diukur
akan terbaca pada mistar/tangkai yang telah diberi skala satuan ukuran.
2
4. Tongkat Biltmore (Biltmore Stick)
Alat ini banyak digunakan di Amerika Serikat, berupa galah ukur sederhana yang
mencantumkan skala ukuran yang telah dimodifikasi dengan pembagian tertentu.
Tongkat pengukur ini dipegang dengan tangan yang letakan pada batang dengan jarak
antara batang dengan mata sesuai dengan spesifikasi alat. Untuk di Amerika jarak
antara mata dengan batang kayu adalah 25 inch atau sekitar 60 cm. Pengukuran
dilakukan dengan dengan memposisikan ujung tongkat biltmore, pada jarak antara mata
dan batang tertentu, tepat dengan bagian sisi kiri garis singgung batang pohon.
Penentuan panjang diameter dilakukan secara bersamaan dengan melihat posisi sisi
kanan batang kayu pada tongkat biltmore. Letak ujung sisi kanan pohon yang terlihat
pada tongkat biltmore merupakan panjang diameter dari batang kayu yang diukur.
3
D. METODE PRAKTIKUM
E. HASIL PENGAMATAN
Pengamatan berupa pengenalan terhadap berbagai alat ukur diameter pohon; cara
penggunaannya, menyebutkan bagian-bagiannya, dan mengetahui prinsip kerjanya.
Hasil pengamatan jenis-jenis alat ukur diameter pohon :
1. Phi-band
F. TUGAS
2. Garpu pohon
1. Gambarlah berbagai alat ukur diameter pohon yang disediakan; sebutkan bagian-
bagian alat tersebut, dan bagaimana prinsip kerjanya.
3. Calliper
2. Untuk setiap kelompok praktikum, buatlah 1 (satu) buah alat ukur diameter
pohon yaitu phi-band, garpu pohon, dan biltmore stick.
4. Bilmore stick
G. PUSTAKA :
4
PRAKTIKUM 2
A. DASAR TEORI
Pengukuran tinggi pohon berdiri dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Pengukuran tinggi pohon secara langsung dapat dikerjakan dengan tongkat
teleskopik atau dengan galah bambu yang dilengkapi dengan garis-garis ukuran. Tinggi
pohon yang dapat diukur dengan tongkat teleskopik atau galah bambu sangat terbatas
sesuai dengan ketinggian alat tersebut. Oleh karena itu, kedua alat ini tepat digunakan
untuk pengukuran tinggi tegakan muda atau tinggi bebas cabang. Karena alasan praktis,
pengukuran tinggi pohon secara tidak langsung lebih banyak digunakan. Alat pengukur
tinggi pohon secara tidak langsung ini disebut hipsometer (hypsometer). Prinsip
pengukuran tinggi dengan alat tidak langsung ini adalah :
5
Alat-alat ukur tinggi pohon diantaranya adalah :
1. Abney Level
Alat ukur tinggi ini bekerja atas prinsip trigonometri. Pada bilah setengah
lingkaran terdapat meteran sudut untuk mengukur sudut miring yang digunakan untuk
mengukur tinggi pohon.
2. Weise meswinke;
Alat ukur tinggi pohon ini prinsipnya menggunakan kaidah trigonometri. Alat
ukur dilengkapi dengan bilah skala jarak datar dan bilah skala tinggi pohon. Skala jarak
datar ini digunakan setelah mengetahui jarak datar antara pohon dan pengukur di
lapangan, sedangkan skala tinggi digunakan untuk menduga tinggi pohon secara
langsung. Dengan alat ini jarak datar dan tinggi pohon di lapangan diukur dengan
melihat skala jarak datar dan skala tinggi yang ada pada alat.
6
3. Suunto clinometer;
Prinsip kerja alat ini sama dengan abney level, yaitu dengan mengukur jarak
antara pengukur dengan pohon yang akan diukur kemudian membidik bagian puncak
dan pangkal pohon. Hanya saja alat ukur ini lebih praktis dan mudah dibawa kemana
saja. Untuk mendapatkan posisi sudut yang tepat, pada alat ini telah dilengkapi tombol
yang dapat menghentikan pergerakan jarum penunjuk skala. Skala yang terdapat dalam
bilah lingkaran adalah skala derajat dan persen kemiringan.
4. Haga Hypsometer;
Haga hypsometer adalah alat ukur tinggi pohon yang praktis dan mudah
digunakan. Alat ukur ini merupakan modifikasi dari alat ukur tinggi abney level yang
didalamnya telah dilengkapi angka yang menunjukan jarak antara pengukur dan pohon,
dan tinggi pengukuran langsung yang merupakan konversi dari perhitungan kaidah
trigonometri. Pengukuran jarak datar antara pengukur dan pohon yang akan diukur
merupakan langkah awal yang akan dilakukan. Pada alat telah tercantum beberapa jarak
pengukur ke pohon, yang bebas dipilih jarak mana yang akan digunakan. Jarak-jarak
yang umumnya tercantum adalah 15 m, 20 m, 25 m, dan 30 m.
7
5. Christen meter
Alat ukur tinggi christen meter dapat terbuat dari kayu atau lempengan logam
dengan panjang sesuai dengan kebutuhan, pada umumnya adalah 30 cm atau 50 cm. Alat
ukur ini bekerja berdasarkan prinsip geometrik dengan perbandungan segitiga sebangun
sebagai ketentuannya. Di Indonesia, umumnya panjang alat christen meter 30 cm dan
panjang galah yang diginakan 400 meter.
Bagian terpenting dari alat ini adalah batang tongkat yang ditandai dengan warna
menjadi dua bagian dengan perbandingan tertentu. Pada umumnya perbandingannya
adalah 10 cm warna merah dan 100 cm warna lainnya. Bagian batang tongkat yang
diwarnai merah dengan panjang 10 cm disebut gelang atau pita tongkat. Panjang gelang
ini akan digunakan untuk mengukur tinggi pohon dengan cara menghitung rasio panjang
gelang dan panjang tongkat terhadap tinggi tertentu pada pohon sesuai dengan panjang
gelang yang terdapat pada tongkatnya.
8
B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM
D. METODE PRAKTIKUM
E. HASIL PENGAMATAN
Pengamatan berupa pengenalan terhadap berbagai alat ukur tinggi pohon; cara
penggunaannya, menyebutkan bagian-bagiannya, dan mengetahui prinsip kerjanya.
9
F. TUGAS
1. Gambarlah berbagai alat ukur tinggi pohon yang disediakan; sebutkan bagian-
bagian alat tersebut, dan bagaimana prinsip kerjanya.
2. Untuk setiap kelompok praktikum, buatlah 1 (satu) buah alat ukur tinggi pohon
yaitu christen meter, walking stick, dan galah 4 meter.
G. PUSTAKA :
1
PRAKTIKUM 3
A. DASAR TEORI
Ketebalan kulit kayu bervariasi menurut jenis pohon, dan untuk jenis yang sama
juga bervariasi menurut umurnya. Untuk kulit kayu dengan tebal 15 mm, kesalahan
pengukuran sebesar 1 mm berarti terjadi perbedaan 7 %. Oleh karena itu pengukuran
tebal kulit harus dilakukan dengan hati-hati agar diperoleh data yang cukup cermat. Alat
pengukur tebal kulit yang lazim dipakai adalah bark gauge dan bor riap. Ada dua jenis
bark gauge yang biasa digunakan, yaitu bark gauge tipe pahat dan bark gauge tipe
paruh.
1
Cara kerja kedua alat tersebut adalah dengan menusukan plat logam yang
runcing kedalam kulit pohon. Pada alat tersebut, plat logam tersebut sudah terdapat
skala ukuran sehingga tebal kulit dapat langsung dibaca pada waktu alat tersebut
ditusukan kedalam kulit pohon. Penusukan biasanya dilakukan di dua titik berlawanan,
yaitu tempat persentuhan antara caliper untuk mengukur diameter dengan permukaan
kulit pohon.
Alat lain yang dapat digunakan untuk mengukur tebal kulit adalah bor riap. Cara
kerja alat ini juga ditusukan kedalam batang kayu, yang kemudian akan diketahui
kedalaman/ketebalan kulit kayu tersebut. Bor riap ini, sesuai dengan namanya, fungsi
utamanya adalah untuk mengukur riap diameter pohon, tetapi karena prinsip kerjanya
hampir sama dengan bark gauge, alat ini dapat juga digunakan untuk mengukur tebal
kulit.
Batas antara kulit kayu dan kayu adalah lapisan kambium. Ada jenis pohon yang
mempunyai kulit kayu yang lunak sehingga memudahkan pengukuran tebal kulit; ada
yang kulit kayu dan kayu gubalnya sama-sama lunak; ada pula yang mempunyai kulit
kayu dan kayu gubal dengan kekerasan yang hampir sama. Oleh karena itu
pengukurannya harus dilakukan dengan hati-hati.
1
Pengukuran bidang dasar pohon dilakukan dengan mengukur diameter dari
pohon tersebut pada ketinggian tertentu. Dalam inventarisasi hutan, dikenal potensi
tegakan yang salah satu dimensinya adalah luas bidang dasar tegakan. Alat ukur yang
digunakan untuk menentukan luas bidang dasar tegakan diantaranya adalah tongkat
bitterlich dan spiegel relescope bitterlich (SRB).
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengenal alat-alat pengukur tebal kulit
pohon dan luas bidang dasar tegakan, serta dapat mengetahui cara-cara penggunaannya.
Manfaat yang diperoleh dalam praktikum ini adalah mahasiswa akan mengetahui cara
pengukuran tebal kulit pohon dan luas bidang dasar tegakan.
1
C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM
D. METODE PRAKTIKUM
1. Setiap kelompok mahasiswa mendapatkan alat ukur tebal kulit dan luas bidang dasar
tegakan.
2. Memperkenalkan penggunaan dan cara kerja alat ukur tebal kulit dan luas bidang
dasar tegakan tersebut dan diwajibkan bisa mengoprasikannya.
3. Menggambar pada lembaran kerja alat-alat ukur tersebut; dan menyebutkan
komponen-komponen alatnya.
4. Setiap kelompok membuat alat ukur luas bidang dasar tegakan tongkat bitterlich
pada berbagai nilai BAF.
E. HASIL PENGAMATAN
Pengamatan berupa pengenalan terhadap berbagai alat ukur tebal kulit pohon dan
alat penghitungan luas bidang dasar tegakan; cara penggunaannya, menyebutkan bagian-
bagiannya, dan mengetahui prinsip kerjanya.
1
F. TUGAS
1. Gambarlah berbagai alat ukur tebal kulit dan luas bidang dasar tegakan yang
disediakan; sebutkan bagian-bagian alat tersebut, dan bagaimana prinsip kerjanya.
G. PUSTAKA :
1
PRAKTIKUM 4
A. DASAR TEORI
1
B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM
D. METODE PRAKTIKUM
1. Setiap kelompok memilih 15 pohon dari berbagai ukuran dan jenis di Lingkungan
Universitas Bengkulu
2. Melakukan pengukuran diameter setinggi dada pada 15 pohon tersebut dengan
menggunakan masing-masing alat diameter yang telah disiapkan.
3. Untuk setiap alat, kecuali pita ukur, dilakukan dua kali pengukuran pada setiap
pohon.
4. Melakukan perbandingan hasil pengukuran diameter pohon dengan menggunakan
pita ukur sebagai pembanding..
5. Melakukan uji hipotesa tentang ketepatan hasil pengukuran diameter pohon relatif
terhadap hasil pengukuran dengan pita ukur pada tingkat kepercayaan 95 %.
Kriteria uji :
t hitung ≤ t tabel : terima Ho artinya pengukuran diameter antara alat ukur “x”
dengan pita ukur memberikan hasil pengukuran yang sama.
t hitung > t tabel : tolak Ho artinya pengukuran diameter antara alat ukur “x”
dengan pita ukur memberikan hasil pengukuran yang berbeda.
1
Dimana :
E. HASIL PENGAMATAN
1
F. TUGAS
G. PUSTAKA :
1
PRAKTIKUM 5
A. DASAR TEORI
Tinggi pohon didefinisikan sebagai jarak antara titik puncak pohon dengan
proyeksinya yang tegak lurus pada bidang datar atau dataran horizontal dimana pangkal
pohon terletak. Oleh karena itu yang dimaksud pengukuran tinggi pohon adalah
pengukuran jarak antara titik puncak pohon atau titik lain pada pohon tersebut dengan
proyeksinya pada bidang dasar di pangkal pohon. Sedangkan panjang pohon adalah
suatu jarak antara dua titik yang diukur menurut garis lurus atau sesuai dengan bentuk
batang pohon. Panjang pohon atau panjang kayu biasanya sebutan yang digunakan
untuk pohon yang telah rebah, sedangkan tinggi untuk pohon yang masih berdiri.
Dalam kegiatan inventarisasi hutan, biasanya dikenal beberapa macam tinggi
pohon, yaitu :
1. Tinggi pohon total ; yaitu tinggi pohon dari pangkal pohon di permukaan tanah
sampai puncak pohon. Dalam kebanyakan tabel volume atau tabel hasil, tinggi total
merupakan variabel tak bergantung. Tinggi total inilah yang dipakai untuk
menentukan kelas bonita.
2. Tinggi batas bebas cabang atau permulaan tajuk; yaitu tinggi pohon dari pangkal
batang di permukaan tanah sampai cabang pertama yang membentuk tajuk.
Pengukuran tinggi batang bebas cabang ini mudah dilakukan untuk jenis-jenis pohon
daun lebang, sedangkan untuk jenis konifer sering menghadapi kesulitan dalam
menentukan letak permukaan tajuk. Untuk jenis konifer, pendekatan pengukuran
tinggi bebas cabang diukur sampai dengan ujung batang yang mempunyai ukuran
diameter 10 cm.
3. Tinggi batang komersial; yaitu tinggi batang yang pada saat itu laku dijual dalam
perdagangan.
2
B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM
D. METODE PRAKTIKUM
1. Setiap kelompok memilih 15 pohon dari berbagai ukuran dan jenis di Lingkungan
Universitas Bengkulu
2. Melakukan pengukuran tinggi pohon total dan tinggi pohon bebas cabang dengan
menggunakan alat ukur yang disediakan.
3. Memplotkan hasil pengukuran tinggi masing-masimh alat untuk setiap pohon pada
salib cartesius; dimana ordinatnya digunakan data hasil pengukuran tinggi pohon.
4. Berdasarkan gambar tersebut, secara visual lakukan perbandingan nilai hasil
pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan beberapa alat ukur tinggi pohon
tersebut.
E. HASIL PENGAMATAN
2
2. Hasil pengukuran tinggi pohon bebas cabang
F. TUGAS
G. PUSTAKA :
2
PRAKTIKUM 6
A. DASAR TEORI
Volume kayu adalah massa pada pohon berupa kayu yang dapat diambil dari
seluruh bagian pohon, mulai dari pangkal pohon sampai dengan batang atau dahan
dipuncak pohon. Pengukuran volume pohon berdiri dihitung dengan menentukan luas
bidang dasar pada ketinggian tertentu, tinggi pohon, dan angka bentuk pohon. Diameter
pohon yang dianggap mewakili seluruh diameter pohon berdiri adalah diameter setinggi
dada (dbh) atau di Indonesia tingginya 130 cm dari bidang datar permukaan tanah.
Tinggi pohon yang dimaksud adalah tinggi pohon sesuai dengan tujuan penghitungan
volume yang diinginkan. Jika yang dinginkan volume batang bebas cabang makan
tinggi yang diukur adalah tinggi bebas cabang; jika yang diinginkan volume kayu tebal,
maka tinggi yang diukur adalah tinggi batang utama dari batas tunggak sampai dengan
ketinggian tertentu yang memiliki diameter dengan kulit 7 cm; sedangkan jika yang
dinginkan adalah volume pohon maka tinggi pohon yang diukur adalah tinggi batang
utama dari batas tunggak sampai dengan puncak tertinggi pohon. Untuk industri kayu
pertukangan umumnya yang diinginkan adalah volume kayu tebal; untuk industri kayu
lapis biasanya volume batang bebas cabang; sedangkan untuk industri kertas yang
dihitung volume pohon.
Pengukuran diameter pohon per seksi yaitu pengukuran diameter pohon pada
berbagai ketinggian dari permukaan tanah (untuk pohon berdiri); atau pengukuran
diameter pohon pada setiap selang panjang tertentu (untuk pohon rebah). Pengukuran
diameter pohon per seksi biasanya dilakukan untuk menentukan volume pohon yang
sebenarnya melalui perhitungan volume pohon per seksi. Selama ini cara penentuan
volume pohon tersebut dianggap sebagai cara yang memberikan ketelitian paling baik
dibanding cara-cara lainnya, walaupun dianggap kurang praktis. Namun demikian untuk
keperluan tertentu, misalnya penentuan angka bentuk pohon atau penyusunan tarif/tabel
volume pengukuran diameter pohon per seksi tidak bisa dihindari.
Angka bentuk pohon merupakan faktor koreksi yang diperoleh dari hasil
perbandingan antara volume pohon sebenarnya dengan volume silinder yang
mempunyai tinggi dan bidang dasar yang sama. Penentuan volume pohon dihitung
dengan mengukur bidang dasar pohon pada ketinggian tertentu, pada umumnya pada
ketinggian setinggi dada atau 130 cm. Diameter pohon yang dijadikan standar
perbandingan ini dapat bermacam-macam. Atas dasar itu maka ada beberapa macam
cara menentukan angka bentuk pohon. Misalnya Hohenadl, mengusulkan untuk
menggunakan diameter pohon pada ketinggian 1/10 tinggi pohon. Tetapi sampai
sekarang ini yang paling banyak dipakai untuk menentukan angka bentuk pohon adalah
diameter setinggi dada.
2
Untuk keperluan penentuan angka bentuk pohon atau penyusunan tarif/tabel
volume, pengukuran diameter pohon per seksi dilakukan terhadap pohon-pohon model.
Pohon model adalah pohon contoh yang sengaja dipilih (purposive sampling) dengan
kriteria tertentu. Kriteria yang dijadikan dasar pengambilan pohon-pohon model
tersebut biasanya : 1) tumbuh sehat dan nampak sehat; 2) tersebar merata di dalam
tegakan; 3) mewakili sebaran ukuran diameter pohon-pohon yang ada dalam tegakan.
Berdasarkan ketinggian bidang dasar yang digunakan, ada tiga macam angka
bentuk yaitu :
1. Angka bentuk tak murni (f1.30) yaitu perbandingan antara volume pohon dengan
volume silender yang mempunyai bidang dasar pada bagian pohon setinggi 1,30
meter diatas permukaan tanah.
2. Angka bentuk normal (f0,9) yaitu perbandingan antara volume pohon dengan volume
silinder dengan bidang dasar pada ketinggian sepersepuluh tinggi pohon sampai
pucuk pohon.
3. Angka bentuk mutlak (f1) yaitu perbandingan antara volume pohon dengan volume
silinder yang menggunakan bidang dasar pangkal pohon.
Angka bentuk pohon yang umumnya digunakan dalam penentuan volume pohon
berdiri adalah angka bentuk tak murni. Penentuan angka bentuk pohon dapat ditentukan
dengan melakukan pengukuran diameter pohon perseksi. Pengukuran diameter pohon
perseksi adalah pengukuran diameter pohon berdiri pada berbagai ketinggian dari
permukaan tanah atau pengukuran diameter pada setiap selang panjang tertentu. Panjang
seksi atau selang batang biasanya ditentukan maksimal dua meter. Semakin kecil seksi
atau selang batangnya akan semakin teliti angka bentuk yang diperoleh. Pengukuran
pohon perseksi ini biasanya dilakukan untuk menunjukan volume pohon yang
sebenarnya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung atau memperkirakan volume pohon
berdiri hampir sama dengan menghitung volume kayu rebah. Batang pohon dianggap
sebagai tabung dengan bidang dasar berupa lingkaran. Hanya saja dalam pengukuran
volume kayu berdiri dibantu dengan bilangan bentuk. Hal ini karena pengukuran bidang
dasar batang kayu berdiri hanya dilakukan pada satu titik yang dianggap mewakili dari
diameter pohon.
2
C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM
D. METODE PRAKTIKUM
1. Setiap kelompok memilih 10 pohon sebagai pohon model. Setiap kelompok diwakili
oleh satu jenis pohon, seperti : sengon, kelapa, mahoni, acacia, cemara, dan lainnya.
2. Melakukan pengukuran diameter setinggi dada dan diameter pada setengah panjang
pohon (t) dengan menggunakan pita ukur.
3. Melakukan pengukuran diameter pohon per seksi; pengukuran diameter pohon
dilakukan mulai pangkal pohon (20 cm di atas tanah) sampai batas cabang pertama
atau sampai bagian batang berdiameter 10 cm. Panjang setiap seksi 2 meter.
4. Melakukan penghitungan luas bidang dasar pohon pada ketinggian diameter 1,3 m.
5. Melakukan penghitungan volume pohon perseksi dengan rumus-rumus perhitungan
volume sebagai berikut :
- Huber → V = Bm x L Ket :
- Brereton → V = ¼ π (Dp + Du)/2 x L L : panjang / tinggi
- Newton → V = ((Bp + 4 Bm + Bu)/6) x L B : Bidang dasar
- Bruce → V = (¼ Bp + ¾ Bu) x L p : pangkal
u : ujung
6. Melakukan analisis data untuk menguji ketepatan dugaan volume pohon setiap
rumus dibandingkan terhadap volume kontrol ( volume per seksi) dan menghitung
rata-rata persentasi bias dugaan volume pada setiap rumus.
2
Kriteria uji :
t hitung ≤ t tabel : terima Ho artinya pada taraf nyata α = 5 % rumus kerja tepat
dalam menduga volume sebenarnya.
t hitung > t tabel : tolak Ho artinya pada taraf nyata α = 5 % rumus kerja tepat
dalam menduga volume sebenarnya
Dimana :
t hitung = │Xj │/ (Sj/√n)
Xj = Σ (Xij / nj)
Sj = Simpangan baku Xij
n = jumlah pohon pada rumus ke-j
Rata-rata persentase bias dugaan dengan setiap rumus volume dihitung dengan
E. HASIL PENGAMATAN
: Jenis Pohon :
2
2. Hasil perhitungan luas bidang dasar pohon dan volume pohon
perseksi Bi =p ¼ π d 2 ; V = ((Bp + Bu)/2) x Li
Ket :
dbh : diameter setinggi dada ui : diameter ujung ke-i
m : banyaknya seksi per pohon pi : diameter pangkal ke-i
Li : panjang seksi ke-i Bi : bidang dasar seksi ke-i
Vi : volume seksi ke-i t : diameter pohon ½ Σ L
Vj : jumlah volume semua seksi pohon ke-j
2
F. TUGAS
G. PUSTAKA :
2
PRAKTIKUM 7
A. DASAR TEORI
Volume kayu olahan adalah volume kayu dari pohon yang telah mengalami
proses pengolahan lanjutan seperti pergergajian. Volume kayu olahan biasanya dikenal
dengan sebuatan volume kayu persegi. Beberapa jenis nama kayu olahan yang dikenal
dalam dunia perdagangan disesuaikan dengan berbagai ukuran misalnya : papan, kusen,
kaso, reng, dan lain sebagainya.
Penentuan volume kayu persegi baik yang ditarah ataupun digergaji pada
umumnya tidak menemui kesulitan. Penentuannya dilakukan dengan menghitung
panjang, lebar, dan tinggi (tebal) dari papan atau balok, dan akan mendapatkan isi yang
sebenarnya dari hasil pengukuran tersebut. Untuk mempermudah perhitungan volume
kayu persegi atau olahan persatuan kubik, dapat dibuat tabel-tabel volume yang
dasarnya tetap merupakan perkalian dari panjang, tinggi dan lebar. Contoh dari tabel
volume kayu gergajian yang digunakan di Indonesia diantaranya adalah Inhouds
tabellen voorkantrechte (tabel isi untuk balok persegi) untuk tinggi dan lebar lebih dari
10 x 20 cm sampai 50 x 50 cm; inhouds tabellen voorbezang thout (tabel volume untuk
kayu gergajian) untuk kayu-kayu gergajian yang telah disesuaikan dengan ketentuan
pada Normaalblad.
Di Indonesia, seperti juga di negara-negara Eropa, Thailand, Cina, ukuran
volume kayu persegi menggunakan ukuran metrik dalam meter kubik. Di Inggris,
Malaysa menggunakan kaki kubik. Di Amerika Utara, Australia, Filiphina, volume
kayu dinyakan dalam board feet. Ukuran board feet diukur dengan membuat volume
dengan panjang, lebar, dan tinggi tertentu. Seribu board feet ditulis Midle board feet
(M.b.f) atau Midle feet board measure (M.f.b) atau disingkat “Midle” saja yang setara
dengan 2,36 m3 (kayu gergajian).
2
D. METODE PRAKTIKUM
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengamatan dan wawancara
di lokasi atau di depot-depot kayu. Setiap kelompok praktikum menentukan depot kayu
yang akan digunakan sebagai tempat pengamatan. Kegiatan yang dilakukan di tempat
praktikum adalah :
1. Menentukan nama dan ukuran kayu perdagangan yang biaya di perjual belikan.
2. Menentukan cara penghitungan volume kayu persegi dengan menghitung panjang,
lebar dan tebal kayu; serta menentukan jumlah keping untuk setiap satu meter
kubiknya.
3. Menghitung masing-masing 5 keping kayu untuk setiap nama jenis penjualan;
bandingkan dengan ukuran sebenarnya.
4. Menghitung rata-rata persentase bias antara volume sebenarnya terhadap volume
perdagangan.
Rata-rata persentase bias dihitung dengan
Vs : Volume sebenarnya
Vp : Volume perdagangan
Bv : Persentase bias volume
E. HASIL PENGAMATAN
3
2. Hasil pengukuran kayu persegi
F. TUGAS
G. PUSTAKA :
3
PRAKTIKUM 8
A. DASAR TEORI
3
Terdapat beberapa bentuk persamaan dalam penyusunan tabel volume dengan
menggunakan beberapa bebas, baik dengan satu peubah maupun dengan beberapa
peubah. Beberapa bentuk persamaan tabel volume diantaranya adalah :
1. V = b1 D2 h Pers. SH Spurr
2. V = b0 + b1 D2 h Pers. SH Spurr
3. V = D (b0 + b1h)
2
Pers. Ogaya
4. V = b0 + b1 D2 + b2 D2 h + b3h Pers. Stoate
5. V = b1 D2 + b2 D2 h + b3 Dh2 + b4h2 Pers. Naslund
6. V = b0 + b1 D + b2 D2 + b3dh + b4 D2 h + b5h Pers. Meyer
7. V = b0 + b1 D + b2 D2 + b3dh + b4 D2 h Pers Meyer (md)
8. V = D2 h / b0 + b1 D Pers. Takata
9. V = b0 + b1 log D + b2 log h Pers. Schumacer
10. V = b0 + b1 log D2h Pers. Spurr (log)
11. V = b0 + b1 log D + b2 log2 h2 + b3 log h + b4 log 2
h Pers FRI
12. V = a DbTc Pers Schumacher
Tujuan dan kegunaan dari praktukum ini adalah sebagai latihan untuk mengenal
cara-cara penyusunan tabel volume dengan tujuan agar mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengumpulan data dengan mengukur dimensi-dimensi pohon yang terdiri
dari : diameter setinggi dada, tinggi pohon, diameter per seksi dan panjang setiap
seksi.
2. Mencoba menggunakan persamaan regresi untuk membuat model dalam penyusunan
tabel volume. Dalam praktikum ini persamaan tabel volume yang akan dicoba
adalah persamaan Berkhot (untuk tabel volume lokal) dan persamaan Schumacher
(untuk tabel volume standar).
3
C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM
D. METODE PRAKTIKUM
1. Setiap kelompok praktikum mengumpulkan data tentang tinggi pohon bebas cabang,
diameter setinggi dada, dan angka bentuk pohon (data praktikum ke-6).
2. Membuat tabel volume lokal, dengan langkah :
- melihat hubungan antara diameter dan tinggi pohon; hubungan diameter dan
tinggi tersebut didekati dengan fungsi regresi linier :
:
(1) uji keberartian model menggunakan tabel ANOVA;
(2) uji ketelitian hubungan antar peubah dengan nilai koofesien determinasi
R = JK regresi / JK Total
3
Untuk mendapatkan persamaan regresi linier, dubah menjadi :
E. HASIL PENGAMATAN
1. Hasil pengukuran diameter, panjang pohon per seksi (tinggi bebas cabang)
dan volume sebenarnya.
10
Persamaan :
3
3. Tabel Volume standar
Diameter (cm)
Tinggi (m)
F. TUGAS
G. PUSTAKA :
3
PRAKTIKUM 9
A. DASAR TEORI
Ukuran susun atau dikenal dengan sebutan stapelmeter adalah satuan volume
kayu dengan ukuran tertentu. Satuan stapelmeter ini digunakan untuk mengukur kayu-
kayu atau potongan kayu yang berukuran kecil, misalnya kayu bakar, kayu bakau, kayu
bahan chips, dan lain-lain.
Satu stapelmeter disingkat “sm” disusun dari potongan-potongan kayu yang
sama panjang yang umumnya mempunyai ukuran yang beragam dengan sifat kayu yang
sama. Kayu-kayu tersebut dapat berupa kayu bulat berukuran kecil atau juga kayu yang
telah dibelah. Satu susunan (stapelmeter) pada kedua ujungnya disangga oleh pal kecil
yang ditancapkan ke dalam tanah, yang fungsinya sebagai pembatas antara satu
stapelmeter. Satu volume stapelmeter (sm) mempunyai ukuran panjang kayu 1 meter,
tinggi tumpukan 1 meter, dan panjang tumpukan 1 meter. Jika panjang kayunya hanya
0,5 meter, dan tinggi tumpukan 1 meter maka panjangnya harus dibuat 2 meter. Ukuran-
ukuran panjang dan tinggi dalam stapelmeter harus dibuat atau diukur dalam permukaan
tanah yang datar dan tegak lurus terhadap permukaan. Hal ini dimaksudkan untuk
menghilangkan kesalahan pengukuran volume karena akibat tidak terbentuknya posisi
yang persegi. Konversi dari stapelmeter kedalam meterkubik masih harus terus dikaji
lebih dalam untuk berbagai kondisi dan jenis kayu. Sekarang ini asumsi yang pakai
adalah satu stapelmeter setara dengan setengah meter kubik. Pendapat ini didasarkan
pada kayu bulau kecil yang ditumpuk. Kayu bulat yang ditumpuk akan memberikan
ruang atau celah antar kepingan kayunya. Volume celah kosong yang terbentuk dari
tumpukan kayu sama dengan volume kayu yang terisi kayu. Karena itu satu tumpukan
kayu dengan ukuran 1 m x 1 m x 1m akan mempunyai 0,5 meter kubik kayu (1 sm) dan
0,5 meter ruangan kosong/celah yang terbentuk karena tumpukan tadi.
3
C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM
D. METODE PRAKTIKUM
1. Setiap kelompok menyiapkan 30 tumpuk kayu jenis tertentu berbagai ukuran sebagai
kayu contoh; kondisi diikat teratur sebagai suatu tumpukan.
2. Melakukan penimbangan untuk setiap tumpukan kayu.
3. Melakukan pengukuran panjang, tinggi, dan lebar tumpukan kayu.
4. Menyiapkan xylometer yang diisi oleh air dengan volume yang jelas.
5. Melakukan penghitungan volume kayu tumpukan dengan menggunakan xylometer.
6. Melakukan analisis data dengan membandingkan antara volume kayu meterkubik
dengan volume kayu stapel meter. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi linier sederhana.
Y = a + bX
Y : Volume kayu meter kubik a,b : koofesisen regresi
X : Volume kayu stapelmeter
Y meterkubik = X stapelmeter
E. HASIL PENGAMATAN
3
F. TUGAS
G. PUSTAKA :
Cochran, WG. 1977. Sampling Techniques. 3rd edition. John Wiley and Sons. Newyork
(terjemahan).
J.H.A. Ferguson, 1973. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta (terjemahan).
Senoaji, G. 2003. Buku Ajar Ilmu Ukur Kayu. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Simon, H. 2001. Inventarisasi Hutan. Aditya Media. Yogyakarta
Walpole, RE. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.