Anda di halaman 1dari 44

PETUNJUK PRAKTIKUM

ILMU UKUR HUTAN


(KHT – 214)

Pengampu :

Dr. Gunggung Senoaji, S.Hut, MP


Dr. Ir. Nani Nuryatin, M.Si

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS BENGKULU
Februari 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
rahmat dan hidayahnya, buku Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Hutan (IUH) telah
selesai disusun. Buku petunjuk ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan praktikum
Ilmu Ukur Hutan bagi mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
Pemahaman teori tentang ilmu ukur hutan akanlah menjadi lengkap jika
dibarengi dengan pelaksanaan praktek di lapangan. Menyadari keterbatasan waktu dan
sarana yang ada, aplikasi penerapan ilmu ukur hutan dilakukan secara “sederhana” tanpa
mengurangi kaidah keilmuan yang ada. Pelaksanaan praktikum ini meliputi kegiatan
pengenalan alat ukur kayu, pemahaman penggunaan alat ukur kayu dan pengukuran data
primer. Data primer diperoleh langsung oleh mahasiswa dari beberapa tempat yang
dirasakan dapat menjadi obyek pengamatan. Harapannya dengan disusun buku petunjuk
ini, mahasiswa dapat memahami dan menerapkan semua teori yang didapat di bangku
perkuliahan. Buku petunjuk praktikum IUH tahun 2022 ini merupakan revisi dari buku
petunjuk praktikum sebelumnya um.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
membantu dalam penyusunan petunjuk praktikukum ini. Penyusun menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyusunan petukjuk praktikum ini, untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan di masa yang akan datang.

Bengkulu, Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Hal
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
Tata tertib Praktikum .... .............................................................................. iv
Kontrak Praktikum ..................................................................................... v

Praktimum 1 Pengenalan alat ukur diameter pohon ....................................... 1


Praktikum 2 Pengenalan alat ukur tinggi pohon ............................................ 5
Praktikum 3 Pengenalan alat ukur tebal kulit dan luas bidang dasar ............. 11
Praktikum 4 Pengukuran diameter pohon ...................................................... 16
Praktikum 5 Pengukuran tinggi pohon .......................................................... 20
Praktikum 6 Pengukuran diameter pohon perseksi, angka bentuk pohon,
dan penentuan volume pohon berdiri ....................................... 23
Praktikum 7 Penentuan volume kayu persegi ................................................ 29
Praktikum 8 Penyusunan tabel volume pohon ................................................ 32
Praktikum 9 Pengukuran volume kayu dengan stapelmeter ........................... 37

iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

Koordinator Mata Kuliah : Dr. Gunggung Senoaji, S.Hut, MP


Dosen Pengasuh : Dr. Ir. Nani Nuryatin, M.Si

1. Setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah Ilmu Ukur Hutan wajib
mengikuti kegiatan praktikum setiap acara kegiatan. Ketidak hadiran dalam
salah satu acara kegiatan, mendapat nilai nol.
2. Praktikum akan dibimbing oleh koordinator dan atau dosen pengasuh yang
dibantu oleh co-assisten praktikum.
3. Praktikum dilakukan di dalam kelas dan praktek lapangan.
4. Peserta praktikum harus hadir tepat waktu, keterlambatan hadir tidak dapat
ditolelir, dan dianggap mendapatkan nilai nol dalam praktikum tersebut.
5. Setiap individu mahasiswa diharuskan untuk dapat melakukan dan memahami
semua cara kerja dan pengolahan data acara praktikum.
6. Setiap selesai praktikum, diharuskan membuat lembar kerja yang disyahkan oleh
assosten / co Ass yang dilampirkan pada setiap penulisan laporan.
7. Tidak ada kegiatan praktikum atau quiz susulan.

iv
KONTRAK PRAKTIKUM

1. Praktikum dilaksanakan sebanyak sembilan kali tatap muka, dan wajib dihadiri
oleh semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah Ilmu Ukur Hutan.
2. Alat praktikum yang digunakan disediakan oleh Laboratorium Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bahan praktikum yang digunakan
berupa tegakan pohon, tumpukan kayu kecil/kayu bakar, tumpukan kayu olahan
di depot kayu, dan alat tulis.
3. Persentase nilai praktikum adalah 30 % dari nilai mata ajaran; dimana
perhitungan nilai akhir praktikum adalah penjumlahan dari nilai quiz, nilai
laporan praktikum.
4. Pelaporan praktikum dilakukan per-individu atau per-kelompok sesuai dengan
arahan yang diberikan oleh pembimbing praktikum.
5. Pelaporan praktikum diserahkan paling lambat 7 hari setelah pelaksanaan
praktikum, lewat dari batas itu nilai laporan dianggap nol.
6. Format laporan meliputi : Cover, I. Pengantar, II. Tujuan Praktikum, III. Bahan
dan Alat, IV. Prosedur Kerja, V. Hasil dan Pembahasan, VI. Kesimpulan dan
Saran; dijilid warna hijau plastik; ditik dengan kompoter huruf times roman 12.
7. Ukuran kertas yang digunakan kertas A4 dengan ketentuan : kiri 4 cm, atas 3
cm, kanan 3 cm, dan bawah 3 cm.

v
PRAKTIKUM 1

PENGENALAN ALAT UKUR DIAMETER POHON

A. DASAR TEORI

Alat-alat ukur diameter pohon diantaranya adalah :

1. Pita Ukur atau Phi band

Pita ukur dapat terbuat dari besi yang pipih atau dari kain atau plastik. Satuan
yang biasa digunakan adalah centimeter atau sampai milimeter. Pengukuran diameter
pohon dapat dilakukan dengan mengukur kelililingnya, kemudian dikonversi ke dalam
diameter; atau langsung mengkonversi ukuran diameternya pada pita ukur. Pita ukur
yang mengandung satuan diameter yang telah dikonversi dari keliling disebut Phi-band.
Kebaikan dari pita ukur adalah mudah dibawa kemana-mana, dan murah. Alat
ukur ini baik digunakan untuk penghitungan riap. Kerugian dari alat ini pengerjaannya
lebih lambat jika dibanding dengan pengkleman, dan juga pengukuran volume dengan
diameter dari pita ukur akan membuat pengukuran isi menjadi lebih besar.

2. Garpu Pohon

Garpu pohon pertama kali diciptakan oleh Balai Penyelidikan Kehutanan


(Bosbouw Proestation) pada tahun 1934. Alat ini berupa garpu dengan dua kaki yang
membentuk sudut 60o antara kedua kakinya. Satuan ukuran pada kedua kaki garpu ini
dibagi dalam kelas diameter ( biasanya 5 cm) yang dicat berselang-seling warnanya
antar kelas diameter. Pengukuran dilakukan dengan memasukan batang pohon yang
akan diukur diantara dua kaki garpu pohon. Pengukur akan membaca jarak dari titik
singgung dari garpu pohon dan batang sampai pada titik sudut dari dua kaki garpu pohon
tersebut.

1
Alat ini sangat cekatan untuk pengukuran pohon yang berdiri dengan ukuran diameter
tidak terlalu besar, misalnya sampai diameter maksimum 40 cm. Garpu pohon
digunakan untuk inventarisasi atau untuk pengukuran diameter pohon yang tidak terlalu
membutuhkan kecermatan atau ketelitian ukuran dari masing-masing pohon.

3. Apitan Pohon atau Caliper

Apitan pohon biasanya terbuat dari kayu atau logam berupa tangkai/mistar yang
dibagi bertingkat-tingkat dengan dua kaki. Kaki yang satu diam dan bersatu dengan
tangkai, sedangkan kaki lainnya dapat digeser-geser sepanjang tangkai/mistar. Kedua
kaki alat ini harus sejajar satu sama lainnya pada waktu pengukuran, dan panjang
kakinya lebih panjang sedikit dari setengah panjang mistar. Tangkai atau mistarnya
dapat dibagi dalam tingkatan-tingkatan satuan ukuran sesuai kebutuhan pemakainya.
Pengukuran dilakukan dengan memasukan batang yang akan diukur diantara dua
kaki alat tersebut. Kemudian kaki yang dapat digerakkan digeser-geser sampai batang
yang diukur terjepit diantara dua kaki tersebut. Ukuran diameter batang yang diukur
akan terbaca pada mistar/tangkai yang telah diberi skala satuan ukuran.

2
4. Tongkat Biltmore (Biltmore Stick)

Alat ini banyak digunakan di Amerika Serikat, berupa galah ukur sederhana yang
mencantumkan skala ukuran yang telah dimodifikasi dengan pembagian tertentu.
Tongkat pengukur ini dipegang dengan tangan yang letakan pada batang dengan jarak
antara batang dengan mata sesuai dengan spesifikasi alat. Untuk di Amerika jarak
antara mata dengan batang kayu adalah 25 inch atau sekitar 60 cm. Pengukuran
dilakukan dengan dengan memposisikan ujung tongkat biltmore, pada jarak antara mata
dan batang tertentu, tepat dengan bagian sisi kiri garis singgung batang pohon.
Penentuan panjang diameter dilakukan secara bersamaan dengan melihat posisi sisi
kanan batang kayu pada tongkat biltmore. Letak ujung sisi kanan pohon yang terlihat
pada tongkat biltmore merupakan panjang diameter dari batang kayu yang diukur.

B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengenal alat-alat pengukur diameter


pohon serta dapat mengetahui cara-cara penggunaannya. Manfaat yang diperoleh dalam
praktikum ini adalah mahasiswa akan mengetahui cara pengukuran diameter pohon yang
berdiri, yang akhirnya dapat digunakan untuk menduga potensi pohon.

C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


1. Lembaran kerja untuk menggambar
2. Alat tulis, alat hitung, dan alat gambar
3. Alat ukur diameter : pita ukur, calliper, garpu pohon, dan tongkat biltmore
4. Pita ukur kain, kayu, skala ukuran untuk membuat proto type alat ukur diameter

3
D. METODE PRAKTIKUM

1. Setiap kelompok mahasiswa mendapatkan alat ukur diameter pohon.


2. Memperkenalkan penggunaan dan cara kerja alat ukur diameter tersebut dan
diwajibkan bisa mengoprasikannya.
3. Menggambar pada lembaran kerja alat-alat ukur diameter tersebut; dan menyebutkan
komponen-komponen alatnya.
4. Setiap kelompok membuat alat ukur diameter phi-band dan biltmore stick.

E. HASIL PENGAMATAN

Pengamatan berupa pengenalan terhadap berbagai alat ukur diameter pohon; cara
penggunaannya, menyebutkan bagian-bagiannya, dan mengetahui prinsip kerjanya.
Hasil pengamatan jenis-jenis alat ukur diameter pohon :

1. Phi-band
F. TUGAS
2. Garpu pohon
1. Gambarlah berbagai alat ukur diameter pohon yang disediakan; sebutkan bagian-
bagian alat tersebut, dan bagaimana prinsip kerjanya.
3. Calliper
2. Untuk setiap kelompok praktikum, buatlah 1 (satu) buah alat ukur diameter
pohon yaitu phi-band, garpu pohon, dan biltmore stick.
4. Bilmore stick
G. PUSTAKA :

Avery, TE and H.E. Burkhart. 1983. Forest Measurements. McGraw-Hill Publishing


Company. Newyork.
Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan.
J.H.A. Ferguson, 1973. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta (terjemahan).
Senoaji, G. 2003. Buku Ajar Ilmu Ukur Kayu. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Simon, H. 2001. Inventarisasi Hutan. Aditya Media. Yogyakarta

4
PRAKTIKUM 2

PENGENALAN ALAT UKUR TINGGI POHON

A. DASAR TEORI

Pengukuran tinggi pohon berdiri dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Pengukuran tinggi pohon secara langsung dapat dikerjakan dengan tongkat
teleskopik atau dengan galah bambu yang dilengkapi dengan garis-garis ukuran. Tinggi
pohon yang dapat diukur dengan tongkat teleskopik atau galah bambu sangat terbatas
sesuai dengan ketinggian alat tersebut. Oleh karena itu, kedua alat ini tepat digunakan
untuk pengukuran tinggi tegakan muda atau tinggi bebas cabang. Karena alasan praktis,
pengukuran tinggi pohon secara tidak langsung lebih banyak digunakan. Alat pengukur
tinggi pohon secara tidak langsung ini disebut hipsometer (hypsometer). Prinsip
pengukuran tinggi dengan alat tidak langsung ini adalah :

1. Prinsip geometrik; adalah pengukuran tinggi pohon dengan membandingkan


panjang alat terhadap tinggi pohon (perbandingan segitiga sebangun) berdasarkan
kaidah geometrik. Hypsometer yang dibuat dengan prinsip geometrik mempunyai
beberapa keuntungan, sehingga digunakan secara luas di seluruh dunia. Keuntungan-
keuntungan tersebut adalah :
 Dapat dibuat sendiri dengan mudah;
 Tidak diperlukan pengukuran jarak antara pengukur dengan pohon yang akan
diukur;
 Pembacaan untuk mengetahui tinggi pohon hanya dilakukan sekali;
 Pengukuran tinggi tidak dipengaruhi oleh kelerengan.
Jarak pengukur dengan pohon yang diukur secara matematis, tidak
berpengaruh terhadap hasil pengukuran. Secara praktis jarak tersebut dapat
mempengaruhi kecermatan hasil pengukuran tinggi, karena pembacaan pada alat
ukur dan ujung pohon, ujung galah dan pangkal pohon, harus tepat. Sebagai
petunjuk umum, jarak yang praktis dapat diambil antara pengukur dan pohon yang
akan diukur kira-kira sama dengan pohonnya.
2. Prinsip trigonometrik; adalah pengukuran tinggi pohon berdasarkan kaidah
trigonometeri, dengan aturan-aturan sudut seperti aturan sinus, cosinus, tangen, dsb.
Kelebihan alat ini dibandingkan dengan yang menggunakan prinsip geometrik
adalah hasilnya bisa lebih baik, tetapi memerlukan pekerjaan pengukuran yang
cermat. Selain itu pengukurannya tidak harus menggunakan galah. Kesulitan yang
mungkin dihadapi dengan menggunakan alat ini adalah pengukuran jarak antara
pengukur dengan pohon yang akan diukur. Untuk kondisi hutan alam yang
umumnya kondisi hutannya lebat, pengukuran jarak ini sulit dilakukan sehingga
diperlukan pekerjaan tambahan untuk membabat tumbuhan bawah yang banyak
tumbuh di lantai hutan.

5
Alat-alat ukur tinggi pohon diantaranya adalah :

1. Abney Level
Alat ukur tinggi ini bekerja atas prinsip trigonometri. Pada bilah setengah
lingkaran terdapat meteran sudut untuk mengukur sudut miring yang digunakan untuk
mengukur tinggi pohon.

2. Weise meswinke;
Alat ukur tinggi pohon ini prinsipnya menggunakan kaidah trigonometri. Alat
ukur dilengkapi dengan bilah skala jarak datar dan bilah skala tinggi pohon. Skala jarak
datar ini digunakan setelah mengetahui jarak datar antara pohon dan pengukur di
lapangan, sedangkan skala tinggi digunakan untuk menduga tinggi pohon secara
langsung. Dengan alat ini jarak datar dan tinggi pohon di lapangan diukur dengan
melihat skala jarak datar dan skala tinggi yang ada pada alat.

6
3. Suunto clinometer;
Prinsip kerja alat ini sama dengan abney level, yaitu dengan mengukur jarak
antara pengukur dengan pohon yang akan diukur kemudian membidik bagian puncak
dan pangkal pohon. Hanya saja alat ukur ini lebih praktis dan mudah dibawa kemana
saja. Untuk mendapatkan posisi sudut yang tepat, pada alat ini telah dilengkapi tombol
yang dapat menghentikan pergerakan jarum penunjuk skala. Skala yang terdapat dalam
bilah lingkaran adalah skala derajat dan persen kemiringan.

4. Haga Hypsometer;
Haga hypsometer adalah alat ukur tinggi pohon yang praktis dan mudah
digunakan. Alat ukur ini merupakan modifikasi dari alat ukur tinggi abney level yang
didalamnya telah dilengkapi angka yang menunjukan jarak antara pengukur dan pohon,
dan tinggi pengukuran langsung yang merupakan konversi dari perhitungan kaidah
trigonometri. Pengukuran jarak datar antara pengukur dan pohon yang akan diukur
merupakan langkah awal yang akan dilakukan. Pada alat telah tercantum beberapa jarak
pengukur ke pohon, yang bebas dipilih jarak mana yang akan digunakan. Jarak-jarak
yang umumnya tercantum adalah 15 m, 20 m, 25 m, dan 30 m.

7
5. Christen meter

Alat ukur tinggi christen meter dapat terbuat dari kayu atau lempengan logam
dengan panjang sesuai dengan kebutuhan, pada umumnya adalah 30 cm atau 50 cm. Alat
ukur ini bekerja berdasarkan prinsip geometrik dengan perbandungan segitiga sebangun
sebagai ketentuannya. Di Indonesia, umumnya panjang alat christen meter 30 cm dan
panjang galah yang diginakan 400 meter.

6. Tongkat jalan (Walking Stick)

Bagian terpenting dari alat ini adalah batang tongkat yang ditandai dengan warna
menjadi dua bagian dengan perbandingan tertentu. Pada umumnya perbandingannya
adalah 10 cm warna merah dan 100 cm warna lainnya. Bagian batang tongkat yang
diwarnai merah dengan panjang 10 cm disebut gelang atau pita tongkat. Panjang gelang
ini akan digunakan untuk mengukur tinggi pohon dengan cara menghitung rasio panjang
gelang dan panjang tongkat terhadap tinggi tertentu pada pohon sesuai dengan panjang
gelang yang terdapat pada tongkatnya.

8
B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengenal alat-alat pengukur tinggi


pohon serta dapat mengetahui cara-cara penggunaannya. Manfaat yang diperoleh dalam
praktikum ini adalah mahasiswa akan mengetahui cara pengukuran tinggi pohon yang
berdiri, yang akhirnya dapat digunakan untuk menduga potensi pohon.

C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


1. Lembaran kerja untuk menggambar
2. Alat tulis, alat hitung, dan alat gambar
3. Alat ukur tinggi pohon : haga hypsometer, abney level, clinometer, christem meter,
4. Kayu bentukan untuk membuat proto type alat ukur tinggi pohon

D. METODE PRAKTIKUM

1. Setiap kelompok mahasiswa mendapatkan alat ukur tinggi pohon.


2. Memperkenalkan penggunaan dan cara kerja alat ukur tinggi pohon tersebut dan
diwajibkan bisa mengoprasikannya.
3. Menggambar pada lembaran kerja alat-alat ukur tinggi pohon tersebut; dan
menyebutkan komponen-komponen alatnya.
4. Setiap kelompok membuat alat ukur tinggi pohon yaitu christen meter dan walking
stick.

E. HASIL PENGAMATAN

Pengamatan berupa pengenalan terhadap berbagai alat ukur tinggi pohon; cara
penggunaannya, menyebutkan bagian-bagiannya, dan mengetahui prinsip kerjanya.

Gambar berbagai alat ukur tinggi pohon :

9
F. TUGAS

1. Gambarlah berbagai alat ukur tinggi pohon yang disediakan; sebutkan bagian-
bagian alat tersebut, dan bagaimana prinsip kerjanya.
2. Untuk setiap kelompok praktikum, buatlah 1 (satu) buah alat ukur tinggi pohon
yaitu christen meter, walking stick, dan galah 4 meter.

G. PUSTAKA :

Avery, TE and H.E. Burkhart. 1983. Forest Measurements. McGraw-Hill Publishing


Company. Newyork.
Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan.
J.H.A. Ferguson, 1973. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta (terjemahan).
Senoaji, G. 2003. Buku Ajar Ilmu Ukur Kayu. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Simon, H. 2001. Inventarisasi Hutan. Aditya Media. Yogyakarta

1
PRAKTIKUM 3

PENGENALAN ALAT UKUR KAYU TEBAL KULIT DAN


LUAS BIDANG DASAR

A. DASAR TEORI

Ketebalan kulit kayu bervariasi menurut jenis pohon, dan untuk jenis yang sama
juga bervariasi menurut umurnya. Untuk kulit kayu dengan tebal 15 mm, kesalahan
pengukuran sebesar 1 mm berarti terjadi perbedaan 7 %. Oleh karena itu pengukuran
tebal kulit harus dilakukan dengan hati-hati agar diperoleh data yang cukup cermat. Alat
pengukur tebal kulit yang lazim dipakai adalah bark gauge dan bor riap. Ada dua jenis
bark gauge yang biasa digunakan, yaitu bark gauge tipe pahat dan bark gauge tipe
paruh.

1
Cara kerja kedua alat tersebut adalah dengan menusukan plat logam yang
runcing kedalam kulit pohon. Pada alat tersebut, plat logam tersebut sudah terdapat
skala ukuran sehingga tebal kulit dapat langsung dibaca pada waktu alat tersebut
ditusukan kedalam kulit pohon. Penusukan biasanya dilakukan di dua titik berlawanan,
yaitu tempat persentuhan antara caliper untuk mengukur diameter dengan permukaan
kulit pohon.
Alat lain yang dapat digunakan untuk mengukur tebal kulit adalah bor riap. Cara
kerja alat ini juga ditusukan kedalam batang kayu, yang kemudian akan diketahui
kedalaman/ketebalan kulit kayu tersebut. Bor riap ini, sesuai dengan namanya, fungsi
utamanya adalah untuk mengukur riap diameter pohon, tetapi karena prinsip kerjanya
hampir sama dengan bark gauge, alat ini dapat juga digunakan untuk mengukur tebal
kulit.
Batas antara kulit kayu dan kayu adalah lapisan kambium. Ada jenis pohon yang
mempunyai kulit kayu yang lunak sehingga memudahkan pengukuran tebal kulit; ada
yang kulit kayu dan kayu gubalnya sama-sama lunak; ada pula yang mempunyai kulit
kayu dan kayu gubal dengan kekerasan yang hampir sama. Oleh karena itu
pengukurannya harus dilakukan dengan hati-hati.

Bidang dasar pohon adalah penampang melintang batang pada ketinggian


tertentu, sesuai pada ketinggian pengukuran diameter. Apabila pengukuran diameter
pada ketinggian 130 cm, maka bidang dasar yang dimaksud adalah penampang
melintang pada ketinggian 130 cm. Dari luas bidang dasar pohon dapat ditaksir dua
parameter yang penting untuk inventarisasi hutan, yaitu kepadatan bidang dasar dan
volume pohon atau tegakan. Bentuk penampang melintang pohon yang tidak persis
sama dengan lingkaran tidak dikoreksi disini, melainkan dikoreksi dalam penaksiran
volume dengan memasukan faktor angka bentuk, yang akan diterangkan kemudian.

1
Pengukuran bidang dasar pohon dilakukan dengan mengukur diameter dari
pohon tersebut pada ketinggian tertentu. Dalam inventarisasi hutan, dikenal potensi
tegakan yang salah satu dimensinya adalah luas bidang dasar tegakan. Alat ukur yang
digunakan untuk menentukan luas bidang dasar tegakan diantaranya adalah tongkat
bitterlich dan spiegel relescope bitterlich (SRB).

B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengenal alat-alat pengukur tebal kulit
pohon dan luas bidang dasar tegakan, serta dapat mengetahui cara-cara penggunaannya.
Manfaat yang diperoleh dalam praktikum ini adalah mahasiswa akan mengetahui cara
pengukuran tebal kulit pohon dan luas bidang dasar tegakan.

1
C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


1. Lembaran kerja untuk menggambar
2. Alat tulis, alat hitung, dan alat gambar
3. Alat ukur tebal kulit dan luas bidang dasar tegakan : bor riap, bark gauge tipe paruh,
bark gauge tipe pahat, tongkat bitterlich, dan Spiegel Reloscope Bitterlich.
4. Kayu dan plat seng untuk membuat tongkat bitterlich.

D. METODE PRAKTIKUM

1. Setiap kelompok mahasiswa mendapatkan alat ukur tebal kulit dan luas bidang dasar
tegakan.
2. Memperkenalkan penggunaan dan cara kerja alat ukur tebal kulit dan luas bidang
dasar tegakan tersebut dan diwajibkan bisa mengoprasikannya.
3. Menggambar pada lembaran kerja alat-alat ukur tersebut; dan menyebutkan
komponen-komponen alatnya.
4. Setiap kelompok membuat alat ukur luas bidang dasar tegakan tongkat bitterlich
pada berbagai nilai BAF.

E. HASIL PENGAMATAN

Pengamatan berupa pengenalan terhadap berbagai alat ukur tebal kulit pohon dan
alat penghitungan luas bidang dasar tegakan; cara penggunaannya, menyebutkan bagian-
bagiannya, dan mengetahui prinsip kerjanya.

Hasil pengamatan jenis-jenis alat ukur tesebut :

1
F. TUGAS

1. Gambarlah berbagai alat ukur tebal kulit dan luas bidang dasar tegakan yang
disediakan; sebutkan bagian-bagian alat tersebut, dan bagaimana prinsip kerjanya.

G. PUSTAKA :

Avery, TE and H.E. Burkhart. 1983. Forest Measurements. McGraw-Hill Publishing


Company. Newyork.
Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan.
J.H.A. Ferguson, 1973. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta (terjemahan).
Senoaji, G. 2003. Buku Ajar Ilmu Ukur Kayu. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Simon, H. 2001. Inventarisasi Hutan. Aditya Media. Yogyakarta

1
PRAKTIKUM 4

PENGUKURAN DIAMETER POHON

A. DASAR TEORI

Diameter pohon berdiri merupakan diameter penampang melintang (tegak lurus)


pohon pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah. Dengan demikian yang dimaksud
pengukuran diameter pohon adalah mengukur panjang garis antara dua titik pada garis
lingkaran batang pohon yang melalui titik pusat lingkaran batang pohon tersebut.
Dalam mengukur diameter pohon berdiri, yang lazim dipilih adalah diameter
setinggi dada (diameter breast height = dbh). Hal ini dikarenakan pengukurannya paling
mudah, dan mempunyai korelasi yang kuat dengan parameter pohon yang penting
lainnya, seperti luas bidang dasar, tinggi, dan volume batangnya. Pada umumnya
diameter setinggi diukur pada ketinggian batang 130 cm dari permukaan tanah.
Di tempat yang tidak datar tentu saja ketinggian dari permukaan tanah menjadi
masalah. Untuk mengatasi masalah ini, ada yang mengukur 130 cm sebagai rata-rata
tinggi dari permukaan tanah sebelah atas dan sebelah bawah, tetapi juga di Eropa
biasanya hanya diambil 130 cm dari permukaan tanah sebelah atas saja. Untuk pohon
yang miring, pengukuran tinggi 130 cm dari permukaan tanah dilakukan mengikuti arah
sisi bagian atas batang. Demikian juga untuk pengukuran diameter setinggi dada di
daerah tropis, khususnya pada pohon-pohon yang berbanir, biasanya diameter batang
diukur pada 20 cm di atas ujung banir.
Pengukuran diameter setinggi dada juga menghadapi masalah bila bentuk batang
di sekitar 130 cm tidak normal, misalnya membesar, mengecil, atau pohon bercabang
dua. Untuk pohon-pohon yang membesar dan atau mengecil, pengukuran diameter
dilakukan dengan menghitung rata-rata diameter bentuk normal yang terletak diatas dan
dibawah bagian yang tidak normal tersebut, atau dengan mengukur 20 cm diatas batas
cabang yang tidak normal tersebut. Untuk pohon yang bercabang pengukuran diameter
pohon bergantung pada letak percabangan itu. Bila percabangan terletak di bawah 130
cm, pengukuran dilakukan diatasnya dan pohon tersebut dianggap terdiri dari dua pohon
atau lebih menutut jumlah cabangnya. Bila percabangannya terletak di atas 130 cm,
pohon tetap dianggap hanya satu dan pengukuran dilakukan seperti pengukuran pada
pohon yang normal pada ketinggian setinggi dada. Di hutan mangrove, pengertian
permukaan tanah menjadi masalah pada pengukuran diameternya. Pohon-pohon jenis
mangrove pada umumnya mempunyai sistem perakaran yang sebagian terletak diatas
perukaan tanah, tetapi secara periodik terbenam oleh pasang surut air laut. Pada kondisi
seperti di hutan mangrove ini, pengukuran 130 cm mulai dari pangkal batang tempat
tumpuan batang pada sistem perakaran tersebut, atau pengkuran dilakukan pada
ketinggian 20 cm dari atas batas akar lututnya.

1
B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM

Tujuan dan kegunaan dari praktukum ini adalah :


1. Mengetahui cara serta dapat melakukan pengukuran diameter pohon dengan
menggunakan beberapa alat ukur diameter pohon.
2. Untuk mendapatkan gambaran hasil perbandingan nilai diameter pohon dengan
menggunakan pita ukur sebagai pembanding

C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


1. Lima belas pohon berdiri di lingkungan Universitas Bengkulu
2. Alat ukur diameter : Garpu pohon, Biltmore stick, Calliper dan Pita ukur
3. Alat tulis dan alat hitung

D. METODE PRAKTIKUM

1. Setiap kelompok memilih 15 pohon dari berbagai ukuran dan jenis di Lingkungan
Universitas Bengkulu
2. Melakukan pengukuran diameter setinggi dada pada 15 pohon tersebut dengan
menggunakan masing-masing alat diameter yang telah disiapkan.
3. Untuk setiap alat, kecuali pita ukur, dilakukan dua kali pengukuran pada setiap
pohon.
4. Melakukan perbandingan hasil pengukuran diameter pohon dengan menggunakan
pita ukur sebagai pembanding..
5. Melakukan uji hipotesa tentang ketepatan hasil pengukuran diameter pohon relatif
terhadap hasil pengukuran dengan pita ukur pada tingkat kepercayaan 95 %.

Hipotesa yang diuji :

H0 : μ x = μ p artinya alat ukur diameter “x” memberikan hasil pengukuran


diameter pohon yang sama dengan pita ukur

H1 : μ x ≠ μ p artinya alat ukur diameter “x” memberikan hasil pengukuran


diameter pohon yang berbeda dengan pita ukur

Kriteria uji :

t hitung ≤ t tabel : terima Ho artinya pengukuran diameter antara alat ukur “x”
dengan pita ukur memberikan hasil pengukuran yang sama.
t hitung > t tabel : tolak Ho artinya pengukuran diameter antara alat ukur “x”
dengan pita ukur memberikan hasil pengukuran yang berbeda.

1
Dimana :

t hitung = │dj │/ (Sj/√n)

dj : rata-rata selisih pada perbadingan ke-j = Σ Cji


Sj : simpangan baku selisih pada perbandingan ke-j
= [[Σcji2 - {(Σcji)2 / n }]/ n-1
n : jumlah pohon pada perbandingan ke-j

E. HASIL PENGAMATAN

1. Hasil pengukuran diameter pohon

Alat Ukur Diameter


No. Pohon Calliper (Cl) Biltmore (Bl) Garpu pohon (Gp) Pita Ukur (Pu)
1 2 rerata 1 2 rerata 1 2 rerata
1.
2.
.
.
15

2. Selisih hasil pengukuran doameter pohon

No. Pohon Selisih pengukuran diameter Pu


Cl - Pu Bl - Pu Gp - Pu
1.
2.
.
.
15
Jumlah Σ Cji Σ Cji Σ Cji Σ Cji
rerata dj dj dj

C : selisih hasil pengukuran diameter masing-masing alat dengan pita ukur


“i” : nomor pohon ke-i
“j” : perbandingan ke-j

1
F. TUGAS

1. Lakukan pengukuran diameter pohon sesuai dengan prosedur kerja !


2. Lakukan uji hipotesa untuk mengetahui ketepatan pengukuran dengan berbagai
alat ukur diameter ; pembandingnya adalah pita ukur !
3. Bahas hasil pengamatan di lapangan dan hasil perhitungan sesuai dengan teori yang
ada !

G. PUSTAKA :

Avery, TE and H.E. Burkhart. 1983. Forest Measurements. McGraw-Hill Publishing


Company. Newyork.
Cochran, WG. 1977. Sampling Techniques. 3rd edition. John Wiley and Sons. Newyork
(terjemahan).
Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan.
J.H.A. Ferguson, 1973. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta (terjemahan).
Senoaji, G. 2003. Buku Ajar Ilmu Ukur Kayu. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Simon, H. 2001. Inventarisasi Hutan. Aditya Media. Yogyakarta
Walpole, RE. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

1
PRAKTIKUM 5

PENGUKURAN TINGGI POHON

A. DASAR TEORI

Tinggi pohon didefinisikan sebagai jarak antara titik puncak pohon dengan
proyeksinya yang tegak lurus pada bidang datar atau dataran horizontal dimana pangkal
pohon terletak. Oleh karena itu yang dimaksud pengukuran tinggi pohon adalah
pengukuran jarak antara titik puncak pohon atau titik lain pada pohon tersebut dengan
proyeksinya pada bidang dasar di pangkal pohon. Sedangkan panjang pohon adalah
suatu jarak antara dua titik yang diukur menurut garis lurus atau sesuai dengan bentuk
batang pohon. Panjang pohon atau panjang kayu biasanya sebutan yang digunakan
untuk pohon yang telah rebah, sedangkan tinggi untuk pohon yang masih berdiri.
Dalam kegiatan inventarisasi hutan, biasanya dikenal beberapa macam tinggi
pohon, yaitu :
1. Tinggi pohon total ; yaitu tinggi pohon dari pangkal pohon di permukaan tanah
sampai puncak pohon. Dalam kebanyakan tabel volume atau tabel hasil, tinggi total
merupakan variabel tak bergantung. Tinggi total inilah yang dipakai untuk
menentukan kelas bonita.
2. Tinggi batas bebas cabang atau permulaan tajuk; yaitu tinggi pohon dari pangkal
batang di permukaan tanah sampai cabang pertama yang membentuk tajuk.
Pengukuran tinggi batang bebas cabang ini mudah dilakukan untuk jenis-jenis pohon
daun lebang, sedangkan untuk jenis konifer sering menghadapi kesulitan dalam
menentukan letak permukaan tajuk. Untuk jenis konifer, pendekatan pengukuran
tinggi bebas cabang diukur sampai dengan ujung batang yang mempunyai ukuran
diameter 10 cm.
3. Tinggi batang komersial; yaitu tinggi batang yang pada saat itu laku dijual dalam
perdagangan.

Untuk perkembangan selanjutnya, dalam pengukuran tinggi dan panjang pohon


dikenal istilah tinggi kayu pertukangan, panjang batang, tinggi banir, tinggi kayu tajuk,
dan panjang kayu cabang.
Tinggi pohon berdiri dapat diukur oleh berbagai alat pengukur tinggi baik
langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran tinggi pohon langsung dilakukan dengan
menggunakan galah ukur yang memiliki skala ukuran; atau dengan cara memanjat
pohon dengan membawa seutas tali. Pengukuran secara langsung ini terbatas pada
ketinggian tertentu tergantung panjangnya galah atau kesiapan si pemanjat. Pengukuran
tidak langsung dilakukan dengan berbagai alat ukur yang prinsip kerjanya berdasarkan
kaidah geometrik dan trigonomerik

2
B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM

Tujuan dan kegunaan dari praktukum ini adalah :


1. Mengetahui cara pengukuran tinggi pohon dan dapat melakukan pengukuran tinggi
pohon dengan menggunakan beberapa alat ukur tinggi pohon.
2. Untuk mendapatkan gambaran hasil perbandingan nilai tinggi pohon dengan
menggunakan berbagai alat ukur tinggi pohon.

C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


1. Lima belas pohon berdiri di lingkungan Universitas Bengkulu
2. Alat ukur tinggi pohon : Christen meter, Walking stick, Haga Hypsometer, Suunto
clinometer dan abney level.
3. Galah 4 meter dan ukuran jarak
4. Alat tulis dan kertas berpetak

D. METODE PRAKTIKUM

1. Setiap kelompok memilih 15 pohon dari berbagai ukuran dan jenis di Lingkungan
Universitas Bengkulu
2. Melakukan pengukuran tinggi pohon total dan tinggi pohon bebas cabang dengan
menggunakan alat ukur yang disediakan.
3. Memplotkan hasil pengukuran tinggi masing-masimh alat untuk setiap pohon pada
salib cartesius; dimana ordinatnya digunakan data hasil pengukuran tinggi pohon.
4. Berdasarkan gambar tersebut, secara visual lakukan perbandingan nilai hasil
pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan beberapa alat ukur tinggi pohon
tersebut.

E. HASIL PENGAMATAN

1. Hasil pengukuran tinggi pohon total

No. Pohon Christen meter Walking Stick Hagameter Suunto clinometer


1
2
.
.
15

2
2. Hasil pengukuran tinggi pohon bebas cabang

No. Pohon Christen meter Walking Stick Hagameter Suunto clinometer


1
2
.
.
15

F. TUGAS

1. Lakukan pengukuran tinggi pohon sesuai dengan prosedur kerja !


2. Sajikan perhitungan tinggi pohon yang menggunakan alat ukur dengan
kaidah trigonometri !
3. Buatlah gambaran tinggi pohon total dan bebas cabang pada kertas berpetak !
4. Bahas hasil pengukuran tinggi pohon tersebut berdasarkan gambar yang telah
dibuat secara deskriptif.

G. PUSTAKA :

Avery, TE and H.E. Burkhart. 1983. Forest Measurements. McGraw-Hill Publishing


Company. Newyork.
Cochran, WG. 1977. Sampling Techniques. 3rd edition. John Wiley and Sons. Newyork
(terjemahan).
Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan.
J.H.A. Ferguson, 1973. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta (terjemahan).
Senoaji, G. 2003. Buku Ajar Ilmu Ukur Kayu. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Simon, H. 2001. Inventarisasi Hutan. Aditya Media. Yogyakarta

2
PRAKTIKUM 6

PENGUKURAN DIAMETER POHON PERSEKSI, ANGKA BENTUK


POHON DAN PENENTUAN VOLUME POHON BERDIRI

A. DASAR TEORI

Volume kayu adalah massa pada pohon berupa kayu yang dapat diambil dari
seluruh bagian pohon, mulai dari pangkal pohon sampai dengan batang atau dahan
dipuncak pohon. Pengukuran volume pohon berdiri dihitung dengan menentukan luas
bidang dasar pada ketinggian tertentu, tinggi pohon, dan angka bentuk pohon. Diameter
pohon yang dianggap mewakili seluruh diameter pohon berdiri adalah diameter setinggi
dada (dbh) atau di Indonesia tingginya 130 cm dari bidang datar permukaan tanah.
Tinggi pohon yang dimaksud adalah tinggi pohon sesuai dengan tujuan penghitungan
volume yang diinginkan. Jika yang dinginkan volume batang bebas cabang makan
tinggi yang diukur adalah tinggi bebas cabang; jika yang diinginkan volume kayu tebal,
maka tinggi yang diukur adalah tinggi batang utama dari batas tunggak sampai dengan
ketinggian tertentu yang memiliki diameter dengan kulit 7 cm; sedangkan jika yang
dinginkan adalah volume pohon maka tinggi pohon yang diukur adalah tinggi batang
utama dari batas tunggak sampai dengan puncak tertinggi pohon. Untuk industri kayu
pertukangan umumnya yang diinginkan adalah volume kayu tebal; untuk industri kayu
lapis biasanya volume batang bebas cabang; sedangkan untuk industri kertas yang
dihitung volume pohon.
Pengukuran diameter pohon per seksi yaitu pengukuran diameter pohon pada
berbagai ketinggian dari permukaan tanah (untuk pohon berdiri); atau pengukuran
diameter pohon pada setiap selang panjang tertentu (untuk pohon rebah). Pengukuran
diameter pohon per seksi biasanya dilakukan untuk menentukan volume pohon yang
sebenarnya melalui perhitungan volume pohon per seksi. Selama ini cara penentuan
volume pohon tersebut dianggap sebagai cara yang memberikan ketelitian paling baik
dibanding cara-cara lainnya, walaupun dianggap kurang praktis. Namun demikian untuk
keperluan tertentu, misalnya penentuan angka bentuk pohon atau penyusunan tarif/tabel
volume pengukuran diameter pohon per seksi tidak bisa dihindari.
Angka bentuk pohon merupakan faktor koreksi yang diperoleh dari hasil
perbandingan antara volume pohon sebenarnya dengan volume silinder yang
mempunyai tinggi dan bidang dasar yang sama. Penentuan volume pohon dihitung
dengan mengukur bidang dasar pohon pada ketinggian tertentu, pada umumnya pada
ketinggian setinggi dada atau 130 cm. Diameter pohon yang dijadikan standar
perbandingan ini dapat bermacam-macam. Atas dasar itu maka ada beberapa macam
cara menentukan angka bentuk pohon. Misalnya Hohenadl, mengusulkan untuk
menggunakan diameter pohon pada ketinggian 1/10 tinggi pohon. Tetapi sampai
sekarang ini yang paling banyak dipakai untuk menentukan angka bentuk pohon adalah
diameter setinggi dada.

2
Untuk keperluan penentuan angka bentuk pohon atau penyusunan tarif/tabel
volume, pengukuran diameter pohon per seksi dilakukan terhadap pohon-pohon model.
Pohon model adalah pohon contoh yang sengaja dipilih (purposive sampling) dengan
kriteria tertentu. Kriteria yang dijadikan dasar pengambilan pohon-pohon model
tersebut biasanya : 1) tumbuh sehat dan nampak sehat; 2) tersebar merata di dalam
tegakan; 3) mewakili sebaran ukuran diameter pohon-pohon yang ada dalam tegakan.
Berdasarkan ketinggian bidang dasar yang digunakan, ada tiga macam angka
bentuk yaitu :
1. Angka bentuk tak murni (f1.30) yaitu perbandingan antara volume pohon dengan
volume silender yang mempunyai bidang dasar pada bagian pohon setinggi 1,30
meter diatas permukaan tanah.
2. Angka bentuk normal (f0,9) yaitu perbandingan antara volume pohon dengan volume
silinder dengan bidang dasar pada ketinggian sepersepuluh tinggi pohon sampai
pucuk pohon.
3. Angka bentuk mutlak (f1) yaitu perbandingan antara volume pohon dengan volume
silinder yang menggunakan bidang dasar pangkal pohon.

Angka bentuk pohon yang umumnya digunakan dalam penentuan volume pohon
berdiri adalah angka bentuk tak murni. Penentuan angka bentuk pohon dapat ditentukan
dengan melakukan pengukuran diameter pohon perseksi. Pengukuran diameter pohon
perseksi adalah pengukuran diameter pohon berdiri pada berbagai ketinggian dari
permukaan tanah atau pengukuran diameter pada setiap selang panjang tertentu. Panjang
seksi atau selang batang biasanya ditentukan maksimal dua meter. Semakin kecil seksi
atau selang batangnya akan semakin teliti angka bentuk yang diperoleh. Pengukuran
pohon perseksi ini biasanya dilakukan untuk menunjukan volume pohon yang
sebenarnya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung atau memperkirakan volume pohon
berdiri hampir sama dengan menghitung volume kayu rebah. Batang pohon dianggap
sebagai tabung dengan bidang dasar berupa lingkaran. Hanya saja dalam pengukuran
volume kayu berdiri dibantu dengan bilangan bentuk. Hal ini karena pengukuran bidang
dasar batang kayu berdiri hanya dilakukan pada satu titik yang dianggap mewakili dari
diameter pohon.

B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM

Tujuan dan kegunaan dari praktukum ini adalah :


1. Melakukan pengukuran diameter pohon perseksi
2. Menentukan volume pohon berdiri melalui perhitungan volume pohon perseksi.
3. Menentukan angka bentuk pohon pada berbagai jenis pohon.

2
C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


1. Sepuluh pohon berdiri di lingkungan Universitas Bengkulu, di Tahura, atau di lokasi
lain; untuk setiap kelompok pengamatan dilakukan pada setiap jenis.
2. Alat ukur diameter : Pita ukur; Spiegel Relescope Bitterlich
3. Alat tulis dan alat hitung

D. METODE PRAKTIKUM

1. Setiap kelompok memilih 10 pohon sebagai pohon model. Setiap kelompok diwakili
oleh satu jenis pohon, seperti : sengon, kelapa, mahoni, acacia, cemara, dan lainnya.
2. Melakukan pengukuran diameter setinggi dada dan diameter pada setengah panjang
pohon (t) dengan menggunakan pita ukur.
3. Melakukan pengukuran diameter pohon per seksi; pengukuran diameter pohon
dilakukan mulai pangkal pohon (20 cm di atas tanah) sampai batas cabang pertama
atau sampai bagian batang berdiameter 10 cm. Panjang setiap seksi 2 meter.
4. Melakukan penghitungan luas bidang dasar pohon pada ketinggian diameter 1,3 m.
5. Melakukan penghitungan volume pohon perseksi dengan rumus-rumus perhitungan
volume sebagai berikut :

- Huber → V = Bm x L Ket :
- Brereton → V = ¼ π (Dp + Du)/2 x L L : panjang / tinggi
- Newton → V = ((Bp + 4 Bm + Bu)/6) x L B : Bidang dasar
- Bruce → V = (¼ Bp + ¾ Bu) x L p : pangkal
u : ujung

6. Melakukan analisis data untuk menguji ketepatan dugaan volume pohon setiap
rumus dibandingkan terhadap volume kontrol ( volume per seksi) dan menghitung
rata-rata persentasi bias dugaan volume pada setiap rumus.

Hipotesa yang diuji :

H0 : μ j = 0 artinya penentuan volume dengan rumus kerja tepat dalam


menduga volume sebenarnya
H1 : μj≠0 artinya penentuan volume dengan rumus kerja tepat dalam
menduga volume sebenarnya

μ j : nilai tengah bias volume pohon dengan rumus ke-j

2
Kriteria uji :

t hitung ≤ t tabel : terima Ho artinya pada taraf nyata α = 5 % rumus kerja tepat
dalam menduga volume sebenarnya.
t hitung > t tabel : tolak Ho artinya pada taraf nyata α = 5 % rumus kerja tepat
dalam menduga volume sebenarnya
Dimana :
t hitung = │Xj │/ (Sj/√n)

Xj = Σ (Xij / nj)
Sj = Simpangan baku Xij
n = jumlah pohon pada rumus ke-j

Rata-rata persentase bias dugaan dengan setiap rumus volume dihitung dengan

: Bj = [ │Σ (Vij – Vi) / Vi │x 100 % ]

7. Menentukan angka bentuk pohon dengan menggunakan perbandingan antara volume


pohon kontrol (perseksi) dengan volume selinder (menggunakan dbh).

Penentuan volume pohon (silinder) → Vs = ¼ π d2 L


Penentuan angka bentuk pohon ke-i → fi = Vi / Vs
Penentuan angka bentuk rata-rata → fs = Σ fi / n

E. HASIL PENGAMATAN

1. Hasil pengukuran diameter dan panjang pohon per seksi

: Jenis Pohon :

No. dbh p1 u1=p2 u2=p3 u3=p3 u4=p3 s.d ui t


1
L1 = L2 = L3 = L4 = L5 = s.d ΣL= m
2
L1 = L2 = L3 = L4 = L5 = s.d ΣL= m
.
.
10

2
2. Hasil perhitungan luas bidang dasar pohon dan volume pohon
perseksi Bi =p ¼ π d 2 ; V = ((Bp + Bu)/2) x Li

No. B (m2) p1 u1=p2 u2=p3 u3=p3 u4=p3 s.d ui Vj


phn V (m3)
1 Bi =
Vi =
2 Bi =
Vi =
.
.
10 Bi =
Vi =

Ket :
dbh : diameter setinggi dada ui : diameter ujung ke-i
m : banyaknya seksi per pohon pi : diameter pangkal ke-i
Li : panjang seksi ke-i Bi : bidang dasar seksi ke-i
Vi : volume seksi ke-i t : diameter pohon ½ Σ L
Vj : jumlah volume semua seksi pohon ke-j

3. Hasil perhitungan volume dengan berbagai rumus

No. ΣL Diameter (cm) Volume berdasarkan rumus (m3)


phn dbh p t u Hubber Brereton Newton Bruce
1
2
.
.
10

4. Hasil selisih antara dugaan volume rumus dengan volume kontrol

No. Hubber – kontrol Brereton – kontrol Newton – kontrol Bruce- kontrol


phn (Xij) (Xij) (Xij) (Xij)
1
2
.
.
10
Σ (Xij) Σ (Xij) Σ (Xij) Σ (Xij)

2
F. TUGAS

1. Lakukan pengukuran diameter pohon perseksi, penghitungan volume pohon


berdiri, dan penentuan angka bentuk pohon !
2. Lakukan analisis data untuk menguji ketepatan pendugaan volume dengan
berbagai rumus dibandingkan dengan penghitungan volume dengan perseksi !
3. Tentukan berapa besar bias masing-masing rumus volume dibandingkan
dengan penghitungan volume perseksi !
4. tentukan berapa angka bentuk pohon untuk setiap jenis yang diamati !
5. Bahas hasil perhitungan dan pengamatan yang telah dilakukan !

G. PUSTAKA :

Avery, TE and H.E. Burkhart. 1983. Forest Measurements. McGraw-Hill Publishing


Company. Newyork.
Cochran, WG. 1977. Sampling Techniques. 3rd edition. John Wiley and Sons. Newyork
(terjemahan).
Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan.
J.H.A. Ferguson, 1973. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta (terjemahan).
Senoaji, G. 2003. Buku Ajar Ilmu Ukur Kayu. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Simon, H. 2001. Inventarisasi Hutan. Aditya Media. Yogyakarta
Walpole, RE. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

2
PRAKTIKUM 7

PENENTUAN VOLUME KAYU PERSEGI

A. DASAR TEORI

Volume kayu olahan adalah volume kayu dari pohon yang telah mengalami
proses pengolahan lanjutan seperti pergergajian. Volume kayu olahan biasanya dikenal
dengan sebuatan volume kayu persegi. Beberapa jenis nama kayu olahan yang dikenal
dalam dunia perdagangan disesuaikan dengan berbagai ukuran misalnya : papan, kusen,
kaso, reng, dan lain sebagainya.
Penentuan volume kayu persegi baik yang ditarah ataupun digergaji pada
umumnya tidak menemui kesulitan. Penentuannya dilakukan dengan menghitung
panjang, lebar, dan tinggi (tebal) dari papan atau balok, dan akan mendapatkan isi yang
sebenarnya dari hasil pengukuran tersebut. Untuk mempermudah perhitungan volume
kayu persegi atau olahan persatuan kubik, dapat dibuat tabel-tabel volume yang
dasarnya tetap merupakan perkalian dari panjang, tinggi dan lebar. Contoh dari tabel
volume kayu gergajian yang digunakan di Indonesia diantaranya adalah Inhouds
tabellen voorkantrechte (tabel isi untuk balok persegi) untuk tinggi dan lebar lebih dari
10 x 20 cm sampai 50 x 50 cm; inhouds tabellen voorbezang thout (tabel volume untuk
kayu gergajian) untuk kayu-kayu gergajian yang telah disesuaikan dengan ketentuan
pada Normaalblad.
Di Indonesia, seperti juga di negara-negara Eropa, Thailand, Cina, ukuran
volume kayu persegi menggunakan ukuran metrik dalam meter kubik. Di Inggris,
Malaysa menggunakan kaki kubik. Di Amerika Utara, Australia, Filiphina, volume
kayu dinyakan dalam board feet. Ukuran board feet diukur dengan membuat volume
dengan panjang, lebar, dan tinggi tertentu. Seribu board feet ditulis Midle board feet
(M.b.f) atau Midle feet board measure (M.f.b) atau disingkat “Midle” saja yang setara
dengan 2,36 m3 (kayu gergajian).

B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM

Tujuan dan kegunaan dari praktukum ini adalah :


1. Mengenal dan mengetahui berbagai macam nama kayu olahan/persegi yang dikenal
dalam perdagangan.
2. Mengetahui dan memahami cara penghitungan volume kayu persegi

C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


1. Berbagai macam ukuran kayu yang terdapat di depot-depot penjualan kayu
2. Pita ukur , alat tulis, dan alat hitung

2
D. METODE PRAKTIKUM

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengamatan dan wawancara
di lokasi atau di depot-depot kayu. Setiap kelompok praktikum menentukan depot kayu
yang akan digunakan sebagai tempat pengamatan. Kegiatan yang dilakukan di tempat
praktikum adalah :
1. Menentukan nama dan ukuran kayu perdagangan yang biaya di perjual belikan.
2. Menentukan cara penghitungan volume kayu persegi dengan menghitung panjang,
lebar dan tebal kayu; serta menentukan jumlah keping untuk setiap satu meter
kubiknya.
3. Menghitung masing-masing 5 keping kayu untuk setiap nama jenis penjualan;
bandingkan dengan ukuran sebenarnya.
4. Menghitung rata-rata persentase bias antara volume sebenarnya terhadap volume
perdagangan.
Rata-rata persentase bias dihitung dengan

: Bv = [ │Σ (Vs – Vp) / Vp │x 100 % ]

Vs : Volume sebenarnya
Vp : Volume perdagangan
Bv : Persentase bias volume

E. HASIL PENGAMATAN

1. Hasil pengamatan nama-nama ukuran perdagangan

Lokasi : Depot kayu ........................ di ....................

No. Nama Perdagangan Ukuran (cm) Keping/m3


Panjang Lebar tebal

3
2. Hasil pengukuran kayu persegi

No. Jenis Volume Ukuran (cm) Volume


Nama Perdagangan perdagangan Panjang Lebar tebal sebenarnya
1. Kusen :
a.
b.
c.
d.
e.
Rata-rata
2. Kaso
a.
b.
c.
d.
e.
Rata-rata
dan seterusnya

F. TUGAS

1. Lakukan pengamatan nama kayu persegi perdagangan di depot kayu !


2. Ukurlah masing-masing jenis kayu perdagangan tersebut; kemudian
bandingkan dengan ukuran kayu sebenarnya !
3. Hitung persentasi bias rata-rata antara volume seharusnya terhadap volume
sebenarnya !
5. Bahas hasil pengamatan yang telah dilakukan !

G. PUSTAKA :

Avery, TE and H.E. Burkhart. 1983. Forest Measurements. McGraw-Hill Publishing


Company. Newyork.
Cochran, WG. 1977. Sampling Techniques. 3rd edition. John Wiley and Sons. Newyork
(terjemahan).
J.H.A. Ferguson, 1973. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta (terjemahan).
Senoaji, G. 2003. Buku Ajar Ilmu Ukur Kayu. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Walpole, RE. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

3
PRAKTIKUM 8

PENYUSUNAN TABEL VOLUME POHON

A. DASAR TEORI

Tabel volume disusun berdasarkan hasil penelitian di lapangan tentang jenis


sesuatu pohon. Maksud dari penyusunan tabel volume adalah untuk mendapatkan
kemudahan dan kepraktisan didalam menaksir volume batang pohon berdiri melalui satu
atau beberapa peubah penaksir volime. Tabel volume yang telah beredar luas, misalnya
adalah tabel volume kayu jati. Penelitian yang dilakukan oleh Santoso (1995)
menghasilkan tabel volume jenis Duabanga. Untuk membuat tabel volume, perlu
pemahaman yang jelas tentang pengukuran diameter, pengukuran tinggi, tebal kulit,
angka bentuk pohon serta menguasai berbagai alat ukur dimensi pohon. Spurr telah
menguji berbagai persamaan regresi dengan kombinasi antara luas bidang dasar tegakan,
tinggi pohon, umur, dan bonita atau site quality. Tabel tegakan disusun berdasarkan
persamaan-persamaan volume tegakan, sehingga dapat digunakan langsung untuk
menaksir volume tegakan di lapangan. Adapula tabel tegakan yang disusun untuk
menaksir volume tegakan melalui potret udara.
Permasalahan utama dalam penyusunan tabel volume mencakup dua hal, yaitu
sifat pertumbuhan tegakan jenis yang diamati dan persyaratan-persyaratan yang terkait
dengan penyusunan tabel volume. Pertumbuhan pohon akan mempengaruhi volume,
yang secara logika volume pohon akan sama bila memiliki diameter, tinggi, dan angka
bentuk yang sama. Hal ini akan terjadi bila pohon tumbuh pada tempat tumbuh yang
sama; namum pada kenyataannya tidak demikian sehingga perlu menyeragamkan sifat
pertumbuhannya. Untuk menyeragamkan tempat pertumbuhan itu dapat dilakukan
dengan membuat zonasi hutan berdasarkan ketinggian tempat, bonita, site quality,
kondisi tanah, dan lainnya. Persyaratan dalam menyusun tabel volume mencakup
persyaratan pohon contoh dan persyaratan model. Persyaratan pohon contoh harus
memenuhi jumlah yang cukup mewakili. Dalam penyusunan tabel volume harus
memenuhi syarat, misalnya untuk tabel volume lokal hanya menggunakan satu peubah
(diameter) sedangkan pada tabel volume standar (baku) menggunakan dua peubah
seperti tinggi pohon total dan diameter.
FAO (1987) membedakan tabel volume menjadi tiga kelompok, yaitu
1. Tabel volume “lokal” yang berkaitan dengan volume suatu pohon yang hanya
ditentukan oleh diameter atau eksponen diameter seperti luas bidang dasar;
2. Tabel volume “baku” atau standar yang memasukan diameter dan tinggi tertentu
sebagai peubah bebas dan fungsi dari dua karateristik tersebut;
3. Persamaan volume yang lebih banyak dipakai secara khusus dikembangkan untuk
tujuan-tujuan penelitian atau untuk survey hutan nasional, yang memasukkan
diameter, satu atau lebih jenis tinggi, dan ciri-ciri lain seperti angka bentuk pohon.

3
Terdapat beberapa bentuk persamaan dalam penyusunan tabel volume dengan
menggunakan beberapa bebas, baik dengan satu peubah maupun dengan beberapa
peubah. Beberapa bentuk persamaan tabel volume diantaranya adalah :

Peubah bebasnya hanya diameter

1. V = b0 + b1D2 Persamaan Kopezky – Gerhardt


2. V = b1D + b2 D2 Persamaan Dissecu-Meyer
3. V = b0 + b1D + b2 D2 Persamaan Hohenadl Krenn
4. V = b0 D b1 Persamaan Berkhout
5. Log V = b0 + b1 log D Persamaan B. Husch
6. Log V = b0 + b1 log D + b2 1/D Persamaan Brenac

Peubah bebasnya diameter dan tinggi

1. V = b1 D2 h Pers. SH Spurr
2. V = b0 + b1 D2 h Pers. SH Spurr
3. V = D (b0 + b1h)
2
Pers. Ogaya
4. V = b0 + b1 D2 + b2 D2 h + b3h Pers. Stoate
5. V = b1 D2 + b2 D2 h + b3 Dh2 + b4h2 Pers. Naslund
6. V = b0 + b1 D + b2 D2 + b3dh + b4 D2 h + b5h Pers. Meyer
7. V = b0 + b1 D + b2 D2 + b3dh + b4 D2 h Pers Meyer (md)
8. V = D2 h / b0 + b1 D Pers. Takata
9. V = b0 + b1 log D + b2 log h Pers. Schumacer
10. V = b0 + b1 log D2h Pers. Spurr (log)
11. V = b0 + b1 log D + b2 log2 h2 + b3 log h + b4 log 2
h Pers FRI
12. V = a DbTc Pers Schumacher

B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM

Tujuan dan kegunaan dari praktukum ini adalah sebagai latihan untuk mengenal
cara-cara penyusunan tabel volume dengan tujuan agar mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengumpulan data dengan mengukur dimensi-dimensi pohon yang terdiri
dari : diameter setinggi dada, tinggi pohon, diameter per seksi dan panjang setiap
seksi.
2. Mencoba menggunakan persamaan regresi untuk membuat model dalam penyusunan
tabel volume. Dalam praktikum ini persamaan tabel volume yang akan dicoba
adalah persamaan Berkhot (untuk tabel volume lokal) dan persamaan Schumacher
(untuk tabel volume standar).

3
C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


1. Data hasil pengukuran praktikum ke-6 tentang pengukuran pohon perseksi dan
angka bentuk pohon.
2. Alat tulis dan alat hitung

D. METODE PRAKTIKUM

1. Setiap kelompok praktikum mengumpulkan data tentang tinggi pohon bebas cabang,
diameter setinggi dada, dan angka bentuk pohon (data praktikum ke-6).
2. Membuat tabel volume lokal, dengan langkah :
- melihat hubungan antara diameter dan tinggi pohon; hubungan diameter dan
tinggi tersebut didekati dengan fungsi regresi linier :

T = aDb T : tinggi pohon


a,b : Konstanta
D : diameter setinggi dada

Log T = log a + b log D → Y = a + bX

Terhadap persamaan yang diadapat dilakukan

:
(1) uji keberartian model menggunakan tabel ANOVA;
(2) uji ketelitian hubungan antar peubah dengan nilai koofesien determinasi

R = JK regresi / JK Total

(3) uji keeratan hubungan antar peubah : r =√R

- melihat hubungan antara volume dan diameter; hubungannya didekati dengan


persamaan regresi linier dengan menggunakan persamaan Berkhout. Lakukan
uji seperti hubungan diameter dan tinggi pohon.
3. Membuat tabel volume standar, dengan langkah yang sama dengan pembuatan tabel
volume lokal. Pada tabel volume standar variabel yang digunakan untuk menduga
volume pohon adalah tinggi bebas cabang dan diameter pohon. Persamaan yang
digunakan adalah persamaan

V = a DbTc T : tinggi pohon


a,b,c : konstanta
D : diameter setinggi dada
V : volume pohon

3
Untuk mendapatkan persamaan regresi linier, dubah menjadi :

Log V = log a + b log D + c logT → Y = a + b1X1 + b2X2

Terhadap persamaan yang diadapat dilakukan :


(1) uji keberartian model menggunakan tabel ANOVA;
(2) uji ketelitian hubungan antar peubah dengan nilai koofesien

determinasi R = JK regresi / JK Total

(3) uji keeratan hubungan antar peubah ; r = √ R


4. Dari persamaan yang terbentuk, dibuat tabel volume lokal dan tabel volume standar

E. HASIL PENGAMATAN

1. Hasil pengukuran diameter, panjang pohon per seksi (tinggi bebas cabang)
dan volume sebenarnya.

No . Diameter (cm) Tinggi bebas cabang (m) Volume (M3)


1

10

2. Tabel volume lokal

Persamaan :

Diameter (cm) Volume (m3)

3
3. Tabel Volume standar

Diameter (cm)
Tinggi (m)

F. TUGAS

1. Kompilasi data hasil pengukuran praktikum keenam, meliputi diameter setinggi


dada, tinggi bebas cabang, dan volume pohon sebenarnya !
2. Buatlah persamaan tabel volume dari data tersebut diatas!
3. Lakukan uji anova, diterminasi, dan korelasi adari persamaan tersebut!
4. Buatlah tabel tegakan lokal dan standar !
5. Bahas hasil perhitungan dan pengamatan yang telah dilakukan !

G. PUSTAKA :

Avery, TE and H.E. Burkhart. 1983. Forest Measurements. McGraw-Hill Publishing


Company. Newyork.
Cochran, WG. 1977. Sampling Techniques. 3rd edition. John Wiley and Sons. Newyork
(terjemahan).
Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan.
FAO, 1980. Forest Volume Estimation and Yield Prediction. Volume 1. Food and
Agriculture Organization of the United Nations. Roma.
J.H.A. Ferguson, 1973. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta (terjemahan).
Santoso, SB. 1995. Studi Penyusunan Tabel Volume Lokal Duabanga di HPH PT.
Veneer Produvt Indonesia, Nusa Tenggara Barat.
Senoaji, G. 2003. Buku Ajar Ilmu Ukur Kayu. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Simon, H. 2001. Inventarisasi Hutan. Aditya Media. Yogyakarta
Walpole, RE. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

3
PRAKTIKUM 9

PENGUKURAN VOLUME KAYU DENGAN STAPEL METER

A. DASAR TEORI

Ukuran susun atau dikenal dengan sebutan stapelmeter adalah satuan volume
kayu dengan ukuran tertentu. Satuan stapelmeter ini digunakan untuk mengukur kayu-
kayu atau potongan kayu yang berukuran kecil, misalnya kayu bakar, kayu bakau, kayu
bahan chips, dan lain-lain.
Satu stapelmeter disingkat “sm” disusun dari potongan-potongan kayu yang
sama panjang yang umumnya mempunyai ukuran yang beragam dengan sifat kayu yang
sama. Kayu-kayu tersebut dapat berupa kayu bulat berukuran kecil atau juga kayu yang
telah dibelah. Satu susunan (stapelmeter) pada kedua ujungnya disangga oleh pal kecil
yang ditancapkan ke dalam tanah, yang fungsinya sebagai pembatas antara satu
stapelmeter. Satu volume stapelmeter (sm) mempunyai ukuran panjang kayu 1 meter,
tinggi tumpukan 1 meter, dan panjang tumpukan 1 meter. Jika panjang kayunya hanya
0,5 meter, dan tinggi tumpukan 1 meter maka panjangnya harus dibuat 2 meter. Ukuran-
ukuran panjang dan tinggi dalam stapelmeter harus dibuat atau diukur dalam permukaan
tanah yang datar dan tegak lurus terhadap permukaan. Hal ini dimaksudkan untuk
menghilangkan kesalahan pengukuran volume karena akibat tidak terbentuknya posisi
yang persegi. Konversi dari stapelmeter kedalam meterkubik masih harus terus dikaji
lebih dalam untuk berbagai kondisi dan jenis kayu. Sekarang ini asumsi yang pakai
adalah satu stapelmeter setara dengan setengah meter kubik. Pendapat ini didasarkan
pada kayu bulau kecil yang ditumpuk. Kayu bulat yang ditumpuk akan memberikan
ruang atau celah antar kepingan kayunya. Volume celah kosong yang terbentuk dari
tumpukan kayu sama dengan volume kayu yang terisi kayu. Karena itu satu tumpukan
kayu dengan ukuran 1 m x 1 m x 1m akan mempunyai 0,5 meter kubik kayu (1 sm) dan
0,5 meter ruangan kosong/celah yang terbentuk karena tumpukan tadi.

B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM

Tujuan dan kegunaan dari praktukum ini adalah :


1. Mengenal dan mengetahui penentuan volume kayu dengan stapelmeter
2. Mengetahui dan menentukan angka perbandingan antara volume kayu meterkubik
dengan volume kayu stapel meter untuk berbagai jenis kayu

3
C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


1. Berbagai macam ukuran kayu bulat kecil atau tumpukan kayu bakar kecil berbagai
jenis (mahoni, kayu bawang, sengon, meranti, laban, nangka, dll)
2. Xylometer (gelas ukur dengan ukuran besar)
3. Timbangan analitik

D. METODE PRAKTIKUM

1. Setiap kelompok menyiapkan 30 tumpuk kayu jenis tertentu berbagai ukuran sebagai
kayu contoh; kondisi diikat teratur sebagai suatu tumpukan.
2. Melakukan penimbangan untuk setiap tumpukan kayu.
3. Melakukan pengukuran panjang, tinggi, dan lebar tumpukan kayu.
4. Menyiapkan xylometer yang diisi oleh air dengan volume yang jelas.
5. Melakukan penghitungan volume kayu tumpukan dengan menggunakan xylometer.
6. Melakukan analisis data dengan membandingkan antara volume kayu meterkubik
dengan volume kayu stapel meter. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi linier sederhana.

Y = a + bX
Y : Volume kayu meter kubik a,b : koofesisen regresi
X : Volume kayu stapelmeter

7. Menentukan angka rata-rata perbandingan antara volume kayu meterkubik dengan


volume kayu stapel meter dari persamaan regresi yang dihasilkan.

Y meterkubik = X stapelmeter

E. HASIL PENGAMATAN

Ukuran tumpukan (cm) Volume Volume


No. Jenis Kayu Berat
Panjang Lebar tebal tumpukan stapelmeter
1.
.
.
.
30

3
F. TUGAS

1. Lakukan pengamatan penentuan volume kayu dengan stapel meter dan


meterkubik untuk kayu tumpukan !
2. Tabulasikan hasil pengamatan pada tabel yang telah disediakan !
3. Lakukan analisis data dari hasil pengkuran !
4. Bahas hasil pengamatan yang telah dilakukan !

G. PUSTAKA :

Cochran, WG. 1977. Sampling Techniques. 3rd edition. John Wiley and Sons. Newyork
(terjemahan).
J.H.A. Ferguson, 1973. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta (terjemahan).
Senoaji, G. 2003. Buku Ajar Ilmu Ukur Kayu. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Simon, H. 2001. Inventarisasi Hutan. Aditya Media. Yogyakarta
Walpole, RE. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai