Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU HAMA DAN PENYAKIT HUTAN

Mohamad Dava Aditya

H1020045

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2022
Patologi Benih

A. Tujuan
Memahami cara pengujian kesehatan benih menggunakan kertas gulung.

B. Tinjauan Pustaka
Benih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan
pengembangan usaha tani dan mempunyai fungsi agronomis. Benih yang bermutu
adalah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang bekualitas tinggi. Benih yang
baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya baik dari
segi kuantitas maupun kualitas (Rineka, 1986).
Patologi benih merupakan salah satu bidang ilmu penyakit tanaman
(fitopatologi), didefinisikan sebagai studi tentang penyakit benih untuk mengetahui
faktor penyebab penyimpangan fungsi benih. Bidang ilmu ini juga mempelajari
hubungan antara patogen dan inangnya yaitu peran benih sebagai sumber penyebaran
dan penularan penyakit, serta tindakan yang perlu diambil untuk mengendalikan
kerusakan yang diakibatkannya (Agarwal, 1997). Salah satu penyebab kerusakan
bahan pangan, khususnya biji-bijian adalah kontaminasi jamur selama penyimpanan.
Menurut Soekarno (2003), metode dasar pengujian kesehatan benih dan untuk
mendeteksi patogen yang terbawa benih dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok
yaitu, metode pemeriksaan benih kering, metode pencucian benih, dan metode
inkubasi.

C. Alat dan Bahan


1. Biji sengon
2. Biji cendan
3. Plastik
4. Pinset
5. Kertas saring
6. Aquades
D. Cara kerja
1. Menyiapkan 3 pasang lembar kertas saring yang sudah disiapkan dan melembabkan
dengan aquades.
2. Meletakkan 20 biji sengon pada tiap lembar kertas lalu menggulung secara
perlahan dan memasukkan ke dalam plastik (3 ulangan masing-masing 20 biji).
3. Meletakkan 10 biji cendana pada tiap lembar kertas lalu menggulung secara
perlahan dan memasukkan ke dalam plastik (3 ulangan masing-masing 10 biji).
4. Menginkubasi pada suhu ruang selama 7 hari.
5. Mencatat jumlah benih yang berkecambah normal dan Udak normal, Udak
berkecambah, dan pertumbuhan patogen pada masing-masing benih
6 Menggambarkan kondisi umum benih, menghitung daya kecambah benih,
menghitung patogen yang muncul pada benih, menghitung persen infeksi.
7. Memfoto kecambah dan mendeskripsikan kondisinya.

E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Tabel 1. Daya kecambah dan persen infeksi pada benih sengon (Albizia chinensis)

Ulangan Total Benih Jumlah Jumlah Daya Persen


Berkecambah Benih Kecambah Infeksi
Terinfeksi (%)

1 20 6 14 30% 70%

2 20 3 15 15% 75%

3 20 2 16 10% 80%

Rerata 20 3,67 15 48,33% 75%


Keterangan : Ulangan 2 = 2 benih keras, bebas hifa; Ulangan 3 = 3 benih bebas hifa,
keras, tidak berlendir

Tabel 2. Daya kecambah dan persen infeksi pada benih cendana (Santalum album L.)

Ulangan Total Benih Jumlah Jumlah Daya Persen


Berkecambah Benih Kecambah Infeksi
Terinfeksi (%)

1 10 2 8 20% 80%

2 10 4 6 40% 60%

3 10 2 8 20% 80%

Rerata 10 2,67 7,33 26,67% 73,33%

Keterangan : Ulangan 1 = 2 benih keras, bebas hifa; Ulangan 2 = 4 benih keras, bebas
hifa, tidak berlendir; Ulangan 3 = 2 benih bebas hifa, keras, tidak berlendir
Tabel 3. Patogen yang ditemukan

Gambar patogen yang ditemukan Keterangan:

Fusarium sp. dengan perbesaran 40x

Mutu suatu benih mencakup mutu genetic, fisiologis, fisik, dan patologis
benih. Mutu patologis benih berhubungan dengan infeksi akibat patogen terbawa
benih (Ilyas S. et al, 2007).
Patogen yang terbawa oleh benih dapat berupa cendawan, bakteri, virus, dan
nematoda (ISTA 2010). Lokasi patogen pada benih biasanya terdapat pada permukaan
benih, di dalam jaringan benih, dan di luar benih (terbawa bebas bersama benih).
Patogen pada permukaan benih (kulit biji) berasal dari kontaminasi dari luar yang
terjadi pada saat panen, threshing, pada pascapanen. Patogen yang berada di dalam
jaringan benih terjadi melalui proses infeksi patogen yang mapan dan bertahan, baik
yang menginfeksi langsung dari jaringan tanaman induk maupun penularan dari luar.
Penularan dari luar dapat terjadi dengan cara infeksi sistemik melalui stigma, dinding
ovari, kulit biji, tangkai, bunga dan buah.. Maka dari itu diperlukan pengendalian
penyakit dengan metode pemeriksaan. Pemeriksaan cara kering sesuai untuk melihat
kerusakan warna pada kulit biji, dan kerusakan mekanis seperti biji keriput atau
abnormal, dan biji busuk. Pemeriksaan dapat dilakukan secara visual.
Fusarium sp. dapat menyerang semua tahap perkembangan tanaman bahkan
dapat terbawa oleh benih. Kemungkinan penyebab terjadinya penyerangan cendawan
terhadap benih karena keberadaan nutrisi tinggi seperti karbohidrat, protein dan
lemak yang terkandung dalam benih, yang merupakan sumber makanan bagi
mikroorganisme tersebut. Infeksi dalam benih Sengon dan Cendana dapat
menimbulkan kerusakan benih dan merupakan salah satu penyebab menurunnya
viabilitas benih (Bramasto, 2008).
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah benih yang ditumbuhi cendawan
Fusarium sp. setiap ulangan berbeda-beda. Pada ulangan 1 benih Albizia chinensis,
benih yang terkena infeksi sebanyak 70%, benih yang berkecambah 30% . Pada
ulangan 2 benih Albizia chinensis, benih yang terkena infeksi sebanyak 75%, benih
yang berkecambah 25%. Pada ulangan 3 benih Albizia chinensis, benih yang terkena
infeksi sebanyak 80%, benih yang berkecambah 20%. Rata-rata infeksi seluruhnya
sebesar 75% dan rata-rata perkecambahannya 48,33%. Pada ulangan 1 benih
Santalum album L., benih yang terkena infeksi sebanyak 80%, benih yang
berkecambah 20%. Pada ulangan 2 benih Santalum album L., benih yang terkena
infeksi sebanyak 60%, benih yang berkecambah 40%. Pada ulangan 3 benih Santalum
album L., benih yang terkena infeksi sebanyak 80%, benih yang berkecambah 20%.
Rata-rata infeksi seluruhnya sebesar 73,33% dan rata-rata perkecambahannya
26,67%.
Metode yang dapat dilakukan untuk penanganan benih yang baik sehingga
mutu benih yang sudah dikumpukan dapat dipertahankan. Kegiatan penanganan benih
meliputi sortasi buah, ekstraksi benih, pembersihan benih, sortasi benih, pengeringan
benih, dan distribusi benih (Mulawarman, 2002).

F. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan uji patologi benih adalah persentase infeksi yang paling
besar pada benih sengon ulangan 3 dan benih cendana ulangan 1 dan 3 sebesar 80%.
Sedangkan perkecambahan yang paling banyak muncul pada benih sengon ulangan 1
sebesar 30% dan cendana ulangan 2 sebesar 40%. Cendawan yang ditemukan pada
benih adalah Fusarium sp.
Daftar pustaka

Agarwal V.K., Sinclair, J.B. 1997. Principles of Seed Pathology 2nd. Boca Raton:
CRC.
Bramasto, Y., M. Zanzibar dan T. Suharti. 2008. Teknik Pengelolaan Hama dan Penyakit
pada Benih Tanaman Hutan Rakyat. Info Benih. 12 (2) : 117 - 126.
Ilyas S, Kadir TS, Yukti AM, dan Fiana Y. 2007. Efektivitas Pestisida Nabati dan Agens
Hayati dalam Mengendalikan Patogen Terbawa Benih Padi secara In-Vitro. Apresiasi
Hasil Penelitian Padi.
ISTA. 2010. International rules for seed testing: Edition 2010. Switzerland: The International
Seed Testing Association.
Mulawarman, dkk. 2002. Pengelolaan Benih Pohon, Sumber Benih, Pengumpulan dan
Penanganan Benih: Pedoman Lapang Untuk Petugas Lapang dan Petani. Bogor:
International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan Winrock International.
Rineka Cipta. 1986. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Jakarta :
Rineka Cipta.
Soekarno B.P.W. 2003. Cendawan Terbawa Benih dan Pengujian Kesehatan Benih Dalam
Bahan Pelatihan Pengujian Kesehatan Benih: Deteksi dan Identifikasi Patogen
Terbawa Benih. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai