Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU

“Pengaruh Pola Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun Pada


Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Di Desa Tanjung
Pering Kabupaten Ogan Ilir ”

Iwan Gunawan
05081281823020

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman
hortikultura yang mudah dibudidayakan. Indonesia merupakan sentra pertanaman
kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik yang luas. Kacang
panjang termasuk sayuran yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Temperatur
yang cocok bagi pertumbuhan kacang panjang berkisar antara 18-32°C.
Kemasaman (pH) tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan kacang panjang
adalah 5,5-6,5 (Arsi et al. 2020)
Penurunan produksi kacang panjang di Indonesia diakibatkan
adanyakendala, salah satu kendalayaitu kurangnya intensifnya cara budidaya oleh
petani. Banyak faktor yang berperan pada intensifikasi tanaman kacang panjang,
diantaranya penanaman varietas unggul dan benih bermutu, perbaikan cara
budidaya, cara pengendalian hama penyakit, dan penanganan pasca panen yang
baik. Selain itu , Faktor penggunaan mulsa dan pupuk juga berperan dalam
meningkatkan produksi serta mengurangi dan menekan intensitas serangan
organisme pengganggu tanaman(Pamuji, Wijaya, and Suroso 2018). Pengenalan
gejala serangan suatu penyakit tanaman sangat penting diketahui karena sebagai
langkah awal dalam strategi pengendalian penyakit (Soenartiningsih, Fatmawati
dan Adnan, 2013). Oleh karena itu pentingnya edukasi tentang hama dan penyakit
serta penanggulangannya kepada petani menjadi hal yang utama dalam
peningkatan produksi yang dapat dilakukan dengan berbagai cara(Sumpala and
Sutoyo 2018).
Polikultur merupakan sistem budidaya tanaman yang dapat meningkatkan
produktivitas lahan. Salah satunya yaitu Tumpangsari atau “Intercropping”
merupakan salah satu perwujudan multiple cropping yang dapat didefinisikan
sebagai suatu cara bercocok tanam pada sebidang lahan dimana dua atau lebih
spesies tanaman di tanam dan tumbuh bersama dalam jarak dan larikan yang
teratur. Penataan tanaman dalam sistem tumpangsari dengan tanaman lainnya
perlu dilakukan agar kompetisi antar tanaman dalam memanfaatkan unsur hara,
menggunakan radiasi matahari dan ruang tumbuh tidak berakibat buruk terhadap
hasil (Rifai, Basuki, and Utomo 2014).

Penyakit itu sendiri merupakan hasil interaksi dari tiga komponen utama
yaitu patogen, inang, dan lingkungan. Epidemi penyakit yaitu meningkatnya
intensitas dan ekstensitasnya, sangat bergantung kepada besar sumbangan yang
diberikan oleh masing-masing komponen tersebut dan berakhir dengan penurunan
hasil (Sudjono 2015).
Organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat
menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan
kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap
tanaman budidaya. Organisme pengganggu tanaman dikelompokan menjadi 3
kelompok utama yaitu hama, penyakit, dan gulma(Priawandiputra and Permana
2015).
Penyakit karat daun pada tanaman kacang panjang tanda dan gejala yang
terlihat adanya bintik-bintik kecil berwarna coklat kemerahan. Bintik-bintik ini
menyebar pada permukaan atas dan dengan jumlah berbeda pada setiap daunnya.
Pada bintik-bintik yang berdekatan akan menyatu sehingga ukurannya menjadi
lebih besar dan berwarna coklat. Pada daun yang tua jumlah bintik-bintik tersebut
akan semakin meningkat (Sucianto and Muachiroh 2019).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu untuk menentukan tingkat
kerusakan dari suatu tanaman sakit.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Lahan Kacang Panjang Monokultur Lahan Kacang Panjang Polikultur

Praktikum persentase kerusakan tanaman ini dilaksanakan pada hari Sabtu,


17 April 2021 Pukul 14.20-16.00 WIB via Zoom Meeting di Perumahan Persada,
Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan dan
pengamatan persentase serangan penyakit dilapangan pada tanaman kacang
panjang ini dilakukan di lahan Kacang Panjang, Desa Tj. Pering, Kecamatan
Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.

2.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain yaitu: a)
Alat tulis/ATK, b) Kamera, c) Petak Percobaan .

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu: a) Daun
tanaman yang terserang penyakit.

2.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum penilaian kerusakan tanaman buncis ini
yaitu sebagai berikut:
2.3.1. Penentuan Lahan Percobaan

A B

Gambar 2. Lahan Pengamatan Penilaian Kerusakan Tanaman Kacang Panjang


Monokultur (A) dan Polikultur (B) di Desa Tanjung pering, Kecamatan Indralaya
Utara, Kabupaten Ogan Ilir
2.3.2. Penentuan Titik Sampel

Gambar 3 Titik sample pengamatan di sketsa petak pengamatan pada tanaman


Kacang Panjang
Tanaman sampel diambil dengan menggunakan metode diagonal sampling
dengan 5 titik sampel (Gambar 3), tiap petak diambil 2 sampel/rumpun tanaman.
Jadi ada 10 sampel tanaman yang akan diamati.

2.5 Metode Pengamatan


Adapun metode pengamatan pada praktikum penilaian kerusakan tanaman buncis
kali ini menggunakan dua perhitungan kerusakan tanaman, yaitu perhitungan
intensitas serangan dan presentase kerusakan.
 Rumus Perhitungan Kerusakan Tanaman dengan Intensitas Serangan :
Ket = I : Intensitas Serangan (%)
n : Banyaknya tanaman/bagian tanaman seperti bagian batang,daun,
polong yang diamati dari tiap kategori serangan
v : Nilai skala dari tiap kategori
Z : Nilai skala dari tiap kategori serangan yang tertinggi
N : Banyak tanaman/bagian tanaman yang diamati
 Rumus Perhitungan Kerusakan Tanaman dengan Persentase Serangan :

Ket = P : Persentase serangan


n : Banyakya tanaman/bagian tanaman atau tunas yang sakit
N : Banyaknya tanaman/tunas tanaman

2.6 Intensitas dan Persentase Serangan Penyakit


2.6.1 Nilai Skoring pada Setiap Kategori
Adapun nilai skoring dari skala kerusakan tiap kategori adalah :
Skor Persentase Kerusakan Tanaman (%)
0 Tidak ada serangan terhadap tanaman
1 Terdapat serangan dengan luas ≤ 25%
2 Terdapat serangan dengan luas > 25-50 %
3 Terdapat serangan dengan luas > 50-75 %
4 Terdapat serangan dengan luas > 75 %
2.6.2 Skala Skoring Penyakit Karat Daun (Uromyces sp.) Pada Lahan
Monokultur

A B

C D

Gambar 4. Penentuan skor penyakit karat daun (Uromyces sp.) pada tanaman
Kacang Panjang di lahan monokultur; Gejala serangan penyakit skor 0 (A), gejala
serangan penyakit skor 1 (B), gejala serangan penyakit skor 2 (C), gejala serangan
penyakit skor 3 (D), gejala serangan penyakit skor 4 (E).

2.6.2 Skala Skoring Penyakit Karat Daun (Uromyces sp.) Pada Lahan
Polikultur

A B
C D

Gambar 5. Penentuan skor penyakit karat daun (Uromyces sp.) pada tanaman
Kacang Panjang di lahan polikultur; Gejala serangan penyakit skor 0 (A), gejala
serangan penyakit skor 1 (B), gejala serangan penyakit skor 2 (C), gejala serangan
penyakit skor 3 (D), gejala serangan penyakit skor 4 (E).
3.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan penyakit yang menyerang
pada lahan tanaman yang menerapkan teknik budidaya monokultur dan polikultur
pada tanaman kacang panjang. Pada pengamatan ditemukan suatu penyakit yaitu
Penyakit karat daun disebabkan oleh cendawan Uromyces appendiculatus. gejala
penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan U.appendiculatus pada
bagian atas dan bawah daun terdapat bintik-bintik yang disebut pustul.Pustul
tersebut merupakan uredospora yang berdiameter 0,25 –1 mm, berbentuk bulat,
lonjong dan tersebar berupa serbuk, berwarna coklat tua serta terdapat pada daun
hijau dan semi kering (Khouader et al. 2014). Patogen ini penting karena
mempengaruhi kualitas dan kuantitas. Kerusakan yang timbul pada daun yaitu
bintil-bintil kecil berwarna coklat yang agak menonjol dapat menggangu proses
fotosintesis, sehingga tanaman kekurangan suplai makanan dan pembentukan
polong dapat terganggu (Manengkey 2011). Perkembangan dari cendawan ini
sangat cepat jika kelembaban tinggi terutama pada musim penghujan, pada suhu
udara 21-25°C dan penyebarannya pun dibantu oleh angin, vector, alat pertanian.
Pengendalian karat daun diantaranya dapat dilakukan dengan melakukan
pergiliran tanaman dengan kurun waktu 2 sampai 3 tahun untuk menurunkan
potensi penyebaran, sisa tanaman yang terserang harus dibakar, pasokan air irigasi
harus pas agar kelembaban terkontrol, sistem drainase harus baik, dan terakhir
menggunakan benih yang baik agar tahan terhadap karat daun.
Berdasarkan dari data yang didapatkan akibat karat daun Uromyces sp.
pada teknik budidaya monokultur dan polikultur hasil yang didapatkan beragam
pada sistem monokultur didapatkan intensitas serangan tertinggi sebesar 34% dan
intensitas terendah 18%. Sedangkan pada teknik budidaya polikultur intensitas
tertinggi yang didapat yaitu 18% dan intensitas terendah didapat 6%. Untuk
persentase serangan pada teknik budidaya monokultur serangan tertinggi didapat
hingga 64% pada tanaman tersebut dan serangan terendah terhitung 30%. Untuk
persentase serangan pada bubidaya polikultur persentase serangan yang didapat
mencapai 41% dan persentase serangan terendah yang didapat yaitu 11%. Pada
hasil pengamtan yang kami lakukan bahwa penyakit karat daun pada tanaman
yang menggunakan teknik polikultur ditemukan lebih sedikit penyakit karat daun.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini penyakit yang ditemukan pada lahan yang
menerapkan teknik budidaya monokultur ataupun polikultur yaitu Penyakit karat
daun disebabkan oleh cendawan Uromyces appendiculatus. Pada hasil pengamtan
yang kami lakukan bahwa penyakit karat daun pada tanaman yang menggunakan
teknik polikultur ditemukan lebih sedikit penyakit karat daun. Pengendalian karat
daun diantaranya dapat dilakukan dengan melakukan pergiliran tanaman dengan
kurun waktu 2 sampai 3 tahun untuk menurunkan potensi penyebaran, sisa
tanaman yang terserang harus dibakar, pasokan air irigasi harus pas agar
kelembaban terkontrol, sistem drainase harus baik, dan terakhir menggunakan
benih yang baik agar tahan terhadap karat daun.

4.2 Saran
Adapun saran dari pengamatan kali ini tetap melakukan protocol kesehatan
walaupun harus tetap menjalani pengamatan mandiri. Pengambilan data harus
lebih teliti lagi agar hasil menjadi lebih akurat. Penghitungan pun harus dilakukan
dengan lebih teliti agar tidak ada kesalahan dalam memasukan data. Sebaiknya
perbanyak lagi bahan – bahan bacaan lainnya untuk menambah wawasan.
DAFTAR PUSTAKA

Arsi, Arsi Et Al. 2020. “Pengaruh Kultur Teknis Terhadap Serangan Hama Dan
Penyakit Pada Tanaman Kacang Panjang Di Kecamatan Lempuing
Kabupaten Ogan Komering Ilir.” Sell Journal 5(1): 55.
Khouader, M, R Benkirane, Ao Touhami, And A Douira. 2014. “Étude De
Quelques Pucciniales Liés Aux Plantes Cultivées Au Maroc.” Journal Of
Applied Biosciences 72(1): 5869.
Manengkey, Guntur S J. 2011. “Intensitas Dan Laju Infeksi Penyakit Karat Daun
Uromyces Intensity And Infection Rate Of Rust Leaf Uromyces Phaseoli On
Red Bean.” Eugenia 17(3): 218–24.
Pamuji, Anan, Insan Wijaya, And Bejo Suroso. 2018. “Penggunaan Berbagai
Jenis Mulsa Dan Pemupukan Terhadap Intensitas Serangan Organisme
Pengganggu Tanaman Dan Hasil Kacang Panjang (Vigna Sinensi L.).”
Agritrop : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian (Journal Of Agricultural Science)
16(1): 118.
Priawandiputra, Windra, And Agus Dana Permana. 2015. “Efektifitas Empat
Perangkap Serangga Dengan Tiga Jenis Atraktan Di Perkebunan Pala
( Myristica Fragrans Houtt ) Effectiveness Of Four Insect Traps With Three
Attractans In Nutmeg Plantation ( Myristica Fragrans Houtt ).” Jurnal
Sumberdaya Hayati 1(2): 54–59.
Rifai, Ahmad, Seno Basuki, And Budi Utomo. 2014. “Nilai Kesetaraan Lahan
Budi Daya Tumpang Sari Tanaman Tebu Dengan Kedelai: Studi Kasus Di
Desa Karangharjo, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang.” Widyariset
17(1): 59–70. Widyariset.Pusbindiklat.Lipi.Go.Id.
Soenartiningsih, Fatmawati, And A. M. Adnan. 2013. “Identifikasi Penyakit
Utama Pada Tanaman Sorgum Dan Jagung Di Sulawesi Tengah.” Seminar
Nasional Sereala: 420–32.
Sucianto, Eddy Tri, And Abbas Muachiroh. 2019. “Jenis , Frekuensi
Kemunculan , Dan Persentase Penyakit Cendawan Pada Tanaman Sayuran.”
A Scientific Journal 36(1): 1–9.
Sudjono, M.S. 2015. “Penyakit Jagung Dan Pengendaliannya.” Balai Penelitian
Tanaman Pangan Maros 1: 34–36.
Sumpala, Andi Tenri, And Muhammad Nurtanzis Sutoyo. 2018. “Sistem Pakar
Untuk Mendiagnosa Hama Penyakit Tanaman Padi Menggunakan Metode
Forward Chaining Dan Certainty Factor.” Prosding Seminar Nasional
(November): 261–67.

Anda mungkin juga menyukai