Anda di halaman 1dari 50

11. Ficus vasculosa Wall. ex Miq.

- Moraceae

Nama Botanis
Ficus vasculosa Wall. ex Miq.-Moraceae
Sinonim: Ficus championi Benth., Ficus
renitens Miq., Ficus variabilis Miq.

Nama Perdagangan
-

Nama Daerah
Bunut, huru awis, ki kopeng, ki kuya (Sunda).

Nama di Negara Lain


Ara nasi, mentakil, tampang burong (Malaysia),
maduea thong (Thailand)

Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Indo-china,
Thailand, Malaysia, Singapura
a
Morfologi
Pohon sedang, besar atau raksasa, tinggi 50 m.
Batang silindris, tegak, diameter batang sampai
110 cm. Permukaan pepagan warna cokelat
keputihan atau abu-abu, licin hingga kasar
danberetak.
Daun penumpu bentuk jarum hingga budar
telur, panjang kurang dari 6 mm. Daun tunggal,
kedudukan daun berselang seling, bentuk
helaian jorong, lonjong hingga bundar telur, b
ujung luncip, pangkal lancip hingga
Ficus vasculosa Wall. ex Miq. - Moraceae
membundar, pinggir helaian daun rata,
a. Kayu (wood)
pertulangan sekunder berjumlah 10-12 cm,
b. Kulit (bark)
ujung melengkung saling menyambung.
Panjang tangkai 1-2 cm.
Ciri Anatomi
Perbungaan majemuk dalam bulatan (syconia),
Lingkar tumbuh jelas, ditandai oleh parenkim
berwarna kuning-oranye-merah, menempel
pita yang lebih tebal.
pada ranting.
Buah semu bentuk bulat, diameter kurang dari Pembuluh baur, soliter, beberapa bergabung
8 mm, berwarna hijau hingga kuning orange radial 2-4 sel, ukuran sedang, diameter 220,07
atau merah kekuningan, menempel pada ± 14,99 mikron; frekuensi sedikit, 3,07 ± 0,36
2
ranting. Dalam buah terdapat ribuan biji per mm ; panjang 421,9 ± 4,7 mikron, bidang
berukuran kecil. perforasi sederhana. Ceruk antar pembuluh
berhalaman, bentuk bundar sampai lonjong
Ciri Umum bersusun berseling; ukuran 7,46 ± 0,26 mikron.
Ceruk antar pembuluh dan jari-jari sama dan
Warna kayu teras kuning cerah tidak
seukuran dengan ceruk antar pembuluh; tilosis
dipisahkan secara jelas oleh kayu gubalnya.
dan endapan putih kadang dijumpai.
Corak bergaris-garis.
Tekstur kasar. Parenkim pita tebal yang membentuk garis
marjinal tidak terputus.
Arah serat lurus sampai berpadu.
Kilap mengkilap. Jari-jari heteroseluler, dengan tinggi mencapai
Kesan raba agak licin. 1.147,29 mikron, dengan rata-rata 794,2 ± 76,3
mikron, frekuensi 3,9 ± 0,3 jari-jari per mm.
Kekerasan sedang.

54 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Serat dengan ceruk sederhana sampai Keteguhan belah (kg/cm)
berhalaman sangat kecil, tanpa sekat. Panjang Radial (b) 16
1.535 ± 10,6 mikron, diameter 30,3 ± 0,4 (k) 21
mikron, lebar lumen 25,8 ± 0,0 mikron, tebal Tangensial (b) 16
dinding 2,24 ± 0,05 mikron. (k) 20
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan
kertas: Kelas I. Keteguhan tarik sejajar arah serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Saluran interseluler tidak dijumpai.
Radial (b) 346
Inklusi material tidak dijumpai.
(k) -
Tangensial (b) 373
Sifat Fisis (k) -
Berat Jenis 0,38 dan kelas kuat IV-V (Oey, Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
1990) Radial (b) 4
Penyusutan (%) : (k) 11
Penyusutan dari basah sampai kering udara Tangensial (b) 4
1,3 (R) ; 2,8 (T) (k) 13
Penyusutan dari basah sampai kering oven
4,0 (R) ; 7,3 (T) Sifat Kimia
Kadar
Sifat Mekanis
Holoselulosa 79,1%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Lignin 33,7%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Pentosan 16,2%
dengan berat jenis basah (b) 0,41 pada kadar Abu 1,7%
air 129%, dan berat jenis kering udara (k) 0,51 Silika 0,8%
pada kadar air 17%. Kelarutan
Keteguhan lentur statis Alkohol-benzena 3,0%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air dingin 4,0%
(b) 153 Air panas 10,7%
(k) 221 NaOH 1% 21,6%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Nilai kalor 4.414 kal/g
(b) 287
(k) 423 Keawetan
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
(b) 32,9 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 48,4 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V.
Keteguhan pukul (kgm/dm3) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 17 spathularia kelas III, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 14 Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Tangensial (b) 19 Schizophyllum commune kelas IV.
(k) 14
Ketahanan terhadap organisme perusak
Keteguhan tekan sejajar serat kayu di laut termasuk kelas V.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 159 Keterawetan
(k) 243 Masuk kelas I (mudah)
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 62 Pengeringan
(k) 49
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan alami
Ujung (b) 252 Kayu agak cepat mengering (31 hari) dari kadar
(k) 155 air 65% hingga mencapai kadar air kering
Sisi (b) 144 udara (13%) dengan mutu sedang sampai baik.
(k) 157 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
Keteguhan geser (kg/cm2) sional
Radial (b) 32 Kayu disarankan dikeringkan dengan meng-
(k) 42 gunakan suhu 55-83°C dan Rh 27-81%.
Tangensial (b) 33
(k) 44

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 55


Venir dan Kayu Lapis produk interior yang memerlukan corak
Venir menarik.
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Silvikultur
kupas 90° untuk tebal 1,5 mm. Tempat tumbuh
Kayu Lapis Tumbuh di hutan hujan dataran rendah,
Perekatan venir kayu ini dengan urea umumnya di hutan sekunder dan di tempat
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis terbuka, pada ketinggian sampai 1.500 m.dpl.
tahan air yang memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Permudaan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Permudaan dilakukan dengan biji dan secara
Jerman (DIN) No. 68705-1983. vegetatif dengan stek batang atau pucuk.
Penyemaian pada pasir halus dan ber-
Pemesinan kecambah dalam waktu 10-30 hari.
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas Buah
%
Penyerutan 54 Sedang (III) Musim berbuah sepanjang tahun. Viabilitas biji
Pembentukan 74 Baik (II) sekitar 80% dapat dijaga dengan menyimpan di
Pembubutan 56 Sedang (III) ruang kedap udara dan berpendingin.
Pemboran 73 Baik (II) Sebaiknya benih segera dikecambahkan.
Pengampelasan 86 Sangat baik (I)
Hama penyakit
Kegunaan Tanaman muda mudah diserang gulma, rusa
dan kijang.
Kayu dapat digunakan sebagai bahan
konstruksi sementara. Coraknya bergaris
menarik sehingga bagus untuk moulding,
barang kerajinan, venir muka kayu lapis dan

56 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Ficus vasculosa Wall. ex Miq.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 57


200 µm

A B

C D

Ficus vasculosa Wall. ex Miq.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

58 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


12. Garcinia celebica L. - Clusiaceae

Nama Botanis
Garcinia celebica L.- Clusiaceae
Sinonim: Garcinia fabrilis Miq., G. jawoera
Pierre, G. rumphii Pierre

Nama Perdagangan
Beruas

Nama Daerah
Cerui, beruwas, kiras; manggis leweung
(Sunda), baros, manggisan (Jawa), baruwas,
beruwa, kiras, sibaruweh sibarueh item
(Sumatera), kirasa (Makasar), ire (Bugis),
tanduk, dambu lotong, kalaero (Muna), kalawet,
manggis, manggis utan, sikup, sungkup
(Kalimantan), baba, dodopa, kafran, sinoreh
(Maluku), perada (Bali/Lombok).
a
Nama di Negara Lain
-

Daerah Persebaran
Tersebar hampir di seluruh Indonesia: Jawa,
Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Bali,
Lombok dan Maluku.

Morfologi
Pohon sedang, tinggi mencapai 25 m. Batang b
silindris, tegak, diameter mencapai 50 cm.
Permukaan pepagan warna cokelat, beralur Garcinia celebica L. - Clusiaceae
dangkal dan mengelupas kecil-kecil tebal. a. Kayu (wood)
b. Kulit (bark)
Daun tunggal, kedudukan berhadapan
bersilangan, bentuk lonjong, bundar telur atau Ciri Anatomi
bundar memanjang, ujung meruncing, pangkal
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
membulat, tebal seperti kulit, berukuran 14-22
Pembuluh baur, hampir seluruhnya soliter,
cm x 6-9 cm, permukaan atas hijau tua
bergabung radial sampai 4 dan pembuluh
mengkilap, permukaan bawah hijau muda.
bergerombol dijumpai, bidang perforasi
Panjang tangkai 1-1,5 cm.
sederhana. Ceruk antar pembuluh selang-
Bunga terletak pada ujung ranting berjumlah 1- seling, berukuran kecil (4-7 mikron).
8, panjang tangkai 1-1,5 cm. Percerukan pembuluh dan jari-jari dengan
Buah bulat, diameter kurang dari 35 mm, halaman yang jelas, serupa dalam ukuran dan
berwarna hijau kuning kemerahan, biji beraril ceruk antar pembuluh. Diameter pembuluh
tipis, rasa agak masam. berkisar antara 100-200 mikron, frekuensi 5
buah/mm2 atau kurang.
Ciri Umum Parenkim aksial paratrakea jarang, aliform
Warna kayu teras berwarna cokelat muda agak bersayap, konfluen dan pita >3 lapis sel, pita
kehijauan, sulit dibedakan dengan kayu sempit ≤3 lapis sel. Panjang lebih dari 8 sel per
gubalnya. untai.
Tekstur agak kasar dan tidak merata. Jari-jari 1–3 seri, sedangkan jari-jari yang lebar
Kilap agak kusam. umumnya 4–10 seri. Komposisi jari-jari dengan
Kesan raba kesat. 1 jalur sel tegak atau sel bujur sangkar marjinal
Kekerasan agak keras. serta sel baring, sel bujur sangkar, dan sel
Corak polos. tegak bercampur. Frekuensi jari-jari 4-12 per
mm.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 59


Serat dengan ceruk sederhana sampai Keteguhan belah (kg/cm)
berhalaman sangat kecil. Panjang serat 2.220 ± Radial (b) 53
242 mikron, diameter 30,5 ± 3,8 mikron, lebar (k) 32
lumen 20,5 ± 3,2 mikron, dinding serat tipis Tangensial (b) 56
sampai tebal, 4,9 ± 0,9 mikron. Kualitas serat (k) 39
untuk bahan baku pulp dan kertas: Kelas I.
Keteguhan tarik sejajar arah serat
Inklusi mineral dijumpai kristal prismatik bentuk
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
druse dalam parenkim aksial.
Radial (b) 633
(k) 287
Sifat Fisis
Tangensial (b) 647
Berat Jenis 0,94 dan kelas kuat I-II (Oey, 1990) (k) 394
Penyusutan (%) : Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan dari basah sampai kering udara Radial (b) 34
1,3 (R) ; 4,1 (T) (k) 33
Penyusutan dari basah sampai kering oven Tangensial (b) 34
2,5 (R) ; 7,2 (T) (k) 34

Sifat Mekanis Sifat kimia


Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Kadar
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Holoselulosa 68,2%
dengan berat jenis basah (b) 0,41 kadar air
Lignin 27,3%
128%, dan berat jenis kering udara (k) 0,51 Pentosan 18,7%
pada kadar air 17%. Abu 0,8%
Keteguhan lentur statis Silika 0,1%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Kelarutan
(b) 336 Alkohol-benzena 4,5%
(k) 464 Air dingin 5,2%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Air panas 7,1%
(b) 585 NaOH 1% 9,8%
(k) 826 Nilai kalor 4.150 kal/g
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2)
(b) 83,9 Keawetan
(k) 113,8 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet II (Oey,
Keteguhan pukul (kgm/dm3) 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Radial (b) 18 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas I ,
(k) 13 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Tangensial (b) 20 curvignathus Holmgren) kelas III.
(k) 37 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
spathularia kelas III, Polyporus sp. kelas IV,
Keteguhan tekan sejajar serat Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Schizophyllum commune kelas IV.
(b) 292 Ketahanan terhadap organisme perusak
(k) 441 kayu di laut termasuk kelas V.
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 215 Keterawetan
(k) 143
Masuk kelas I (mudah)
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 445 Pengeringan
(k) 612 Pengeringan alami
Sisi (b) 362 Kayu cepat mengering (18 hari) dari kadar air
(k) 445 60% hingga mencapai kadar air kering udara
Keteguhan geser (kg/cm2) (13%) dengan mutu baik.
Radial (b) 70
(k) 110 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
Tangensial (b) 68 sional
(k) 125 Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 40 -
65°C dan Rh 80 – 21%.

60 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Venir dan Layu Lapis Kegunaan
Venir Kayu ini dapat digunakan sebagai bahan
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik konstruksi dalam ruangan, papan lantai, mebel,
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut moulding, kotak pembungkus, pegangan sikat
kupas 91°30’ untuk tebal 1,5 mm. dan korek api. Selain itu dapat digunakan untuk
venir dan kayu lapis.
Kayu Lapis
Perekatan venir kayu ini dengan urea
Silvikultur
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
tahan air yang memenuhi syarat Standar Tempat tumbuh
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Tumbuh secara alami di hutan tropika dataran
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan rendah, perbukitan dan sub-montana. Struktur
Jerman (DIN) No. 68705-1983. kanopinya pada lapisan kedua (co-dominant).
Jenis ini juga dijumpai di tanah berkapur
Pemesinan (limestone).
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas Permudaan
%
Permudaan alam tersebar di lantai hutan.
Penyerutan 90 Sangat baik (I)
Persebaran alami oleh burung pemakan buah,
Pembentukan 86 Sangat baik (I)
codot atau kelelawar dan tupai. Permudaan
Pembubutan 76 Baik (II)
dilakukan dengan biji. Biji berkecambah setelah
Pemboran 86 Sangat baik (I)
3–4 minggu sampai 1,5 bulan. Daya
Pengampelasan 89 Sangat baik (I)
berkecambahhanya 50%. Pembersihan aril
atau selaput biji dapat meningkatkan daya
berkecambah. Jenis ini juga dapat diperbanyak
secara vegetatif melalui stek batang.
Benih
Dalam 1 kg terdapat 200 biji. Biji bersifat
rekalsitran sehingga tidak dapat disimpan lama.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 61


Daun, bunga dan buah Garcinia celebica L.

62 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


A B

C D

Garcinia celebica L.
A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 100 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 100 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 63


13. Horsfieldia glabra (Blume) Warb. - Myristicaceae

Nama Botanis
Horsfieldia glabra (Blume) Warb.-Myristicaceae
Sinonim: Ficus pubinervis Blume, Ficus similis
Merr.

Nama Perdagangan
Penarahan

Nama Daerah
Darah-darah, pendarah (Indonesia), cemending
(Sumatera Selatan), cemending putih, talang,
sumaralah silai delok (Sumatera), kelapa ciung,
ki tungila (Sunda, Jawa Barat), klapa cung, kala
pacung, klapan, nanghan (Jawa)

Nama di Negara Lain


-
a
Daerah Persebaran
India hingga China dan Thailand, Semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan

Morfologi
Pohon sedang, tinggi 20-30 m. Batang utama
silindris, tegak, diameter 30-50 cm; berbanir
kecil. Permukaan pepagan berwarna cokelat
keabuan, licin, atau berlekah.
Daun tunggal, kedudukan spiral atau tersebar.
Helaian lonjong hingga bundar telur terbalik,
berukuran 8-14 cm x 4-8 cm, mengertas, ujung b
meluncip, pangkal meluncip hingga tumpul, tepi Horsfieldia glabra (Blume) Warb. -
rata. Myristicaceae
a. Kayu (wood)
Perbungaan majemuk tandan, pada ketiak b. Kulit (bark)
daun.
Buah matang berwarna hijau kekuningan Ciri Anatomi
dengan endosperma agak tebal. Buahnya
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
beraroma, memiliki aril berwarna kuning, yang
Pembuluh baur, bidang perforasi sederhana.
seluruhnya menyelimuti biji.
Diameter 100-200 mikron. Ceruk antar
pembuluh berhadapan hingga selang-seling.
Ciri Umum Percerukan pembuluh dan jari-jari ada 4 ciri:
Warna kayu teras cokelat muda kemerahan, dengan halaman yang jelas, serupa dalam
tidak ada batas yang jelas dengan gubal yang ukuran dan ceruk antar pembuluh, dengan
berwarna kuning pucat kecokelatan halaman yang sempit sampai sederhana, ceruk
Corak polos bundar atau bersudut, ceruk horisontal, hingga
Tekstur halus dua macam ukuran atau tipe pada sel jejari
yang sama. Tilosis umumnya dijumpai.
Arah serat lurus sampai berpadu
Kilap agak kusam Parenkim bentuk pita sempit < 3 lapis sel dan
marjinal atau tampaknya marjinal, serta
Kesan raba agak kesat paratrakea jarang hingga vaskisentrik. Panjang
Kekerasan agak keras 5-8 sel per untai.

64 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Jari-jari multiseriate, 1-10 seri. Komposisi sel Keteguhan geser (kg/cm2)
jari-jari dengan 1 hingga 2-4 jalur sel tegak atau Radial (b) 43
sel bujur sangkar marjinal, serta sel baring, sel (k) 89
bujur sangkar dan sel tegak bercampur. Tangensial (b) 39
(k) 92
Serat tanpa sekat dengan ceruk sederhana
Keteguhan belah (kg/cm)
sampai berhalaman sangat kecil. Panjang
Radial (b) 26
1.662 ± 154 mikron, diameter 35,8 ± 4,1
(k) 26
mikron, lebar lumen 30,9 ± 3,7 mikron, dinding
Tangensial (b) 31
tipis sampai tebal, 2,4 ± 0,5 mikron. Kualitas
(k) 35
serat untuk bahan baku pulp dan kertas:
Kelas I.
Keteguhan tarik sejajar serat
2
Inklusi mineral druse ada dalam sel parenkim Tegangan maksimum (kg/cm )
berbilik. Radial (b) 461
(k) -
Sifat Fisis Tangensial (b) 479
(k) -
Berat jenis 0,58 dan kelas kuat III-II (Oey, 1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) Radial (b) 18
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 21
8,9 (R) ; 5,4 (T) Tangensial (b) 21
Penyusutan dari basah sampai kering oven
(k) 23
7,0 (R) ; 10,3 (T)
Sifat Kimia
Sifat Mekanis
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Kadar
berdasarkan pada pengukuran pada contoh Holoselulosa 74,9%
kayu dengan berat jenis basah (b) 0,53 pada Lignin 26,8%
kadar air 90%, dan berat jenis kering udara (k) Pentosan 15,3%
0,57 pada kadar air 14%. Abu 0,6%
Silika 0,3%
Keteguhan lentur statis Kelarutan
2
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm ) Alkohol-benzena 3,3%
(b) 302 Air dingin 3,6%
(k) 430 Air panas 6,6%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) NaOH 1% 18,1%
(b) 455 Nilai kalor 4.390 kal/g
(k) 571
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) Keawetan
(b) 75,7
Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
(k) 136,0
1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Keteguhan pukul (kgm/dm3)
(Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V ,
Radial (b) 13 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 12
curvignathus Holmgren) kelas V.
Tangensial (b) 13 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 15 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas IV,
Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Keteguhan tekan sejajar serat Schizophyllum commune kelas IV.
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Ketahanan terhadap organisme perusak
(b) 232
kayu di laut termasuk kelas V.
(k) 435
Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2)
Keterawetan
(b) 61
(k) 71 Masuk kelas I (mudah)
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 315 Pengeringan
(k) 461 Pengeringan alami
Sisi (b) 223 Kayu cepat mengering (12 hari) dari kadar air
(k) 334 60% hingga mencapai kadar air kering udara
(14%) dengan mutu sedang.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 65


Pengeringan dalam dapur pengering konven- Kegunaan
sional Kayu ini digunakan untuk bahan bangunan
Kayu disarankan dikeringkan dengan meng- sementara atau konstruksi ringan, lantai,
gunakan suhu 45-70°C dan Rh 83-23%. perahu, perlengkapan dalam ruangan, panel,
rak, lis, moulding, alat olah raga, peti pengepak,
Venir dan Kayu Lapis batang dan kotak korek api, papan partikel dan
Venir kayu lapis
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Silvikultur
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm.
Tempat tumbuh
Kayu Lapis Secara alami tumbuh di dataran rendah sampai
Perekatan venir kayu ini dengan urea pegunungan dengan ketinggian 1.200 m.dpl.,
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis pada tanah mineral kering, rawa dan rawa
tahan air yang memenuhi syarat Standar gambut. Tumbuh sebagai kanopi atau sub-
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, kanopi di hutan primer dan sekunder.
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. Permudaan
Permudaan alami dapat dijumpai di bawah
Pemesinan
tegakan. Perbanyakan tanaman dapat
Bebas cacat dilakukan dengan biji. Penyebaran alami
Sifat pemesinan Kelas
% dilakukan oleh burung rangkong dan
sejenisnya. Belum ada laporan mengenai
Penyerutan 85 Sangat baik (I)
permudaan buatan. Pada jenis H. fulva
Pembentukan 77 Baik (II)
persentase kecambah sebesar 85% dengan
Pembubutan 90 Sangat baik (I)
waktu perkecambahan 7-13 minggu.
Pemboran 92 Sangat baik (I)
Pengampelasan 87 Sangat baik (I)

66 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun dan buah Horsfieldia glabra (Blume) Warb.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 67


200 µm

A B

C D

Horsfieldia glabra (Blume) Warb.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

68 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


14. Litsea angulata Blume - Lauraceae

Nama Botanis
Litsea angulata Blume - Lauraceae
Sinonim: Litsea reinwardtii Blume ex Meissn.

Nama Perdagangan
Medang

Nama Daerah
Huru koja, huru koneng, huru madang, huru
manggah, huru minyak (Sunda), wuru kunyit
(Jawa), medang, kalangkola burung, sebulu,
tawalus (Kalimantan).

Nama di Negara Lain


Bollywood (Inggris); Medang padang
(Sarawak); Litsea (Papua New Guinea);
Batikuling (Filipina); ondôn, kyese (Myanmar);
tham-mang, thang-baiyai (Thailand); boi loi a
(Vietnam).

Daerah Persebaran
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa,
Kalimantan (Sarawak, Sabah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur), Nusa Tenggara,
Maluku, Papua New Guinea.

Morfologi
Pohon kecil atau sedang, tinggi 20–28 m. b
Batang utama silindris, tegak, diameter 48 cm;
Litsea angulata Blume - Lauraceae
berbanir kecil. Permukaan pepagan berwarna
a. Kayu (wood)
cokelat keabuan, licin, berlentisel dan berlekah
b. Kulit (bark)
kecil.
Daun tunggal, kedudukan selang seling.
Ciri Anatomi
Helaian muda berwarna merah; bentuk lonjong
hingga bundar telur terbalik, berukuran 8–20 Lingkaran tumbuh jelas, ditandai oleh adanya
cm x 4-8 cm, mengertas, ujung meluncip, penebalan dinding serat.
pangkal meluncip atau tumpul, tepi rata. Pembuluh baur; bidang perforasi sederhana.
Perbungaan majemuk tandan, pada ketiak Diameter 100-200 mikron hingga 200 mikron
daun. lebih. Ceruk antar pembuluh selang-seling,
Buah berbentuk oblong dengan ukuran panjang ceruk antar pembuluh dan jari-jari berhalaman
0,7-1 cm. sempit sampai sederhana, horisontal atau
vertikal. Tilosis umumnya dijumpai.
Ciri Umum Parenkim paratrakea jarang, vaskisentrik,
Warna kayu teras cokelat keabuan, mudah aliform hingga konfluen. Panjang 3-8 sel per
dibedakan dari gubal yang berwarna lebih untai.
muda
Jari-jari multiseriate, 1-3 seri, komposisi 1
Corak polos hingga 2-4 jalur sel tegak atau sel bujur
Teksturhalus dan rata sangkar marjinal.
Arah serat lurus sampai agak berpadu Serat tanpa sekat dengan ceruk sederhana
Kilap tidak mengkilap sampai berhalaman sangat kecil. Panjang
Kesan raba agak kesat 1.606,3 ± 116,6 mikron, diameter 39,4 ± 3,2
mikron, lebar lumen 34,2 ± 3,1 mikron, dinding
Kekerasan agak keras

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 69


tipis sampai tebal, 2,6 ± 0,4 mikron.Kualitas Keteguhan tarik sejajar arah serat
serat untuk bahan baku pulp dan kertas: Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Kelas I. Radial (b) 268
Inklusi mineral kristal prismatik dijumpai dalam (k) -
parenkim aksial tak berbilik. Tangensial (b) 299
(k) -
Sel minyak dijumpai, bergabung dengan jari-jari
Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
dan parenkim aksial.
Radial (b) 32
(k) 22
Sifat Fisis
Tangensial (b) 24
Berat jenis 0,45 dan kelas kuat III (Oey, 1990) (k) 24
Penyusutan (%)
Penyusutan dari basah sampai kering udara Sifat Kimia
2,7 (R) ; 4,0 (T)
Penyusutan dari basah sampai kering oven Kadar
4,8 (R) ; 7,4 (T) Holoselulosa 78,4%
Lignin 26,3%
Sifat Mekanis Pentosan 15,2%
Abu 0,7%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh
Silika 0,4%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu
Kelarutan
dengan berat jenis basah (b) 0,52 pada kadar
Alkohol-benzena 2,9%
air 90%, dan berat jenis kering udara (k) 0,55
Air dingin 4,1%
pada kadar air 13%.
Air panas 4,3%
Keteguhan lentur statis NaOH 1% 18,1%
2
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm ) Nilai kalor 4.342 kal/g
(b) 397
(k) 424 Keawetan
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet IV (Oey,
(b) 695 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 582 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V ,
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(b) 85,8 curvignathus Holmgren) kelas V.
(k) 100,5 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Keteguhan pukul (kgm/dm3) spathularia kelas III, Polyporus sp. kelas IV,
Radial (b) 34 Pycnoporus sanguineus kelas V dan
(k) 35 Schizophyllum commune kelas IV.
Tangensial (b) 40 Ketahanan terhadap organisme perusak
(k) 33 kayu di laut termasuk kelas V.

Keteguhan tekan sejajar serat Keterawetan


Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 164 Masuk kelas I (mudah)
(k) 436
Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2) Pengeringan
(b) 338 Pengeringan alami
(k) 107 Kayu cepat mengering, yaitu 19 hari dari kadar
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 air 60% hingga mencapai kadar air kering
Ujung (b) 422 udara yaitu 14% dengan mutu baik sampai
(k) 534 sangat baik.
Sisi (b) 362 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
(k) 414 sional
Keteguhan geser (kg/cm2) Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50 -
Radial (b) 44 80°C dan Rh 81 - 27%.
(k) 89
Tangensial (b) 47 Venir dan Kayu Lapis
(k) 88 Venir
Keteguhan belah (kg/cm) Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
Radial (b) 38 tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
(k) 50 kupas 91° untuk tebal 1,5 mm.
Tangensial (b) 43
(k) 40

70 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Kayu Lapis Kegunaan
Perekatan venir kayu ini dengan urea
Kayu ini digunakan untuk perlengkapan interior,
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
panel, loteng, partisi, mebel, kabinet, venir dan
tahan air yang memenuhi syarat Standar
kayu lapis serta peti pengepak.
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000,
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. Silvikultur
Tempat tumbuh
Pemesinan Secara alami tumbuh di hutan primer dataran
Bebas cacat rendah sampai ketinggian 300 m.dpl. Di
Sifat pemesinan Kelas sepanjang tepi sungai dan di lereng bukit pada
%
tanah berpasir sampai liat. Di hutan sekunder,
Penyerutan 88 Sangat baik (I) dapat dijumpai terisolir pada lokasi yang tidak
Pembentukan 77 Baik (II) terganggu.
Pembubutan 87 Sangat baik (I)
Pemboran 79 Baik (II) Permudaan
Pengampelasan 79 Baik (II) Perbanyakan dilakukan dengan biji.

Buah
Penyebaran buah dibantu oleh kelelawar.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 71


Daun, bunga dan buah Litsea angulata Blume

72 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm
200 µm

A B

200 µm 200 µm

C D

Litsea angulata Blume


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 73


15. Litsea calophylla (Miq.) Mansf. – Lauraceae
Nama Botanis
Litsea calophylla (Miq.) Mansf. - Lauraceae
Sinonim: Litsea roxburghii (Nees) Hassak.ex
Backer

Nama Perdagangan
Medang

Nama Daerah
Wuru lilin, medang lilin (Jawa), huru tangkalak,
tangkalak (Sunda)

Nama di Negara Lain


Tagutugan, tubhas, batikuling (Filipina),
medang padang (Sarawak, Malaysia), litsea
(Papua New Guinea), ondon, kyese (Myanmar)

Daerah Persebaran a
Jawa, Kalimantan, Malaka

Morfologi
Pohon sedang atau besar, tinggi mencapai 25
m. Batang bebas cabang sampai 17 m, bulat
dan lurus, diameter mencapai 50 cm.
Permukaan pepagan berwarna cokelat keabu-
abuan, licin, beretak.
Daun tunggal, kedudukan berselang-seling,
bentuk helaian lonjong, berukuran 18-45 cm x
10-20 cm, pangkal helaian runcing, ujung b
helaian tumpul, tepi helaian rata, pertulangan Litsea calophylla (Miq.) Mansf. - Lauraceae
menyirip. Daun penumpu berbentuk jarum. a. Kayu (wood)
b. Kulit (bark)
Buah berukuran kecil (±1 cm) berwarna merah,
berbiji tunggal.
Ciri Anatomi
Ciri Umum
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Warna kayu teras putih jerami hingga kuning Pembuluh semi tata lingkar. Bentuk soliter
muda, susah dibedakan dari gubal yang bersudut. Diameter 100-200 mikron; frekuensi
berwarna sama atau berwarna lebih muda. sekitar 5 buah/mm2 atau kurang. Bidang
Corak polos. perforasi sederhana.Ceruk antar pembuluh
Tekstur kasar. selang-seling, ukurannya kecil, sedang hingga
besar. Ceruk antar pembuluh dan jari-jari ada
Arah serat lurus hingga berpadu. dua ciri, pertama dengan halaman yang jelas,
Kilap agak mengkilap. serupa dalam ukuran dan bentuk dengan ceruk
Kesan raba licin. antar pembuluh, serta dengan halaman sempit
Kekerasan agak keras. sampai sederhana, ceruk horisontal atau
vertikal.
Parenkimaksial paratrakea sepihak, vaski-
sentrik, hingga aliform. Panjang 3-4 sel per-
untai.
Jari-jari lebar 1-3 seri, komposisi 1 jalur sel
tegak atau sel bujursangkar marjinal.

74 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Keteguhan belah (kg/cm)
Radial (b) 23
(k) 24
Tangensial (b) 28
(k) 28
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan
kertas: Kelas I. Keteguhan tarik sejajar serat
2
Tegangan maksimum (kg/cm )
Inklusi mineral kristal primatik tidak dijumpai.
Radial (b) 251
Sel minyak ditemui bergabung dengan
(k) 273
parenkim aksial.
Tangensial (b) 264
(k) 256
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat jenis 0,34 (0,28–0,45) dan kelas kuat Radial (b) 12
(Oey, 1990) (k) 14
Penyusutan (%) Tangensial (b) 14
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 11
1,0 (R) ; 2,8 (T)
Penyusutan dari basah sampai kering oven Sifat Kimia
2,3 (R) ; 5,4 (T)
Kadar
Holoselulosa 75,2%
Sifat Mekanis Lignin 30,0%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Pentosan 17,7%
berdasarkan pada pengukuran pada contoh Abu 0,9%
kayu dengan berat jenis basah (b) 0,29 pada Silika 0,3%
kadar air 152%, dan berat jenis kering udara (k) Kelarutan
0,34 pada kadar air 14%. Alkohol-benzena 1,5%
Keteguhan lentur statis Air dingin 3,0%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air panas 5,3%
(b) 171 NaOH 1% 16,4%
(k) 191 Nilai kalor 4.402 kal/g
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
(b) 291 Keawetan
(k) 315 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(b) 42.0 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V ,
(k) 44.8 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Keteguhan pukul (kgm/dm3) curvignathus Holmgren) kelas V.
Radial (b) 18 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 24 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas III,
Tangensial (b) 17 Pycnoporus sanguineus kelas III dan
(k) 23 Schizophyllum commune kelas II.
Ketahanan terhadap organisme perusak
Keteguhan tekan sejajar serat kayu di laut termasuk kelas V.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 146 Keterawetan
(k) 172 Masuk kelas I (mudah)
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 30 Pengeringan
(k) 30
Pengeringan alami
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 116 Kayu cepat mengering (7 hari) dari kadar air
50% hingga mencapai kadar air kering udara
(k) 112
Sisi (b) 99 (15%) dengan mutu pengeringan tergolong
(k) 86 agak baik.
Keteguhan geser (kg/cm2) Pengeringan dalam dapur pengering konven-
Radial (b) 32 sional
(k) 28 Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50-
Tangensial (b) 33 80°C dan Rh 30-83%.
(k) 28

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 75


Venir dan Kayu Lapis Kegunaan
Venir Kayu ini digunakan untuk perlengkapan interior,
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik panel, loteng, partisi, mebel, kabinet, venir dan
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut kayu lapis, serta peti pengepak.
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm.
Kayu Lapis Silvikultur
Perekatan venir kayu ini dengan urea Tempat tumbuh
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
tahan air yang memenuhi syarat Standar Secara alami tumbuh di hutan hujan tropika
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, dataran rendah sampai ketinggian 1200 m.dpl.
Biasanya tumbuh di kaki bukit pada tanah yang
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. berpasir. Di hutan sekunder dijumpai sebagai
salah satu dari jenis yang tersisa/ditinggalkan.
Pemesinan
Permudaan
Bebas cacat Permudaan dijumpai di hutan primer dan
Sifat pemesinan Kelas
% sekunder. Perbanyakan jenis dilakukan dengan
Penyerutan 85 Sangat baik (I) biji yang dikecambahkan atau dari cabutan
Pembentukan 72 Baik (II) anakan alam. Di Jawa ditanam di hutan kota
Pembubutan 68 Baik (II) sebagai jenis yang mampu menjerap debu
Pemboran 76 Baik (II) semen.
Pengampelasan 84 Sangat baik (I)

76 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Litsea callophyla (Miq.) Mansf.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 77


200 µm

A B

C D

Litsea callophyla (Miq.) Mansf.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 100 mikron

78 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


16. Litsea elliptica Blume - Lauraceae

Nama Botanis Kesan raba kesat.


Litsea elliptica Blume - Lauraceae Kekerasan agak keras.
Sinonim: Litsea petiolata Hook.f., Litsea
nigricans (Meissn.) Boerl., Litsea odorifera Val.,
Litsea clarissae (Teschner) Kosterm.

Nama Perdagangan
Medang, Huru gading

Nama Daerah
Trawas, prawas (Melayu), ajau galung,
medang, medang pasir, medang pawas,
medang pirawas, medang selampate, pirawas,
tonsod onsod (Kalimantan).

Nama di Negara Lain


Medang perawas, medang terawas, medang
tandok (Malaysia), batikuling-surutan (Filipina),
thammang (Thailand)

Daerah Persebaran
a
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Papua, PNG, Malaysia dan Filipina

Morfologi
Pohon sedang, tinggi sampai 70 m. Batang
silindris, tegak, diameter 45 cm. Ranting
silindris, dengan bagian ujung sedikit memipih
dan licin. Permukaan pepagan warna cokelat
keputihan, kasar, beretak.
Daun tunggal, kedudukan tersebar,
mengelompok pada ujung ranting, bentuk
helaian daun bundar telur sungsang atau
jorong, berukuran 5-8 cm x 3-4 cm. Helaian
daun tebal licin, permukaan atas hijau, bawah b
hijau kekuningan, ujung luncip pendek atau Litsea elliptica Blume - Lauraceae
tumpul. Daun muda berwarna merah dan a. Kayu (wood)
tangkai daun silindris langsing dengan panjang b. Kulit (bark)
1-2,5 cm.
Bunga putih-kuning.
Ciri Anatomi
Buah berbentuk bulat oval dengan diameter
Lingkar tumbuh jelas, ditandai oleh adanya
0.5 cm. Buah muda berwarna hijau dan
perbedaan warna jaringan serat yang berbeda
berwarna kehitaman pada buah masak.
ketebalan.
Ciri Umum Pembuluh baur, soliter dan bergabung radial 2–
Warna kayu teras kuning kecokelatan, terpisah 3 sel, ukuran sedang, diameter 153 ± 9 mikron;
samar-samar dengan kayu gubalnya yang frekuensi 7 ± 0,2 per mm2; panjang pembuluh
berwarna kuning. 679 ± 46 mikron,bidang perforasi sederhana.
Ceruk antar pembuluh berhalaman, bentuk
Corak polos. bundar sampai lonjong bersusun berseling
Tekstur agak halus dan merata. sampai berpasangan; ukuran 13,8 ± 0.6 mikron.
Arah serat lurus. Ceruk antar pembuluh dan jari-jari sama dan
Kilapmengkilap. seukuran dengan ceruk antar pembuluh; tilosis
dan endapan ada.
Baukhas.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 79


Parenkim apotrakea difus, paratrakea Sisi tangensial (b) 225
vaskisentrik, jarang, hingga berbentuk selubung (k) 231
sebagian. Keteguhan geser (kg/cm)
Jari-jari heteroseluler, biseriate dengan lebar 2- Radial (b) 55
3 sel; tinggi sampai 836 mikron, dengan rata- (k) 81
rata 519 ± 66 mikron; frekuensi agak jarang 4 ± Tangensial (b) 53
0,4 jari-jari per mm. (k) 82
Keteguhan belah (kg/cm)
Serat tanpa sekat. Panjang 1.253 ± 169 mikron, Radial (b) 28
diameter 39,4 ± 4,9 mikron, lebar lumen 28,6 ± (k) 29
0,0 mikron, tebal dinding 3,63 ± 0,47 mikron. Tangensial (b) 30
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan (k) 28
kertas: Kelas II. Keteguhan tarik sejajar arah serat
2
Ciri lain sel minyak dan atau sel lendir Tegangan maksimum (kg/cm )
bergabung dengan parenkim aksial. Radial (b) 110
(k) 625
Sifat Fisis Tangensial (b) 122
(k) 638
Berat Jenis 0,51 dan kelas kuat III (Oey, 1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) : Radial (b) 15
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 16
1,5 (R) ; 3,4 (T) Tangensial (b) 15
Penyusutan dari basah sampai kering oven (k) 19
2,6 (R) ; 5,9 (T)
Sifat Kimia
Sifat Mekanis
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Kadar
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Holoselulosa 73,0%
dengan berat jenis basah (b) 0,42 pada kadar Lignin 25,5%
air 95%, dan berat jenis kering udara (k) 0,51 Pentosan 17,1%
pada kadar air 13%. Abu 1,7%
Silika 0,2%
Keteguhan lentur statis Kelarutan
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Alkohol-benzena 3,0%
(b) 321 Air dingin 1,0%
(k) 391 Air panas 2,0%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) NaOH 1% 14,3%
(b) 487 Nilai kalor 4.191 kal/g
(k) 617
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) Keawetan
(b) 62,0 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet III-IV (Oey,
(k) 72,3 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Keteguhan pukul (kgm/dm3) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas I ,
Radial (b) 28 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 23 curvignathus Holmgren) kelas V.
Tangensial (b) 26 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 25 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas III,
Pycnoporus sanguineus kelas II dan
Keteguhan tekan sejajar serat Schizophyllum commune kelas IV.
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Ketahanan terhadap organisme perusak
(b) 259 kayu di laut termasuk kelas V.
(k) 364
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Keterawetan
(b) 68
(k) 85 Masuk kelas II (sedang)
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 314 Pengeringan
(k) 325 Pengeringan alami
Sisi radial (b) 220 Kayu cepat mengering (25 hari) dari kadar air
(k) 230 50% hingga mencapai kadar air kering udara
(13%) dengan mutu buruk.

80 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Pengeringan dalam dapur pengering konven- Kegunaan
sional Kayu ini banyak dimanfaatkan untuk konstruksi
Kayu disarankan dikeringkan dengan meng- ringan, patung, barang kerajinan, ukiran,
gunakan suhu 50- 75°C dan Rh 28-81%. perlengkapan rumah tangga, mebel, partisi
dinding, lemari dan papan panel. Kulitnya dapat
Venir dan Kayu Lapis digunakan bahan pembuat parfum dan sari
Venir rasayang dikenal dengan nama sarsaparilla.
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Silvikultur
kupas 92° untuk tebal 1,5 mm.
Tempat tumbuh
Kayu Lapis Tumbuh di hutan campuran dataran rendah
Perekatan venir kayu ini dengan urea sampai pegunungan pada ketinggian 1.300
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis m.dpl.
tahan air yang memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Permudaan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan
Perbanyakan dilakukan dengan biji. Musim
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
berbunga pada bulan Februari-Maret. Biji
berkecambah setelah 15-45 hari dengan daya
Pemesinan
berkecambah 85%.
Bebas cacat Banyak dijumpai di hutan yang baru dibuka,
Sifat pemesinan Kelas sehingga dapat digunakan untuk reboisasi dan
%
penaung.
Penyerutan 74 Baik (II)
Pembentukan 69 Baik (II)
Pembubutan 69 Baik (II)
Pemboran 76 Baik (II)
Pengampelasan 72 Baik (II)

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 81


Daun, bunga dan buah Litsea elliptica Blume

82 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm

A B

C D

Litsea elliptica Blume


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 83


17. Maesopsis eminii Engl. - Rhamnaceae

Nama Botanis
Maesopsis eminii Engl. - Rhamnaceae
Sinonim: Maesopsis berchemoides (Pierre)
Engl.
Nama Perdagangan
Kayu afrika, manii
Nama Daerah
Manii
Nama di Negara Lain
African wood, umbrella tree (Inggris)
Daerah Persebaran
Afrika, dan ditenam di India, Malaysia,
Indonesia, Costarika, Fiji, Puerto Rico

Morfologi
a
Pohon sedang ssampai besar, tinggi 10-43 m.
Batang dengan cabang-cabang yang agak
horisontal. Permukaan kulit batang halus,
kadang-kadang beralur dangkal, warna abu-
abu-cokelat. Diameter batang mencapai
120cm.
Daun bentuk jorong berukuran 6-15 x 2-5cm,
ujung luncip, pangkal berbentuk jantung sedikit
asimetris, tepi bergerigi dan setiap gigi terdapat
kelenjar, susunan berselang seling. Permukaan
bagian atas mengkilap, pada tulang daun
sekunder pada permukaan bawah terdapat
domatia. Panjang tangkai 1-2 cm, tangkai muda b
berwarna merah. Panjang daun penumpu kecil Maesopsis eminii Engl. - Rhamnaceae
5–8 cm. a. Kayu (wood)
Perbungaan panjang 1-5 cm, berwarna hijau b. Kulit (bark)
kekuningan.
Buah batu, tunggal berbentuk bulat telur Ciri Anatomi
memanjang 20-35 x 10-18 mm, bagian ujung Lingkaran tumbuh kurang jelas.
buah meruncing, pangkal tumpul, buah mentah Pembuluh semi tata lingkar, bidang perforasi
hijau dan matang menjadi kuning keunguan sederhana, diameter 50-100 µm, frekuensi 5
sampai hitam. Dalam buah terdapat 1-2 biji, buah/mm2 atau kurang. Terdapat getah atau
bentuk lonjong, warna hitam. endapan dalam pembuluh. Ceruk antar
pembuluh selang-seling dan berukuran kecil.
Ciri Umum Percerukan pembuluh dan jari-jari dengan
Warna kayu teras cokelat kemerahan, kurang halaman yang sempit sampai sederhana, ceruk
jelas perbedaannya dengan kayu gubal yang bundar atau bersudut.
berwarna cokelat muda kekuningan. Parenkim paratrakea sepihak hingga konfluen.
Corak garis-garis bergelombang pada sisi Panjang 3–8 sel per untai.
longitudinal dan corak akibat perbedaan warna
Jari-jari multiseriate, 1-3 seri, komposisi sel jari-
terang gelap karena susunan parenkim
jari dengan 1 jalur sel tegak atau sel bujur
konfluen yang berjarak teratur. Tekstur agak
sangkar marjinal. Terdapat jari-jari agregat.
kasar.
Arah serat berpadu. Serat bersekat. Ceruk antar serat dengan
halaman yang jelas. Diameter 1606,3 + 116,6
Kilap permukaan kayu mengkilap
mikron, diameter 39,4 + 3,2 mikron, diameter
Kesan raba licin
Kekerasan keras

84 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


lumen 34,2 + 3,1 mikron, tebal dinding serat 2,6 Keteguhan tarik sejajar arah serat
+ 0,4 mikron. Dinding tipis sampai tebal. Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Terdapat penebalan ulir pada jaringan serat Radial (b) 407
dasar. (k) 466
Tangensial (b) 346
Inklusi mineral kristal prismatik tidak dijumpai.
(k) 546
Ciri lain terdapat sel ubin.
Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Sifat Fisis Radial (b) 23
(k) 24
Berat Jenis 0,42 dan kelas kuat IV (Oey, 1990) Tangensial (b) 25
Penyusutan (%) : (k) 32
Penyusutan dari basah sampai kering udara
1,2 (R) ; 3,1 (T) Sifat Kimia
Penyusutan dari basah sampai kering oven
2,8 (R) ; 5,8 (T) Kadar
Holoselulosa 73,5%
Sifat Mekanis Lignin 26,5%
Pentosan 16,5%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Abu 0,5%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Silika 0,1%
dengan berat jenis basah (b) 0,41 pada Kelarutan
kadarair 38%, dan berat jenis kering udara (k) Alkohol-benzena 3,5%
0,49 pada kadar air 12%. Air dingin 3,5%
Keteguhan lentur statis Air panas 6,2%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) NaOH 1% 21,0%
(b) `267 Nilai kalor 4.060 kal/g
(k) 300
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Keawetan
(b) 294 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet IV (Oey,
(k) 363 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) (Cryptoter mes cynocephalus Light.) kelas V
(b) 54,8 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 51,9 curvignathus Holmgren) kelas V.
Keteguhan pukul (kgm/dm3) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 40 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 26 Pycnoporus sanguineus kelas IV dan
Tangensial (b) 39 Schizophyllum commune kelas IV.
(k) 29 Ketahanan terhadap organisme perusak
kayu di laut termasuk kelas V.
Keteguhan tekan sejajar serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Keterawetan
(b) 114 Masuk kelas I (mudah diawetkan)
(k) 273
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
Pengeringan
(b) 73
(k) 84 Pengeringan alami
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Belum ada data
Ujung (b) 261 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
(k) 349 sional
Sisi (b) 252 Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 49–
(k) 275 78°C dan Rh 33-79%.
Keteguhan geser (kg/cm2) Kayu dengan umur kurang dari 10 tahun
Radial (b) 59 disarankan dikeringkan dengan suhu 40-60°C
(k) 39 dan Rh 47-70%.
Tangensial (b) 71
(k) 87 Venir dan Kayu Lapis
Keteguhan belah (kg/cm) Venir
Radial (b) 35 Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
(k) 75 tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
Tangensial (b) 34 kupas 90,5° untuk tebal 1,5 mm.
(k) 42

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 85


Kayu Lapis Rootone F dan daun dipangkas. Cabutan
Perekatan venir kayu ini dengan urea ditanam ke dalam kantung plastik, yang berisi
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis media tanah atau campuran tanah dengan
tahan air yang memenuhi syarat Standar kompos dan disimpan di dalam sungkup
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, minimal 2 minggu dan selanjutnya dibuka tutup
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan selama 1 minggu, lalu dapat dibuka secara
Jerman (DIN) No. 68705-1983. penuh. Tumbuhan yang sehat siap ditanam di
lapangan.
Pemesinan Selain itu, perbanyakan dapat dilakukan
dengan biji yang diambil dari buah masak. Kulit
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas buah dikupas dengan cara merendam dalam air
%
selama 24 jam, kemudian buah dicampur kerikil
Penyerutan 71 Baik (II) dengan perbandingan 2:1, dimasukkan ke
Pembentukan 76 Baik (II) mesin pengaduk selama 30 menit. Biji yang
Pembubutan 63 Baik (II) telah bersih dijemur sampai kering dan segera
Pemboran 64 Baik (II) dikecambahkan pada media pasir dalam bak
Pengampelasan 77 Baik (II) kecambah atau media tanah di dalam kantung
plastik supaya persentase hidupnya tinggi.
Diperkenalkan dan ditanam di Pulau Jawa pada
Kegunaan tahun 1920 dan telah dibudidayakan di
Kayu ini dapat digunakan untuk bahan Sumatera dan Kalimantan. Tumpang sari
konstruksi ringan, barang kerajinan, palet, kotak dilakukan dengan tanaman semusim atau
pembungkus, kayu lapis, konstruksi dan pulp. tahunan menggunakan jarak tanam 5x5 m.
Daur 8 tahun dapat dipanen untuk keperluan
Silvikultur kayu pertukangan dan pulp.
Tempat tumbuh Buah
Tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan Dalam 1 kg biji kering terdapat 700-1.000 butir.
pada ketinggian 1.500 m.dpl., curah hujan Biji yang disimpan pada suhu 3°C dengan
tahunan rata-rata 1.200-3.000 mm, dengan kadar air 4-9% viabilitasnya dapat bertahan
musim kering sampai 4 bulan pada suhu 22- sampai 3 bulan.
27°C. Toleran terhadap berbagai tipe tanah
terutama pada tanah bersolum dalam dengan Hama penyakit
drainase baik. Pada tanah yang bersolum tipis
dapat tumbuh, tetapi mensyaratkan pasokan air Pada saat pengumpulan buah biji dapat
yang cukup. diserang ulat Lepidoptera. Penyakit kanker
yang disebabkan oleh jamur Fusarium solani
Permudaan dan Volutella spp. dilaporkan menyerang
batang. Hama Cerambidae (Monohammus
Permudaan alam tumbuh menyebar karena scabiosus) menyerang pembuluh batang yang
buah dimakan oleh burung, monyet, binatang mengakibatkan batang berongga. Belum
pengerat dan kelelawar. diketahui cara penanganan yang tepat untuk
Penanaman dapat melalui cabutan anakan mencegah serangan hama dan penyakit.
alam. Cabutan setinggi 30-40 cm dikumpulkan
dibawah tegakan induk. Sebelum ditanam akar
cabutan direndam dalam larutan hormon

86 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Maesopsis eminii Engl.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 87


200 µm

A B

C D

Maesopsis eminii Engl.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 100 mikron

88 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


18. Magnolia candollii (Blume) H.Keng - Magnoliaceae

Nama Botanis berwarna putih krem, dengan lebar sekitar


Magnolia candollii (Blume) H.Keng - 5-7 cm.
Magnoliaceae. Tekstur agak halus dan tidak merata.
Sinonim: Talauma angatensis (Blanco) S.Vidal, Arah serat berpadu.
Talauma beccarii Ridley,Talauma candollii Kilap agak mengkilap.
Blume, Talauma singapurensis Ridley
Kesan raba agak licin.
Nama Perdagangan Kekerasan agak keras.
Cempaka Corak polos.

Nama Daerah
Kembang tunjung, ketunjung cempaka gonda,
cempaka gunung, cempaka gondoh, cempaka
putih (Jawa), djato, medang abu (Karo), si tek
wok (Kerinci), cempaka telur (Pontianak), talah
uma (Iban), danoan, wasian-batu, wasian watu
(Minahasa), ongkor (Flores)

Nama di Negara Lain


Malapina, petangis (Filipina), cham poon chang
(Thailand), montha ye hup (Semenanjung
Malaysia), ajai dia diwarmom (Papua New
Guinea).

Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Papua New Guinea, Filipina,
Thailand. a
Morfologi
Pohon, tinggi sampai 30 m. Batang silindris,
tegak, diameter sampai 50 cm. Permukaan
pepagan cokelat pucat, keputih-putihan, licin.
Ranting tebal berukuran 3-5(-7) mm, berbulu.
Daun tunggal, kedudukan berselang-seling atau
tersebar, bentuk helaian jorong kadang-kadang
bulat telur atau bulat telur sungsang, ukuran
(-6)13-35(-46) cm x 3-20 cm, tipis, licin atau
mengkilap. Permukaan bawah helaian berbulu, b
ujung helaian luncip, pangkal helaian
Magnolia candollii (Blume) H.Keng -
meruncing, urat utama menonjol, urat sekunder
Magnoliaceae
7-20 pasang. Panjang tangkai 1-4,5 cm,
penebalan pada pangkal tangkai daun. a. Kayu (wood)
b. Kulit (bark)
Bunga pada ujung ranting, tunggal, mahkota
warna putih kekuningan, sangat harum seperti Ciri Anatomi
baros atau manglid, panjang bunga 7-8 mm. Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Buah bentuk jorong, berukuran 4-7,5 (-15) cm x Pembuluh baur; bergabung radial sampai 8 sel,
2,5-6 cm, buah masak berwarna cokelat tua. diameter 100-200 mikron, frekuensi 5-20 per
Dalam buah terdapat 1-2 biji. mm. Bidang perforasi bentuk tangga; ceruk
antar pembuluh berhadapan dengan ukuran
Ciri Umum besar (>10 mikron). Ceruk antar pembuluh dan
Warna kayu teras cokelat muda keabuan jelas jari-jari dengan halaman yang jelas, serupa
dibedakan dengan kayu gubalnya yang dalam ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
pembuluh, serta dengan halaman yang sempit

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 89


sampai sederhana, ceruk horisontal atau Sisi (b) 161
vertikal. (k) 161
Parenkim aksial paratrakea jarang dan
paratrakea sepihak, juga dijumpai parenkim Keteguhan geser (kg/cm2)
apotrakea pita >3 lapis sel dan pita sempit ≤ 3 Radial (b) 46
lapis sel. Panjang dua sel per untai. (k) 54
Tangensial (b) 50
Jari-jari 1-3 seri. Komposisi sel jari-jari dengan (k) 56
1 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar Keteguhan belah (kg/cm)
marjinal dan 2-4 jalur sel tegak atau sel bujur Radial (b) 29
sangkar marjinal. (k) 25
Serat tanpa sekat. Ceruk antar serat Tangensial (b) 30
berhalaman yang jelas, kadang dengan ceruk (k) 26
sederhana sampai berhalaman sangat kecil.
Diameter 24,5 ± 3,4 mikron, lebar lumen 18,7 ± Keteguhan tarik sejajar arah serat
2
3,4 mikron, tebal dinding 2,9 ± 0,6 mikron. Tegangan maksimum (kg/cm )
Radial (b) 495
Ciri lain sel minyak bergabung dengan jari-jari. (k) 343
Tangensial (b) 488
Sifat fisis (k) 422
Berat Jenis 0,57 dan kelas kuat III (Oey, 1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) : Radial (b) 19
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 17
0,8 (R) ; 2,2 (T) Tangensial (b) 20
Penyusutan dari basah sampai kering oven (k) 21
1,0 (R) ; 5,8 (T)
Sifat Kimia
Sifat Mekanis Kadar
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Holoselulosa 75,8%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Lignin 29,7%
dengan berat jenis basah (b) 0,45 pada kadar Pentosan 14,7%
air 94%, dan berat jenis kering udara (k) 0,54 Abu 0,3%
pada kadar air 14%. Silika 0,5%
Kelarutan
Keteguhan lentur statis
2 Alkohol-benzena 3,1%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm )
Air 3,7%
(b) 268
Air panas 4,4%
(k) 339
NaOH 1% 13,6%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
Nilai kalor 4.374 kal/g
(b) 389
(k) 445 Keawetan
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2)
(b) 52.7 Kayu ini dimasukkan ke dalam kelas awet III.
(k) 54.7 Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Keteguhan pukul (kgm/dm3) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas III ,
Radial (b) 17 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 12 curvignathus Holmgren) kelas III.
Tangensial (b) 17 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 13 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas III,
Pycnoporus sanguineus kelas III dan
Keteguhan tekan sejajar serat Schizophyllum commune kelas III.
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Ketahanan terhadap organisme perusak
(b) 213 kayu di laut termasuk kelas IV.
(k) 250
Keterawetan
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 56 Masuk kelas I (mudah)
(k) 54
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan
Ujung (b) 236 Pengeringan alami
(k) 255 Belum ada data

90 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Pengeringan dalam dapur pengering konven- Silvikultur
sional
Tempat tumbuh
Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50 –
70°C dan Rh 80 - 27%. Jenis ini tumbuhdi hutan hujan tropika dataran
rendah sampai pegunungan pada ketinggian
Venir dan Kayu Lapis 2.800 m.dpl. Tanah yang digemari mediteran
Venir merah-kuning, latosol, liat berlempung dengan
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik drainase baik. Kadang-kadang dijumpai pada
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut daerah rawa.
kupas 90°30’ untuk tebal 1,5 mm.
Permudaan
Kayu Lapis Perbanyakan dilakukan secara generatif dan
Perekatan venir kayu ini dengan urea
vegetatif. Secara generatif dengan menabur biji
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis pada media campuran tanah dan pasir (1:1) di
tahan air yang memenuhi syarat Standar
bawah naungan 60%. Daya berkecambah 45%
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, dengan periode kecambah 24-34 hari.
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Penyapihan dilakukan pada campuran pasir,
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
tanah dan kompos dengan perbandingan 7:2:1.
Penyimpanan dilakukan dibawah naungan 40%
Pemesinan dan bibit siap ditanam setelah 2 bulan di
Bebas cacat persemaian.
Sifat pemesinan Kelas Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan cara
%
mencangkok cabang yang sehat. Bibit yang
Penyerutan 71 Baik (II) berasal dari cangkok biasanya digunakan
Pembentukan 71 Baik (II) sebagai bibit untuk tanaman hias.
Pembubutan 76 Baik (II)
Pemboran 68 Baik (II) Buah
Pengampelasan 76 Baik (II)
Musim berbunga dan berbuah sepanjang
tahun. Ekstraksi benih dilakukan dengan mem-
Kegunaan bersihkan kulit buah. Biji yang masak berwarna
Kayu ini dapat digunakan sebagai konstruksi hitam. Viabilitas cepat menurun sehingga tidak
dalam ruangan, papan lantai, mebel, moulding, dapat disimpan lama.
panel, dinding pemisah, rangka pintu dan
jendela, alat olah raga, alat musik, kano, bilah Hama penyakit
pensil. Selain itu dapat digunakan untuk venir Daun dapat diserang hama kutu putih.
indah dan kayu lapis.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 91


Daun, bunga dan buah Magnolia candollii (Blume) H.Keng

92 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


A B

C D

Magnolia candollii (Blume) H.Keng


A. Penampang lintang, skala 100 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 93


19. Manglietia glauca Blume - Magnoliaceae

Nama Botanis
Manglietia glauca Blume - Magnoliaceae.
Sinonim: Magnolia blumei Plantl, Manglietia
singalanensis Agostini, Manglietia sumatrana
Miq.

Nama Perdagangan
Manglid

Nama Daerah
Baros, tempoko baros, cepoko kantil (Jawa);
manglid (Sunda); antuang, bungo, madang
bustak, m. kaladi, m. campago, campago
(Sumatera); manglid (Sulawesi); cimpaka (Bali).

Nama di Negara Lain


-

Daerah Persebaran a
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara
(Bali, Sumba, Flores)

Morfologi
Pohon raksasa, tinggi mencapai 50 m. Batang
silindris, tegak, diameter sampai 122 cm.
Permukaan pepagan berwarna cokelat pucat
keputihan, licin. Ranting terdapat lingkaran-
lingkaran bekas daun penumpu.
Daun tunggal, kedudukan berselang seling, b
bentuk helaian jorong sampai bulat telur Magnolia candollii (Blume) H.Keng -
sungsang, berukuran 10-35 cm x 5-12 cm, Magnoliaceae
ujung helaian luncip dan pangkal helaian a. Kayu (wood)
runcing sampai luncip, permukaan atas helaian b. Kulit (bark)
licin, permukaan bawah berbulu; urat utama
jelas menonjol, urat sekunder berjumlah
(9-)11-16(-8) pasang. Tangkai licin, panjang Ciri Anatomi
1,5-3(-4,5) cm. Lingkaran tumbuh jelas.
Bunga sangat harum seperti baros atau Pembuluh baur; bergabung radial sampai 6 sel,
cempaka. diameter berkisar antara 100-200 mikron,
frekuensi 5-20 per mm2. Bidang perforasi
Buah berbentuk bulat telur sampai jorong. Buah bentuk tangga (>20-40palang); ceruk antar
masak berwarna hijau kecokelatan, dan biji pembuluh berhadapan dengan ukuran besar
berwarna merah. (>10 mikron). Ceruk antar pembuluh dan jari-
jari dengan halaman yang jelas; serupa dalam
Ciri Umum ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
pembuluh.
Warna kayu teras cokelat muda keabuan, jelas
dibedakan dari kayu gubalnya yang berwarna Parenkim bentuk pita >3 lapis sel dan pita
putih krem agak cokelat muda. sempit ≤3 lapis sel, parenkim aksial paratrakea
Tekstur agak kasar dan tidak merata. jarang dan sepihak.
Arah serat berpadu. Jari-jari 1-3 seri dan jari-jari besar umumnya 4-
Kilap agak kusam. 10 seri. Komposisi sel jari-jari dengan 1 jalur sel
Kesan raba agak licin. tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal, dan
Kekerasan agak keras. umumnya dengan 2-4 jalur sel tegak atau sel
bujur sangkar marjinal.
Corak polos.

94 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Serat tanpa sekat dengan ceruk antar serat Keteguhan tarik sejajar arah serat
berhalaman yang jelas. Diameter 34,8 + 5,3 Tegangan maksimum (kg/cm 2)
mikron, lebar lumen 27,8 + 5,2 mikron dan Radial (b) 433
dinding serat tipis sampai tebal, 3,5 + 0,5 (k) 330
mikron. Tangensial (b) 440
(k) 648
Ciri lain sel minyak bergabung dengan jari-jari.
Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Sifat Fisis Radial (b) 12
(k) 11
Berat Jenis 0,41 dan kelas kuat III-IV (Oey,
Tangensial (b) 15
1990)
(k) 16
Penyusutan (%) :
Penyusutan dari basah sampai kering udara
Sifat Kimia
1,1 (R) ; 2,6 (T)
Penyusutan dari basah sampai kering oven Kadar
3,0 (R) ; 5,7 (T) Holoselulosa 76,4%
Lignin 26,6%
Sifat Mekanis Pentosan 15,1%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Abu 0,4%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Silika 0,3%
dengan berat jenis basah (b) 0,37 pada kadar Kelarutan
air 140%, dan berat jenis kering udara (k) 0,44 Alkohol-benzena 4,2%
pada kadar air 14%. Air dingin 3,7%
Air panas 4,4%
Keteguhan lentur statis NaOH 1% 14,4%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Nilai kalor 4.386 kal/g
(b) 294
(k) 348 Keawetan
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
(b) 375 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet II (Oey,
(k) 458 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas IV ,
(b) 53,7 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 54,7 curvignathus Holmgren) kelas IV.
Keteguhan pukul (kgm/dm3) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 14 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas II,
(k) 13 Pycnoporus sanguineus kelas II dan
Tangensial (b) 15 Schizophyllum commune kelas II.
(k) 21 Ketahanan terhadap organisme perusak
kayu di laut termasuk kelas IV.
Keteguhan tekan sejajar serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Keterawetan
(b) 202
(k) 265 Masuk kelas I (mudah)
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 54 Pengeringan
(k) 53 Pengeringan alami
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Belum ada data
Ujung (b) 237 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
(k) 284 sional
Sisi (b) 151 Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 60 –
(k) 177 80°C dan Rh 73 – 26%.
Keteguhan geser (kg/cm2)
Radial (b) 46 Venir dan Kayu Lapis
(k) 53 Venir
Tangensial (b) 48 Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
(k) 59 tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
Keteguhan belah (kg/cm) kupas 90°30’ untuk tebal 1,5 mm.
Radial (b) 27
(k) 23 Kayu Lapis
Tangensial (b) 27 Perekatan venir kayu ini dengan urea
(k) 22 formaldehida cair menghasilkan kayu lapis

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 95


tahan air yang memenuhi syarat Standar Permudaan
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Perbanyakan dilakukan dengan biji. Di Bali
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan banyak di tanam untuk keperluan lokal. Di Jawa
Jerman (DIN) No. 68705-1983. Barat ditanam untuk reboisasi dan rehabilitasi
lahan. Perbanyakan dengan biji dilakukan di
Pemesinan persemaian. Ekstraksi benih dilakukan dengan
menjemur buah sampai cangkang terbuka.
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas Setelah kering, buah diketuk-ketuk di atas
%
tampah. Kulit biji yang berwarna merah dikupas
Penyerutan 74 Baik (II) untuk meningkatkan daya berkecambah. Benih
Pembentukan 74 Baik (II) harus segera ditabur pada media
Pembubutan 68 Baik (II) perkecambahan pasir atau campuran tanah
Pemboran 64 Baik (II) dan sekam (1:1). Daya berkecambah 55–75%.
Pengampelasan 76 Baik (II)
Buah
Kegunaan Di Bali musim berbuahpada bulan Oktober -
Kayu ini dapat digunakan untuk konstruksi Desember. Buah berbentuk punjung (cone),
dalam ruangan, papan lantai, rangka pintu dan yaitu satu buah memiliki banyak ruang yang
jendela, mebel, moulding, venir dan kayu lapis. masing-masing berisi satu biji. Biji bersifat
Di Bali digunakan untuk bahan patung dan rekalsitran, hanya dapat disimpan sampai 1
ukiran. bulan. Setiap kilogram biji kering berisi 41.500
biji.
Silvikultur
Hama penyakit
Tempat tumbuh Belum ada laporan mengenai serangan hama
Tumbuh alami di hutan primer dataran rendah penyakit. Ekstrak daun berpotensi sebagai bio-
sampai pegunungan pada ketinggian 450– pestisida. Hasil percobaan in vitro ekstrak daun
2.400 m.dpl., pada tanah yang subur dengan dapat menghambat pertumbuhan bakteri
solum dalam. Bacillus subtilis dan jamur Alternaria solani.

96 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun dan buah Manglietia glauca Blume

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 97


A B

C D

Manglietia glauca Blume


A. Penampang lintang, skala 100 mikron
B. Penampang lintang, skala 100 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 100 mikron

98 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


20. Melaleuca cajuputi Powell - Myrtaceae

Nama Botanis Tekstur halus sampai agak kasar.


Melaleuca cajuputi Powell-Myrtaceae Arah serat lurus sampai berpadu.
Kilap permukaan kayu kusam.
Kesan raba kesat.
Nama Perdagangan Kekerasan keras.
Kayu putih

Nama Daerah
Amis-amisan, kayu putih (Jawa), gelam
(Sumatera).

Nama di Negara Lain


Smach chanlos (Kamboja), punk tree
(Denmark), swamp tea-tree (Filipina), gelam
(Malaysia), samet-khao (Thailand), cajuput,
cajeput, cajaput (Inggris), kaayaaputi (India),
bai gian ceng (China), chè dong tran, chi cay,
bach thien tang (Vietnam), cajuputier
(Perancis), melalueca (Brasil), cajupute
(Portugal)

Daerah Persebaran
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara, Papua
a
Morfologi
Pohon sedang atau besar, tinggi mencapai 40
m. Batang silindris, tegak, diameter batang 30-
35 cm. Permukaan pepagan berwarna putih,
kuning kecokelatan, mudah mengelupas kasar
seperti lembaran kertas yang sangat tipis dan
lembut; kulit dalam merah. Ranting abu-abu
terang atau cokelat terang, berambut halus.
Daun tunggal, bentuk helaian lanset, kadang-
kadang melengkung sebelah, berukuran 5-15 b
cm x 1-3,8 cm, kedua permukaan daun muda Melaleuca cajuputi Powell - Myrtaceae
berambut halus, daun tua tidak berambut, ujung a. Kayu (wood)
membulat - lancip, pangkal meruncing; urat b. Kulit (bark)
menjari 3-7; pertulangan sejajar. Panjang
tangkai sampai 12 mm. Ciri Anatomi
Perbungaan majemuk bulir panjang 6-17 cm, Lingkaran tumbuh tidak jelas.
berkelompok 3, jarang tunggal.Bunga majemuk, Pembuluh baur; hampir seluruhnya soliter dan
panjang 7-8 cm, mahkota 5 helai, warna putih berkelompok dengan pola diagonal atau radial.
dan harum. Bidang perforasi sederhana. Diameter berkisar
Buah berbentuk kotak atau kapsul, warna antara 50-100 mikron frekuensi pori 5
cokelat keabu-abuan, beruang 3, tiap ruang buah/mm2 atau kurang. Ceruk antar pembuluh
terdapat banyak biji. selang-seling dan berukuran sangat kecil ceruk
antar pembuluh dan jari-jari dengan halaman
Ciri Umum yang jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk
dengan ceruk antar pembuluh. Ada elemen
Warna kayu teras cokelat muda kemerahan,
trakeida veskisentrik dan vaskular.
agak mudah dibedakan dari kayu gubal yang
berwarna cokelat muda. Parenkim apotrakea tersebar hingga dalam
Corak polos. kelompok paratrakea jarang, sepihak,

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 99


vaskisentrik hingga aliform. Panjang 3–4 sel Keteguhan geser (kg/cm2)
per-untai. Radial (b) 78
(k) 77
Jari-jari umumnya satu seri, beberapa ditemui
Tangensial (b) 85
1–3 seri. Komposisi umumnya dengan 2–4 jalur
(k) 84
sel tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal.
Keteguhan belah (kg/cm)
Serat dengan ceruk antar serat sederhana Radial (b) 63
sampai berhalaman sangat kecil, ditemui pada (k) 48
dinding radial dan tangensial. Panjang 1.275 ± Tangensial (b) 66
98 mikron, diameter 24,4 ± 2,9 mikron, lebar (k) 61
lumen 15,5 ± 2,6 mikron, dinding tipis sampai
tebal,4,4 ± 0,6 mikron. Keteguhan tarik sejajar arah serat
2
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan Tegangan maksimum (kg/cm )
kertas: Kelas I. Radial (b) 519
(k) 670
Inklusi mineral tidak dijumpai.
Tangensial (b) 674
(k) 675
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat jenis 0,78 dan kelas kuat II (Oey, 1990) Radial (b) 51
Penyusutan (%) (k) 30
Penyusutan dari basah sampai kering udara Tangensial (b) 58
2,6 (R) ; 5,1 (T) (k) 40
Penyusutan dari basah sampai kering oven
6,5 (R) ; 10,3 (T) Sifat Kimia

Sifat Mekanis Kadar


Holoselulosa 78,6%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Lignin 32,0%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Pentosan 17,1%
dengan berat jenis basah (b) 0,65 pada Abu 0,9%
kadarair 70%, dan berat jenis kering udara (k) Silika 0,5%
0,81 pada kadar air 15%. Kelarutan
Keteguhan lentur statis Alkohol-benzena 4,7%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air 1,1%
(b) 214 Air 4,1%
(k) 413 NaOH 1% 16,1%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Nilai kalor 4.336 kal/g
(b) 621
(k) 666 Keawetan
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet III (Oey,
(b) 49.2 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 88.2 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas III,
Keteguhan pukul (kg/dm3) dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Radial (b) 45 curvignathus Holmgren) kelas II.
(k) 29 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Tangensial (b) 45 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 26 Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Schizophyllum commune kelas III.
Keteguhan tekan sejajar serat Ketahanan terhadap organisme perusak
Tegangan maksimum (kg/cm 2) kayu di laut termasuk kelas III.
(b) 357
(k) 362 Keterawetan
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Masuk kelas I (mudah)
(b) 138
(k) 143
Pengeringan
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 554 Pengeringan alami
(k) 550 Kayu agak cepat mengering (36 hari) dari kadar
Sisi (b) 456 air 50% hingga mencapai kadar air kering
(k) 425 udara (15%) dengan mutu sedang sampai agak
baik.

100 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Pengeringan dalam dapur pengering konven- mm/tahun. Jenis ini dapat tumbuh pada
sional ketinggian tempat 5-400 m.dpl., tetapi tumbuh
Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 45 - optimal di daerah berawa dan biasa ditemukan
70°C dan Rh 83 -23%. setelah vegetasi mangrove (daerah peralihan
mangrove dan darat). Mampu tumbuh di areal
Venir dan Kayu Lapis tergenang sampai 1 meter dan di areal dengan
Venir drainase buruk dan tidak subur. Jenis ini dapat
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik ditanam di areal terdegradasi dan dapat
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut dikombinasikan dengan ubi kayu, jagung dan
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm. kacang tanah pada 2 tahun pertama.

Kayu Lapis Permudaan


Perekatan venir kayu ini dengan urea
Permudaan dilakukan dengan biji, tetapi dapat
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
juga dilakukan dengan stump dan stek batang/
tahan air yang memenuhi syarat Standar
cabang. Pada daerah setelah kebakaran,
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000,
regenerasi terjadi melalui biji, terubusan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan
dan/atau tunas akar.
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
Buah
Pemesinan
Berbunga pada usia 13–14 bulan dengan
Bebas cacat polinasi umumnya oleh serangga, burung dan
Sifat pemesinan Kelas
% mamalia kecil. Berbunga sepanjang tahun,
biasa terjadi pada bulan Maret-Juni dan
Penyerutan 86 Sangat baik (I)
Agustus-Desember, buah masak pada bulan
Pembentukan 84 Sangat baik (I)
Oktober-November. Biji bersifat ortodok dan
Pembubutan 96 Sangat baik (I)
mudah berkecambah pada kondisi lembab dan
Pemboran 91 Sangat baik (I)
hangat, tetapi mudah rusak jika terlalu basah
Pengampelasan 90 Sangat baik (I)
atau terlalu kering sehingga kelembaban perlu
dijaga pada saat germinasi.
Kegunaan
Kayu ini digunakan untuk bahan bangunan, Hama penyakit
lantai, papan dinding, bantalan, rangka pintu Tanaman biasanya diserang rayap dari jenis
jendela, perkapalan, arang Macrotermes gilvus, M. insperatus dan
Odontotermes grandiceps menyerang bagian
Silvikultur kulit dan kayu tanaman muda. Serangan rayap
Tempat tumbuh ini dapat menyebabkan kematian tanaman,
sehingga seringkali penyulaman dilakukan
Tumbuh di daerah tropika basah pada suhu berkali-kali.
17–33°C dan curah hujan 1.300-1.750

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 101


Daun, bunga dan buah Melaleuca cajuputi Powell

102 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm

A B

C D

Melaleuca cajuputi Powell


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 103

Anda mungkin juga menyukai