id
BAB 2
Beton didefinisikan sebagai campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan
membentuk massa padat (SNI-03-2847-2002).
Beton sangat banyak digunakan secara luas sebagai bahan bangunan. Unsur utama
pembentuk beton adalah semen, air, dan agregat. Agregat disini terdiri dari agregat
halus yang umumnya menggunakan pasir dan agregat kasar yang umumnya
menggunakan batu kerikil. Selain itu terkadang ditambahkan material campuran
(admixture). Semen dan air membentuk pasta pengikat yang akan mengisi rongga dan
mengeras di antara butir-butir pasir dan agregat, sedangkan agregat akan menentukan
kekuatan dan kualitas beton.
Beton normal merupakan beton yang cukup berat, dengan berat antara 2200 kg/m³ -
2500 kg/m³, kuat tekan 15 sampai 40 MPa. Agregat dalam bahan penyusun beton paling
berpengaruh terhadap berat beton yang tinggi. Pada beton normal biasanya digunakan
agregat yang berat jenisnya antara 2,5 sampai 2,7 seperti granit, basalt, kuarsa dan
sebagainya.
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir dan lain- lain)
ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi
ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang
mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan agresi
kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan (Murdok & Brook, 1999).
Pemamfaatan beton dalam konstruksi bangunan banyak sekali keuntungan yang didapat
diantaranya adalah:
commitdengan
a. Bahan pembentuk beton mudah didapat to userharga relatif murah.
b. Beton tahan terhadap aus dan juga api atau kebakaran.
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id5
c. Beton segar mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dengan ukuran
seberapapun sesuai keinginan, cetakan dapat dipakai beberapa kali sehingga
ekonomis dan menjadi lebih murah.
d. Perawatannya mudah dan murah.
e. Beton segar dapat disemprotkan dipermukaan beton lama yang retak maupun
diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan dan dapat dipompakan
sehingga memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat yang posisinya sulit.
f. Beton sangat kuat dalam menahan tekan serta mempunyai sifat tahan terhadap
perkaratan dan pembusukan oleh kondisi lingkungan. Bila dibuat dengan cara baik
kuat tekannya sama dengan batuan alami.
2.1.2. Bambu
A. Umum
Bambu adalah rumput berkayu berbentuk pohon atau perdu. Bambu adalah tanaman
yang termasuk Ordo Gramineae, Familia Bambuseae. Bambu merupakan tumbuhan
berumpun, berakar serabut yang batangnya berbentuk silinder dengan diameter
bervariasi mengecil mulai dari ujung bawah sampai ujung atas, berongga, keras dan
mempunyai pertumbuhan primer yang sangat cepat tanpa diikuti pertumbuhan
sekunder, sehingga tingginya dapat mencapai 30 m. Silinder batang bambu tersebut
dipisahkan oleh nodia/ruas, yaitu diafragma-diafragma yang arahnya transversal.
Terdapat banyak macam bambu, tetapi dari ratusan jenis itu, hanya ada empat macam
saja yang dianggap penting sebagai jenis bambu dan yang umum dipasarkan di
Indonesia, yaitu bambu petung, bambu wulung, bambu tali dan bambu duri (ori).
Bentuk penampang bambu yang tidak prismatis dengan bagian melintang mengecil
pada bagian atas, dan mempunyai jarak buku/nodia yang tidak sama sepanjang
batangnya. Sehingga hal inilah yang membuatnya menjadi unik dan artisrik, namun
bentuk demikian membuat aplikasi bambu sebagi struktur sulit dalam perangkaiannya.
1. Kulit luar
Kulit luar adalah bagian yang paling luar atau paling atas, biasanya berwarna hijau atau
hitam. Tebal kulit bambu relatif seragam pada sepanjang batang yaitu kurang lebih 1
mm, sifatnya keras dan kaku, maka dari itu bambu yang tipis akan mempunyai porsi
kulit besar, sehingga kekuatan rata-ratanya tinggi, sedangkan pada bambu tebal berlaku
sebaliknya (Morisco, 1999).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id7
3. Bagian tengah
Bagian tengah terletak dibawah luar atau antara bagian luar dan bagian dalam, disebut
juga daging bambu. Tebalnya kurang lebih 2/3 dari tebal bambu, seratnya padat dan
elastis. Untuk bagian tengah yang paling bawah sifat seratnya agak kasar.
4. Bagian dalam
Bagian dalam adalah bagian yang paling bawah dari tebal bambu, sering disebut pula
hati bambu. Sifat seratnya kaku dan mudah patah.
B. Sifat-Sifat Bambu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8
Pada Tabel 2.2 dibawah menunjukan perbedaan kekuatan tarik sejajar sumbu batang
pada bambu tanpa buku dengan kekuatan tarik sejajar sumbu batang pada bambu yang
memiliki buku. Buku/nodia merupakan bagian batang bambu yang paling lemah karena
sebagai serat bambu berbelok dan sebagian lagi tetap lurus, sehingga pada buku arah
gaya tidak lagi sejajar semua serat. Mengingat buku adalah bagian terlemah maka pada
perancangan struktur bambu sebagai batang tarik perlu didasarkan pada bagian buku
b. Kuat tekan
Kekuatan tekan merupakan kekuatan bambu untuk menahan gaya dari luar yang datang
pada arah sejajar serat yang cenderung memperpendek atau menekan bagian bambu
secara bersama-sama (Pathurahman, 1998).
Menurut penelitian Morisco (1999) kekuatan tekan bambu juga dipengaruhi oleh
posisinya yaitu di bagian pangkal, tengah, dan ujung. Hasil pengujian kekuatan tekan
beberapa jenis bambu ditampilkan pada Tabel 2.3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
c. Kuat geser
Kekuatan geser adalah ukuran kekuatan bambu dalam hal kemampuannya menahan
gaya-gaya yang membuat suatu bagian bambu bergeser dari bagian lain didekatnya.
Kuat geser bambu sangat rendah, maka dari itu perancangan bambu sebagai struktur
sebagai batang tunggal lebih efektif bila dibandingkan batang ganda. Namun
perkembangan teknologi penyambungan bambu seperti yang dilakukan Mardjono &
Morisco (1995) telah menjawab masalah ini yaitu dengan membuat sambungan bambu
sebagai bahan komposit.
d. Kuat lentur
Kuat lentur merupakan ukuran kemampuan suatu bahan menahan lentur (beban) yang
bekerja tegak lurus sumbu memanjang serat di tengah-tengah bahan yang di tumpu pada
kedua ujungnya tanpa terjdi perubahan bentuk yang tetap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Kuat lentur dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu kuat lentur statik dan kuat
lentur pukul. Kuat lentur statik menunjukkan kekuatan bambu dalam menahan gaya
yang mengenainya perlahan-lahan, sedangkan kuat lentur pukul adalah kekuatan bambu
dalam menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.
Sedangkan berat jenis bambu adalah perbandingan berat bambu terhadap berat suatu
volume air yang sama dengan volume bambu tersebut. Berat jenis dan kerapatan bambu
menentukan sifat fisika dan mekanikanya. Hal ini disebabkan nilai berat jenis dan
kerapatan bambu ditentukan oleh banyaknya zat kayu.
b. Kembang susut
Pengembangan (swelling) dan penyusutan (shrinkage) diartikan sebagai perubahan
dimensi bahan yang disebabkan adanya perubahan kadar air pada bahan. Bambu dikenal
sebagai bahan yang memiliki angka penyusutan yang tinggi oleh karena itu diperlukan
pemahaman dalam pengerjaan dan penggunaannya sebagai material struktur.
Triwiyono & Morisco (2000) pernah melakukan penelitian tentang kembang susut
dengan cara spesimen dalam keadaan kering udara ditimbang dan diukur, selanjutnya
spesimen direndam dalam air sampai jenuh, untuk mengetahui pengembangan yang
terjadi pada spesimen yang jenuh air, spesimen ditimbang dan diukur lagi, setelah itu
spesimen dimasukan kedalam oven sampai kering dan mengalami penyusutan, untuk
mengetahui penyusutan itu, spesimen ditimbang dan diukur lagi. Adapun hasil
pengujian kembang susut ini dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.4 Hasil uji kembang susut bambu (Triwiyono & Morisco 2000)
Kering udara Susut rata-rata Kisaran
Jenis posisi (%) (%) (%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya pada tahun 1987, departemen yang sama melakukan penelitian lanjutan
terhadap 3 spesies bambu di Indonesia antara lain Gigantochloa apus Kurz,
Gigantochloa Verticillata Munro, dan Dendrocalamus asper Backer. Tabel 2.6
menunjukan hasil pengujian berdasarkan laporan Siopongco & Munandar (1987) dalam
Morisco (1999).
Tabel 2.6 Hasil pengujian 3 spesies bambu, Gigantochloa apus Kurz, Gigantochloa
Verticillata Munro, dan Dendrocalamus asper Backer...............
Sifat Kisaran Jumlah Spesimen
Kuat tarik 1180-2750 kg/cm2 234
Kuat lentur 785-1960 kg/cm2 234
Kuat tekan 499-588 kg/cm2 234
E tarik 87280-313810 kg/cm2 54
E tekan 55900-211820 kg/cm2 234
Batas regangan tarik 0,0037-0,0244 54
Berat jenis 0,67-0,72 132
Kadar lengas 10,04-10,81% 117
(Sumber: Siopongco & Munandar, 1987 dalam Morisco, 1999)
Tegangan ijin yang direkomendasikan di atas dapat dipakai pada berbagai macam
bambu. Tegangan ijin rekomendasi tersebut cenderung berada pada sisi aman, sehingga
apabila digunakan sebagai dasar perancangan akan memperoleh struktur yang
konservatif (Morisco, 1999). Lebih lanjut Morisco (1999) menambahkan bahwa untuk
mendapatkan hasil perancangan yang baik, yaitu aman dan ekonomis, maka pengujian
kekuatan bahan perlu dilakukan. Hasil yang diperoleh, sebelum dipakai untuk
commit to user
perancangan perlu dikombinasikan dengan faktor aman secukupnya.
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Nurkholifah & Nugraha
(2014), balok bertulangan bambu bertakikan berbentuk V mememiliki kuat lentur yang
tidak kalah dengan balok bertulangan besi konvensional. Hasil uji kuat lentur dapat
dilhat pada Gambar 2.3.
N/mm²
14.000
12.235
12.000
9.710 9.458
10.000
6.000
4.000
2.437
2.000
0.000
Ori Takikan Ori Takikan Ori Takikan Ori Takikan Tanpa Tulangan Besi
2cm 3cm 6cm 7cm
Gambar 2.3 Diagram Perbandingan Kuat Lentur Balok Bertulangan Bambu Ori
A. Semen Portland
Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak
semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan
digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain (SNI 15-2049-
2004).
Pada penelitian ini digunakakan Semen PPC (Portland Pozzolan Cement) dimana
Semen PPC adalah semen hidrolisis yang terdiri dari campuran yang homogen antara
semen portland dengan bahan pozzolan (Trass atau Fly Ash) halus, yang diproduksi
dengan menggiling klinker semen portland dan bahan pozzolan bersama-sama.
B. Agregat
Material berbutir, misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku pijar, yang
dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau
adukan semen hidrolik (SNI 03-2847-2002).
Pada material beton, agregat memenuhi sekitar 75 % dari isi total beton, sehingga
perilaku beton sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya agregat biasanya terdiri dari 2 macam yaitu agregat halus yang umumnya
berupa pasir dan agregat kasar yang pada umumnya berupa kerikil. Agregat halus
adalah bahan yang lolos dari saringan no. 4 (lebih kecil dari 3/16 inci, berdasarkan
ASTM). Dan agregat kasar adalah bahan-bahan yang berukuran lebih besar.
Persyaratan gradasi agregat halus dapat dilihat dalam Tabel 2.8 berikut ini:
Persyaratan gradasi untuk agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 2.9 berikut ini:
C. Air
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air akan
bereaksi dengan semen dan menjadi pasta pengikat agregat dari yang paling besar
sampai paling halus dan menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar dapat
mudah dikerjakan dalam proses pengadukan, penuangan, maupun pemadatan.
Air yang memenuhi syarat sebagai air minum, memenuhi syarat pula untuk bahan
campuran beton, tetapi tidak berarti air bahan campuran harus memenuhi persyaratan
air minum. Jika diperoleh air dengan standar air minum, maka dapat dilakukan
pemeriksaan secara visual yang menyatakan bahwa air tidak berwarna, tidak berbau,
tidak asin dan cukup jernih. Jika masih diragukan, dapat dilakukan uji Laboratorium
sehingga memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Pengujian sifat fisika dan mekanika bambu dilakukan mengikuti standar pengujian ISO
dan Bamboo Current Research.
Pengujian kadar air bambu berdasarkan prosedur ISO 3130-1975 dengan ukuran benda
uji (t x 20 x 20) mm3 seperti pada gambar 2.5. Kadar air bambu dihitung menggunakan
persamaan 2.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
P
b
Gambar 2.5 Benda uji pengujian kadar air, berat jenis dan kerapatan bambu
Wb - Wa
Ka = 100% .................................................................................(2.1)
Wa
Keterangan: Ka = Kadar air bambu (%)
Wb = Berat benda uji sebelum di oven (gram)
Wa = Berat benda uji kering oven (gram)
Perhitungan besarnya berat jenis kering tanur bambu dipergunakan Persamaan 2.2
dengan benda uji sama seperti benda uji kadar air.
Wa
BJ = ...................................................................................................(2.2)
Gb
Pengujian kuat geser sejajar serat bambu berdasarkan ISO/DIS 3347 dengan ukuran
benda uji seperti Gambar 2.6 dan dihitung menggunakan Persamaan 2.4.
L = 2D
l
D
Pmaks
t // = ............................................................................................. (2.4)
A
Pengujian kuat tekan sejajar serat bambu berdasarkan prosedur ISO 3132-1975 dengan
ukuran benda uji seperti pada Gambar 2.7 dan dihitung menggunakan Persamaan 2.5.
t
L = 2D
commit to user
D
Gambar 2.7 Benda ui pengujian kuat tekan sejajar serat
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
Pmaks
s tk // = ............................................................................................(2.5)
A
Keterangan: s tk // = Kuat tekan sejajar serat (MPa)
Pmaks = Gaya tekan maksimal bambu (N)
A = tebal x lebar = luas bidang yang tertekan (mm2)
Pengujian kuat tarik sejajar serat bambu berdasarkan prosedur ISO 3346-1975. Dimensi
benda uji tarik dapat dilihat pada Gambar 2.8 ditengah benda uji dibuat irisan lengkung
setipis mungkin supaya terjadi kerusakan pengujian di daerah tersebut.
30 mm 60 mm 30 mm
20 mm
50 mm 50 mm 120 mm 50 mm 50 mm
320 mm
3 mm
6 mm
20 mm
mm
50 mm 50 mm 120 mm 50 mm 50 mm 20
Pengujian kuat tarik sejajar serat dan dihitung menggunakan Persamaan 2.6.
Pmaks
s tr // = ............................................................................................(2.6)
A
Keterangan: s tr // = Kuat tarik sejajar serat (MPa)
Pmaks = Gaya tarik maksimal bambu (N)
A = tebal x lebar = luas bidang yang tertarik (mm2)
Pengujian MOR dan MOE bambu berdasarkan prosedur ISO 3133-1975 dan ISO 3349-
1975. Ukuran benda uji yang digunakan adalah seperti pada Gambar 2.9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
L = 30 cm
L = 28 cm
Lt = 30 cm
3Pmaks L
MOR = .........................................................................................(2.7)
2bt 2
PL3
MOE = ..........................................................................................(2.8)
4bt 3d
2.2.3. Balok
Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton yang diletakan pada dua perletakan
untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji, yang diberikan padanya,
sampai benda uji patah dan dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas
(SNI 03-4431-1997).
Rumus-rumus perhitungan yang digunakan dalam metode pengujian kuat lentur beton
dengan 2 titik pembebanan adalah sebagai berikut:
1. Untuk pengujian dimana patahnya benda uji ada di daerah pusat pada 1/3 jarak titik
perletakan pada bagian tarik dari beton seperti Gambar 2.11 (a), maka kuat lentur
beton dihitung menurut persamaan:
P.L
s1 = ...................................................................................................(2.9)
b.h 2
2. Untuk Pengujian dimana patahnya benda uji ada di luar pusat (diluar daerah 1/3 jarak
titik perletakan) di bagian tarik beton, dan jarak antara titik pusat dan titik patah
kurang dari 5% dari panjang titik perletakan seperti Gambar 2.11 (b), maka kuat
commit to user
lentur beton dihitung menurut persamaan:
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
3.P.a
s1 = .................................................................................................(2.10)
b.h 2
3. Untuk benda uji yang patahnya di luar 1/3 lebar pusat pada bagian tarik beton dan
jarak antara titik pembebanan dan titik patah lebih dari 5% bentang, hasil pengujian
tidak dipergunakan.
(a) (b)
Gambar 2.11 Daerah patah pada balok uji
(Sumber: SNI 03-4431-1997)
kemudian retak terjadi di daerah tengah bentang selanjutnya di daerah sekitar sendi,
atau sebaliknya.
B. Anggapan-anggapan
Untuk menghitung tinggi luasan tekan pada balok dan nilai beta,
digunakan persamaan a = β1 x c
As ≤ 0,75. Asb
Dalam penelitian ini tulangan bambu ditetapkan tidak lebih dari 60 persen tulangan
balance.
As ≤ 0,60. Asb
D. Analisis Balok
LOAD
P P
q
C D E F
A B
Vu
( +)
(-)
( +)
Mmax
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
Reaksi Tumpuan:
∑�3 ⾠ 0
1 1 1 2 1
⾠ sb D D D D D
15 15 2
D D D
sb ⾠
17
sb ⾠ D D
0
sb ⾠ 3b
Momen:
1
⾠
2
1 17 17 1
�OAD ⾠ sb D D D D
2 0 60 6
17 1 17 17 1
�OAD ⾠ D D D D D D
0 2 0 60 6
D 221
�OAD ⾠ D D
1800
commit to user
Gambar 2.14 Distribusi tegangan dan regangan pada penampang beton
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
0,00
⾠
0,00
ab = β * Cb
Cc = 0.85 fc’*b*ab
T = Asb * fy
Karena ∑ H = 0, maka T = Cc
Mn = T (d - a/2)
Mu = 0.80 *Mn
commit to user