Anda di halaman 1dari 50

21. Melicope lunu-ankenda (Gaertn.) T.G.

Hartley - Rutaceae

Nama Botanis
Melicope lunu-ankenda (Gaertn.) T.G. Hartley -
Rutaceae
Sinonim: Euodia aromatica Blume, Euodia lunu-
ankenda (Gaertn.) Merr., Euodia roxburghiana
(Cham) Benth.

Nama Perdagangan
Sampang (Indonesia), euodia (Inggris)

Nama Daerah
Sempayang (Jawa)

Nama di Negara Lain


Pauh-pauh paya, tapak itek, tenggek burong
(Malaysia), saam ngaam, uam (Thailand),
kattushanbagam (India).

Daerah Persebaran a
Srilangka, India, Indo-China, China Selatan,
Thailand, Semenanjung Malaysia, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Thailand, Malaysia,
Filipina.

Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi 18-40 m.
Batang silindris, tegak, kadang berbanir,
berdamar kuning, diameter 24-60 cm. Pepagan
berwarna abu-abu atau abu-abu kecokelatan,
permukaan pepagan licin hingga berlekah
dangkal. Ranting silindris, licin dengan bagian
ujung memipih. Kuncup daun berbulu tipis
berwarna kuning. b
Daun majemuk menjari tiga, kedudukan Melicope lunu-ankenda (Gaertn.) T.G. Hartley -
berpasangan silang, bentuk helaian anak daun Rutaceae
jorong hingga bulat telur, berukuran 7-15 cm x a. Kayu (wood)
3-4 cm, helaian anak daun muda berukuran b. Kulit (bark)
lebih besar 15-25 cm x 3-5 cm. Helaian anak
daun tipis, pertulangan menyirip sempurna.
Tangkai silindris langsing, panjang 2,5-6 cm. Ciri Anatomi
Perbungaan malai, tumbuh di ujung rantai atau Lingkaran tumbuh tidak jelas.
ketiak daun.
Pembuluh baur sebaran pembuluh pola
Buah bentuk kapsul, berukuran kecil, berisi 1-3 diagonal atau radial, bergabung 2-3 sel. Bidang
biji, biji mengkilap berwarna hitam. perforasi sederhana. Diameter pembuluh
berkisar antara 100-200 mikron; frekuensi pori
Ciri Umum 5-20 buah/mm2. Ceruk antar pembuluh selang-
Warna kayu teras dan gubal memiliki warna seling dan berukuran kecil (>4-7 mikron)
yang sukar dibedakan yaitu putih agak sampai sedang (>7-10 mikron) ceruk antar
kekuningan atau kuning jerami. pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
Tekstur agak kasar dan merata. jelas serupa dalam ukuran dan bentuk dengan
Arah serat lurus. ceruk antar pembuluh.
Kilap permukaan kayu kusam. Parenkima potrakea tersebar dalam kelompok
Kesan raba agak licin. paratrakea jarang serta marjinal atau
Kekerasan agak keras. tampaknya marjinal. Panjang sel parenkim
Corak polos. adalah 3-4 sampai 5-8 sel per-untai.

104 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Jari-jari 1-3 seri, frekuensi jari-jari > 4-12 per- Keteguhan belah (kg/cm)
mm. Komposisi sel jari-jari umumnya dengan 2- Radial (b) 18
4 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar (k) 27
marjinal. Tangensial (b) 22
(k) 31
Serat dengan ceruk sederhana sampai
berhalaman sangat kecil, serat bersekat
Keteguhan tarik sejajar arah serat
dijumpai. Panjang serat 2.000 ± 195 mikron,
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
diameter 41 ± 3 mikron, lebar lumen 37 ± 3
Radial (b) 176
mikron, dinding serat tipis sampai tebal.
(k) 590
Inklusi mineral tidak dijumpai. Tangensial (b) 117
(k) 610
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat Jenis 0,67 dan kelas kuat II-III (Oey, Radial (b) 15
1990) (k) 22
Penyusutan (%) : Tangensial (b) 30
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 27
1,9 (R) ; 4,3 (T)
Penyusutan dari basah sampai kering oven Sifat Kimia
3,5 (R) ; 7,1 (T) Kadar
Holoselulosa 75,2%
Sifat Mekanis Lignin 27,1%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Pentosan 17,6%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Abu 1,1%
dengan berat jenis basah (b) 0,41 kadar air Silika 0,6%
119%, dan berat jenis kering udara (k) 0,50 Kelarutan
pada kadar air 14%. Alkohol-benzena 2,9%
Air dingin 2,1%
Keteguhan lentur statis Air panas 3,7%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) NaOH 1% 15,0%
(b) 313 Nilai kalor 4.313 kal/g
(k) 388
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
Keawetan
(b) 667
(k) 589 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(b) 53.6 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas I,
(k) 66.6 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Keteguhan pukul (kgm/dm3) curvignathus Holmgren) kelas V.
Radial (b) 15 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 15 spathularia kelas IV, Polyporus sp. kelas V,
Tangensial (b) 14 Pycnoporus sanguineus kelas V dan
(k) 12 Schizophyllum commune kelas IV.
Keteguhan tekan sejajar serat Ketahanan terhadap organisme perusak kayu
Tegangan maksimum (kg/cm 2) di laut termasuk kelas V.
(b) 224
(k) 339 Keterawetan
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Masuk kelas I (mudah)
(b) 77
(k) 101 Pengeringan
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan alami
Ujung (b) 320 Kayu cepat mengering (18 hari) dari kadar air
(k) 328 60% hingga mencapai kadar air kering udara
Sisi (b) 208 (13%) dengan mutu baik.
(k) 217
Keteguhan geser (kg/cm2) Pengeringan dalam dapur pengering konven-
Radial (b) 53 sional
(k) 80 Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50 -
75°C dan Rh 85 - 27°C
Tangensial (b) 46
(k) 87

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 105


Venir dan Kayu Lapis tiang rumah, peralatan pertanian, peralatan
Venir rumah tangga, pulp dan kertas serta karbon.
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Silvikultur
kupas 92° untuk tebal 1,5 mm. Tempat tumbuh
Kayu Lapis Tumbuh secara alami di hutan primer dan
Perekatan venir kayu ini dengan urea sekunder pada ketinggian 1.600–2.200 m.dpl.
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis Pada hutan rawa juga dapat tumbuh.
tahan air yang memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Permudaan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Permudaan alami menyebar di lantai hutan.
Jerman (DIN) No. 68705-1983. Perbanyakan dilakukan dengan biji. Biji bersifat
rekalsitran sehingga tidak bisa disimpan lama.
Pemesinan Pembiakan vegetatif melalui stek pucuk
Bebas cacat mungkin dapat dilakukan karena memiliki
Sifat pemesinan Kelas kemampuan bertunas yang cepat. Pertum-
%
buhannya cepat sehingga direkomendasikan
Penyerutan 77 Baik (II) untuk hutan tanaman, tetapi kayunya tidak
Pembentukan 75 Baik (II) tahan api.
Pembubutan 61 Baik (II)
Pemboran 77 Baik (II) Buah
Pengampelasan 77 Baik (II) Di Pulau Jawa musim buah terjadi pada bulan
Juni, Agustus, September dan November.
Kegunaan Penyebarannya dibantu oleh burung dan
Kayu ini agak keras, dapat digunakan untuk kelelawar.
tiang pancang,mebel, tirai jendela, pin bowling,

106 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun bunga dan buah Melicope lunu-ankenda (Gaertn.) T.G. Hartley

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 107


A B

C D

Melicope lunu-ankenda (Gaertn.) T.G. Hartley


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 250 mikron
C. Penampang radial, skala 250 mikron
D. Penampang tangensial, skala 250 mikron

108 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


22. Michelia champaca L. - Magnoliaceae

Nama Botanis Ciri Umum


Warna kayu teras cokelat muda keabuan, dapat
dibedakan dengan jelas terhadap kayu gubal
yang berwarna putih krem, dengan lebar
2-3 cm.
Nama Perdagangan Tekstur agak kasar dan tidak merata.
Cempaka Arah serat lurus dan berpadu.
Kilap agak mengkilap.
Nama Daerah
Kesan raba agak halus.
Kantil, locari, pecari, cempaka, cempaka kuning
(Jawa); kembang koneng, campaka, cempaka Kekerasan agak keras.
koneng, cempaka mera, kantil, locari, petjari Corak polos.
(Madura); cempaka koneng, cempaka (Sunda),
jeumpa (Aceh), jempa, cempa (Gayo),
campaga (Minangkabau), campaka mariri;
bunga eja (Makasar), bunga macela (Bugis),
kupa haja (Seram), kupa pokur, papukur,
pupukuljo, walatol (Halmahera Utara), goraci
(Ternate, Tidore), cempaka barak, cempaka
warangan (Bali).

Nama di Negara Lain


Champa, cempaka (Bengali); mawk-sam-paru
(Burma); sampige (Kanton); champaca harum,
champa emas, chempaka oranye, kuning
champa (Inggris); champaca (Filipina); Ilang-
ilang (Perancis); chempaka (india); Lao (Sino-
Tibet):pa Cham merah cempaka, chempaka,
chempaka (Melayu); champaca (Spanyol);
chambugam, chembuga, chembuga (Tamil);
Champa, Champa khao, Champa, pa
(Thailand); ng [OJ] c lan. Siam: champah
(Vietnam)

Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Bali

Morfologi a
Pohon sedang sampai besar, tinggi mencapai
35 m.
Batang silindris, tegak, diameter sampai 50 cm.
Permukaan pepagan warna cokelat pucat
keputih-putihan, licin.
Daun tunggal, kedudukan spiral, bentuk jorong
atau bulat telur, berukuran 10-30 cm x 4-10 cm,
permukaan bawah pada urat utama dan
sekunder berbulu, sering tidak berbulu,
berukuran 10-30 cm x 4-10 cm; ujung luncip,
b
pangkal membulat; urat sekunder 14-23
pasang. Panjang tangkai 1,4-3,6 (-4) cm. Michelia champaca L. - Magnoliaceae
Bunga kuning oranye tua dan berbau harum, a. Kayu (wood)
tersusun dalam untaian yang banyak dan daun b. Kulit (bark)
pelindung bunga berbulu.
Buah cokelat kekuningan terdiri atas 2–6 biji

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 109


Ciri Anatomi Keteguhan tekan sejajar serat
Lingkaran tumbuh jelas. Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 233
Pembuluh baur, bergabung radial 4 atau lebih
(k) 299
biasa dijumpai (3-6 sel). Diameter 100-200
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
mikron, frekuensi 5-20 buah/mm2. Bidang
(b) 73
perforasi bentuk tangga (>20-40 palang),
(k) 75
sedangkan ceruk antar pembuluh bentuk
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
tangga dan berhadapan dengan ukuran yang
Ujung (b) 306
besar (>10 mikron). Ceruk antar pembuluh dan
(k) 355
jari-jari dengan halaman yang jelas dan serupa
Sisi (b) 215
dalam ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
(k) 251
pembuluh.
Keteguhan geser (kg/cm2)
Parenkim bentuk pita >3 lapis sel dan pita Radial (b) 53
sempit ≤3 lapis sel. Parenkim aksial paratrakea (k) 56
jarang dan paratrakea sepihak dijumpai. Tangensial (b) 60
Panjang 3-4 sel per-untai. (k) 60
Keteguhan belah (kg/cm)
Jari-jari lebar 1-3 seri, komposisi umumnya
Radial (b) 31
dengan 2-4 jalur sel tegak dan atau sel bujur (k) 25
sangkar marjinal, frekuensi >4-12 per mm. Tangensial (b) 36
Serat tanpa sekat. Ceruk antar serat (k) 24
berhalaman yang jelas. Diameter 38,9 + 5,6
mikron, lebar lumen 32,0 + 5,1 mikron, dinding Keteguhan tarik sejajar arah serat
2
serat tipis sampai tebal, 3,5 + 0,6 mikron. Tegangan maksimum (kg/cm )
Radial (b) 506
Ciri laina dasel minyak bergabung dengan jari- (k) 301
jari. Tangensial (b) 651
(k) 636
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat Jenis 0,56 dan kelas kuat III (Oey, 1990) Radial (b) 16
Penyusutan (%) : (k) 21
Penyusutan dari basah sampai kering udara Tangensial (b) 25
0,8 (R) ; 2,5 (T) (k) 22
Penyusutan dari basah sampai kering oven
2,3 (R) ; 5,4 (T) Sifat Kimia
Kadar
Sifat Mekanis
Holoselulosa 76,7%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Lignin 25,6%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Pentosan 15,6%
dengan berat jenis basah (b) 0,31 pada kadar Abu 0,8%
air 160%, dan berat jenis kering udara (k) 0,38 Silika 0,2%
pada kadar air 14%. Kelarutan
Keteguhan lentur statis Alkohol-benzena 4,0%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air dingin 4,0%
(b) 347 Air panas 5,1%
(k) 394 NaOH 1% 15,4%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Nilai kalor 4.302 kal/g
(b) 508
(k) 551 Keawetan
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet II (Oey,
(b) 63,4 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 58,3 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas IV,
Keteguhan pukul (kgm/dm3) dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Radial (b) 30 curvignathus Holmgren) kelas IV.
(k) 28 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Tangensial (b) 30 spathularia kelas II, Polyporus sp. Kelas III,
(k) 35 Pycnoporus sanguineus kelas II dan
Schizophyllum commune kelas III.

110 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Ketahanan terhadap organisme perusak bubutan. Selain itu, dapat digunakan untuk
kayu di laut termasuk kelas IV. venir dan kayu lapis.

Keterawetan Silvikultur
Masuk kelas I (mudah)
Tempat tumbuh
Pengeringan Tumbuh di hutan hujan tropika dataran rendah
dan pegunungansampaiketinggian 2.800 m.dpl.
Pengeringan alami
Belum ada data Jenis ini tumbuh pada tipe tanah mediteran
merah-kuning dan latosol dengan tekstur liat
Pengeringan dalam dapur pengering
berlempung dengan drainase baik, tetapi
konvensional
Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50 - kadang-kadang dijumpai di daerah rawa.
75°C dan Rh 85 - 27%.
Permudaan
Venir dan Kayu Lapis Perbanyakan dilakukan secara generatif dan
Venir vegetatif. Biji disemaikan pada media campuran
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik tanah dan pasir (1:1) di bawah naungan 60%.
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Daya berkecambah 20%, dengan periode
kupas 90°30’ untuk tebal 1,5 mm. 24–86 hari.
Kecambah disapih dalam media campuran
Kayu Lapis pasir, tanah dan kompos dengan perbandingan
Perekatan venir kayu ini dengan urea 7:2:1 yang disimpan dibawah naungan 40%.
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis Bibit siap ditanam setelah 2 bulan disapih.
tahan air yang memenuhi syarat Standar Secara vegetatif dilakukan dengan men-
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, cangkok cabang yang sehat. Cangkokan biasa
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan digunakan sebagai bibit untuk tanaman hias.
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
Buah
Pemesinan
Musim berbunga dan berbuah sepanjang
Bebas cacat tahun. Buah yang masak berwarna cokelat tua.
Sifat pemesinan Kelas
% Ekstraksi dilakukan dengan membersihkan kulit
buah dan biji berwarna hitam. Viabilitas biji
Penyerutan 88 Sangat baik (I)
cepat menurun, sehingga tidak dapat disimpan
Pembentukan 86 Sangat baik (I)
lama.
Pembubutan 81 Sangat baik (I)
Pemboran 79 Baik (II)
Hama penyakit
Pengampelasan 79 Baik (II)
Daun jenis ini dapat diserang hama kutu putih.
Kegunaan
Kayu ini dapat digunakan sebagai konstruksi
ringan, papan lantai, rangka pintu jendela,
gerobak, mebel, moulding, ukiran dan barang

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 111


Daun dan buah Michelia champaca L.

112 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


A B

C D

Michelia champaca L.
A. Penampang lintang, skala 100 mikron
B. Penampang lintang, skala 100 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 113


23. Nauclea orientalis L. - Rubiaceae

Nama Botanis Kekerasan agak keras.


Corak polos.

Nama Perdagangan
Kayu bengkal
Nama Daerah
Kapinango (Sunda); gempol, kelepul (Jawa);
kay ketek (Madura), bengkal, kelepu
(Sumatera), bance (Bugis), bangkala
(Makasar), bantuli (Tubelo), dongkina, kakuni,
longkida (Muna), maas (Melayu), asihera
(Kambarau), bingku (Mangoli), butape (Toraja),
konar (Aru), mesegu (Buru), bengkel taya
(Bali), klore (Solor), konca (Bima), longira
(Sumba), kusigoro (Papua).
Nama di Negara Lain
Leichhardt pinus, cheesewood kuning (Inggris);
kanluang, krathum khlong, tum khan (Thailand)
a
Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Bali, Nusa
Tenggara Timur, Papua, Sri Lanka, Myanmar,
Thailand.
Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi mencapai
35 m.
Batang silindris, tegak, batang bebas cabang 5 b
– 15 m; diameter 50 cm atau lebih. Permukaan Nauclea orientalis L. - Rubiaceae
pepagan warna abu-abu atau kuning cokelat;
a. Kayu (wood)
beralur dangkal, mengelupas besar dan tebal. b. Kulit (bark)
Daun penumpu lonjong membulat, panjang
kurang dari 25 mm.
Ciri Anatomi
Daun tunggal, kedudukan berpasangan silang, Lingkaran tumbuh tidak jelas.
bentuk helaian bulat telur-jorong, berukuran
12-40 cm x 6-21 cm, pangkal helaian membulat Pembuluh baur, soliter dan bergabung sampai
atau sedikit runcing, pertulangan sekunder 7-10 dengan 5 sel. Bidang perforasi sederhana.
pasang. Panjang tangkai 1,5-5 cm. Ceruk antar pembuluh selang-seling dan
berukuran besar >10 mikron. Percerukan
Bunga bentuk kepala, tunggal, berwarna putih,
pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
panjang tangkai 1,5-4 cm. jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk dengan
Buah berbentuk bulat dengan diameter 1-1,5 ceruk antar pembuluh. Diameter pembuluh
mm. berkisar antara 50-100 mikron, frekuensi 5-20
buah/mm2. Ditemukan endapan berwarna putih.
Ciri Umum
Parenkim apotrakea tersebar dan tersebar
Warna kayu teras putih agak cokelat muda
dalam kelompok, paratrakea vaskisentrik dan
dapat dibedakan dari kayu gubal yang
sepihak. Panjang 3-4sel per untai sampai 5-8
berwarna putih krem, lebar kayu gubal sekitar
sel per untai.
2-3 cm, 25% dari diameter batang.
Jari-jari lebar 1-3 seri sampai 5 seri.Komposisi
Tekstur halus dan merata.
jari-jari dengan 2 hingga 4 jalur sel tegak atau
Arah serat agak berpadu. sel bujur sangkar marjinal. Sel seludang
Kilap permukaan kayu kusam. dijumpai.
Kesan raba agak kesat.

114 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Serat dengan ceruk berhalaman yang jelas. Keteguhan tarik sejajar arah serat
Panjang serat 2.111 ± 127 mikron, diameter Tegangan maksimum (kg/cm 2)
30,7 ± 3,6 mikron, lebar lumen 16,3 ± 2,8 Radial (b) 451
mikron, dinding serat tipis sampai tebal 4,15 ± (k) 422
0,76 mikron. Tangensial (b) 552
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan (k) 668
kertas: Kelas I. Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Radial (b) 27
Sifat Fisis (k) 27
Berat jenis 0,58 dan kelas kuat III-II (Oey, 1990) Tangensial (b) 30
Penyusutan (%) (k) 44
Penyusutan dari basah sampai kering udara
2,3 (R) ; 6,5 (T) Sifat kimia
Penyusutan dari basah sampai kering oven
4,1 (R) ; 9,6 (T) Kadar
Holoselulosa 70,6%
Sifat Mekanis Lignin 26,3%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Pentosan 20,3%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Abu 0,7%
dengan berat jenis basah (b) 0,52 pada kadar Silika 0,1%
air 100%, dan berat jenis kering udara (k) 0,64 Kelarutan
pada kadar air 13%. Alkohol-benzena 2,7%
Air dingin 5,3%
Keteguhan lentur statis Air panas 7,2%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) NaOH 1% 9,4%
(b) 263 Nilai kalor 4.362 kal/g
(k) 327
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Keawetan
(b) 419
Kayu ini masuk ke dalam kelas awet IV (Oey,
(k) 617
1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2)
(Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas III ,
(b) 64,2
dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 76,2
curvignathus Holmgren) kelas V.
Keteguhan pukul (kgm/dm3)
Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 15
spathularia kelas III, Polyporus sp. kelas V,
(k) 21
Pycnoporus sanguineus kelas IV dan
Tangensial (b) 24
Schizophyllum commune kelas IV.
(k) 21
Ketahanan terhadap organisme perusak
Keteguhan tekan sejajar serat
kayu di laut termasuk kelas IV.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 231
Keterawetan
(k) 348
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Masuk kelas I (mudah)
(b) 90
(k) 145 Pengeringan
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan alami
Ujung (b) 384 Kayu cepat mengering (24 hari) dari kadar air
(k) 531 60% hingga kadar air kering udara (13%)
Sisi (b) 327 dengan mutu sedang.
(k) 358
Keteguhan geser (kg/cm2) Pengeringan dalam dapur pengering konven-
Radial (b) 61 sional
(k) 105 Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 55 -
Tangensial (b) 65 80°C dan Rh 83 - 30%.
(k) 100
Keteguhan belah (kg/cm) Venir dan kayu lapis
Radial (b) 45 Venir
(k) 40 Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
Tangensial (b) 50 tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
(k) 44 kupas 91°30’ untuk tebal 1,5 mm.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 115


Kayu Lapis Silvikultur
Perekatan venir kayu ini dengan urea Tempat tumbuh
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis Tumbuh secara alami di dataran rendah
tahan air yang memenuhi syarat Standar disepanjang tepi sungai dan rawa, sampai
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, perbukitan pada ketinggian 1.100 m.dpl., serta
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan dijumpai di hutan sekunder bekas penebangan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. atau kebakaran. Tanah yang disukai aluvial
dengan curah hujan antara 800-3.800 mm/
Pemesinan tahun.
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas Permudaan
%
Penyerutan 89 Sangat baik (I) Permudaan alami tersebar di hutan terutama
Pembentukan 89 Sangat baik (I) pada areal terbuka. Perbanyakan dilakukan
Pembubutan 78 Baik (II) dengan biji. Biji dikecambahkan dengan media
tanah halus dalam bak kecambah yang
Pemboran 90 Sangat baik (I)
Pengampelasan 90 Sangat baik (I) disimpan di tempat dengan naungan ringan.
Penyiraman yang teratur dapat mengecambah-
kan biji dalam waktu 15-59 hari.
Kegunaan Jenis ini merupakan tumbuhan pionir yang
Kayu ini dapat digunakan sebagai bahan dapat digunakan untuk mencegah erosi dan
konstruksi dalam ruangan, papan lantai, sebagai pohon naungan untuk reklamasi lahan.
mebel, moulding, kotak pembungkus, patung
dan ukiran, daun pintu jendela, mainan anak, Buah
dan korek api. Selain itu, dapat digunakan Buah terletak di ketiak daun, di dalamnya
untuk venir dan kayu lapis. mengandung banyak biji.

Hama penyakit
Larva kumbang Alcidodes cinchonae dapat
menyerang pucuk atau tunas.

116 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Nauclea orientalis L.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 117


A B

C D

Nauclea orientalis L.
A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

118 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


24. Neolitsea triplinervia (Blume) Merr. - Lauraceae

Nama Botanis
Neolitsea triplinervia (Blume)Merr. - Lauraceae
Sinonim: Litsea triplinervia Blume

Nama Perdagangan
Medang

Nama Daerah
Huru kacang, huru minyak (Sunda), huru,
manjangan mangklar, (Jawa), mehau (Papua),
makila (Maluku)

Nama di Negara Lain


Kyese (Myanmar)

Daerah Persebaran
Srilangka, India, Indo China, China, Taiwan,
Thailand, Jepang, Jawa, Maluku dan Papua. a

Morfologi
Pohon sedang, tinggi 15-20 m.
Batang utama silindris, tegak, diameter 30-40
cm; permukaan pepagan berwarna abu-abu
hingga kehitaman, licin, dan berlentisel.
Daun tunggal, kedudukan spiral atau
menyebar. Helaian lonjong hingga jorong,
berukuran 8-15 cm x 2,5-6 cm, mengertas, b
ujung meluncip, panjang ujung 1-2 cm, pangkal Neolitsea triplinervia (Blume) Merr. - Lauraceae
meluncip, tepi rata, permukaan bawah helaian a. Kayu (wood)
warna hijau pucat atau keputihan; pertulangan b. Kulit (bark)
sekunder menjari tiga. Ta ngkai silindris kecil,
panjang 1-2 cm. Ciri Anatomi
Perbungaan majemuk tandan, pada ketiak Lingkaran tumbuh agak jelas hingga jelas,
daun. ditandai oleh adanya susunan pembuluh yang
berukuran lebih kecil dan membentuk garis
Buah pada saat masak berwarna merah tua. memanjang.
Biji berukuran panjang 6-9 cm dan lebar 4-6
mm, dengan endocarp tipis. Biji berkulit dengan Pembuluh baur hingga semi tata lingkar; biasa
embrio yang besar, tanpa endosperma dan dijumpai bergabung radial sampai dengan 4
bersifat dorman. sel. Bentuk soliter bersudut. Diameter sekitar
50-100 mikron. Frekuensi 5-20 buah/mm2.
Ciri Umum Bidang perforasi sederhana dan bentuk tangga
hingga lebih dari 20 palang, ceruk antar
Warna kayu teras berwarna kuning keputihan,
pembuluh selang-seling, ukuran sedang (7-10
sukar dipisahkan secara jelas dari kayu mikron). Ceruk antar pembuluh dan jari-jari ada
gubalnya. 3 ciri, dengan halaman jelas, serupa dalam
Corak polos. ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
Tekstur agak halus. pembuluh; dengan halaman sempit sampai
Arah serat lurus sampai berpadu. sederhana, ceruk bulat atau bersudut, serta
ceruk horisontal atau vertikal.
Kilap agak mengkilap.
Kesan raba agak kesat. Parenkim paratrakea jarang dan vaskisentrik,
serta apotrakea tersebar dalam kelompok.
Kekerasan agak lunak Panjang 3-4 sel per untai.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 119


Jari-jari 1-3 seri. Susunan jari-jari terdiri dari sel Tangensial (b) 15
baring dengan 1 jalur sel tegak dan atau sel (k) 24
bujur sangkar marjinal. Frekuensi 4-12 Kekerasan (JANKA), kg/cm2
buah/mm. Ujung (b) 273
(k) 311
Serat tanpa sekat. Ceruk antar serat sederhana
Sisi (b) 147
sampai berhalaman sangat kecil, ditemui pada
(k) 208
dinding radial dan tangensial. Panjang serat
Keteguhan geser (kg/cm2)
1.566 ± 98 mikron, diameter 35,6 ± 1,9 mikron,
Radial (b) 57
lebar lumen 30,3 ± 1,6 mikron, dan tebal
(k) 54
dinding 2,7 ± 0,1 mikron. Kualitas serat untuk
Tangensial (b) 57
bahan baku pulp dan kertas: Kelas I.
(k) 57
Inklusi mineral tidak dijumpai. Keteguhan belah (kg/cm)
Ciri lain sel minyak dan sel lendir (muscilage) Radial (b) 31
bergabung dengan jari-jari dan parenkim aksial. (k) 40
Terdapat varian kambial dalam bentuk kulit Tangensial (b) 32
tersisip konsentrik. (k) 38

Sifat Fisis Sifat Kimia


Berat jenis 0,56 dan kelas kuat II - III (Oey, Kadar
1990) Holoselulosa 78,1%
Penyusutan (%): Lignin 23,1%
Penyusutan dari basah sampai kering udara Pentosan 15,2%
2,7 (R) ; 5,6 (T) Abu 0,8%
Penyusutan dari basah sampai kering oven Silika 0,6%
4,1 (R) ; 8,5 (T) Kelarutan
Alkohol-benzena 3,0%
Sifat Mekanis Air dingin 3,7%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Air panas 5,4%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu NaOH 1% 17,4%
dengan berat jenis basah (b) 0,40 pada kadar Nilai kalor 4.459 kal/g
air 79% dan berat jenis kering udara (k) 0,49
pada kadar air 13% Keawetan
Kayu ini masuk kelas awet III/IV (Oey, 1990).
Keteguhan lentur statis Ketahanan terhadap rayap kayu kering
2
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm ) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas II,
(b) 258 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 347 curvignathus Holmgren) kelas V.
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(b) 409 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 536 Pycnoporus sanguineus kelas IV dan
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) Schizophyllum commune kelas IV.
(b) 66,7 Ketahanan terhadap organisme perusak
(k) 75,0 kayu di laut termasuk kelas IV.
Keteguhan pukul (kgm/dm3)
Radial (b) 14 Keterawetan
(k) 16
Masuk kelas I (mudah)
Tangensial (b) 15
(k) 16 Pengeringan
Pengeringan alami
Keteguhan tekan sejajar serat
Kayu cepat mengering (29 hari) dari kadar air
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
50% hingga mencapai kadar air kering udara
(b) 237
(13%) dengan mutu sedang.
(k) 307
Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2) Pengeringan dalam dapur pengering
(b) 53 konvensional
(k) 59 Belum ada data.
Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Radial (b) 17
(k) 17

120 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Venir dan Kayu Lapis kayu lapis. Kayu ini mempunyai bau yang khas
sehingga dapat digunakan sebagai barang
Venir
kerajinan yang menarik.
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Silvikultur
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm.
Tempat tumbuh
Kayu Lapis Secara alami tumbuh di dataran tinggi dan
Perekatan venir kayu ini dengan urea hutan pegunungan pada ketinggian antara
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis 1.200-1.700 m.dpl.
tahan air yang memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Permudaan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji.
Jerman (DIN) No. 68705-1983. Secara alami, biji disebarkan oleh burung.
Untuk perbanyakan tanaman, buah yang sudah
Pemesinan masak direndam dalam air sambil diremas-
Bebas cacat remas sehingga biji terpisah dari kulitnya. Biji
Sifat pemesinan Kelas yang bersih dan tenggelam dipisahkan dari
%
kotoran dan dikeringanginkan diatas kertas.
Penyerutan 72 Baik (II) Benih mampu berkecambah dalam waktu 30–
Pembentukan 69 Baik (II) 170 hari.
Pembubutan 67 Baik (II)
Pemboran 46 Sedang (III) Buah
Pengampelasan 81 Sangat baik (I)
Di Jawa musim berbuah jenis kayu ini terjadi
pada bulan Maret-Oktober. Stratifikasi suhu
Kegunaan rendah (4°C) dapat mempercepat laju
Kayu ini dapat digunakan sebagai bahan perkecambahan, tetapi persentase kecambah
konstruksi ringan, bangunan kapal, venir dan tidak meningkat hingga minggu ke-20.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 121


Daun, bunga dan buah Neolitsea triplinervia (Blume) Merr.

122 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm

A B

C D

Neolitsea triplinervia (Blume) Merr.


A. Penampang lintang
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 123


25. Ochroma pyramidale (Cav. ex Lam.) Urb. - Bombacaceae
Nama Botanis
Ochroma pyramidale (Cav. Ex Lam.) Urb. -
Bombacaceaae
Sinonim: Ochroma bicolor Rowlee, Ochroma
lagopus Sw.

Nama Perdagangan
Balsa

Nama Daerah
Balsa

Nama di Negara Lain


Balsa

Daerah Persebaran
Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko
hingga Bolivia, ditanam di Malaysia, Indonesia, a
Filipina,dan Papua New Guinea.

Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi 30-50 m.
Batang silindris, tegak, kadang berbanir,
berdamar kuning, diameter 100 (-180) cm,
berbanir pendek. Pepagan berwarna abu-abu
dengan bercak putih, permukaan licin.
Daun tunggal, kedudukan tersebar atau spiral,
bentuk helaian bulat dengan pertulangan b
menjari, tepi bercangap, berukuran 15-30 cm x Ochroma pyramidale (Cav. ex Lam.) Urb. -
15-20 cm, permukaan bawah berwarna Bombacaceae
keputihan. Tangkai silindris panjang 10-20 cm. a. Kayu (wood)
Daun penumpu bentuk bulat telur, ujung b. Kulit (bark)
meluncip.
Bunga tunggal, bentuk tabung, tumbuh di ketiak Ciri Anatomi
daun, berwarna putih.
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Buah bentuk kapsul persegi memanjang atau
polong dengan panjang 30 cm, bergaris, kering Pembuluh baur, bidang perforasi sederhana.
merekah menjadi 5 bagian. Biji kecil, bentuk Diameter 100-200 µm, frekuensi 5 buah/mm2
melonjong, diselaputi rambut seperti kapas. atau kurang.Ceruk antar pembuluh selang
seling dengan bentuk ceruk bersegi banyak,
Ciri Umum berukuran kecil >4-7 mikron. Percerukan
pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
Warna kayu teras putih kecokelatan, tidak jelas jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk dengan
perbedaannya dengan bagian gubalnya ceruk antar pembuluh, serta dengan halaman
Corak polos, terkadang ditemui lingkaran yang sempit sampai sederhana, ceruk bulat
tumbuh berwarna kecokelatan pada bidang atau bersudut.
longitudinal
Tekstur kasar Parenkim apotrakea tersebar, dan paratrakea
jarang. Panjang 3-4 sel per untai sampai
Arah serat lurus sampai berpadu delapan sel peruntai.
Kilap permukaan kayu kusam
Jari-jari 1-3 seri, dan jari-jari yang lebar
Kesan raba kesat umumnya >4-10 seri. Komposisi jari-jari dengan
Kekerasan agak keras 2-4 jalur sel tegak atau sel bujur sangkar
marjinal. Sel seludang dijumpai.

124 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Keteguhan tarik sejajar arah serat
2
Tegangan maksimum (kg/cm )
Radial (b) 122
(k) 110
Sifat Fisis Tangensial (b) 160
Berat Jenis (0,16-,20) dan kelas kuat V (Oey, (k) 131
1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) : Radial (b) 4
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 6
0,9 (R) ; 4,0 (T) Tangensial (b) 6
Penyusutan dari basah sampai kering oven (k) 6
1,8 (R) ; 5,8 (T)
Sifat Kimia
Sifat Mekanis Kadar
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Holoselulosa 48,5%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Lignin 30,8%
dengan berat jenis basah (b) 0,18 pada Pentosan 16,3%
kadarair 159%, dan berat jenis kering udara (k) Abu 0,8%
0,21 pada kadar air 11%. Silika 0,1%
Kelarutan
Keteguhan lentur statis Alkohol-benzena 3,8%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air dingin 1,3%
(b) 59 Air panas 6,0%
(k) 86 NaOH 1% 22,9%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Nilai kalor 3.980 kal/g
(b) 71
(k) 83 Keawetan
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
(b) 12.5 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 18.6 (Cryptoter mes cynocephalus Light.) kelas V
Keteguhan pukul (kgm/dm3) dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Radial (b) 6 curvignathus Holmgren) kelas V.
(k) 6 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Tangensial (b) 7 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 6 Pycnoporus sanguineus kelas IV dan
Schizophyllum commune kelas IV.
Keteguhan tekan sejajar serat Ketahanan terhadap organisme perusak
Tegangan maksimum (kg/cm 2) kayu di laut termasuk kelas IV.
(b) 28
(k) 81
Keterawetan
Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2)
(b) 9 Masuk kelas I (mudah diawetkan)
(k) 10
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan
Ujung (b) 71 Pengeringan alami
(k) 71 Belum ada data
Sisi (b) 30
Pengeringan dalam dapur pengering konven-
(k) 38
sional
Keteguhan geser (kg/cm2)
Belum ada data
Radial (b) 14
(k) 9
Tangensial (b) 18 Venir dan kayu lapis
(k) 19 Venir
Keteguhan belah (kg/cm) Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
Radial (b) 8 tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
(k) 18 kupas 90° untuk tebal 1,5 mm.
Tangensial (b) 10 Kayu Lapis
(k) 11 Perekatan venir kayu ini dengan urea
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
tahan air yang memenuhi syarat Standar

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 125


Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Permudaan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Jenis ini merupakan tanaman pionir. Dapat
Jerman (DIN) No. 68705-1983. tumbuh secara alami pada lahan terbuka di
hutan sekunder dan lahan yang diberakan.
Pemesinan Pertumbuhannya sangat cepat. Pada umur 10–
Bebas cacat 15 tahun setelah di tanam tinggi pohon dapat
Sifat pemesinan Kelas mencapai tinggi 30 m.
%
Perbanyakan dengan cabutan atau dari biji
Penyerutan 40 Sedang (III) yang dikecambahkan pada media tanah.
Pembentukan 58 Sedang (III) Kecambah dipindahkan ke kantong plastik dan
Pembubutan 51 Sedang (III) dipelihara di persemaian. Pada awal pertum-
Pemboran 33 Jelek (IV) buhan bibit diperlukan naungan 60-70% dan
Pengampelasan 61 Baik (II) dipelihara selama 4 bulan sebelum ditanam di
lapangan.
Kegunaan Ditanam dengan jarak tanam rapat. Jarak
Kayu ini dapat digunakan untuk pelampung, tanam yang direkomendasikan adalah 4-5 x 5
jaket penyelamat, papan selancar, pesawat m. Pada tumpangsari jarak tanam yang
udara, pesawat model, mainan anak, pola, digunakan 2x3 m. Pemanenan dapat dilakukan
papan tempel serangga, core produk papan setelah umur 6-8 tahun.
rekonstruksi, peralatan kedokteran, pem-
bungkus barang yang mudah pecah dan papan Buah
insulasi panas. Untuk kayu yang memiliki berat Mulai berbunga pada umur 3–4 tahun dan
jenis lebih tinggi dapat digunakan untuk batang dapat berbunga sepanjang tahun. Penyer-
korek api, tusuk gigi dan pulp untuk bahan bukannya dibantu oleh kelelawar. Buah dan biji
kertas. disebarkan oleh angin. Dalam 100 g biji kering
terdapat 15.000-17.000 butir.
Silvikultur
Hama penyakit
Tempat tumbuh
Bibit dapat terserang jamur yang menyebabkan
Tumbuh baik pada ketinggian 0-1.000 m.dpl. penyakit lodoh (rebah kecambah). Ini dapat di
dan optimal pada ketinggian 800 m.dpl. Jenis atasi dengan menambahkan fungisida ke media
ini menyukai tanah subur, berdrainase baik, sapih atau media tanam. Bibit di persemaian
tidak tergenang air, pH netral sampai agak diserang oleh bekicot dan biasanya di atasi
masam, bersolum dalam serta lembab. Untuk secara mekanis.
pertumbuhan yang baik diperlukan curah hujan
tahunan 1.500-3.000 mm dan suhu udara 25 -
29°C.

126 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun dan buah Ochroma pyramidale (Cav. ex Lam.) Urb.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 127


200 µm

A B

C D

Ochroma pyramidale (Cav. ex Lam.) Urb.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

128 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


26. Pouteria duclitan (Blanco) Baehni - Sapotaceae

Nama Botanis
Pouteria duclitan (Blanco) Baehni - Sapotaceae
Sinonim: Planchonella nitida (Blume) Dubard,
Planchonella duclitan (Blanco) Bakh.f, Xantolis
nitida (Blume) Baehni

Nama Perdagangan
Nyatoh

Nama Daerah
Karet anjing (Sunda), nyato (Jawa), sambiring
(Sulawesi)

Nama di Negara Lain


Duklitan, malayhot, bongalong (Filipina)

Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku, Papua, a
Sulawesi dan Filipina

Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi 35 m.
Batang silindris, bengkok, diameter sampai 95
cm, berbanir sampai tinggi 1 m. Permukaan
pepagan warna cokelat, kasar dan beralur.
Ranting silindris, dengan bagian ujung hampir
persegi. Kuncup daun berbulu tipis kekuningan.
Daun tunggal, kedudukan tersebar, menge-
lompok pada ujung ranting, bentuk jorong b
hingga bundar telur atau bundar telur
Pouteria duclitan (Blanco) Baehni - Sapotaceae
sungsang, ukuran 10-28 cm x 5-14 cm. Helaian
a. Kayu (wood)
tebal, permukaan bawah berbulu tipis, ujung
b. Kulit (bark)
lancip, pertulangan menyirip sempurna.
Tangkai silindris langsing, panjang 2,5-5,5 cm.
Bunga hijau keputihan, kecil, dalam kelompok, Ciri Anatomi
tangkai 2-9 mm. Lingkar tumbuh kurang jelas, apabila ada,
Buah bulat telur, panjang 1,2-3,5 cm, gundul, ditandai oleh adanya parenkim pita marjinal dan
buah masak merah kehitaman. Biji berwarna ketebalan dinding serat yang berbeda di sekitar
cokelat mengkilat, kulit biji tebal dan keras lingkaran tumbuhnya.
terutama saat kering.
Pembuluh baur, umumnya bergabung radial 2-6
Ciri Umum
Warna kayu teras kekuning-kuningan, samar- bentuk bulat sampai lonjong, bidang perforasi
samar perbedaannya dengan bagian kayu sederhana. Ceruk antar pembuluh bulat sampai
gubal yang berwarna lebih muda poligonal, seling-seling, ukuran 8 ± 0,2 mikron.
Corak polos. Ceruk antar pembuluh dan jari-jari dengan
Tekstur agak halus. halaman yang sempit sampai sederhana, ceruk
horizontal sampai vertikal, lebih besar dari
Arah serat lurus. ceruk antar pembuluh. Tilosis dan endapan
Kilap permukaan kayu mengkilap. tidak dijumpai.
Kesan raba licin.
Parenkim apotrakea tersebar, tersebar dalam
Kekerasan keras. kelompok, seakan membentuk garis-garis yang

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 129


bergelombang seperti jala. Panjang 3-8 sel per Keteguhan geser (kg/cm2)
untai. Radial (b) 52
(k) 107
Jari-jari heteroseluler, biseriate, lebar 2-3 sel;
Tangensial (b) 58
tinggi sampai 717 mikron, dengan rata-rata
(k) 122
420±50 mikron; frekuensi 6±0,4 jari-jari per mm.
Keteguhan belah (kg/cm)
Serat sebagian bersekat. Ceruk antar serat Radial (b) 19
sederhana. Panjang 1.509 ± 171 mikron, (k) 26
diameter 23,9 ± 2,6 mikron, lumen 16,5 ± 1,9 Tangensial (b) 25
mikron, tebal dinding serat 3,7 ± 0,6 mikron. (k) 35
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan
kertas: Kelas III. Keteguhan tarik sejajar arah serat
2
Tegangan maksimum (kg/cm )
Saluran interselular tidak dijumpai. Radial (b) 276
Inklusi material kristal dijumpai 4-10 dalam (k) 710
parenkim aksial berbilik.
Tangensial (b) 288
(k) 822
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat Jenis menurut Oey (1990): Radial (b) 19
- (k) 14
Penyusutan (%) : Tangensial (b) 30
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 27
2,5 (R) ; 5,1 (T)
Penyusutan dari basah sampai kering oven Sifat kimia
4,4 (R) ; 8,1 (T)
Kadar
Holoselulosa 75,8%
Sifat Mekanis Lignin 25,2%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Pentosan 17,8%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Abu 1,4%
dengan berat jenis basah (b) 0,59 pada kadar Silika 0,2%
air 49% dan berat jenis kering udara (k) 0,71 Kelarutan
pada kadar air 11% Alkohol-benzena 5,1%
Keteguhan lentur statis Air dingin 4,2%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm )
2 Air panas 4,5%
(b) 498 NaOH 1% 19,0%
(k) 526 Nilai kalor 4.143 kal/g
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2 )
(b) 398 Keawetan
(k) 893 Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas
(b) 80,5 II (Oey, 1990), dan terhadap rayap tanah
(k) 85,5 (Coptotermes curvignathus Holmgren) kelas V.
Keteguhan pukul (kgm/dm3) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 35 spathularia kelas III, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 22 Pycnoporus sanguineus kelas IV dan
Tangensial (b) 30 Schizophyllum commune kelas III.
(k) 19
Ketahanan terhadap organisme perusak
Keteguhan tekan sejajar serat kayu di laut termasuk kelas III.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 387 Keterawetan
(k) 411 Masuk kelas I (mudah)
Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2)
(b) 127 Pengeringan
(k) 152
Pengeringan alami
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Kayu cepat mengering (29 hari) dari kadar air
Ujung (b) 562
50% hingga mencapai kadar air kering udara
(k) 512
(13%) dengan mutu sedang.
Sisi (b) 301
(k) 444

130 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Pengeringan dalam dapur pengering konven- Kegunaan
sional Kayunya cocok digunakan untuk ukiran, alat
Kayu disarankan dikeringkan dengan meng- musik, pigura, kabinet, perkakas dalam rumah,
gunakan suhu 50-75°C dan Rh 81-28%. batang pensil dan korek api. Dapat dipakai
sebagai kayu bahan mebel karena kayunya
Venir dan Kayu Lapis berwarna terang.
Venir
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik Silvikultur
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
Tempat tumbuh
kupas 90° untuk tebal 1,5 mm.
Jenis ini tumbuh di dataran rendah sampai
Kayu Lapis sedang, dan banyak dijumpai di hutan sekunder
Perekatan venir kayu ini dengan urea dengan tanah berkapur, pada curah hujan
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis 1.000-3.000 mm/tahun.
tahan air yang memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Permudaan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Permudaan jenis ini dapat dilakukan melalui biji
Jerman (DIN) No. 68705-1983. atau stek. Jenis ini ditanam dengan jarak tanam
10 x 8 m. Setelah mencapai tinggi lebih dari 3
Pemesinan m, percabangan dapat dipangkas untuk
Bebas cacat memelihara bentuk kanopi.
Sifat pemesinan Kelas
%
Hama dan penyakit
Penyerutan 76 Baik (II) Pohon muda dapat diserang hama Amblipelta
Pembentukan 76 Baik (II) spp. dan Ceroplastes rubens.
Pembubutan 77 Baik (II)
Pemboran 76 Baik (II)
Pengampelasan 79 Baik (II)

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 131


Daun, bunga dan buah Pouteria duclitan (Blanco) Baehni

132 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm 200 µm

A B

200 µm 200 µm

C D

Pouteria duclitan (Blanco) Baehni


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 133


27. Semecarpus albicans Lauterb. - Anacardiaceae

Nama Botanis
Semecarpus albicans Lauterb.- Anacardiaceae
Sinonim: Heterophyllus glabercens Kurz.

Nama Perdagangan
Rengas

Nama Daerah
Rengas gunung

Nama di Negara Lain


-

Daerah Persebaran
Papua, Papua New Guinea

Morfologi
Pohon sedang, tinggi mencapai 22 m. a
Batang silindris, tegak, diameter batang 45 cm.
Permukaan pepagan warna kecokelatan,
beretak. Bila batang digores akan keluar getah
berwarna hitam.
Daun tunggal, kedudukan spiral, bentuk helaian
jorong-lonjong, berukuran 5-18 cm x 2-6,5 cm,
ujung tumpul kadang runcing, pangkal bentuk
pasak; uratdaun sekunder 5-10 pasang.
Panjang tangkai 1-3 cm.
Perbungaan malai, dekat ujung ranting atau b
pada ketiak daun, panjang 4-11 cm.
Semecarpus albicans Lauterb. - Anacardiaceae
Buah berbentuk oblong, panjang 2,5-3,8 cm. a. Kayu (wood)
Buah memiliki eksocarp dan mesocarp b. Kulit (bark)
berdaging dengan biji yang memiliki mantel
(testa).
Ciri Anatomi
Ciri Umum Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Warna kayu teras cokelat muda keabu-abuan, Pembuluh baur, hampir seluruhnya soliter. Ada
dapat dibedakan dengan jelas dari kayu gubal gabungan pori sampai 5 sel. Bidang perforasi
yang berwarna cokelat muda agak kekuningan, sederhana. Diameter berkisar antara 100–200
pada bidang radial tampak warna keperakan, mikron, frekuensi 5 buah/mm2 atau kurang.
lebar kayu gubal berkisar antara 2-3 cm. Ceruk antar pembuluh selang seling, bentuk
ceruk selang seling bersegi banyak dengan
Tekstur agak halus dan merata. ukuran besar (>10 mikron). Percerukan
Arah serat lurus sampai agak berpadu. pembuluh dan jari-jari ada dua ciri, dengan
Kilap kusam. halaman yang sempit sampai sederhana, ceruk
Kesan raba agak kesat. bulat atau bersudut, dan dengan halaman yang
sempit sampai sederhana ceruk horisontal atau
Kekerasan agak keras. vertikal.
Corak polos.
Parenkim paratrakea aliform (lozenge) dan
konfluen. Panjang 2 sel dan 3-4 sel per untai.
Jari-jari lebar 1-3 sel. Komposisi jari-jari dengan
1 hingga 2–4 jalur sel tegak atau sel bujur
sangkar marjinal, frekuensi >4-2 permm.

134 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Serat tanpa sekat. Ceruk antar serat sederhana Keteguhan belah (kg/cm)
sampai berhalaman sangat kecil. Panjang Radial (b) 25
1.656,6 ± 137,2 mikron, diameter 43,3 ± 4,2 (k) 31
mikron, lumen 38,4 ± 4,0 mikron, dinding serat Tangensial (b) 29
tipis sampai tebal, 2,5 ± 0,3 mikron. Kualitas (k) 34
serat untuk bahan baku pulp dan kertas:Kelas I.
Keteguhan tarik sejajar arah serat
Inklusi material dijumpai dalam parenkim aksial 2
Tegangan maksimum (kg/cm )
tak berbilik serta berderet radial dalam
Radial (b) 322
selbaring.
(k) 473
Tangensial (b) 319
Sifat Fisis (k) 456
Berat Jenis 0,45 dan kelas kuat III (Oey, 1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) : Radial (b) 22
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 25
2,3 (R) ; 5,5 (T) Tangensial (b) 22
Penyusutan dari basah sampai kering oven (k) 25
4,1 (R) ; 8,6 (T)
Sifat Kimia
Sifat Mekanis
Kadar
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Holoselulosa 75,3%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Lignin 23,1%
dengan berat jenis basah (b) 0,38 pada kadar Pentosan 15,3%
air 125%, dan berat jenis kering udara (k) 0,46 Abu 0,9%
pada kadar air 12%. Silika 0,1%
Keteguhan lentur statis Kelarutan
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Alkohol-benzena 0,7%
(b) 201 Air dingin 4,7%
(k) 315 Air panas 6,9%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) NaOH 1% 7,5%
(b) 319 Nilai kalor 4.240 kal/g
(k) 444
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) Keawetan
(b) 46,7 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
(k) 60,5 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Keteguhan pukul (kgm/dm3) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V ,
Radial (b) 12 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 12 curvignathus Holmgren) kelas V.
Tangensial (b) 11
(k) 12 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
spathularia kelas IV, Polyporus sp. kelas V,
Keteguhan tekan sejajar serat Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Schizophyllum commune kelas IV.
(b) 158 Ketahanan terhadap organisme perusak
(k) 284 kayu di laut termasuk kelas V.
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 49 Keterawetan
(k) 69
Masuk kelas I (mudah)
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 264
(k) 315 Pengeringan
Sisi (b) 143 Pengeringan alami
(k) 208 Kayu cepat mengering (16 hari) dari kadar air
Keteguhan geser (kg/cm2) 60% hingga mencapai kadar air kering udara
Radial (b) 40 (13%) dengan mutu sedang sampai baik.
(k) 75 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
Tangensial (b) 41 sional
(k) 74
Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 40 -
70°C dan Rh 83-23%.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 135


Venir dan Kayu Lapis Kegunaan
Venir Kayu ini dapat digunakan sebagai bahan
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik bangunan sementara, moulding, kotak
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut pembungkus, pegangan sikat dan korek api.
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm. Selain itu dapat digunakan untuk venir dan
kayu lapis.
Kayu Lapis
Perekatan venir kayu ini dengan urea
Silvikultur
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
tahan air yang memenuhi syarat Standar Tempat tumbuh
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Tumbuh menyebar di hutan sampai ketinggian
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan 2.000 m.dpl., tetapi jarang dijumpai di hutan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. sekunder. Dijumpai juga di hutan rawa gambut,
hutan jati, hutan monsoon, atau pada punggung
Pemesinan bukit tanah berkapur.
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas Permudaan
%
Permudaan alam menyebar di lantai hutan. Biji
Penyerutan 87 Sangat baik (I) berkecambah hipogeal, kotiledon tetap, dan
Pembentukan 83 Sangat baik (I) hipokotil tidak memanjang. Benih bersifat
Pembubutan 76 Baik (II) rekalsistran, berkecambah dalam waktu 25 hari.
Pemboran 84 Sangat baik (I) Resinnya beracun yang dapat berakibat fatal.
Pengampelasan 83 Sangat baik (I)
Buah
Buah masak pada bulan Desember-Maret,
berwarna hitam mengkilap.

136 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Semecarpus albicans Lauterb.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 137


A B

C D

Semecarpus albicans Lauterb.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

138 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


28. Sloanea sigun (Blume) K. Schumann - Elaeocarpaceae

Nama Botanis
Sloanea sigun (Blume) K. Schumann -
Elaeocarpaceae.
Sinonim: Echinocarpus sigun Blume

Nama Perdagangan
Sloanea

Nama Daerah
Beleketebe, ki somang (Sunda), landakan
(Jawa), sibala kayu (Batak Karo, Sum

Nama di Negara Lain


Carabeen (Inggris), ko rian, ngoh pa, sati ton
(Thailand), sala (Filipina).

Daerah Persebaran
Assam (India), Thailand, Semenanjung Malaya, a
Sumatera, Kalimantan dan Jawa.

Morfologi
Pohon tinggi 30 m. Batang utama silindris,
tegak, diameter 40-60 cm. Permukaan pepagan
berwarna abu-abu hingga kehitaman, licin dan
berlentisel.
Daun tunggal, kedudukan spiral atau
menyebar. Helaian jorong atau bulat telur
terbalik, berukuran 12-14 cm x 5-6 cm,
mengertas, ujung meluncip, pangkal meluncip b
atau tumpul, tepi rata, pertulangan sekunder Sloanea sigun (Blume) K. Schumann -
berjumlah 5-6 pasang. Tangkai silindris, tidak Elaeocarpaceae
berbulu, panjang 2-2,5 cm atau 5 cm. a. Kayu (wood)
Perbungaan majemuk tandan, pada ketiak b. Kulit (bark)
daun.
Ciri Anatomi
Buah berbentuk kapsul, berduri, terbagi
menjadi 3-4 bagian, dengan aril dan biji berkulit Lingkaran tumbuh tidak jelas.
licin serta keras, aril berwarna merah atau Pembuluh baur; pengelompokan bergabung
orange. Dalam tiap kapsul terdapat 4-5 biji. radial 2-4. Diameter berkisar antara 50-100
mikron. Frekuensi 5–20 buah/mm2. Bidang
Ciri Umum perforasi sederhana; ceruk antar pembuluh
Warna kayu teras cokelat kekuningan berhadapan, ukuran kecil antara 4-7 mikron.
dipisahkan secara jelas dengan kayu gubal Ceruk antar pembuluh dan jari-jari dengan
yang cokelat agak kemerahan. halaman yang jelas, ukuran dan bentuk serupa
dengan ceruk antar pembuluh serta ber-
Corak polos. halaman sempit, ceruk bulat, horisontal atau
Tekstur halus. vertikal.
Arah serat lurus. Parenkim aksial apotrakea tersebar dan pita
Kilap agak mengkilap. sempit ≤3 lapis sel.
Kesan raba licin. Jari-jari 1-6 seri. Komposisi sel baring dengan
Kekerasan agak keras. 1-4 jalur sel tegak atau sel bujursangkar
marjinal. Frekuensi 4-12 buah/mm. Tinggi lebih
dari 1 mm.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 139


Serat memiliki ceruk berhalaman yang jelas. Keteguhan belah (kg/cm)
Panjang 1.868 ± 71 mikron, diameter 32 ± 3 Radial (b) 32
mikron, lebar lumen 28 ± 3 mikron, dan dinding (k) 42
tipis sampai tebal dengan tebal 2,4 ± 0,3 Tangensial (b) 37
mikron. (k) 53
Inklusi mineral kristal prismatik dijumpai dalam
Keteguhan tarik sejajar arah serat
sel tegak dan sel baring, namun lebih banyak
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
pada sel tegak.
Radial (b) 570
Ciri lain sel seludang ditemui. (k) 704
Tangensial (b) 510
Sifat Fisis (k) 623
Berat jenis 0,56 dan kelas kuat III-II (Oey, 1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) Radial (b) 15
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 18
2,7 (R) ; 6,4 (T) Tangensial (b) 21
Penyusutan dari basah sampai kering oven (k) 31
4,3 (R) ; 9,5 (T)
Sifat Kimia
Sifat Mekanis Kadar
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Holoselulosa 79,00%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Lignin 27,66%
dengan berat jenis basah (b) 0,66 pada kadar Pentosan 15,02%
air 68%,dan berat jenis kering udara (k) 0,82 Abu 0,59%
pada kadar air 12%. Silika 0,55%
Kelarutan
Keteguhan lentur statis Alkohol-benzena 2,58%
2
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm ) Air 2,95%
(b) 405 Air panas 4,33%
(k) 445 NaOH 1% 12,67%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Nilai kalor 4.416 kal/g
(b) 584
(k) 796
Keawetan
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2)
(b) 99,7 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
(k) 120,5 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Keteguhan pukul (kg/dm3) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas II,
Radial (b) 29 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 25 curvignathus Holmgren) kelas V.
Tangensial (b) 33 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 25 spathularia kelas IV, Polyporus sp. kelas III,
Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Keteguhan tekan sejajar serat Schizophyllum commune kelas IV.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 356 Ketahanan terhadap organisme perusak
(k) 675 kayu di laut termasuk kelas V.
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 119 Keterawetan
(k) 437 Masuk kelas I (mudah)
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 416 Pengeringan
(k) 555 Pengeringan alami
Sisi (b) 381 Belum ada data
(k) 505
Keteguhan geser (kg/cm2) Pengeringan dalam dapur pengering
Radial (b) 66 konvensional
(k) 53 Belum ada data
Tangensial (b) 73
(k) 57

140 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Venir dan Kayu Lapis Kegunaan
Venir Kayu ini dapat digunakan sebagai bahan
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik konstruksi yang tidak berhubungan dengan
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut tanah, papan lantai, mebel, moulding, kotak
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm. pembungkus, pegangan sikat, mainan anak-
anak dan tangkai korek api. Kayu ini juga dapat
Kayu Lapis digunakan sebagai venir dan kayu lapis.
Perekatan venir kayu ini dengan urea
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis Silvikultur
tahan air yang memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Tempat tumbuh
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Secara alami tumbuh di hutan primer dan hutan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. sekunder dataran tinggi, pada ketinggian 2.000-
2.800 m.dpl.
Pemesinan
Permudaan
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas Perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji.
%
Biji berkecambah dengan cepat dan viabilitas
Penyerutan 74 Baik (II) singkat. Buah sebaiknya dipanen langsung dari
Pembentukan 85 Baik (II) pohon pada saat masak untuk menghindari
Pembubutan 78 Baik (II) serangan hama. Aril dan kapsul dimaserasi
Pemboran 72 Baik (II) serta dibersihkan sebelum dikecambahkan
Pengampelasan 83 Sangat baik (I) untuk meningkatkan perkecambahan. Tipe
perkecambahan epigeal, dengan kotiledon
tetap dan berdaging. Jenis ini belum
dikembangkan secara luas. Secara alami biji
kayu ini disebarkan oleh burung dan kelelawar.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 141


Daun dan buah Sloanea sigun (Blume) K. Schumann

142 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


A B

C D

Sloanea sigun (Blume) K. Schumann


A. Penampang lintang
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 143


29. Sterculia cordata Blume - Sterculiaceae

Nama Botanis
Sterculia cordata Blume-Sterculiaceae
Sinonim: Sterculia montana Merr., Sterculia
borneensis Ridl., Sterculia javanica R.Br.

Nama Perdagangan
Kelumpang

Nama Daerah
Gelumpang padang (Bangka), hantap heulang
(Sunda), kayu binong (Jawa), pimpin bulan
(Kalimantan Timur).

Nama di Negara Lain


Kalumpang, tuntun, pelajau (Malaysia), tapinag-
bundok (Filipina), letkok saw-byu (Myanmar),
samrong, samrang (Kamboja), pho-kanun,
samrong (Thailand), tr[oo]m (Vietnam), a
Daerah Persebaran
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara, Papua

Morfologi

berbanir kuncup, tinggi 1 m. Permukaan


pepagan berwarna abu-abu kecokelatan, halus.
Ranting abu-abu kecokelatan, berbulu bintang.
Daun tunggal, kedudukan berselang-seling atau b
mengumpul pada ujung ranting, bentuk helaian Sterculia cordata Blume - Sterculiaceae
bulat telur atau bulat telur terbalik, jorong a. Kayu (wood)
hingga lonjong, berukuran 8-19(-30) cm x 7-9 b. Kulit (bark)
(-19) cm, permukaan bawah berbulu putih
kekuningan, ujung meluncip atau tumpul,
pangkal bulat atau bentuk jantung, pertulangan Ciri Anatomi
sekunder 8-12 pasang. Panjang tangkai
1,5-4(-9) cm berbulu bintang. Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Pembuluh baur, bidang perforasi sederhana.
Perbungaan malai, panjang 10-27 cm, pada
Diameter berkisar antara 100-200 mikron,
ketiak daun atau dekat ujung ranting, mahkota
frekuensi 5 buah/mm2 atau kurang. Ceruk antar
berwarna merah muda pucat.
pembuluh berhadapan, berukuran sangat kecil
Buah bentuk kapsul, berukuran 83 mm, warna dan berumbai. Percerukan pembuluh dan jari-
merah kecokelatan, buah kering merekah jari ada dua ciri, dengan halaman yang jelas,
dengan 5-10 biji, aril warna cokelat kehitaman. serupa dalam ukuran dan ceruk antar
pembuluh, serta dengan halaman yang sempit
Ciri Umum sampai sederhana, ceruk horisontal atau
Warna kayu teras putih kecokelatan, sukar vertikal.
dibedakan dari kayu gubalnya. Parenkim paratrakea jarang dan apotrakea pita
Corak polos. sempit <3 lapis sel. Panjang 3-4 sel per untai.
Tekstur kasar.
Jari-jari dengan dua ukuran yang jelas. Jari-jari
Arah serat lurus sampai berpadu. yang sempit uniseriate, sedang jari-jari yang
Kilap permukaan kayu kusam. lebar umumnya >10 seri. Komposisi jari-jari
Kesan raba kesat. dengan 1 hingga 4 jalur sel tegak atau sel bujur
Kekerasan agak keras. sangkar marjinal.

144 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Serat bersekat dijumpai. Ceruk antar serat Tangensial (b) 32
dengan ceruk sederhana sampai berhalaman (k) 31
sangat kecil. Panjang serat 1.903 ± 296 mikron, Keteguhan belah (kg/cm)
diameter 30,0 ± 3,3 mikron, lebar lumen 22,7 ± Radial (b) 17
4,2 mikron, dinding serat tipis sampai tebal 3,7 (k) 15
± 0,8 mikron. Kualitas serat untuk bahan baku Tangensial (b) 22
pulp dan kertas: Kelas I. (k) 23
Inklusi mineral kristal prismatik dijumpai dalam
Keteguhan tarik sejajar arah serat
parenkim aksial tak berbilik serta berderet radial 2
Tegangan maksimum (kg/cm )
dalam sel baring.
Radial (b) 211
Ciri lain terdapat susunan bertingkat dari (k) 266
parenkim atau unsur serat. Ada sel seludang. Tangensial (b) 202
(k) 336
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat jenis 0,40 dan kelas kuat III-I (Oey, 1990) Radial (b) 7
Penyusutan (%) (k) 8
Penyusutan dari basah sampai kering udara Tangensial (b) 12
1,0 (R) ; 2,9 (T) (k) 11
Penyusutan dari basah sampai kering oven
2,5 (R) ; 5,5 (T) Sifat Kimia
Kadar
Sifat Mekanis Holoselulosa 80,6%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Lignin 21,9%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Pentosan 18,2%
dengan berat jenis basah (b) 0,27 pada kadar Abu 1,7%
air 178%, dan berat jenis kering udara (k) 0,32 Silika 0,7%
pada kadar air 12%. Kelarutan
Alkohol-benzena 3,5%
Keteguhan lentur statis Air dingin 4,2%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air panas 7,0%
(b) 75 NaOH 1% 19,4%
(k) 170 Nilai kalor 4.341 kal/g
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
(b) 203 Keawetan
(k) 268
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini dimasukkan ke dalam kelas awet V (Oey,
(b) 37,4 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 43,1 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V,
dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Keteguhan pukul (kgm/dm3)
curvignathus Holmgren) kelas V.
Radial (b) 14
(k) 15 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Tangensial (b) 14 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 16 Pycnoporus sanguineus kelas IV dan
Schizophyllum commune kelas IV.
Keteguhan tekan sejajar serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Ketahanan terhadap organisme perusak
(b) 135 kayu di laut termasuk kelas V.
(k) 155
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Keterawetan
(b) 27 Masuk kelas I (mudah)
(k) 30
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan
Ujung (b) 160 Pengeringan alami
(k) 160 Kayu cepat mengering (7 hari) dari kadar air
Sisi (b) 85 50% hingga mencapai kadar air kering udara
(k) 110 (15%) dengan mutu agak baik sampai baik.
Keteguhan geser (kg/cm2) Pengeringan dalam dapur pengering konve-
Radial (b) 28 sional
(k) 28

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 145


Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50- Kegunaan
70°C dan Rh 80-23%. Kayu ini digunakan untuk konstruksi ringan di
bawah atap, peti pengepak, venir dan kayu
Venir dan Kayu Lapis lapis, cetakan beton, hak sepatu, dan perahu.
Venir Kayu ini baik juga untuk dibuat pulp dan kertas.
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Silvikultur
kupas 91°30’ untuk tebal 1,5 mm. Tempat tumbuh
Kayu Lapis Secara alami tumbuh di hutan hujan dataran
Perekatan venir kayu ini dengan urea rendah sampai ketinggain 700 m.dpl. Umumnya
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis dijumpai di sepanjang sempadan sungai dan
tahan air yang memenuhi syarat Standar perbukitan pada tanah berpasir dan tanah liat.
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Di hutan sekunder, merupakan salah satu jenis
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan pohon yang tersisa (tidak ditebang).
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
Permudaan
Pemesinan Permudaan alami dapat dijumpai di hutan
primer dan sekunder. Perbanyakan dilakukan
Bebas cacat dengan biji.
Sifat pemesinan Kelas
%
Penyerutan 79 Baik (II)
Pembentukan 69 Baik (II)
Pembubutan 57 Sedang (III)
Pemboran 76 Baik (II)
Pengampelasan 82 Sangat baik (I)

146 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun dan buah Sterculia cordata Blume

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 147


A B

C D

Sterculia cordata Blume


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

148 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


30. Turpinia sphaerocarpa Hassk. - Staphyleaceae

Nama Botanis
Turpinia sphaerocarpa Hassk. - Staphyleaceae.
Sinonim: Turpinia latifolia Wallich exRidley,
Turpinia laxiflora Ridley, Turpinia pomifera
auct.non (Roxb.) DC., Turpinia sambucifolia
Elmer

Nama Perdagangan
-

Nama Daerah
Ki bancet, bancet (Sunda), langkiang etem
bangkong (Simeulue), bangkongan(Jawa)

Nama di Negara Lain


Geretak, maba, tapong-tapong (Malaysia), laloi
(Filipina)

Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Malaysia

Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi mencapai
30 m.
Batang silindris, tegak, diameter batang
mencapai 70 cm. Permukaan pepagan warna
a
cokelat keputihan dan kasar.
Daun majemuk, kedudukan berhadapan,
bentuk helaian anak daun bulat telur atau bulat
telur terbalik sampai lanset, ujung daun runcing,
pangkal membulat, pinggir bergerigi; urat
berbulu.
Bunga tersusun malai, warna putih-kuning
ungu.
Buah berbentuk bulat lonjong, berwarna ungu
dengan dengan 3 lobus, diameter 14 mm,
berwarna ungu, biji angular dengan b
endosperma. Turpinia sphaerocarpa Hassk. - Staphyleaceae
a. Kayu (wood)
Ciri Umum b. Kulit (bark)
Warna kayu teras kuning pucat tidak jelas
perbedaannya dengan kayu gubal. Ciri Anatomi
Corak polos. Lingkar tumbuh jelas, ditandai oleh adanya
Teksturagak halus. jaringan serat yang padat dan frekuensi
pembuluh jarang.
Arah seratlurus.
Kilapmengkilap. Pembuluh baur, soliter, kadang dijumpai
bergabung radial dan diagonal, diameter
Kesan raba licin. sedang ukuran 122,2±6,9 mikron frekuensi
Kekerasan agak keras. agak banyak 15±0,6 per mm2 bentuk bulat
sampai lonjong bidang perforasi bentuk tangga.
Ceruk antar pembuluh dan jari-jari bersusun
seperti tangga, ukuran 9,9±0,5 mikron, tilosis
dan endapan tidak dijumpai.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 149


Parenkim apotrakea baur dan paratrakea Keteguhan geser (kg/cm2)
jarang. Radial (b) 55
(k) 81
Jari-jari ada 2 macam ukuran, jari-jari besar
Tangensial (b) 53
heteroseluler biseriate 3-6 sel tinggi sampai
(k) 82
2.219 mikron, dengan rata-rata 1.447,9±121,9
Keteguhan belah (kg/cm)
mikron, jari-jari kecil uniseriate frekuensi 8±0,4
Radial (b) 29
per mm.
(k) 29
Serat tanpa sekat,panjang 3.074,5 ± 34,2 Tangensial (b) 30
mikron, diameter 47,1 ± 0,6 mikron, lumen 36,3 (k) 29
± 0,0 mikron, tebal dinding 5,4 ± 6,6
Mikron. Kualitas serat untuk bahan baku pulp Keteguhan tarik sejajar arah serat
2
dan kertas: Kelas II. Tegangan maksimum (kg/cm )
Radial (b) 402
Saluran interseluler tidak dijumpai. (k) 625
Inklusi material tidak dijumpai. Tangensial (b) 457
(k) 638
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat Jenis 0,45 dan kelas kuat III (Oey, 1990) Radial (b) 16
Penyusutan (%) : (k) 17
Penyusutan dari basah sampai kering udara Tangensial (b) 15
2,6 (R) ; 4,3 (T) (k) 19
Penyusutan dari basah sampai kering oven
4,3 (R) ; 7,9 (T) Sifat Kimia
Kadar
Sifat Mekanis Holoselulosa 75,6%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Lignin 29,9%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Pentosan 14,1%
dengan berat jenis basah (b) 0,50 pada kadar Abu 0,9%
air 99%, dan berat jenis kering udara (k) 0,42 Silika 0,1%
pada kadar air 13%. Kelarutan
Alkohol-benzena 2,2%
Keteguhan lentur statis Air dingin 3,2%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air 4,5%
(b) 321 NaOH 1% 16,8%
(k) 391 Nilai kalor 4.560 kal/g
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
(b) 486 Keawetan
(k) 616
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
(b) 62,0 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 72,3 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V.
Keteguhan pukul (kgm/dm3) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 28 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas II,
(k) 24 Pycnoporus sanguineus kelas III dan
Tangensial (b) 26 Schizophyllum commune kelas II.
(k) 25 Ketahanan terhadap organisme perusak
kayu di laut termasuk kelas V.
Keteguhan tekan sejajar serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Keterawetan
(b) 259 Masuk kelas I (mudah)
(k) 616
Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2) Pengeringan
(b) 87 Pengeringan alami
(k) 86 Kayu agak cepat mengering (40 hari) dari kadar
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 air 65% hingga mencapai kadar air kering
Ujung (b) 314 udara (13%) dengan mutu sedang sampai baik.
(k) 325
Sisi (b) 222 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
(k) 230 sional

150 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Kayu disarankan dikeringkan dengan meng- Kegunaan
gunakan suhu 50-80°C dan Rh 77-28%. Kayunya dapat digunakan untuk mebel dan
moulding, perkakas rumah, kotak buah dan peti
Venir dan Kayu Lapis pembungkus. Di Filipina digunakan untuk
Venir kere/tirai, jendela (venetian blinds) , supit dan
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik sendok es krim. Dilihat dari kualitas seratnya
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut dapat digunakan sebagai bahan baku pulp dan
kupas 90° untuk tebal 1,5 mm. kertas.

Kayu Lapis Silvikultur


Perekatan venir kayu ini dengan urea
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis Tempat tumbuh
tahan air yang memenuhi syarat Standar Tumbuh alami di hutan primer dan sekunder,
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, mulai dataran rendah sampai pegunungan,
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan pada ketinggian 2.800 m.dpl.
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
Permudaan
Pemesinan Permudaan alam banyak ditemukan di lantai
hutan. Perbanyakan jenis dilakukan dengan biji
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas atau cabutan. Di Jawa, ditanam dalam kegiatan
%
reboisasi dan hutan rakyat.
Penyerutan 69 Baik (II)
Pembentukan 66 Baik (II) Buah
Pembubutan 82 Sangat baik (I) Di Jawa berbunga sepanjang tahun, sedangkan
Pemboran 56 Sedang (III) di Kalimantan, berbunga hanya pada bulan
Pengampelasan 73 Baik (II) November-Mei. Buah muda muncul pada bulan
Desember - Februari. Penyerbukannya dibantu
oleh lebah. Buah masak dalam waktu 5 bulan.
Dalam 1 kg biji kering terdapat 29.000 biji.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 151


Daun, bunga dan buah Turpinia sphaerocarpa Hassk.

152 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm

A B

C D

Turpinia sphaerocarpa Hassk.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 153

Anda mungkin juga menyukai