Chasri Nurhayati
Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang
Jl. Perindustrian II No. 12 Sukarami Km. 9 Palembang 30152
e-mail : chasrinurhayati@gmail.com
Diterima: 12 Juli 2018 ; Direvisi: 3 Agustus – 28 Oktober 2018; Disetujui: 23 November 2018
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan lateks karet untuk lem kayu lapis dengan proses depolimerisasi
menggunakan NaNO2, H2O dan asam askorbat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap faktorial dengan dua variasi perlakuan, variasi pertama adalah waktu reaksi depolimerisasi (W), terdiri dari 3
o
taraf, yaitu 6 (W 1), 8 (W 2) dan 10 jam (W3) dan faktor kedua adalah suhu rekasi (S) terdiri dari dua taraf yaitu 70 C
o
(S1) dan 90 C (S2). Krep yang dihasilkan dilakukan pengujian viscositas mooney dan pengujian perekat karet kayu
lapis terdiri daya rekat dan viscositas Brookfield. Hasil pengujian viskositas mooney menunjukkan bahwa suhu dan
waktu depolimerisasi pengaruh nyata, dengan nilai viskositas lem kayu lapis yang dihasilkan berkisar antara
9.104cp – 34.024 cp, viskositas tertinggi terdapat pada perlakuan W 3S2 (waktu 10 jam dan 9 jam) dan perlakuan
o o
terbaik W 2S1 sebesar 9.104cp (waktu 80 C dan Suhu 70 C). Hasil pengujian daya rekat kayu lapis berkisar antara
2 2 o
4.117 kg/cm sampai 7.03 kg/inc dengan perlakuan W 2S1 (temperatur 70 C dan waktu kontak 8 jam) menghasilkan
2
nilai 7.03 kg/inc merupakan daya rekat kayu lapis terbaik. Hasil uji viskositas Brookfield perekat kayu lapis berkisar
o
antara 586cp-2.685cp dengan perlakuan teredah adalah W 3S2 (waktu depolimerisasi 10 jam dengan suhu 90 C)
dengan nilai 2.685cp dan perlakuan terbaik atau viskositas Brookfield terendah pada perlakuan W2S1 sebesar 586cp.
Kata kunci : Lateks karet, depolimerisasi kimiawi, suhu, waktu, lem kayu lapis
Abstract
The objective of this research was study the use of rubber latex for plywood glue with a depolymerization process
using NaNO2, H2O and ascorbic acid. Experimental design used is a complete factorial randomized design with two
variations, the first variation ass depolymerization reaction (W), levels,6 (W1), 8 (W2) and 10 (W3) hours and
o o
temperature (S) with 70 C (S1) and 90 C (S2). Creps were tested for mooney viscosity and rubber plywood
adhesives testing consisted of the adhesion and viscosity of Brookfield. The result showed mooney viscosity test
from 9.104cp - 34.024 cp with the highest viscosity at W 3S2 treatment (10 hours and 9 hours) and the best treatment
o o 2
of W2S1 was 9.104cp (time 80 C and temperature 70 C). The test results of plywood ranged from 4,117 kg / cm to
2 o 2
7.03 kg / inc . The treatment of W2S1 (70 C and 8 hours) resulted in 7.03 kg / inc value is the bes t plywood
adhesion. The result of brookfield viscosity test of plywood adhesive ranged from 586cp-2.685cp with the worst
o
treatment was W3S2 (10 hours and 90 C ) with a value of 2.685cp and the best treatment/Lowest Brookfield viscosity
at W2S1 treatment of 586cp.
137
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 No 2. Tahun 2018 Hal. 137-146
berwarna putih. Lateks merupakan sistem 2005). Penurunan berat molekul karet
dispersi koloidal dari poly(cis-1,4-isoprene), untuk perekat akan digunakan untuk
(C5H8)n yang mengandung sekitar 93,7% perekat kayu lapis
rantai hidrokarbon, 2,2% protein, 0,4% Hasil proses depolimerisasi adalah
karbohidrat, 2,4% natural lipid, 1,1% terputusnya ikatan rantai utama sehingga
glikolipid dan phospholipids, 0,2% material menyebabkan pemendekan panjang rantai dan
anorganik, dan 0,1% senyawa lain penurunan bobot molekul. Depolimerisasi
(Sansatsadeekul, Sakdapipanich, & akan terbentuk gugus samping tetapi
Rojruthai, 2011). Lateks alam mengandung pengaruh gugus samping tidak sebesar
kadar karet kering sebesar 25-40%, dengan pada gugus utama (Tangpakdee,
besar molukul karet alam adalah 50,000 Mizokoshi, Endo, & Tanaka, 1998).
sampai 3,000,000 g/mol (Ibrahim, Daik, & Perubahan sifat fisik karet akibat
Abdullah, 2014). depolimerisasi mengakibatkan
Pengembangan karet alam untuk pembentukan ikatan kimia baru melalui
perekat kayu lapis menuntut hasil karet mekanisme ikatan silang sehingga konversi
alam dengan bobot molekul rendah, dan molekul menjadi lebih tinggi (Rodriguez,
salah satunya proses degradasi kimia Cohen, Ober, & Archer, 2014). (Isa, Yahya,
dengan depolimerisasi. Hasil depolimerisasi Hassan, & Tahir, 2007) melakukan
untuk menghasilkan karet alam dengan depolimerisasi karet alam pekat sistem
bobot molekul rendah mempunyai sentrifugasi (60% KKK) menggunakan
reaktivitas ikatan silang dan adhesivitas oksidator Hidrogen Peroksida (H2O2)
yang kuat, dapat dimanfaatkan sebagai sebanyak 2 phr dan reduktor Natrium
bahan industri produk salah satunya lem Hipoklorit (NaOCl) sebanyak 7 phr pada
karet (Shalub, Bellinger, & Jackson, 1999) . suhu 700C selama 16 jam dan menghasilkan
Depolimerisasi rantai molekul karet karet dengan berat molekul 3,06 x 105
bertujuan untuk melunakkan atau g/mol. Berbagai depolimerisasi redoks
menurunkan viskositas karet, dan untuk lateks pekat karet alam sistem sentrifugasi
memperoleh karet dengan rantai molekul (58-61% KKK) menggunakan 2 bagian
yang lebih pendek. Salah satu depolimerisasi seratus karet (bsk) oksidator (H2O2) dan 3
adalah degradasi oksidatif reaksi bsk reduktor (NaOCl) pada suhu 700C,
redoks.(Fainleib, Pires, Lucas, & Soares, selama16 jam dapat menghasilkan
2013). Beberapa kelemahan pirolisis penurunan berat molekul karet sebesar 3,06
adalah tingginya temperatur dan waktu x 105 g/mol ((Ibrahim et al., 2014)).
kontak menyebabkan kesulitan mengontrol Karet alam dengan bobot molekul
distribusi berat molekul atau struktur akhir yang rendah (150.000-400.000) memiliki
proses degradasi sehingga reaksi redoks sifat lekat yang baik, sehingga dapat disebut
dengan pengaturan suhu dan waktu kontak sebagai karet lunak. Sifat dan bentuknya
perlu dilakukan penelitian. inilah yang dapat dijadikan dasar dalam
Proses depolimerisasi lateks alam industri perekat berbahan lateks (Chen et
yang dilakukan Tribawati (2009) al., 2007). Perekat merupakan suatu bahan
menggunakan H2O2 dan NaNO2 dengan yang mampu menyambungkan atau
tambahan asam askorbat, dan menyatukan kedua permukaan benda
menghasilakn lateks alam berbobot molekul sehingga mempunyai kekuatan yang
rendah. Penelitian lain menunjukkan bahwa memadai saat dikenai beban tertentu (Fujita
peroxynitrite (senyawa intermediet) mampu et al., 1998). Aplikasi karet alam
mendegradasi lateks pada kondisi asam, terdegradasi sebagai lem karet karena
dimana keasaman berpengaruh terhadap memiliki daya lengket yang cukup tinggi,
penurunan berat molekul (Kodama, Nishi, & lem karet tanpa degradasi hanya dapat
Furukawa, 2003). Degradasi kimia karet digunakan pada aplikasi perekat untuk
alam melalui oksidasi dengan energi panas bahan berpori (Aubrey & Sherriff, 1980).
akan meningkatkan kuat tarik dan Karet alam terdegradasi selain mempunyai
perpanjangan putus, sehingga karet alam sifat perekat yang bagus untuk beberapa
akan bermanfaat pada industri ban, sarung permukaan, juga perpanjangan putus yang
tangan dan produk lain (Phinyocheep, tinggi pada lapisan adhesive antar
Phetphaisit, Derouet, Campistron, & Brosse, mukanya. Apabila dua permukaan lapisan
138
Chastri Nurhayati Penggunaan Lateks Karet (Hevea Brasiliensis) untuk Lem Kayu Lapis dengan Variasi
Temperatur dan Waktu Depolimerisasi untuk Meningkatkan Mutu Lem
polimer karet yang sama dilekatkan, partikel yang ada akan berpisah dan
kekuatan lekatnya akan bergantung pada berpencar sesuai dengan berat jenis
waktu kontak (Chen et al., 2007; Fujita et masing-masing partikel, kemudian
al., 1998) . Ini ada hubungannya antara ditambahkan larutan ammonia 20%
kenaikan interdiffusi molekul atau sebanyak 20 ml.
meningkatkan kontak area dengan waktu.
Penelitian (Poh, Lee, & Chuah, 2008) Depolimerisasi Secara Kimia.
mengungkapkan bahwa ketahanan Asam askorbat, emulsifier 19,0476 g,
tackiness lem karet dipengaruhi oksidasi ditambahkan ke dalam lateks pekat hasil
dengan adanya cahaya dan oksigen, dan sentrifugasi yang telah diencerkan 2 kali
juga ketebalan adhesive yang berpengaruh sebanyak 1.904,761 g, diaduk sehingga
pada peel strength, semakin tebal terdispersi dan melapisi partikel karet untuk
menghasilkan kuat ikatan yang rendah, dan menjaga kestabilan terhadap gerakan
hal ini dimungkinkan karena vulkanisasi mekanis maupun guncangan.
karet yang tidak sempurna karena terlalu Depolimerisasi dilakukan dengan
tebal. menambahkan 38,0952 g H2O2, 19,0476 g
Lem karet yang dikembangkan NaNO2 dan 19,0476 g asam askorbat ke
merupakan hasil depolimerisasi lateks pekat dalam lateks dalam labu leher tiga yang
dengen sentrifuge untuk perekat kayu lapis. telah diencerkan 2 kali pada langkah
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sebelumnya. Larutan diatur pH sekitar 5
pengaruh temperatur dan waktu dengan menambahkan larutan ammonia
depolimerisasi redoks lateks pekat 20% maupun asam formiat 5%. Proses
menggunakan NaNO2, H2O2 dan asam depolimerisasi dilakukan pada water bath,
askorbat terhadap penurunan berat molekul dengan variasi pemanasan pada suhu 70
karet. Selanjutnya, dipelajari pengaruh dan 90oC, dengan lama kontak 6, 8, dan 10
kondisi depolimerisasi tersebut terhadap jam. Lateks yang terdegradasi dimurnikan
kualitas lem karet untuk perekat kayu lapis. dengan melarutkannya dalam toluene
teknis, dikoagulasi dengan methanol,
BAHAN DAN METODE digiling menggunakan hand mangle dan
Bahan dikeringkan pada oven vacuum pada suhu
Asam format Merck, surfaktan sodium 60OC (Huntsman, 2000).
dodecyl sulfat (Merck), methanol (Merck),
dan toluene teknis, lateks kebun, hidrogen Pembuatan Krep dan Lem Kayu Lapis
peroksida (30%) merck, ammonia (Merck), Proses pembuatan kompon skala
ammonium laurat, natrium nitrit Merck, laboratorium dilakukan menambahkan
asam askorbat Merck pelarut aseton sehingga terjadi
penggumpalan. Gumpalan lateks
Peralatan depolimerisasi digiling dengan creeper dan
Sentrifuge, glassware, viscometer mooney, dikeringkan pada suhu 60oC. selama 24
viskometer Brookfield, water bath, magnetic jam. Krep yang dihasilkan digunakan
stirrer, oven, creeper, pengaduk (agitator), sebagai bahan baku perekat kayu lapis..
desikator, thermometer, neraca analitis. Lem kayu lapis dibuat dengan
melarutkan 100 g krep dengan 1000 cc
Prosedur Penelitian larutan toluene teknis dan dan penambahan
Pembuatan Lateks Secara Centrifuge. 17,5 g mastic vernis (Herminiwati, et. al.
Sebanyak 1 liter lateks kebun 2008). dengan perbandingan krep dengan
ditambahkan ke dalamnya 20 mL ammonia solvent sebagai bahan pelarut adalah 1:10
20, dan disaring dengan saringan baja 60 (Herminiwati, et al., (2008). Untuk
mesh, dan ditambahkan pH sehingga pH menghasilkan perekat yang homogen maka
lateks kebun menjadi sekitar 10. Lateks dilakukan pengadukan. Proses pelarutan
kebun disentrifugasi dengan alat lem perekat kayu lapis berkisar selama 12
”Centrifugase” agar partikel yang ada di jam.
dalam lateks dapat dipisahkan dengan
cepat. Pada saat objek diputar, partikel-
139
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 No 2. Tahun 2018 Hal. 137-146
140
Chastri Nurhayati Penggunaan Lateks Karet (Hevea Brasiliensis) untuk Lem Kayu Lapis dengan Variasi
Temperatur dan Waktu Depolimerisasi untuk Meningkatkan Mutu Lem
141
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 No 2. Tahun 2018 Hal. 137-146
142
Chastri Nurhayati Penggunaan Lateks Karet (Hevea Brasiliensis) untuk Lem Kayu Lapis dengan Variasi
Temperatur dan Waktu Depolimerisasi untuk Meningkatkan Mutu Lem
Tabel 3. Hasil Pengujian Daya Rekat Lem didukung hasil penelitian Tribawati, (2009)
Perlakuan
Hasil Pengujian
Rata-
yang menyatakan waktu depolimerisasi
No kg/cm2 2,4,6 jam berbeda nyata dengan 8 jam, dan
rata
R1 R2 R3
1 W 1S1 5.081 5.170 5.190 5.147
waktu 8 jam merupakan perlakuan terbaik
2 W 2S1 7.49 6.837 6.791 7.03
yang menghasilkan bobot molekul terendah,
3 W 3S1 4.576 4.616 4.563 4.618
dan daya rekat yang tinggi
Hampir semua perlakuan belum
4 W 1S2 6.210 6.198 6.178 6.195
memenuhi persyaratan daya rekat kayu
5 W 2S2 4,110 4.138 4.121 4.123
lapis, hal ini kemungkinan karena dalam
6 W 3S2 4.209 4.183 4.140 4.117
pembuatan lem dari karet ini belum
ditambahkan bahan pemvulkanisasi dan
Gambar 2 menunjukkan daya rekat bahan pencepat sehingga nilai daya rekat
lem karet dari krep terdepolimerisasi yaitu yang dihasilkan belum optimal.
berkisar antara 4.117 sampai dengan 7.03 Penambahan bahan vulkanisasi bertujuan
kg/inch2. Gambar 3 juga menunjukkan untuk membentuk ikatan silang di dalam
bahwa suhu dan waktu depolimerisasi konpon perekat pada saat pengepresan
berpengaruh terhadap daya rekat lem karet. panas kayu lapis.
Menurut Alfa dan Syamsu, 2004, apabila
karet yang terdepolimerisasi maka rantai
70 celcius 90 celcius
molekul lebih pendek, dapat meningkatkan
143
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 No 2. Tahun 2018 Hal. 137-146
144
Chastri Nurhayati Penggunaan Lateks Karet (Hevea Brasiliensis) untuk Lem Kayu Lapis dengan Variasi
Temperatur dan Waktu Depolimerisasi untuk Meningkatkan Mutu Lem
145
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 No 2. Tahun 2018 Hal. 137-146
Effects of miscibility on peel strength of Poh, B., & Tan, B. (1991). Mooney scorch time
natural‐rubber‐based of epoxidized natural rubber. Journal of
pressure‐sensitive adhesives. Journal of applied polymer science, 42(5), 1407-
applied polymer science, 70(4), 777-784. 1416.
Herminiwati, A. Yuniarti dan R. J. Susila. (2008). Ravindran, T., Nayar, M., & Francis, D. J.
Lem Kompon Karet untuk Sepatu Kulit (1988). Production of
Yang Dibuat Dengan Proses Vulkanisasi. hydroxyl‐terminated liquid natural
Majalah Kulit, Karet dan Plastik, Vol. 24 rubber—mechanism of photochemical
No. 1 Tahun 2008. Hal 14-18. depolymerization and hydroxylation.
Ho, C., & Khew, M. (1999). Surface morphology Journal of applied polymer science,
of prevulcanized natural rubber latex films 35(5), 1227-1239.
by atomic force microscopy: new insight Rodriguez, F., Cohen, C., Ober, C. K., & Archer,
into the prevulcanization mechanism. L. (2014). Principles of polymer systems:
Langmuir, 15(19), 6208-6219. CRC Press.
Huntsman. 2000.Surfactant Hand book . 2nd Santoso, A., R. Surdiding, S.H. Yusuf, dan S.A.
edition.Kiatkamjornwong, Suminar. (2001). Pengaruh Komposisi
Ibrahim, S., Daik, R., & Abdullah, I. (2014). Perekat Lignin Resolsinol For-Maldehida
Functionalization of liquid natural rubber Terhadap Emisi Formaldehi-Da Dan Sifat
via oxidative degradation of natural Fisismekanis Kayu Lamina. J. Teknologi
rubber. Polymers, 6(12), 2928-2941. Hasil Hutan, 14(2):7-15.
Isa, S. Z., Yahya, R., Hassan, A., & Tahir, M. Sansatsadeekul, J., Sakdapipanich, J., &
(2007). The influence of temperature and Rojruthai, P. (2011). Characterization of
reaction time in the degradation of natural associated proteins and phospholipids in
rubber latex. Malays. J. Anal. Sci, 11, 42- natural rubber latex. Journal of
47. bioscience and bioengineering, 111(6),
Kartikasarie, A. (2003).Pembuatan Perekat 628-634.
Lateks-Siklo dari Lateks Untuk Aplikasi Shalub, G. J., Bellinger, G., & Jackson, J.
Pada Kayu Lapis. Skripsi, IPB, Bogor. (1999). Method of bonding with a natural
Kodama, S., Nishi, K., & Furukawa, M. (2003). rubber latex and laminate produced:
Preparation of low molecular weight Google Patents.
natural rubber by ozonolysis of high Susanto, T. dan Nurhayati, C. (2017). Pengaruh
ammonia latex. Journal of Rubber Temperatur dan Waktu Depolimerisasi
Research, 6(3), 153-163. Lateks Dadih Terhadap Penurunan Berat
Nurhayati, C., & Andayani, O. (2015). Molekul dan Mutu Lem Karetnya Jurnal
Pengolahan Lateks Pekat Proses Dadih Dinamika Penelitian Industri, 28(1), 31-
Menggunakan Garam Alginat Hasil 41.
Ekstraksi Rumput Laut Untuk Produk Tangpakdee, J., Mizokoshi, M., Endo, A., &
Busa. Jurnal Dinamika Penelitian Industri, Tanaka, Y. (1998). Novel method for
26(1), 49-58. preparation of low molecular weight
Phetphaisit, C. W., Bumee, R., Namahoot, J., natural rubber latex. Rubber chemistry
Ruamcharoen, J., & Ruamcharoen, P. and technology, 71(4), 795-802.
(2013). Polyurethane polyester Tribawati, R. Y. (2009). Depolimerisasi Lateks
elastomer: Innovative environmental Karet Alam Secara Kimia Menggunakan
friendly wood adhesive from modified Senyawa Hidrogen Peroksida–Natrium
PETs and hydroxyl liquid natural rubber Nitrit–Asam Askorbat: Fakultas Teknologi
polyols. International Journal of Adhesion Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor.
and Adhesives, 41, 127-131. Yu, H. P., Li, S. D., Zhong, J. P., & Xu, K.
Phinyocheep, P., Phetphaisit, C., Derouet, D., (2006). Effects of stearates on the
Campistron, I., & Brosse, J. (2005). thermal stability of chlorinated natural
Chemical degradation of epoxidized rubber from latex. Journal of applied
natural rubber using periodic acid: polymer science, 99(4), 1981-1985.
Preparation of epoxidized liquid natural
rubber. Journal of applied polymer
science, 95(1), 6-15.
Poh, B., Lee, P., & Chuah, S. (2008). Adhesion
property of epoxidized natural rubber
(ENR)-based adhesives containing
calcium carbonate. Express Polym Lett,
2(6), 398-403.
146