Anda di halaman 1dari 10

Chastri Nurhayati Penggunaan Lateks Karet (Hevea Brasiliensis) untuk Lem Kayu Lapis dengan Variasi

Temperatur dan Waktu Depolimerisasi untuk Meningkatkan Mutu Lem

PENGGUNAAN LATEKS KARET (HEVEA BRASILIENSIS) UNTUK LEM


KAYU LAPIS DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN WAKTU
DEPOLIMERISASI UNTUK MENINGKATKAN MUTU LEM
USE OF HEVEA BRASILIENSIS LATEX FOR PLYWOOD GLUE
WITH TEMPERATURE VARIATIONS AND TIME DEPOLYMERIZATION TO IMPROVE
QUALITY OF GLUE

Chasri Nurhayati
Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang
Jl. Perindustrian II No. 12 Sukarami Km. 9 Palembang 30152
e-mail : chasrinurhayati@gmail.com

Diterima: 12 Juli 2018 ; Direvisi: 3 Agustus – 28 Oktober 2018; Disetujui: 23 November 2018

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan lateks karet untuk lem kayu lapis dengan proses depolimerisasi
menggunakan NaNO2, H2O dan asam askorbat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap faktorial dengan dua variasi perlakuan, variasi pertama adalah waktu reaksi depolimerisasi (W), terdiri dari 3
o
taraf, yaitu 6 (W 1), 8 (W 2) dan 10 jam (W3) dan faktor kedua adalah suhu rekasi (S) terdiri dari dua taraf yaitu 70 C
o
(S1) dan 90 C (S2). Krep yang dihasilkan dilakukan pengujian viscositas mooney dan pengujian perekat karet kayu
lapis terdiri daya rekat dan viscositas Brookfield. Hasil pengujian viskositas mooney menunjukkan bahwa suhu dan
waktu depolimerisasi pengaruh nyata, dengan nilai viskositas lem kayu lapis yang dihasilkan berkisar antara
9.104cp – 34.024 cp, viskositas tertinggi terdapat pada perlakuan W 3S2 (waktu 10 jam dan 9 jam) dan perlakuan
o o
terbaik W 2S1 sebesar 9.104cp (waktu 80 C dan Suhu 70 C). Hasil pengujian daya rekat kayu lapis berkisar antara
2 2 o
4.117 kg/cm sampai 7.03 kg/inc dengan perlakuan W 2S1 (temperatur 70 C dan waktu kontak 8 jam) menghasilkan
2
nilai 7.03 kg/inc merupakan daya rekat kayu lapis terbaik. Hasil uji viskositas Brookfield perekat kayu lapis berkisar
o
antara 586cp-2.685cp dengan perlakuan teredah adalah W 3S2 (waktu depolimerisasi 10 jam dengan suhu 90 C)
dengan nilai 2.685cp dan perlakuan terbaik atau viskositas Brookfield terendah pada perlakuan W2S1 sebesar 586cp.

Kata kunci : Lateks karet, depolimerisasi kimiawi, suhu, waktu, lem kayu lapis

Abstract

The objective of this research was study the use of rubber latex for plywood glue with a depolymerization process
using NaNO2, H2O and ascorbic acid. Experimental design used is a complete factorial randomized design with two
variations, the first variation ass depolymerization reaction (W), levels,6 (W1), 8 (W2) and 10 (W3) hours and
o o
temperature (S) with 70 C (S1) and 90 C (S2). Creps were tested for mooney viscosity and rubber plywood
adhesives testing consisted of the adhesion and viscosity of Brookfield. The result showed mooney viscosity test
from 9.104cp - 34.024 cp with the highest viscosity at W 3S2 treatment (10 hours and 9 hours) and the best treatment
o o 2
of W2S1 was 9.104cp (time 80 C and temperature 70 C). The test results of plywood ranged from 4,117 kg / cm to
2 o 2
7.03 kg / inc . The treatment of W2S1 (70 C and 8 hours) resulted in 7.03 kg / inc value is the bes t plywood
adhesion. The result of brookfield viscosity test of plywood adhesive ranged from 586cp-2.685cp with the worst
o
treatment was W3S2 (10 hours and 90 C ) with a value of 2.685cp and the best treatment/Lowest Brookfield viscosity
at W2S1 treatment of 586cp.

Keywords: Natural rubber, chemical depolymerization, temperature, time, glue plywood

PENDAHULUAN pengembangan bahan baku perekat kayu


lapis dengan karet alam, mengingat luas
Industri kayu lapis sebagian besar
produksi tanaman karet di Indonesia tahun
menggunakan urea formaldehide sebagai
2017 tinggi, sebesar 3.672.123 ha, dengan
perekatnya, tetapi pada proses
total produksi 3.229.861 ton (Direktorat
pembuatannya dapat menimbulkan emisi
Jenderal Perkebunan, 2016).
gas yang dapat mengganggu kesehatan
Tanaman karet Hevea brasiliensis
(Kartikasarie, 2003). Perlu dilakukan
menghasilkan lateks berupa cairan

137
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 No 2. Tahun 2018 Hal. 137-146

berwarna putih. Lateks merupakan sistem 2005). Penurunan berat molekul karet
dispersi koloidal dari poly(cis-1,4-isoprene), untuk perekat akan digunakan untuk
(C5H8)n yang mengandung sekitar 93,7% perekat kayu lapis
rantai hidrokarbon, 2,2% protein, 0,4% Hasil proses depolimerisasi adalah
karbohidrat, 2,4% natural lipid, 1,1% terputusnya ikatan rantai utama sehingga
glikolipid dan phospholipids, 0,2% material menyebabkan pemendekan panjang rantai dan
anorganik, dan 0,1% senyawa lain penurunan bobot molekul. Depolimerisasi
(Sansatsadeekul, Sakdapipanich, & akan terbentuk gugus samping tetapi
Rojruthai, 2011). Lateks alam mengandung pengaruh gugus samping tidak sebesar
kadar karet kering sebesar 25-40%, dengan pada gugus utama (Tangpakdee,
besar molukul karet alam adalah 50,000 Mizokoshi, Endo, & Tanaka, 1998).
sampai 3,000,000 g/mol (Ibrahim, Daik, & Perubahan sifat fisik karet akibat
Abdullah, 2014). depolimerisasi mengakibatkan
Pengembangan karet alam untuk pembentukan ikatan kimia baru melalui
perekat kayu lapis menuntut hasil karet mekanisme ikatan silang sehingga konversi
alam dengan bobot molekul rendah, dan molekul menjadi lebih tinggi (Rodriguez,
salah satunya proses degradasi kimia Cohen, Ober, & Archer, 2014). (Isa, Yahya,
dengan depolimerisasi. Hasil depolimerisasi Hassan, & Tahir, 2007) melakukan
untuk menghasilkan karet alam dengan depolimerisasi karet alam pekat sistem
bobot molekul rendah mempunyai sentrifugasi (60% KKK) menggunakan
reaktivitas ikatan silang dan adhesivitas oksidator Hidrogen Peroksida (H2O2)
yang kuat, dapat dimanfaatkan sebagai sebanyak 2 phr dan reduktor Natrium
bahan industri produk salah satunya lem Hipoklorit (NaOCl) sebanyak 7 phr pada
karet (Shalub, Bellinger, & Jackson, 1999) . suhu 700C selama 16 jam dan menghasilkan
Depolimerisasi rantai molekul karet karet dengan berat molekul 3,06 x 105
bertujuan untuk melunakkan atau g/mol. Berbagai depolimerisasi redoks
menurunkan viskositas karet, dan untuk lateks pekat karet alam sistem sentrifugasi
memperoleh karet dengan rantai molekul (58-61% KKK) menggunakan 2 bagian
yang lebih pendek. Salah satu depolimerisasi seratus karet (bsk) oksidator (H2O2) dan 3
adalah degradasi oksidatif reaksi bsk reduktor (NaOCl) pada suhu 700C,
redoks.(Fainleib, Pires, Lucas, & Soares, selama16 jam dapat menghasilkan
2013). Beberapa kelemahan pirolisis penurunan berat molekul karet sebesar 3,06
adalah tingginya temperatur dan waktu x 105 g/mol ((Ibrahim et al., 2014)).
kontak menyebabkan kesulitan mengontrol Karet alam dengan bobot molekul
distribusi berat molekul atau struktur akhir yang rendah (150.000-400.000) memiliki
proses degradasi sehingga reaksi redoks sifat lekat yang baik, sehingga dapat disebut
dengan pengaturan suhu dan waktu kontak sebagai karet lunak. Sifat dan bentuknya
perlu dilakukan penelitian. inilah yang dapat dijadikan dasar dalam
Proses depolimerisasi lateks alam industri perekat berbahan lateks (Chen et
yang dilakukan Tribawati (2009) al., 2007). Perekat merupakan suatu bahan
menggunakan H2O2 dan NaNO2 dengan yang mampu menyambungkan atau
tambahan asam askorbat, dan menyatukan kedua permukaan benda
menghasilakn lateks alam berbobot molekul sehingga mempunyai kekuatan yang
rendah. Penelitian lain menunjukkan bahwa memadai saat dikenai beban tertentu (Fujita
peroxynitrite (senyawa intermediet) mampu et al., 1998). Aplikasi karet alam
mendegradasi lateks pada kondisi asam, terdegradasi sebagai lem karet karena
dimana keasaman berpengaruh terhadap memiliki daya lengket yang cukup tinggi,
penurunan berat molekul (Kodama, Nishi, & lem karet tanpa degradasi hanya dapat
Furukawa, 2003). Degradasi kimia karet digunakan pada aplikasi perekat untuk
alam melalui oksidasi dengan energi panas bahan berpori (Aubrey & Sherriff, 1980).
akan meningkatkan kuat tarik dan Karet alam terdegradasi selain mempunyai
perpanjangan putus, sehingga karet alam sifat perekat yang bagus untuk beberapa
akan bermanfaat pada industri ban, sarung permukaan, juga perpanjangan putus yang
tangan dan produk lain (Phinyocheep, tinggi pada lapisan adhesive antar
Phetphaisit, Derouet, Campistron, & Brosse, mukanya. Apabila dua permukaan lapisan

138
Chastri Nurhayati Penggunaan Lateks Karet (Hevea Brasiliensis) untuk Lem Kayu Lapis dengan Variasi
Temperatur dan Waktu Depolimerisasi untuk Meningkatkan Mutu Lem

polimer karet yang sama dilekatkan, partikel yang ada akan berpisah dan
kekuatan lekatnya akan bergantung pada berpencar sesuai dengan berat jenis
waktu kontak (Chen et al., 2007; Fujita et masing-masing partikel, kemudian
al., 1998) . Ini ada hubungannya antara ditambahkan larutan ammonia 20%
kenaikan interdiffusi molekul atau sebanyak 20 ml.
meningkatkan kontak area dengan waktu.
Penelitian (Poh, Lee, & Chuah, 2008) Depolimerisasi Secara Kimia.
mengungkapkan bahwa ketahanan Asam askorbat, emulsifier 19,0476 g,
tackiness lem karet dipengaruhi oksidasi ditambahkan ke dalam lateks pekat hasil
dengan adanya cahaya dan oksigen, dan sentrifugasi yang telah diencerkan 2 kali
juga ketebalan adhesive yang berpengaruh sebanyak 1.904,761 g, diaduk sehingga
pada peel strength, semakin tebal terdispersi dan melapisi partikel karet untuk
menghasilkan kuat ikatan yang rendah, dan menjaga kestabilan terhadap gerakan
hal ini dimungkinkan karena vulkanisasi mekanis maupun guncangan.
karet yang tidak sempurna karena terlalu Depolimerisasi dilakukan dengan
tebal. menambahkan 38,0952 g H2O2, 19,0476 g
Lem karet yang dikembangkan NaNO2 dan 19,0476 g asam askorbat ke
merupakan hasil depolimerisasi lateks pekat dalam lateks dalam labu leher tiga yang
dengen sentrifuge untuk perekat kayu lapis. telah diencerkan 2 kali pada langkah
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sebelumnya. Larutan diatur pH sekitar 5
pengaruh temperatur dan waktu dengan menambahkan larutan ammonia
depolimerisasi redoks lateks pekat 20% maupun asam formiat 5%. Proses
menggunakan NaNO2, H2O2 dan asam depolimerisasi dilakukan pada water bath,
askorbat terhadap penurunan berat molekul dengan variasi pemanasan pada suhu 70
karet. Selanjutnya, dipelajari pengaruh dan 90oC, dengan lama kontak 6, 8, dan 10
kondisi depolimerisasi tersebut terhadap jam. Lateks yang terdegradasi dimurnikan
kualitas lem karet untuk perekat kayu lapis. dengan melarutkannya dalam toluene
teknis, dikoagulasi dengan methanol,
BAHAN DAN METODE digiling menggunakan hand mangle dan
Bahan dikeringkan pada oven vacuum pada suhu
Asam format Merck, surfaktan sodium 60OC (Huntsman, 2000).
dodecyl sulfat (Merck), methanol (Merck),
dan toluene teknis, lateks kebun, hidrogen Pembuatan Krep dan Lem Kayu Lapis
peroksida (30%) merck, ammonia (Merck), Proses pembuatan kompon skala
ammonium laurat, natrium nitrit Merck, laboratorium dilakukan menambahkan
asam askorbat Merck pelarut aseton sehingga terjadi
penggumpalan. Gumpalan lateks
Peralatan depolimerisasi digiling dengan creeper dan
Sentrifuge, glassware, viscometer mooney, dikeringkan pada suhu 60oC. selama 24
viskometer Brookfield, water bath, magnetic jam. Krep yang dihasilkan digunakan
stirrer, oven, creeper, pengaduk (agitator), sebagai bahan baku perekat kayu lapis..
desikator, thermometer, neraca analitis. Lem kayu lapis dibuat dengan
melarutkan 100 g krep dengan 1000 cc
Prosedur Penelitian larutan toluene teknis dan dan penambahan
Pembuatan Lateks Secara Centrifuge. 17,5 g mastic vernis (Herminiwati, et. al.
Sebanyak 1 liter lateks kebun 2008). dengan perbandingan krep dengan
ditambahkan ke dalamnya 20 mL ammonia solvent sebagai bahan pelarut adalah 1:10
20, dan disaring dengan saringan baja 60 (Herminiwati, et al., (2008). Untuk
mesh, dan ditambahkan pH sehingga pH menghasilkan perekat yang homogen maka
lateks kebun menjadi sekitar 10. Lateks dilakukan pengadukan. Proses pelarutan
kebun disentrifugasi dengan alat lem perekat kayu lapis berkisar selama 12
”Centrifugase” agar partikel yang ada di jam.
dalam lateks dapat dipisahkan dengan
cepat. Pada saat objek diputar, partikel-

139
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 No 2. Tahun 2018 Hal. 137-146

Venir Sengon kadar karet kering lateks untuk


Venir yang digunakan untuk membuat memperoleh seratus satuan bobot karet,
kayu lapis berasal dari kayu sengon semakin besar bahan tambahan kompon
(Albisia falcataria). Venir yang digunakan lainya, dan kompon karet yang terbentuk
mempengaruhi kualitas dari kayu lapis menjadi lebih encer (Anonim, 1995). Kadar
yang dihasilkan, sehingga venir yang karet kering lateks pekat yang
digunakan harus diperlakukan dengan dipersyaratan sesuai ASTM D 1076-1997
pengampelasan untuk membersihkan adalah (min 60% untuk mutu I (lateks
kotoran yang menempel pada venir sentrifugasi) (Anonim, 1997). Hasil
sehingga perekat dapat bekerja secara pengujian kadar karet kering lateks
efektif. Venir yang digunakan dianalisa sebesar 54,80%.
kadar air dan ketebalannya untuk
mengetahui proses perekatannya. Hasil Tabel 1. Hasil pengujian lateks centrifuge
pengujian kadar air venir sebesar 9,82%
No. Parameter Uji Hasil Uji
dan ketebalan venir 3 mm. 1 Kadar karet 54.80%
kering
Pengujian 2 Kadar jumlah 56.08%
Pengujian lateks kebun dilakukan padatan
terhadap kadar karet kering (KKK), kadar 3 Kadar amonia 0.71%
jumlah padatan (KJP) dan kadar amonia (NH3)
(NH3) sesuai SNI 06-3139-1992, sedang 4 Kemantapan 180 detik
lateks pekat hasil sentrifuge dilakukan mekanik
pengujian kadar karet kering, kadar jumlah 5 pH 10.21
6 Viscositas 51.9cp
padatan, kadar amonia (NH3), kemantapan
mekanik, pH dan kadar amonia (NH3) dan
viscositas sedang untuk mengetahui tingkat Penurunan Berat Molekul Karet Alam
efektivitas degradasi karet (indikasi adanya Viskositas mooney pada karet
penurunan berat molekul) pada berbagai menunjukkan panjangnya rantai molekul
variasi, maka dilakukan pengujian viskositas dan berat molekul yang dimiliki dikarenakan
mooney pada krep. Pengujian perekat karet derajat pengikatan silang antar molekulnya
untuk daya rekat menggunakan tensometer tinggi. Pada umumnya, semakin tinggi berat
instron dan pengujian kekentalan/ viskositas molekul (BM) juga semakin panjang rantai
brookfield menggunakan viscometer molekulnya dan semakin tinggi sifat tahanan
Brookfield yang dilakukan pada suhu kamar aliran bahan yang berarti bahwa karet
sekitar 27oC. Prinsip viskometer brookfield semakin viscous dan keras (Syamsu, 2001,
adalah pengukuran gaya puntir rotor silinder Cifriadi et al., 2011; Fainleib et al., 2013);
(spindle) yang dicelupkan pada sampel (lem Nilai plastisitas bertolak belakang dengan
karet) di wadah, dan mengukur tahanan viskositas, produk karet semakin viscous
gerak dari bagian yang berputar (Ho & maka semakin cepat rotor berputar dan
Khew, 1999). tenaga untuk memutar kecil, hal ini
menunjukkan viskositas yang rendah (Poh
HASIL DAN PEMBAHASAN & Tan, 1991).Berdasarkan kajian tersebut,
maka penurunan berat molekul karet alam
Lateks Centrifuge dianalisis melalui hasil uji viscositas lateks
Lateks kebun dipekatkan menggunakan yang terdegradasi.
“alat cerntifuge” sehingga didapatkan kadar Pengaruh waktu dan temperatur
karet kering 54.80%, seperti pada Tabel 1, pemanasan pada depolimerisasi lateks
nilai ini dibawah 60%. Kadar karet kering pekat secara reaksi reduksi oksidasi
(KKK) merupakan faktor yang relatif tetap. (NaNO2, H2O2 dan asam askorbat)
KKK merupakan sifat yang paling terhadap viskositas krep dapat dilihat pada
menentukan terhadap hasil barang jadi Gambar 1. Viskositas awal sebelum
karet karena pada proses pembuatan depolimerisasi adalah 51,9 cp, apabila
barang jadi dari karet lateks penambahan dilihat dari seluruh perlakuan viskositas
bahan kimia kompon didasarkan atas hasil lateks yang terdepolimerisasi berkisar
seratus karet KKK. Semakin rendah jumlah antara 9.104cp hingga 34,024cp. Hal

140
Chastri Nurhayati Penggunaan Lateks Karet (Hevea Brasiliensis) untuk Lem Kayu Lapis dengan Variasi
Temperatur dan Waktu Depolimerisasi untuk Meningkatkan Mutu Lem

tersebut menunjukkan bahwa proses


70 celcius 90 celcius
depolimerisasi terbukti mampu menurunkan

Viskositas Krep (cp)


40
viskositas hampir 5 kali lipat. Dengan
demikian, depolimerisasi menggunakan 30
NaNO2, H2O2 dan asam askorbat pada suhu 20
70–90oC dengan pemanasan selama 6–10
10
jam tersebut dapat memperpendek rantai
atau menurunkan bobot molekul karet alam 0
(Tabel 2). 6 jam 8 jam 10 jam `
Waktu depolimersasi

Tabel 2. Hasil Pengujian Viscositas Krep


Gambar 1. Pengaruh Waktu dan Suhu
Hasil Pengujian
Perlakuan (cp) Rata- terhadap Viskositas Mooney
No
Ulangan Ulangan Ulangan rata Krep Karet
1 2 3

1 W 1S 1 21,081 20,170 21.848 21.033 Bahan kimia reduktor yang digunakan


dalam penelitian ini digunakan H2O2 dan
9.104
2 W 2S1 8.89 9.237 9.185 NaNO2 (reduktor yang sangat kuat),
pengaruh peroksida terhadap degradasi
27.005
3 W 3S1 27.076 27.116 26.823 rantai molekul berlangsung lambat, tetapi
15.025 berlangsung cepat dengan adanya bahan
4 W 1S2 14.599 15.198 15.178
peptiser (pemutus rantai) yang berfungsi
5 W 2S2 25,110 24.895 25.121 25.042 sebagai pemindah radikal bebas dan
6 W 3S2 33.749 34.183 34.140 34.024 askorbat yang digunakan meningkatkan
efektivitas reaksi oksidasi molekul karet
alam. Pencampuran reduktor dengan
Pada temperatur yang sama (Gambar peroksida sebagai bahan pendegradasi
1), yaitu temperatur 70oC maka kenaikan akan meningkatkan kinerja degradasi pada
lama depolimerisasi mampu menurunkan suhu rendah (Fainleib et al., 2013; Isa et al.,
nilai viskositas mooney, hal ini terlihat jelas 2007).
pada suhu 70oC yaitu penurunan viskositas Waktu yang meningkat pada suhu
mooney dari 21,033 cp pada waktu 70oC, akan meningkatkan kinerja dari
depolimerisasi 6 jam, sebesar 9,104 cp radikal hidrogen peroksida, sehingga
pada depolimerisasi selama 8 jam, dan kenaikan waktu depolimetrisai pada suhu
meningkat selama 10 jam sebesar 27,005 70oC ini akan menurunkan viskositas lateks
cp. Depolimerisasi pada suhu 90oC yaitu karet alam. Pernyataan in didukung oleh
kenaikan viskositas mooney dari 15,025 cp hasil penelitan Phinyocheep et al., (2005)
pada waktu depolimerisasi 6 jam, sebesar yang menyatakan tingkat destruksi
25,042 cp pada depolimerisasi selama 8 senyawa ini adalah 2,2 kali setiap kenaikan
jam, dan meningkat kembali selama 10 jam suhu 10oC sebelum suhu
o
sebesar 34,024cp. Pada depolimerisasi 90 C.Penambahan alkalinitas pada kondisi
suhu 90oC selama 6,8 dan 10 jam tidak ini pH=5 juga mempercepat destruksi
menyebabkan penurunan viskositas hidrogen peroksida, walaupun preparasi
mooney dikarenakan pada suhu tersebut air dalam kondisi asam memproduksi liquid
yang terdapat pada lateks sudah menguap natural rubber dengan gugus hidroksil.
sehingga lateks akan mengalami proses Penambahan tersebut memperjelas
pengentalan/vulkanisasi selama pendapatnya bahwa depolimerisasi pada
pemanasan, sehingga depolimerisasi karet suhu 70oC merupakan suhu yang optimum
terhenti (Ibrahim et al., 2014; Phinyocheep untuk proses depolimerisasi apabila
et al., 2005; Tribawati, 2009). dibandingkan dengan suhu 90oC. Kondisi
tersebut diperkuat penjelasan dari (Isa et
al., (2007) bahwa pemanasan pada suhu
70oC menyebabkan senyawa H2O2
mengalami dekomposisi menjadi sumber

141
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 No 2. Tahun 2018 Hal. 137-146

radikal bebas, radikal OH*, sedangkan permukaan benda sehingga mempunyai


senyawa NaNO2 dapat menghasilkan kekuatan yang memadai saat dikenai beban
radikal bebas NO* dan NO2*. Peningkatan tertentu (Aubrey & Sherriff, 1980; Fujita et
jumlah konsentrasi radikal dapat memicu al., 1998). Perekat hasil penelitian ini
degradasi lateks pekat hasil centrifugasi, merupakam perekat berbasis pelarut yang
sehingga menurunkan viskositas intrinsic dibuat dengan cara mencampurkan krep.
dan bobot molekul relatif rata-rata Karet terdepolimerisasi berfungsi sebagai
viskositas. bahan pelekat/ tackifier(Cifriadi et al., 2011;
Proses depolimerisasi pada penelitian Phetphaisit et al., 2013), dengan
ini berlangsung pada pH 5, dimana H2O2 perbandingan Perbandingan krep dengan
dan NaNO2 bereaksi spontan memproduksi pelarut adalah 2:10 (Herminiwati, et. al ,
asam peroxynitrite, yang akan 2008)
terdekomposisi dengan fission homolitik Perekat kayu lapis yang selama ini
menjadi radikal hidroksil dan nitrogen digunakan adalah perekat sintetis urea
dioksida, dan selanjutnya akan terprotonasi formaldehida. Perekat urea formaldehida
menjadi asam peroxynitrous (Fainleib et al., memiliki ketahanan yang rendah terhadap
2013; Ibrahim et al., 2014). Radikal bebas air. Adanya air akan merusak ikatan antar
OH tersebut akan menyerang proton labil pertikel dan perekat yang terdapat pada
yang terikat pada karbon alpha dan papan partikel. Penggunaan perekat urea
menyebabkan celah pada cincin untuk formaldehida disarankan hanya untuk
membentuk radikal makro dari rantai karet penggunaan interior saja. Menurut Ruhendi,
pekat. Cincin tersebut akan memutus ikatan et. al. (2007), kekurangan urea
penghubung CaH2-CaH2 (C1-C4) dari unit formaldehida yaitu kurang tahan terhadap
isoprene (Ravindran, Nayar, & Francis, pengaruh asam dan basa serta
1988). Gugus tersebut tidak pada satu penggunaannya terbatas untuk interior saja
tempat karena konfigurasi cis-isoprene, oleh karena itu dilakukan kajian
sehingga menyebabkan struktur tidak penggunaan lem perekat berbahan baku
berimbang dengan gugus metil yang karet.
menghasilkan stearic hindrance (Yu, Li, Peristiwa perekatan tidak terlepas dari
Zhong, & Xu, 2006). Saat kondisi tersebut, adanya pengaruh gaya elektron pada
ikatan CaH2-CaH2 menjadi lemah yang dapat bahan-bahan yang saling direkat. Pada
terbelah dengan mudah dikarenakan penelitian ini venir yang digunakan untuk
adanya spesies radikal. Sehingga, apabila membuat kayu lapis berasal dari kayu
diamati lebih lanjut akan menyebabkan sengon (Albisia falcataria) dengan kadar
penurunan viskositas krep karet yang cukup air sebesar 9,82% dan panjang 100 mm,
signifikan pada pH 5. lebar 25 mm dan ketebalan venir 3 mm.
Bahan kimia yang digunakan H2O2 Kadar air kayu lapis yang digunakan telah
dan NaNO2 adalah sebesar 38,0952g sesuai dengan persyaratan, karena menurut
H2O2, dan 19,0476g NaNO2 pada penelitian Sutigno (1982), kadar air venir sebagai kayu
ini sesuai dengan hasil penelitian (Ibrahim lapis memiliki kisaran 7-12%. Perekatan
et al., 2014), jumlah tersebut tidak memicu kayu lapis dengan venir sengon yang
reaksi samping dan ikatan silang kembali, dilakukan dilakukan dengan berat labor
sehingga dihasilkan penurunan berat 170g/m2 ke permukaan dengan
molekul kurang dari 50.000 g/mol. Hasil menggunakan kuas (Kartikasarie, 2003)
pengujian penurunan nilai viskositas, Perekatan dapat terjadi karena
menyimpulkan bahwa penambahan asam mengerasnya cairan perekat yang masuk ke
askorbat sebesar 19,0476g dapat dalam struktur bahan yang direkat.
meningkatkan efektivitas depolimerisasi Karakteristik perekat peka tekanan adalah
apabila dibandingkan dengan penelitian sifat kohesifnya yang lebih dominan (Aubrey
yang dilakukan (Fainleib et al., 2013; & Sherriff, 1980; Chen et al., 2007; Shalub
Ibrahim et al., 2014; Isa et al., 2007). et al., 1999). Hasil pengujian daya rekat
lem kayu lapis terdapat pada Tabel 3.
Daya rekat Lem Kayu lapis
Bahan perekat merupakan suatu bahan
yang mampu menyambungkan kedua

142
Chastri Nurhayati Penggunaan Lateks Karet (Hevea Brasiliensis) untuk Lem Kayu Lapis dengan Variasi
Temperatur dan Waktu Depolimerisasi untuk Meningkatkan Mutu Lem

Tabel 3. Hasil Pengujian Daya Rekat Lem didukung hasil penelitian Tribawati, (2009)
Perlakuan
Hasil Pengujian
Rata-
yang menyatakan waktu depolimerisasi
No kg/cm2 2,4,6 jam berbeda nyata dengan 8 jam, dan
rata
R1 R2 R3
1 W 1S1 5.081 5.170 5.190 5.147
waktu 8 jam merupakan perlakuan terbaik
2 W 2S1 7.49 6.837 6.791 7.03
yang menghasilkan bobot molekul terendah,
3 W 3S1 4.576 4.616 4.563 4.618
dan daya rekat yang tinggi
Hampir semua perlakuan belum
4 W 1S2 6.210 6.198 6.178 6.195
memenuhi persyaratan daya rekat kayu
5 W 2S2 4,110 4.138 4.121 4.123
lapis, hal ini kemungkinan karena dalam
6 W 3S2 4.209 4.183 4.140 4.117
pembuatan lem dari karet ini belum
ditambahkan bahan pemvulkanisasi dan
Gambar 2 menunjukkan daya rekat bahan pencepat sehingga nilai daya rekat
lem karet dari krep terdepolimerisasi yaitu yang dihasilkan belum optimal.
berkisar antara 4.117 sampai dengan 7.03 Penambahan bahan vulkanisasi bertujuan
kg/inch2. Gambar 3 juga menunjukkan untuk membentuk ikatan silang di dalam
bahwa suhu dan waktu depolimerisasi konpon perekat pada saat pengepresan
berpengaruh terhadap daya rekat lem karet. panas kayu lapis.
Menurut Alfa dan Syamsu, 2004, apabila
karet yang terdepolimerisasi maka rantai
70 celcius 90 celcius
molekul lebih pendek, dapat meningkatkan

Daya Rekat Lem (kg/cm2)


8
daya rekat dari karet alam.Temperatur
6
70oC dengan waktu kontak 8 jam
menghasilkan nilai 7.03 kg/inch2, nilai 5.147 4
kg/inch2 untuk waktu kontak 6 jam dan 2
waktu kontak 10 jam menghasilkan nilai 0
4.618 kg/inch2. 6 jam 8 jam 10 jam `
Depolimerisasi pada suhu 90oC yaitu
Waktu Depolimerisasi (jam)
menghasilkan daya rekat 6.195 kg/cm2 pada
waktu depolimerisasi 6 jam, sebesar 4.123
kg/cm2 pada depolimerisasi selama 8 jam, Gambar 2. Pengaruh Waktu dan Suhu
dan menurun kembali pada depolimerisasi terhadap Daya Rekat Lem
10 jam sebesar 4.117 kg/cm2. Persyaratan Kayu Lapis
pengujian daya rekat kayu lapis yang
ditetapkan pasa SNI Perekat Urea Uji penurunan viskositas memberi
Formaldehide adalah min. 7 kg/cm2 gambaran perpendekan rantai molekul,
(Anonim, 1998), maka dari seluruh sedangkan besarnya berat molekul
perlakuan belum memenuhi persyaratan mengindikasikan daya rekat lem karet yang
kecuali perlakuan suhu 70oC dan waktu 8 dihasilkan. Pengaruh suhu dan lamanya
jam. Keadaan ini dikarenakan depolimerisasi terhadap penurunan
o
depolimerisasi suhu 90 C selama 6,8 dan viskositas adalah sangat relevan dengan
10 jam menghasilkan daya rekat yang hasil uji daya rekat lem karet yang
rendah akibat dari tingginya suhu tersebut dihasilkan. Depolimerisasi yang terjadi
sehingga air yang terdapat pada lateks selain mengakibatkan penurunan berat
selama proses depolimerisasi 6-10 jam molekul dan meningkatkan jumlah gugus
sudah menguap sehingga lateks akan hidroksil, yang mampu meningkatkan
mengalami proses pengentalan/ vulkanisasi polaritas bahan sehingga akan
selama pemanasan, dan depolimerisasi meningkatkan kuat rekatan melalui
karet terhenti (Ibrahim , et. al. 2014; penyatuan substrat dengan substrat yang
Phinyocheep et. al., 2005; Tribawati, 2009). lebih baik dan kokoh .
Demikian juga untuk suhu 70 oC dengan
waktu depolimerisasi 10 jam. Pada suhu Viskositas Brookfield
70oC dan waktu 6 jam menghasilkan nilai Daya rekat dan viskositas
5.147 kg/cm2, hasil yang rendah ini menunjukkan parameter kualitas perekat.

143
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 No 2. Tahun 2018 Hal. 137-146

Viskositas menunjukkan kemampuan


70 celcius 90 celcius
perekat untuk mengalir pada permukaan
yang direkat, semakin tinggi viscositas 3000

Viskositas Brookfield (cp)


maka kemampuan untuk membasahi dan
2000
melakukan penetrasi ke dalam pori-pori
permukaan yang akan direkatkan akan 1000
semakin sulit. Namun, jika kekentalan
0
terlalu rendah, maka penetrasi perekat ke 6 jam 8 jam 10 jam `
dalam pori-pori akan berlebihan dan
menyebabkan berkurangnya garis rekatan Waktu Depolimerisasi (jam)
(Ho & Khew, 1999; Kodama et al., 2003).
Namun bila jumlah perekat terlalu banyak, Gambar 3. Pengaruh Waktu dan Suhu
maka gaya adhesi lebih lemah dari pada Depolimerisasi terhadap
gaya kohesi, sehingga daya rekat menurun. Viskositas Brookfield Lem
Keadaan ini serupa juga akan terjadi Kayu Lapis
apabila jumlah perekat berkurang (Aubrey &
Sherriff, 1980). Hasil pengujian viscositas Hasil pengujian viskositas Brookfield
Brookfield pada Tabel 4. lem kayu lapis disajikan pada Tabel 4. Pada
Tabel tersebut nilai viskositas lem kayu lapis
Tabel 4. Hasil Pengujian Viscositas berkisar antara 586– 2685cp. Keadaan ini
Brookfield Lem Kayu Lapis sejalan dengan pengaruh suhu dan waktu
depolimerisasi terhadap penurunan
Hasil Pengujian viskositas mooney seperti yang dijelaskan
No
Perlakuan (cp) Rata- Gambar 1. Apabila dilihat pada suhu 70oC,
Ulangan Ulangan rata pada waktu depolimerisasi 6 jam (Gambar
1 2
3), menghasilkan viskositas Brookfield
1 W 1S1 921 899 910
2 W 2S1 570 602 586 sebesar 910cp, dan menurun sampai
3 W 3S1 2395 2145 2270 dengan nilai viscositas Brookfield 586cp
4 W 1S2 681 679 680 pada waktu depolimerisasi 8 jam dan
5 W 2S2 1678 1892 1785
6 W 3S2 2578 2792 2685 menurun kembali pada waktu 10 jam
sebesar 2270cp. Perlakuan Suhu 70oC
Pengujian viskositas perekat dengan waktu depolimerisasi 8 jam
menggunakan alat viscometer Brookfield menghasilkan viscositas terendah. Keadaan
yang hasil pengujiannya disajikan pada ini kemungkinan pada tersebut
Tabel 4. Pengujian viskositas Brookfield menghasilkan krep dengan viscositas
menunjukkan bahwa nilai viskositas paling rendah dengan daya rekat paling
perekat yang dihasilkan berkisar antara tinggi sebesar 7.03 kg/cm2.. Hasil ini sesuai
586–2.685 cp dengan perlakuan W3S2 pendapatnya bahwa waktu dan suhu yang
(Waktu kontak 10 jam, dan suhu 90oC meningkat dibawah 90oC, akan
adalah yang tertinggi dengan nilai meningkatkan kinerja dari radikal hidrogen
viskositas 2.685 cp sedang viscositas yang peroksida, sehingga kenaikan waktu
terendah/terbaik adalah perlakuan W2S1 depolimetrisai pada suhu pada 70oC dalam
(Waktu kontak 8 jam, dan suhu 70oC) penelitian ini akan menurunkan viskositas
dengan nilai 586 cp. lateks karet alam. Hal ini dipertegas bahwa
Proses depolimerisasi yang tingkat destruksi senyawa ini adalah 2,2 kali
menurunkan bobot molekul karet tertinggi setiap kenaikan suhu 100C sebelum suhu
dapat menghasilkan viskositas brookfiel 90oC (Phinyocheep et al., 2005).
tertinggi. Viskositas yang tinggi pada Proses depolimerisasi pada suhu
perlakuan waktu depolimerisasi 10 jam rendah 70oC selama 10 jam, kondisi lateks
dengan suhu 90oC juga disebabkan pekat dalam waterbath masih mempunyai
pemutusan rantai karet alam pada saat kadar air atau serum yang memadai
mastikasi belum sempurna. Pemutusan sehingga tidak terjadi vulkanisasi lateks
rantai yang belum sempurna ini pekat (Ibrahim et al., 2014; Phinyocheep et
menyebabkan kompon yang dihasilkan al., 2005; Yu et al., 2006). Sedangkan, pada
sukar larut. suhu depolimerisasi 90oC, mula-mula terjadi

144
Chastri Nurhayati Penggunaan Lateks Karet (Hevea Brasiliensis) untuk Lem Kayu Lapis dengan Variasi
Temperatur dan Waktu Depolimerisasi untuk Meningkatkan Mutu Lem

peningkatan nilai viscositas Brookfield dari SARAN


680cp pada waktu 6 jam, meningkat
Perlu dikembangkan depolimerisasi
menjadi 1785cp pada waktu 8 jam, dan
menggunakan senyawa oksidator dan
baik kembali pada waktu depolimerisasi
reduktor yang lain untuk meningkatkan
selama 10 jam sebesar 2685cp. Diduga
efektivitas penurunan berat moleku pada
apabila suhu depolimerisasi ditingkatkan
proses pembuatan perekat karet untuk kayu
menjadi suhu 90oC, maka proses
lapis.
vulkanisasi karet dipercepat disebabkan
karena lateks mengalami penguapan lebih
UCAPAN TERIMA KASIH
cepat, sehingga tidak terjadi pemutusan
rantai karet dan kompon tersebut sukar Penulis berterimakasih kepada
larut. Kepala Baristand Industri Palembang,
Berdasarkan hasil pengujian viskositas seluruh anggota tim penelitian dan pihak
Brookfield pada sampel penelitian tersebut, yang telah memberikan dukungan
nilai viskositas perekat yang dihasilkan lebih pendanaan, fasilitas dan kontribusi keilmuan
tinggi apabila dibandingkan dengan nilai sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
viskositas Brookfield lem karet untuk pada
yang dijuji sebesar 98,275cp, Susanto dan
Nurhayati (2017). DAFTAR PUSTAKA
.Alfa, A.A, dan Y. Syamsu (2004). Degraded and
KESIMPULAN Stabilized Natural Rubber Latex–
Prospect for Veneer Adhesive. Seminar
Pengolahan lateks alam dengan Kimia Malaya.Barney, J.A. 1973. Natural
centrifuge menghasilakn kadar karet kering Rubber Productions Lectures Notes.
54,80%, kemantapan mekanik 180 detik, Balai Penelitian Perkebunan Bogor.
kadar ammonia 0,71% dan viskositas ASTM. 1997. Standard Spesification for Rubber
Concentrated, Ammonia Preserved,
Mooney 91.9 cp.
Creamed, and Centrifuged Natural
Depolimerisasi lateks pekat sistim Latex.ASTM-D 1076-97.
centrifuge menggunakan NaNO2, H2O2 dan Aubrey, D., & Sherriff, M. (1980). Peel adhesion
asam askorbat (0,4 :0,2:0,1) mol pada and viscoelasticity of rubber–resin
kondisi asam dapat menurunkan berat blends. Journal of Polymer Science:
molekul/atau adanya penurunan viskositas polymer chemistry edition, 18(8), 2597-
Mooney 51.9 cp menjadi 9,104 cp (20%). 2608.
Kondisi optimum yaitu depolimerisasi pada Chen, L., Gong, X.-l., Jiang, W.-q., Yao, J.-j.,
suhu 70oC selama 8 jam dengan Deng, H.-x., & Li, W.-h. (2007).
menurunkan viskositas Mooney dari 51.9 cp Investigation on magnetorheological
elastomers based on natural rubber.
menjadi 9,104 cp. Krep hasil depolimerisasi
Journal of Materials Science, 42(14),
lateks centrifuge diproses melalui krep 5483-5489.
sebagai bahan baku. Cifriadi, A., Budianto, E., & Alfa, A. A. (2011).
Hasil menunjukkan bahwa daya rekat Karakterisasi Karet Siklo Berbasis Lateks
lem kayu lapis antara 4,117 sampai dengan Karet Alam Berbobot Molekul Rendah.
7,03 kg/inch2 dengan viskositas Brookfield Jurnal Penelitian Karet, 29(1), 35-48.
antara 586–2.685 cp. Berdasarkan Direktorat Jenderal Perkebunan (2016). Statistik
perbandingan dengan persyaratan kualitas Perkebunan Indonesia Komoditas Karet
lem karet kayu lapis dari formaldehyde, Tahun 2015-2017. Kementerian
dapat disimpulkan bahwa lem karet untuk Pertanian
Fainleib, A., Pires, R. V., Lucas, E. F., & Soares,
perekat kayu lapis yang memenuhi
B. G. (2013). Degradation of non-
persyaratan sesuai SNI 06-0060-1998 vulcanized natural rubber-renewable
adalah perlakuan suhu depolimerisasi 70 oC resource for fine chemicals used in
dan waktu depolimerisasi selama 8 jam. polymer synthesis. Polímeros, 23(4), 441-
450.
Fujita, M., Kajiyama, M., Takemura, A., Ono, H.,
Mizumachi, H., & Hayashi, S. (1998).

145
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 29 No 2. Tahun 2018 Hal. 137-146

Effects of miscibility on peel strength of Poh, B., & Tan, B. (1991). Mooney scorch time
natural‐rubber‐based of epoxidized natural rubber. Journal of
pressure‐sensitive adhesives. Journal of applied polymer science, 42(5), 1407-
applied polymer science, 70(4), 777-784. 1416.
Herminiwati, A. Yuniarti dan R. J. Susila. (2008). Ravindran, T., Nayar, M., & Francis, D. J.
Lem Kompon Karet untuk Sepatu Kulit (1988). Production of
Yang Dibuat Dengan Proses Vulkanisasi. hydroxyl‐terminated liquid natural
Majalah Kulit, Karet dan Plastik, Vol. 24 rubber—mechanism of photochemical
No. 1 Tahun 2008. Hal 14-18. depolymerization and hydroxylation.
Ho, C., & Khew, M. (1999). Surface morphology Journal of applied polymer science,
of prevulcanized natural rubber latex films 35(5), 1227-1239.
by atomic force microscopy: new insight Rodriguez, F., Cohen, C., Ober, C. K., & Archer,
into the prevulcanization mechanism. L. (2014). Principles of polymer systems:
Langmuir, 15(19), 6208-6219. CRC Press.
Huntsman. 2000.Surfactant Hand book . 2nd Santoso, A., R. Surdiding, S.H. Yusuf, dan S.A.
edition.Kiatkamjornwong, Suminar. (2001). Pengaruh Komposisi
Ibrahim, S., Daik, R., & Abdullah, I. (2014). Perekat Lignin Resolsinol For-Maldehida
Functionalization of liquid natural rubber Terhadap Emisi Formaldehi-Da Dan Sifat
via oxidative degradation of natural Fisismekanis Kayu Lamina. J. Teknologi
rubber. Polymers, 6(12), 2928-2941. Hasil Hutan, 14(2):7-15.
Isa, S. Z., Yahya, R., Hassan, A., & Tahir, M. Sansatsadeekul, J., Sakdapipanich, J., &
(2007). The influence of temperature and Rojruthai, P. (2011). Characterization of
reaction time in the degradation of natural associated proteins and phospholipids in
rubber latex. Malays. J. Anal. Sci, 11, 42- natural rubber latex. Journal of
47. bioscience and bioengineering, 111(6),
Kartikasarie, A. (2003).Pembuatan Perekat 628-634.
Lateks-Siklo dari Lateks Untuk Aplikasi Shalub, G. J., Bellinger, G., & Jackson, J.
Pada Kayu Lapis. Skripsi, IPB, Bogor. (1999). Method of bonding with a natural
Kodama, S., Nishi, K., & Furukawa, M. (2003). rubber latex and laminate produced:
Preparation of low molecular weight Google Patents.
natural rubber by ozonolysis of high Susanto, T. dan Nurhayati, C. (2017). Pengaruh
ammonia latex. Journal of Rubber Temperatur dan Waktu Depolimerisasi
Research, 6(3), 153-163. Lateks Dadih Terhadap Penurunan Berat
Nurhayati, C., & Andayani, O. (2015). Molekul dan Mutu Lem Karetnya Jurnal
Pengolahan Lateks Pekat Proses Dadih Dinamika Penelitian Industri, 28(1), 31-
Menggunakan Garam Alginat Hasil 41.
Ekstraksi Rumput Laut Untuk Produk Tangpakdee, J., Mizokoshi, M., Endo, A., &
Busa. Jurnal Dinamika Penelitian Industri, Tanaka, Y. (1998). Novel method for
26(1), 49-58. preparation of low molecular weight
Phetphaisit, C. W., Bumee, R., Namahoot, J., natural rubber latex. Rubber chemistry
Ruamcharoen, J., & Ruamcharoen, P. and technology, 71(4), 795-802.
(2013). Polyurethane polyester Tribawati, R. Y. (2009). Depolimerisasi Lateks
elastomer: Innovative environmental Karet Alam Secara Kimia Menggunakan
friendly wood adhesive from modified Senyawa Hidrogen Peroksida–Natrium
PETs and hydroxyl liquid natural rubber Nitrit–Asam Askorbat: Fakultas Teknologi
polyols. International Journal of Adhesion Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor.
and Adhesives, 41, 127-131. Yu, H. P., Li, S. D., Zhong, J. P., & Xu, K.
Phinyocheep, P., Phetphaisit, C., Derouet, D., (2006). Effects of stearates on the
Campistron, I., & Brosse, J. (2005). thermal stability of chlorinated natural
Chemical degradation of epoxidized rubber from latex. Journal of applied
natural rubber using periodic acid: polymer science, 99(4), 1981-1985.
Preparation of epoxidized liquid natural
rubber. Journal of applied polymer
science, 95(1), 6-15.
Poh, B., Lee, P., & Chuah, S. (2008). Adhesion
property of epoxidized natural rubber
(ENR)-based adhesives containing
calcium carbonate. Express Polym Lett,
2(6), 398-403.

146

Anda mungkin juga menyukai